diungkap dalam skala psikologis.
2.4 Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi
Kepribadian Konselor dengan Sikap Siswa terhadap
Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Persepsi merupakan respon yang ditunjukkan oleh individu terhadap objek stimulus yang ada. Objek persepsi bisa bermacam-macam, semua dapat dilihat melalui hal-hal yang nampak seperti: tingkah laku, pengetahuan, dan kemampuan. Seperti yang dikemukakan oleh Calhoun dan Accocella dalam Sugiyo (2005:33)
“bahwa ada tiga dimensi persepsi yang salah satunya yaitu pengetahuan tentang
pribadi orang lain, diantaranya wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, dan
motif”. “Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak (Mulyasa,
2003: 37)”. Kompetensi kepribadian adalah “kemampuan yang berkaitan dalam
performans pribadi seorang pendidik, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa,
arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Rifa’i, 2011: 9)”.
Kompetensi kepribadian konselor menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi kelangsungan proses pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
baik maka seorang konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat serta mampu membangun hubungan antarpribadi yang unik, dinamis, harmonis, dan kreatif, sehingga menjadi motor penggerak keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Di luar memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pun seorang konselor harus tetap menampilkan kompetensi kepribadian sebagai seorang konselor, apabila syarat ini diabaikan maka akan mempengaruhi persepsi siswa. Siswa akan mempersepsi negatif sehingga akan sangat mempengaruhi sikap siswa dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Siswa dapat mempersepsi kompetensi kepribadian konselor melalui beberapa indikator-indikator yang ditampilkan konselor sebagai berikut:
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain; serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih
Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi; menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya; toleran terhadap permasalahan konseli; bersikap demokratis
3. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat
Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten); menampilkan emosi yang stabil; bersikap empati; serta menghormati keragaman dan perubahan; menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stess dan frustasi
4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi
Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produkif; bersemangat, berdisiplin dan mandiri; berpenampilan menarik dan menyenangkan; dan berkomunikasi secara efektif.
Sikap merupakan reaksi individu dalam mempersepsi suatu objek. Dalam sikap memiliki tiga komponen yaitu komponen afektif, komponen konatif, dan komponen kognitif. Pada komponen afektif ini berhubungan dengan afeksi atau perasaan seseorang, maka seseorang akan bersikap positif atau negatif terhadap suatu objek itu tergantung pada bagaimana seseorang mempunyai pengalaman terhadap objek tersebut. Menurut Chave (1928), Bogardus (1931), La dierre (1934), Gardon A (1935) mendefinisikan bahwa sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu,
respon (Saifudin Azwar, 2005:5).
Sesuai dengan ciri sikap bahwa sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap, maka dalam penelitian ini objek sikap ditekankan pada pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Melalui proses persepsi siswa tentang kepribadian konselor, baik persepsi yang positif maupun yang negatif yang akan menimbulkan sikap tertentu dari siswa terhadap objek tersebut, sehingga hal itu akan tercermin dari bagaimana siswa dalam berperilaku dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Apabila persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian konselor baik, maka siswa akan bersikap positif, begitupun sebaliknya. Misalnya siswa melihat konselor di sekolahnya baik, ramah kepada semua siswa, tidak membeda-bedakan siswa, bersahabat, dan memperhatikan keadaan siswa maka secara umum siswa akan memberikan persepsi yang positif terhadap konselor tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor akan menghasilkan suatu sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga keduanya memiliki hubungan.
Berikut ini akan disajikan bagan yang menghubungkan antara persepsi siswa tentang kompetensi konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110). Berdasarkan landasan teori diatas, maka dalam penelitian ini hipotesis
yang diajukan peneliti adalah “ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015”. Adapun rumus hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015
Baik
Tidak Baik
Siswa bersikap negatif yaitu cenderung bersikap
menghindar, tidak mau mengikuti dan
memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
Persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian
Siswa bersikap positif yaitu cenderung bersikap,
bertindak dan ikut berperan aktif dalam mengikuti pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
kompetensi kepribadian konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 24 Semarang tahun pelajaran 2014/2015