• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Gambaran Psikoanalisis Id dan Ego Tokoh Tang Zheng dalam Film Wǒshìzhèngrén《我是证人》 Film Wǒshìzhèngrén《我是证人》

4.2.2 Kepribadian Ego Tokoh Tang Zheng

Menurut Freud (dalam Minderop, 2011:21-22) Ego selaku perdana menteri yang di ibaratkan memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat.

Berdasarkan teori tersebut, Ego pada tokoh Tang Zheng muncul ketika Tokoh Tang Zheng menawarkan kopi yang telah di campur obat bius kepada Lu Xiaoxing. Hal ini dilihat pada bagian film menit 00:20:10 yang di mana Tang Zheng memberikan kopi tersebut kepada Lu Xiaoxing. Hal ini tampak pada kutipan dialog sebagai berikut:

Gambar 4.1.7 (Tang Zheng memberikan kopi kepada Lu Xiaoxing)

Data 7 mengatakan bahwa kopi tersebut akan membuat tubuh Lu Xiaoxing merasa baik.

Hal ini terlihat pada kutipan “ 拿来吧!” yang berarti “ Ini, ambillah” yang dapat dimaknai bahwa Tang Zheng memberikan kopi tersebut kepada Lu Xiaoxing.

Dalam hal ini terlihat dorongan Id Tang Zheng yang berinisiatif memberikan kopi tersebut kepada Lu Xiaoxing yang dimana terlihat pada kutipan “这咖啡还是热 的,喝完你能暖和点儿” yang berarti “Kopi ini masih panas, kau akan merasa baikan setelah meminumnya” yang dapat di maknai bahwa kopi tersebut akan memberikan dampak baik bagi tubuh Lu Xiaoxing, setelah itu Ego menjalankan perintah atau tuntutan impuls Id dengan memberikan kopi tersebut kepada Lu Xiaoxing. Hal ini sejalan dengan pandangan Freud mengenai Ego yaitu selaku perdana menteri yang di ibaratkan memiliki tugas harus menyelesaikan segala

pekerjaan yang terhubung dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat, Freud (dalam minderop, 2011: 21). Ketika tuntutan impuls Id Tang Zheng yang dijalankan Ego tersampaikan, maka tercapailah kepuasan Ego pada tokoh Tang Zheng.

Selanjutnya bentuk Ego tokoh Tang Zheng terlihat ketika Tang Zheng memaksa untuk membuka kopi yang diberikan kepada Lu Xiaoxing dengan alasan bahwa Lu Xiaoxing tidak bisa melihat. Hal ini terlihat pada bagian film menit 00:20:46 yang dimana Tang Zheng awalnya berniat membantu membuka kopi tersebut, tetapi karena Lu Xiaoxing bersikeras dia bisa membuka sendiri kopi tersebut, maka dengan marah dan memaksa, Tang Zheng merampas kopi tersebut dari tangan Lu Xiaxing. Hal ini tampak pada dialog sebagai berikut:

Gambar 4.1.8(Tang Zheng memaksa membuka tutup kopi yang ia berikan kepada Lu Xiaoxing)

Data 8

唐峥 :把咖啡给我吧, 我帮你打开

路小星 :没事, 我自己可以

唐峥 :不是你的眼睛不方便, 拿来吧!

路小星 :我自己可以

Tang Zheng : Berikan kopinya, biar aku bantu membukanya.

Lu Xiaoxing : Tak apa, aku bisa buka sendiri.

Tang Zheng : Bukannya kamu tak bisa melihat. Biar aku saja.

Lu Xiaoxing : Aku bisa sendiri.

Tang Zheng : Biar aku bantu kamu.

Lu Xiaoxing : Aku bisa.

Tang Zheng : berikan padaku, aku bilang berikan padaku dengar tidak!

(Wǒshìzhèngrén《我是证人》, 00:20:46) Berdasarkan kutipan dialog pada data 8, diceritakan tokoh Tang Zheng memaksa Lu Xiaoxing agar memberikan kopi tersebut untuk di buka olehnnya, walaupun Lu Xiaoxing bisa membuka sendiri. Hal ini tampak pada kutipan “不是 你的眼睛不方便, 拿来吧” yang berarti “Bukannya kamu tidak bisa melihat. Biar aku saja” yang dapat di maknai bahwa Tang Zheng memerintah Lu Xioxing untuk memberikan kopi tersebut agar di buka olehnya, karena Lu Xiaoxing tidak bisa melihat. Hal ini juga diperkuat oleh dialog kutipan “给我, 我让你给我听到没有”

yang berarti “berikan padaku, aku bilang berikan padaku dengar tidak?” yang dapat di maknai bahwa Tang Zheng dengan marah meminta agar Lu Xiaoxing segera memberikan kopi tersebut kepadanya. Berdasarkan kutipan tersebut, Ego Tang Zheng muncul ketika ada dorongan impuls Id dalam diri Tang Zheng yaitu

keinginan membantu membuka kopi yang ia berikan kepada Lu Xiaoxing, tetapi karena Lu Xiaoxing bersikeras ingin membuka sendiri, maka Ego dalam diri Tang Zheng menjalankan tuntutan pulsi dengan memaksa Lu Xiaoxing memberikan kopi tersebut agar di buka olehnya. Hal ini sejalan dengan pandangan Freud mengenai Ego yaitu selaku perdana menteri yang di ibaratkan memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat Freud (dalam Minderop, 2011: 21).

Dalam hal ini ketika tuntutan pulsi Id dalam diri Tang Zheng tertuntaskan, maka Ego Dalam diri Tang Zheng akan terpuaskan.

