• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BAHASA MANDARIN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI BAHASA MANDARIN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TOKOH TANG ZHENG DALAM FILM Wǒshìzhèngrén 《我是证人》

《我是证人》电影中唐峥人物心理障碍分析

Wǒshìzhèngrén diànyǐng zhōng táng zhēng rénwù xīnlǐ zhàng'ài fēnxī

SKRIPSI

SITI FATIMAH GORAT NIM 150710010

PROGRAM STUDI BAHASA MANDARIN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

Lembar Pengesahan Skripsi

ANALISIS GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TOKOH TANG ZHENG DALAM FILM Wǒshìzhèngrén 《我是证人》

《我是证人》电影中唐峥人物心理障碍分析

Wǒshìzhèngréndiànyǐng zhōng tang zhēng rénwù xīnlǐ zhàng'ài fēnxī

SKRIPSI OLEH

SITI FATIMAH GORAT 150710010

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu budaya dan telah disetujui:

Pembimbing

Intan Erwani Batubara, S.S., M.Hum NIK. 90112116082001

Program Studi Bahasa Mandarin Ketua,

Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D NIP 196910112002121001

(3)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 11 Oktober 2019

Siti Fatimah Gorat 150710010

Materai 6000

(4)

ANALISIS GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TOKOH TANG ZHENG DALAM FILM Wǒshìzhèngrén 《我是证人》

《我是证人》电影中唐峥人物心理障碍分析

Wǒ shì zhèngrén diànyǐng zhōng táng zhēng rénwù xīnlǐ zhàng'ài fēnxī

SITI FATIMAH GORAT 150710010

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah „Analisis Gangguan Psikologis pada Tokoh Tang Zheng dalam Film Wǒshìzhèngrén《我是证人》‟. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis gambaran psikoanalisis pada tokoh Tang Zheng yang digambarkan dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》serta mendeskripsikan bentuk gangguan psikologis pada tokoh Tang Zheng yang digambarkan dalam film Wǒshìzhèngrén

《 我 是证人》 . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud dan psikopatologi dari Dirgagunarsa. Data diperoleh dari dialog antar tokoh dan subtitle yang berhubungan dengan topik pembahasan yang terdapat pada film Wǒshìzhèngrén

《我是证人》. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua bentuk gangguan psikologis pada tokoh Tang Zheng dalam Film Wǒshìzhèngrén《我是证人》

yaitu Agresi dan Pengalihan yang sangat di pengaruhi oleh kepribadian Id dan Ego dalam diri Tang Zheng.

Kata Kunci: Gangguan Psikologis; Psikoanalisis; Film; Tang Zheng;

Wǒshìzhèngrén

(5)

ANALYSIS OF PSYCHOLOGICAL DISORDERS IN TANG ZHENG FIGURES IN THE FILM

Wǒshìzhèngrén 《我是证人》

SITI FATIMAH GORAT 150710010

ABSTRACT

The title of this research is ‘Psychological Disorders Analysis in Tang Zheng Figure in Woshizhengren 《我是证人》Film’. The purpose of this study is to analyze the psychoanalytic picture of Tang Zheng characters depicted in the film Woshizhengren 《 我 是 证 人 》 and describe the forms of psychological disturbances in Tang Zheng characters depicted in the film Woshizhengren 《我 是证人》. The method used in this research is is descriptive method with a qualitative approach. In this study, researchers used Sigmund Freud’s psychoanalytic theory and psychopathology from Dirgagunarsa. Data obtained from dialogues between characters and subtitles related to the topic of discussion containned in the film Woshizhengren 《我是证人》. The result showed that there were two forms of psychological disturbances in the character Tang Zheng in the film Woshizhengren《我是证人》. Namely Agression and Diversion which were greatly influenced by the personality of the Id and Ego in Tang Zheng.

Keywords: Psychological disorders; Psychoanalysis; Film; Tang Zheng;

Wǒshìzhèngrén.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan segala hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini dengan judul “Analisis Gangguan Psikologis pada Tokoh Tang Zheng dalam Film Wǒshìzhèngrén

《我是证人》”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini peneliti menganalisis mengenai Bentuk Gangguan Psikologis pada Tokoh Tang Zheng yang Digambarkan dalam Film Wǒshìzhèngrén《我是证人》. Sebuah hal yang sangat luar biasa sampai akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai harapan.

Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, yakni Ayahanda Wahid Hasim Gorat dan Ibunda Samriani Nasution yang peneliti sayangi. Terimakasih telah melahirkan peneliti ke dunia ini, membesarkan, menafkahi, serta memberikan pendidikan, baik pendidikan agama maupun dunia kepada peneliti. Dan tidak pernah jenuh-jenuhnya dalam mendoakan, menasehati serta menyemangati peneliti selama menjalani perkuliahan di Universitas Sumatera Utara. Semoga skripsi ini menjadi salah satu hal yang bisa membanggakan kedua orang tua saya.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, waktu, bimbingan, nasehat dan doa kepada peneliti. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Bahasa Mandarin Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang membangun selama proses penyempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S, MTCSOL, selaku Sekretaris Program Studi Bahasa

(7)

Mandarin Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Penguji II yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang membangun kepada peneliti selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Intan Erwani Batubara, S.S, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menjdi pembimbing dan dengan sabar dalam membimbing, menasehati serta memberikan dukungan, arahan yang membangun dengan baik dan tulus dalam mendidik dan memberikan pengarahan kepada peneliti selama proses penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Vivi Adryani Nasution, S.S, MTCSOL, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan motivasi selama peneliti melaksanakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Bahasa Mandarin, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada peneliti selama di perkuliahan.

7. Terimakasih banyak peneliti ucapkan kepada Seluruh Keluarga peneliti yang telah senantiasa memberikan dukungan serta doa terbaik bagi peneliti.

8. Teman-teman Sastra Cina 2015 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah banyak mendukung dan membantu peneliti.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis sajikan ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat berguna bagi masyarakat dan peneliti selanjutnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bisa berguna bagi kita semua.

Medan, 11 Oktober 2019 Peneliti,

Siti Fatimah Gorat 150710010

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Konsep ... 8

2.1.1 Film ... 8

2.1.2 Tokoh ... 9

2.1.3 Alur... 10

2.1.4 Gangguan Psikologis ... 12

2.2 LandasanTeori ... 13

2.2.1 Teori Kepribadian Sigmund Freud ... 14

2.2.1.1 Mekanisme Pertahanan dan Konflik ... 16

2.2.2 Psikopatologi ... 20

2.2.2.1 Psikopat ... 22

2.3 Tinjauan Pustaka ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Metode Penelitian ... 26

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.3 Teknik Analisis Data ... 27

3.4 Data dan Sumber Data ... 28

(9)

