• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Jasa

B. Perilaku Religius

3) Kepribadian Islam Terhadap Alam Sekitarnya

Kepribadian Islam terhadap alam sekitarnya diukur dari perhatiannya

terhadap alam dan upaya untuk melestarikannya. Kepedulian terhadap alam

menunjukkan dari kemauan seseorang untuk merawat tanaman dan memelihara

24

tanaman, dan memiliki sudut pandang bahwa manusia tidak memiliki hak

untuk mengeksplotasi alam. Sementara itu upaya untuk melestarikan alam

diukur dari kemauan seseorang untuk menghemat listrik, menghemat energi

kendaraannya, bersedia untuk mengurangi polusi dengan menggunakan sepeda

atau transportasi umum, bersedia menghemat air dengan menggunakan air

secukupnya, bersedia menanam pohon atau merawat tanaman, dan juga enggan

untuk merusak tanaman dan membunuh hewan yang mengganggu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011:98) berpendapat

bahwa semakin tinggi pencapaian harapan nasabah atas nilai-nilai islam pada

produk bank syariah semakin tinggi pula kepuasan nasabah. Hal ini terbukti

dari koefisien regresi atribut produk islam bertanda positif sebesar 0,452, yang

berarti ketika atribut produk islam meningkat, kepuasan nasabah juga akan

meningkat, atau dengan kata lain setiap peningkatan atribut produk islam 1%

akan meningkatkan kepuasan nasabah sebesar 0,452. Adapaun yang menjadi

ukuran atribut-atribut produk islam dari bank syariah pada penelitian tersebut

adalah terhindar dari riba, bagi hasil, terhindar dari unsur ketidakpastian,

terhindar dari unsur gambling (maisyir), investasi di sektor-sektor halal, dan

melakukan aktivitas sesuai dengan syariah.

Berdasarkan penelitiaan terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi keinginan nasabah Bank Muamalat Cabang Padangsidimpuan

menggunakan atribut produk islam, semakin tinggi perilaku religius. Semakin

tinggi perilaku religius, semakin tinggi kepuasan nasabah Bank Muamalat

25 C. Kualitas Pelayanan

1. Pengertian Kualitas Pelayanan

Sebuah perusahaan jasa harus menjaga kualitas jasa yang di tawarkan

harus berada diatas saingan dan lebih hebat dari yang dibayangkan oleh

konsumen. Apabila kualitas jasa yang diterima oleh konsumen lebih baik atau

sama dengan yang ia bayangkan, maka ia cenderung akan mencobanya

kembali. Akan tetapi, bila perceived services lebih rendah dari expected

services, maka konsumen akan kecewa dan akan menyetop hubungannya

dengan perusahaan jasa yang bersangkutan (Alma, 2014:282).

American society for quality control, mengartikan kualitas adalah

keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam

kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan

atau bersifat laten (Lupiyoadi dan Hamdani 2006:175).

Lewis dan Booms (1983) dalam Tjiptono (2008:85) mendefinisikan

kualitas jasa sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan

mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Berdasarkan definisi ini, kualitas

layanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan memenuhi keinginan dan

kebutuhan pelanggan sesuai dengan ekspektasi pelanggan.

Pada prinsipnya, definisi kualitas jasa berfokus pada upaya pemenuhan

kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk

mengimbangi harapan pelanggan. Harapan pelanggan bisa berupa 3 macam

tipe. Pertama, will expectation, yaitu tingkat kinerja yang diprediksi atau diperkirakan konsumen akan diterimanya, berdasarkan semua informasi yang

26

diketahuinya. Tipe ini merupakan tingkat harapan yang paling sering

dimaksudkan oleh konsumen sewaktu menilai kualitas jasa tertentu. Kedua, should expectation, yaitu tingkat kinerja yang dianggap sudah sepantasnya

diterima konsumen. Biasanya tuntutan dari apa yang seharusnya diterima jauh

lebih besar daripada apa yang diperkirakan bakal diterima. Ketiga, ideal expectation, yaitu tingkat kinerja optimum atau terbaik yang diharapkan dapat

diterima konsumen (Tjiptono, 2014:268).

Banyak kriteria atau ukuran kualitas yang bervariasi dan cenderung

terus dapat berubah sepanjang waktu, maka tidaklah mudah untuk

mendefiniskan kualitas secara tepat. Namun demikian para ahli berpendapat

bahwa kualitas secara konvensional menggambarkan karakteristik langsung

dari suatu produk seperti performance, kehandalan, mudah dalam penggunaan,

dan estetika.

Konsep kualitas pada dasarnya bersifat relatif, yaitu tergantung dari

perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasinya. Pada

dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten satu sama

lain yaitu: persepsi konsumen, produk (jasa), dan proses. Konsistensi jasa

untuk ketiga orientasi tersebut dapat memberi kontribusi pada keberhasilan

suatu perusahaan dalam mewujudkan kepuasan pelanggan, kepuasan

karyawan, dan profitabilitas organisasi.

2. Dimensi Kualitas Pelayanan

Dalam salah satu studi mengenai SERVQUAL oleh Parasuraman dkk.