Selanjutnya Ego tokoh Tang Zheng tampak ketika ia mengikuti Lincong dan menabrak Lin Chong dengan mobilnya, adapun alasan Tang Zheng menabrak tokoh Lin Chong karena Linchong merupakan saksi atas tabrak lari yang ia lakukan terhadap seorang wanita muda. Hal ini terlihat pada bagian film menit 00:46:22 dan dijelaskan pada bagian film menit 00:51:10 yang mana Lin Chong bertanya kepada polisi tentang orang yang menabraknya. Hal ini terlihat pada dialog sebagai berikut:

Gambar 4.1.9 ( Tang Zheng menabrak Lin Chong)

Data 9

林冲 :有这个时间在这儿假惺惺的

林冲 :憧我那哥们儿缉拿归案了吗?

Lin Chong : Yǒu zhège shíjiān zài zhè'er jiǎxīngxīng de Linchong : Chōng wǒ nà gēmen er jīná guī'ànle ma?

Lin Chong : Berhentilah meneteskan air mata buaya disini.

Lin Chong : Apa kau sudah menemukan orang yang menabrakku?

(Wǒshìzhèngrén《我是证人》, 00:46:22 dan 00:51:10) Berdasarkan kutipan dialog data 9, diceritakan tokoh Lin Chong bertanya kepada polisi tentang orang yang menabraknya tadi malam. Hal ini tampak pada kutipan “ 憧 我 那 哥 们 儿 缉 拿 归 案 了 吗 ? ” yang berarti “Apa kau sudah menemukan orang yang menabrakku?” yang dapat di maknai bahwa Tang Zheng telah menabrak Lin Chong. Ego Tang Zheng muncul ketika adanya dorongan Id alam sadar dalam diri Tang Zheng, yaitu dorongan ingin membunuh Lin Chong dan harus di tuntaskan dengan cara menabrak Lin Chong. Hal ini sejalan dengan pandangan Freud mengenai Ego yaitu Ego (terletak di antara alam sadar dan tak sadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan impuls dan larangan Superego Freud (dalam Minderop, 2011:21). Dalam hal ini ketika Ego dalam diri Tang Zheng berhasil menuntaskan tuntutan pulsi Id, maka Ego Tang Zheng dapat dipuaskan.

Selanjutnya Ego tokoh Tang Zheng terlihat ketika Tang Zheng ingin menjebak Lu Xiaoxing dengan mengikutinya sampai kedalam bis. Hal ini terlihat pada bagian film menit 01:00:33 yang mana Tang Zheng mengancam Lu Xiaoxing agar tidak berbicara pada Lin Chong yang pada saat itu sedang menelponnya. Hal ini tampak pada dialog sebagai berikut:

Gambar 4.1.10 ( Tang Zheng mengancam Lu Xiaoxing dengan pisau)

Lin Chong : Dengarkan aku, orang itu naik bis yang sama denganmu, scan-lah sekelilingmu dengan ponsel.

Lu Xiaoxing : Ya

Lin Chong : Tunggu, tunjukkan di sebelah kirimu, orang itu duduk di sebelah kirimu.

Tang Zheng : Jangan katakana apapun! Keluarlah di perberhentian berikutnya.

(Wǒshìzhèngrén《我是证人》, 01:00:33) Berdasarkan kutipan data 10, diceritakan Tang Zheng mengancam Lu Xiaoxing dengan pisau agar tidak berbicara dan menyuruh Lu Xiaoxing agar turun di perberhentian berikutnya. Hal ini tampak pada kutipan “别说话! 下一站 下 车” yang berarti “ Jangan katakana apapun! Keluarlah di perberhentian

berikutnya” yang dapat di maknai bahwa Tang Zheng mengancam Lu Xiaoxing agar diam dan menyuruh turun di perberhentian berikutnya. Ego tokoh Tang Zheng muncul ketika ada dorongan Id dalam diri Tang Zheng yaitu ingin menjebak Lu Xiaoxing yang dimana harus di tuntaskan oleh Ego dengan mengikuti hingga mengancam Lu Xiaoxing di dalam bis. Hal ini sejalan dengan pandangan Freud mengenai Ego yaitu selaku perdana menteri yang di ibaratkan memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat Freud (dalam Minderop, 2011:

21). Dalam hal ini ketika tuntutan pulsi dalam diri Tang Zheng dapat tertuntaskan , maka Ego dalam diri Tang Zheng dapat dipuaskan.

Selanjutnya Ego Tang Zheng terlihat ketika ia memarahi adiknya, Tang Qian karena menggunakan aplikasi Let‟s meet bertemu pria asing, bahkan ketika bertemu pria asing ia mengekan pakaian yang tidak sopan sehingga membuat Tang Zheng bertambah marah. Hal ini terlihat pada bagian film menit 01:13:32 yang dimana Tang Qian mengatakan bahwa kakaknya,Tang Zheng selalu mengurusi hidupnya semenjak ayah dan ibunya meninggal. Hal ini membuat Tang Zheng sangat emosi dan menampar Tang Qian. Hal ini tampak pada dialog sebagai berikut:

Gambar 4.1.11 ( Tang Zheng menampar adiknya, Tang Qian)

Tang Zheng : Kenapa wajahmu?

Tang Qian : Bukan urusanmu!

Tang Zheng : Katakan, kenapa wajahmu?

Tang Qian : Lepaskan aku! Ayah dan ibu sudah tiada, kau tak berhak atas diriku! Aku sudah dewasa! Aku bisa lakukan sesukaku! Kalau aku suka keluar, suka kencan dengan orang asing, kau mau apa?

Tang Qian : Apa hakmu memukulku? Kau pikir kau ini siapa?