3.4.1 Data ... 28

3.4.2 Sumber Data ... 28

3.4.2.1 Sumber Data Primer... 28

3.4.2.2 Sumber Data Sekunder ... 29

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Hasil ... 30

4.2 Analisis Gambaran Psikoanalisis Id dan Ego tokoh Tang Zheng dalam Film Wǒshìzhèngrén《我是证人》 ... 30

4.2.1 Kepribadian Id Tokoh Tang Zheng ... 31

4.2.2 Kepribadian Ego Tokoh Tang Zheng ... 42

4.3 Analisis Bentuk Gangguan Psikologis Tokoh Tang Zheng dalam Film Wǒshìzhèngrén《我是证人》 ... 51

4.3.1 Agresi ... 52

4.3.2 Pengalihan ... 66

BAB V PENUTUP ... 72

5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 77

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

4.1.1 Tang Zheng menyuruh Lu Xiaoxing masuk ke dalam mobil ... 32

4.1.2 Tang Zheng ingin memberikan kopi kepada Lu Xiaoxing ... 34

4.1.3 Tang Zheng sedang menelpon Lu Xiaoxing ... 36

4.1.4 Tang Zheng mengikuti Lu Xiaoxing sampai kedalam bis ... 37

4.1.5 Tang Zheng sedang memarahi adiknya, Tang Qian ... 39

4.1.6 Tang Zheng mengajak Lu Xiaoxing untuk bunuh diri ... 41

4.1.7 Tang Zheng memberikan kopi kepada Lu Xiaoxing ... 44

4.1.8 Tang Zheng memaksa membuka kopi yang ia berikan ... 46

4.1.9 Tang Zheng menabrak Lin Chong... 48

4.1.10 Tang Zheng mengancam Lu Xiaoxing dengan pisau ... 49

4.1.11 Tang Zheng menampar adiknya, Tang Qian ... 51

4.2.1 Zheng Huiying berusaha kabur dari Tang Zheng ... 55

4.1.2 Tang Zheng memaksa Lu Xiaoxing masuk kedala mobilnya .... 57

4.1.3 Tang Zheng menabrak Lin Chong... 60

4.1.4 Tang Zheng mengancam Lu Xiaoxing dengan pisau ... 62

4.1.5 Congcong telah mati terbunuh ... 64

4.1.6 Tang Zheng mencekik Lu Xiaoxing ... 67

4.1.7 Tang Zheng berbohong melakukan perawatan mobil ... 70

4.1.8 Tang Zheng berbohong telah menabrak seekor anjing ... 72

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara sederhana sastra mengacu kepada dua pengertian, yaitu sebagai karya sastra dan sebagai ilmu sastra, yang merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan. Ketika digunakan dalam kerangka karya sastra, sastra merupakan hasil karya seni yang diciptakan pengarang ataupun kelompok masyarakat tertentu bermediakan bahasa. Sebagai karya seni yang bermediakan bahasa, karya sastra dipandang sebagai karya sastra imajinatif (Wiyatmi, 2011:14).

Berdasarkan teori objektif, Abrams (dalam Wiyatmi, 2011:17-18) sastra didefinisikan sebagai karya seni yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Kemudian menurut teori ekspresif, karya sastra dipandang sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan, atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, atau perasaan- perasaannya. Sementara itu, berdasarkan teori pragmatik, karya sastra dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu, misalnya nilai-nilai atau ajaran kepada pembaca.

Karya sastra, baik bentuk maupun isinya, sebagian atau seluruhnya bersumber dalam kehidupan sosial. Semesta sosial menyediakan kualitas dan kuantitas data, medium problematika, kerangka konseptual, dan cara-cara pemecahannya. Karya sastra tidak terbatas hanya sebagai konstruksi imajinatif dengan kualitas utopis, melainkan suatu citra kemanusiaan yang memiliki kaitan yang erat dengan fakta-

(12)

fakta sosial dalam kehidupan sehari-hari, dan dengan sendirinya memiliki relevansi yang signifikan dalam perkembangan masyarakat (Khuta, 2016:269- 270).

Karya sastra dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu karya sastra imajinatif dan nonimajinatif. Karya sastra imajinatif yaitu karya sastra yang lebih bersifat khayali dan menggunakan bahasa konotatif yang termasuk kedalam karya sastra imajinatif seperti novel, puisi, drama, fiksi, film dan lainnya yang berhubungan dengan imajinasi. Sedangkan karya sastra nonimajinatif yaitu sastrawan bekerja berdasarkan fakta dan benar adanya terjadi tetapi penyajiannya dalam bentuk sastra, yang termasuk kedalam karya sastra nonimajinatif yaitu skripsi, jurnal umum, esai, kritik, biografi, disertasi dan lain-lain.

Perkembangan sastra saat ini berkembang dari yang “tekstual” hingga yang bersifat “visual” berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Cerpen, drama, novel, kini sudah dapat ditonton dalam bentuk film. Film sebagai seni yang sangat kuat pengaruhnya dapat memperkaya pengalaman hidup seseorang dan bisa menutupi segi-segi kehidupan yang lebih dalam.

Menurut Mutia (2014), film termasuk salah satu bentuk karya seni yang mampu menyampaikan informasi dan pesan dengan cara yang kreatif sekaligus unik. Film merupakan bagian dari karya sastra naratif yang memiliki beberapa unsur intrinsik yang dimiliki oleh drama. Unsur-unsur intrinsik tersebut adalah tema, tokoh, dan setting.