27

dalam empat perusahaan) berusia 25 tahun ke atas, disimpulkan bahwa terdapat

lima dimensi SERVQUAL sebagai berikut:

a. Berwujud (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan

keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang

diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh:

gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang

digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

b. Reliabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan

sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus

sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan

yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik,

dan dengan akurasi yang tinggi.

c. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,

dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan pelanggan

menunggu menciptakan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

d. Jaminan dan kepastian (assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan,

dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa

percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa

28

(credibility), keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan

santun (courtesy).

e. Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan

berupaya memahami keinginan mereka. Hal ini mengharapkan bahwa

suatu perusahaan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan,

memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu

pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

Berdasarkan penelitian Aryani dan Rosinta (2010) berpendapat

bahwa terdapat pengaruh antara kualitas layanan KFC terhadap kepuasan

pelanggan pada Mahasiswa FISIP UI. Berdasarkan hasil pengujian

diperoleh bahwa variabel kualitas layanan mempunyai pengaruh positif

secara langsung terhadap variabel kepuasan pelanggan sebesar 0,792

dengan nilai p-value 0,00. Pengaruh tersebut signifikan karena nilai

p-value lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi kualitas pelayanan Bank Muamalat Cabang

Padangsidimpuan, maka akan semakin tinggi kepuasan nasabah terhadap

29 D. Nilai Pelanggan

1. Pengertian Nilai Pelanggan

Dalam menentukan tingkat kepuasan, seorang pelanggan sering kali

melihat dari nilai lebih suatu produk dan kinerja pelayanan yang diterima dari

suatu proses pembelian produk (jasa). Besarnya nilai lebih yang diberikan oleh

suatu produk (jasa) kepada pelanggan tersebut merupakan jawaban dari

pertanyaan tentang mengapa seorang pelanggan menentukan pilihannya.

Pelanggan pada dasarnya mencari nilai terbesar yang diberikan suatu produk

(jasa) (Lupiyoadi, 2013:212).

Canon dkk. (2008:78) mendefinisikan nilai pelanggan adalah perbedaan

antara manfaat yang dilihat seorang pelanggan dari suatu penawaran pasar serta

biaya untuk mendapatkan manfaat tersebut. Seorang pelanggan biasanya lebih

puas ketika nilai pelanggan lebih tinggi, yaitu ketika manfaat melebihi biaya

dengan margin yang besar. Di lain pihak seorang pelanggan yang melihat

biaya lebih besar dari manfaat yang diperoleh cendeerung tidak akan menjadi

seorang pelanggan.

Lovelock dan Wright (2005:244) mendefinisikan (1) nilai adalah harga

yang murah, (2) nilai adalah segala sesuatu yang saya inginkan dari produk, (3)

nilai adalah kualitas yang saya dapatkan sesuai dengan harga yang saya bayar,

(4) nilai adalah apa yang saya dapat sesuai dengan apa yang saya beri.

Nilai yang dipersepsikan pelanggan (CPV-Customer perceived value)

adalah selisih antara penilaian pelanggan prospektif atas semua manfaat dan

30

(total customer benefit) adalah nilai moneter kumpulan manfaat ekonomi,

fungsional, dan psikologis yang diharapkan pelanggan dari suatu penawaran

pasar yang disebabkan oleh produk, jasa, personel, dan citra yang terlibat.

(Kotler dan Keller, 2012:136). Berikut determinan nilai yang di persepsikan

pelanggan:

Gambar 2.1

Determinan Nilai yang Dipersepsikan Pelanggan

Sumber: Kotler dan Keller (2012:136)

Dari konsep dan beberapa definisi tentang nilai pelanggan di atas dapat

disimpulkan secara komprehensif, bahwa secara garis besar nilai pelanggan

merupakan perbandingan antara manfaat (benefits) yang dirasakan oleh

pelanggan dengan biaya yang dikeluarkan (cost) untuk mendapatkan atau

Nilai yang Dipersepsikan Pelanggan Total Manfaat Pelanggan Total Biaya Pelanggan Manfaat Produk Biaya Moneter

Manfaat Jasa Biaya Waktu

Manfaat Personel

Biaya Energi

Manfaat Citra Biaya

31

mengkonsumsi produk tersebut. Sehingga nilai pelanggan merupakan suatu

preferensi yang dirasakan oleh pelanggan dan evaluasi terhadap atribut-atribut

serta berbagai konsekuensi yang timbul dari pengguna suatu produk untuk

mencapai tujuan dan maksud pelanggan.

2. Dimensi Nilai Pelanggan

Menurut Sweeney dan Soutar (2001) dalam Tjiptono (2014:310)

dimensi nilai pelanggan terdiri dari empat aspek utama sebagai berikut:

a. Emotional Value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif/

emosi positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.

b. Social Value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk untuk

meningkatkan konsep diri sosial konsumen.

c. Quality/performance value, yakni utilitas yang di dapatkan dari produk

dikarenakan reduksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang.

d. Price/Value for Money, yakni utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap

kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk.

Siwantara (2011) yang melakukan penelitian tentang Pengaruh Nilai

Pelanggan Terhadap Kepuasan dan loyalitas Pelanggan Serta Kinerja Customer

Relationship Management pada Halo Corporate PT Telkomsel Bali,

menemukan hasil bahwa nilai pelanggan berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan pelanggan Halo Corporate PT Telkomsel Bali. Pengujian terhadap

hipotesis ini dibuktikan dengan koefisien standardized regression weights

sebesar 0,61 dengan critical ratio 4,28 dan probability 0,00, sehingga hipotesis

32

Wang et. al (2004) yang memperoleh hasil bahwa nilai emosional, nilai sosial,

nilai fungsional dan persepsi pengorbanan pelanggan berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pelanggan.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi nilai pelanggan Bank Muamalat Cabang Padangsidimpuan,

maka akan semakin tinggi kepuasan nasabah terhadap produk yang ditawarkan

oleh bank.

Dokumen terkait