Film Wǒshìzhèngrén《我是证人》adalah film Tiongkok yang dibintangi oleh aktor dan aktris Tiongkok diantaranya Yang Mi《杨幂》yang berperan sebagai

(13)

Lu Xiaoxing《路小星》, Lu Han《鹿晗》berperan sebagai Lin Chong《林冲》, Wang Jing Chun《王景春》berperan sebagai Lu Li《鲁力》 dan Zhu Ya Wen

《朱亚文》berperan sebagai Tang Zheng《唐峥》. Film ini di produksi oleh Xinxiansuo Entertainment Capital Co.

Wǒshìzhèngrén《我是证人》 adalah film bergenre kriminal yang di produksi tahun 2015 dan disutradarai oleh Ahn sang-hoon. Film ini dirilis di tiongkok pada tanggal 30 Oktober 2015. Film ini juga telah di daur ulang dari film korea selatan 2011 Blind dan di sutradarai oleh sutradara yang sama.

Selain sebagai wahana untuk menghibur, film juga bermanfaat sebagai media pembelajaran yang cocok untuk dianalisis. Maka dari itu peneliti menemukan film Wǒshìzhèngrén 《 我 是 证 人 》 sebagai bahan penelitian untuk pembelajaran khususnya dari segi ekstrinsik yaitu gangguan psikologis tokoh Tang Zheng. Pada film ini, tokoh Tang Zheng merupakan tokoh antagonis yang mempunyai permasalahan kepribadian yaitu sering menjebak para perempuan muda untuk di operasi agar mirip dengan tubuh adiknya. Hal ini dilatarbelakangi oleh peristiwa kematian sang adik perempuan tanpa sengaja oleh dirinya, yang mengakibatkan perasaan bersalah yang mendalam pada tokoh Tang Zheng. Maka dari itu, dia mulai melampiaskan perasaan bersalahnya kepada perempuan-perempuan muda dengan cara menjebak lewat sebuah aplikasi “Let’s meet” yang berfungsi sebagai komunikasi dengan orang baru.

Sebelum meninggal, adiknya yang bernama, Tang Qian juga menggunakan aplikasi “Let’s meet” ini untuk berkomunikasi dan bertemu dengan para pria asing.

Mengetahui hal itu, Tang Zheng marah pada Tang Qian karena setelah

(14)

menggunakan aplikasi “Let’s meet” tersebut, adiknya sangat berubah dan sering pulang malam, bahkan ketika pulang wajah Tang Qian pernah ada bekas luka pukulan dari teman lelaki yang di jumpainya tersebut.

Hal ini juga yang memicu kemarahan Tang Zheng kepada Tang Qian. Tetapi Tang Qian tidak mengacuhkan perkataan kakaknya, sebaliknya dia marah dan mengatakan kakaknya selalu saja mengurusi hidupnya setelah kematian orang tua mereka. Setelah itu terjadilah pertengkaran diantara mereka yang akhirnya Tang Qian terdorong ke lantai dan meninggal dunia di tangan Tang Zheng. Setelah kematian sang adik, Tang Zheng menggunakan aplikasi “Let’s meet” ini untuk berkomunikasi dengan para perempuan muda untuk menjebak mereka.

Namun, walaupun Tang Zheng menjebak para perempuan muda untuk menjadi sasarannya, ia masih merasa hidupnya hampa dan sengsara, sampai akhirnya tanpa sengaja dia bertemu dengan Lu Xiaoxing yang juga mempunyai kisah masa lalu yang sama dengan dirinya. Setelah mencari tahu tentang Lu Xiaoxing, Tang Zheng ingin mengajak Lu Xiaoxing bunuh diri bersama agar bersatu dengan adik mereka di surga. Akan tetapi, Lu Xiaoxing menyakinkan bahwa jika masa lalu mereka tidak memiliki kesamaan dan kematian adiknya bukan terbunuh olehnya melainkan sebuah kecelakaan.

Dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》, Tokoh Tang Zheng bukan tokoh utama, melainkan tokoh ketiga (antagonis) yang sering berhubungan dengan tokoh utama ( Lu xiaoxing). Berdasarkan permasalahan pada film ini, peneliti melihat adanya isu mengenai gangguan psikologis pada tokoh. Hal ini tampak

(15)

pada perilaku tokoh yang menjebak perempuan muda untuk dioperasi dan tindakan kekerasan terhadap tokoh lain.

Oleh karena itu, pada film Wǒshìzhèngrén 《 我 是 证 人 》 , peneliti menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud dan psikopatologi yaitu psikopat dari Singgih Dirgagunarsa, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Abnormal (2009:32), mengatakan bahwa psikopat merupakan hambatan kejiwaan yang menyebabkan penderita mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma sosial yang ada dilingkungannya.

Adapun alasan peneliti meneliti film Wǒshìzhèngrén《我是证人》 sebagai objek yaitu film Wǒshìzhèngrén《我是证人》 merupakan salah satu film terkenal asal Tiongkok yang masuk Box Office dan diperankan oleh para aktor dan aktris terkenal asal Tiongkok yaitu Yang Mi dan Lu Han. Selain itu film ini merupakan sebuah film adaptasi dari film korea Blind dan juga disutradarai oleh sutradara yang sama yaitu Ahn Sang Hoon.

Sedangkan alasan peneliti mengambil permasalahan gangguan psikologis yaitu karena pada film Wǒshìzhèngrén《我是证人》, peneliti menemukan satu tokoh yaitu Tang Zheng yang memiliki gangguan psikologis yang jarang terdapat dalam kehidupan nyata, sehingga peneliti tertarik untuk menganalisisnya. Dalam analisisnya peneliti menggunakan psikoanalisis Sigmund Freud dan psikopatologi yaitu psikopat, khususnya dari segi kepribadiannya. Dengan demikian, peneliti akan fokus membahas tentang permasalahan gangguan psikologis.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran psikoanalisis pada tokoh Tang Zheng yang digambarkan dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》?

2. Bagaimana bentuk gangguan psikologis pada tokoh Tang Zheng yang digambarkan dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan untuk membatasi ruang lingkup dari rumusan masalah agar bahasan yang kita lakukan tidak terlampau melebar ke hal-hal yang tidak berhubungan dengan topik penelitian. Maka dari itu, peneliti membatasi permasalahan hanya pada tokoh Tang Zheng dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证 人》. Adapun alasan peneliti membatasi hanya meneliti pada tokoh Tang Zheng tersebut karena dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》 tokoh ini yang paling menonjol dari segi permasalahan psikologisnya.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis gambaran psikoanalisis pada tokoh Tang Zheng yang digambarkan dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》.

2. Mendeskripsikan bentuk gangguan psikologis pada tokoh Tang Zheng yang digambarkan dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》.

(17)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini untuk pembaca yaitu sebagai bahan bacaan yang berfungsi menambah pengetahuan serta wawasan pembaca tentang gangguan psikologis khususnya dari karya sastra.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding terhadap penelitian sebelumnya dan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang akan meneliti tentang gangguan psikologis pada karya sastra.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang di pakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena alami (Siyoto dan Ali, 2015:12).

2.1.1 Film

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Berbagai pesan dapat disampaikan melalui film, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi.

Menurut Danesia, sebagaimana yang dikutip oleh Friska (2014), film merupakan salah satu karya sastra yang kini telah berkembang dengan pesat. Film termasuk karya sastra karena merupakan salah satu drama modern. Film mengadopsi genre dari karya cetak dan bidang hiburan lain yang ada sebelumnya.

Film tidak hanya menyajikan sesuatu yang bersifat khayal dan bersifat menghibur saja, dalam perkembangannya, film kini dikombinasikan dengan berbagai sisi kehidupan manusia yang berkaitan dengan pendidikan, teknologi, sains dan lain sebagainya.

Film dapat dikelompokkan kedalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Film cerita adalah film yang di produksi berdasarkan film yang di karang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film

(19)

cerita bersifat komersial, artinya orientasi pembuatannya adalah bisnis dan mengejar keuntungan sehingga film di buat sedemikian rupa agar memiliki nilai jual dan menarik untuk disimak oleh berbagai lapisan khalayak. Film komersial biasanya lebih ringan, atraktif, dan mudah dimengerti agar lebih banyak orang yang berminat untuk menyaksikannya.

Film non cerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subjeknya, yaitu merekam kenyataan. Film non komersial tidak beriorentasi bisnis, melainkan murni sebagai seni dalam menyampaikan suatu pesan dan sarat akan tujuan karena di buat bukan atas keuntungan, yang biasanya segmentasi penonton juga terbatas. Adapun jenis-jenis film yaitu; film horror, film drama, romantik, kolosal, thriller, fantasi, komedi, misteri dan sebagainya.

2.1.2 Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan (Siswanto, 2008:142- 143).

Ditinjau dari perkembangan kepribadian, tokoh dapat dibedakan atas tokoh dinamis dan tokoh statis. Tokoh dinamis adalah tokoh tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang. Sebagai contoh, tokoh yang semula jujur, karena terpengaruh oleh temannya yang serakah, akhirnya menjadi tokoh yang

(20)

tidak jujur. Tokoh ini menjadi jujur kembali setelah ia sadar bahwa dengan tidak jujur, penyakit jantungnya semakin parah. Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap (Siswanto, 2008:143).

Aminuddin (dalam Siswanto, 2008:144) mengungkapkan bahwa dilihat dari watak yang dimliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai oleh pembacanya. Biasanya watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci oleh pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius.

2.1.3 Alur (Plot)

Sujiman (dalam siswanto, 2008:159) mengartikan alur sebagai jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencari efek tertentu. Jalinannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan hubungan kausal (sebab akibat).

Alur adalah rangkian peristiwa yang di reka dan dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks dan selesaian.

Aminuddin (siswanto, 2008:159-160) membedakan tahapan-tahapan peristiwa atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.

(21)

Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita rekaan atau drama yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang dikenalkan dari tokoh ini misalnya, nama, asal, ciri fisik, dan sifatnya.

Konflik tikaian adalah ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan atau drama. Pertentanagan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh , antara dua tokoh, antara tokoh masyarakat atau lingkungannya, antara tokoh dan alam, serta antara tokoh dan tuhan.

Komplikasi atau rumitan adalah bagian tengah alur cerita rekaan atau drama yang mengembangkan tikaian. Dalam tahap ini konflik semakin tajam karena berbagai sebab dan berbagai kepentingan yang berbeda dari setiap tokoh.

Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca.

Klimaks merupakan puncak rumitan, yang diikuti oleh krisis atau titik balik.

Krisis adalah bagian alur yang mengawali penyelesaian. Saat dalam alur yang di tandai oleh perubahan alur cerita menuju selesainya cerita. Karena setiap klimaks diikuti krisis, keduanya sering di samakan.

Leraian adalah bagian struktur alur cerita sesudah tercapai klimaks. Pada tahap ini peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan perkembangan lakuan ke arah selesaian.

Selesaian adalah tahap akhir suatu cerita rekaan atau drama. Dalam tahap ini semua masalah dapat diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan, rahasia dibuka.

(22)

2.1.4 Gangguan Psikologis

Menurut Drajat ( dalam Ardani, 2006:23), keabnormalan itu dapat dibagi atas dua golongan yaitu: gangguan jiwa (neurosa) dan sakit jiwa (psychose). Ada perbedaan antara neurose dan psychose. Orang yang terkena neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psychose tidak.

Disamping itu, orang yang kena neurose kepribadiannya tidak jauh dengan realitas dan masih dalam alam kenyataan pada umumnya. Sedangkan orang yang kena psychose kepribadiannya (dari segi tanggapan, perasaan/emosi dan dorongan-dorongannya) sangat terganggu, tidak ada integritas dan ia hidup jauh dari kenyataan.

Ada beberapa kriteria-baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat dipakai untuk menentukan atau mengukur. Beberapa kriteria yang dimaksud adalah penyimpangan dari norma statistik, penyimpangan dari norma-norma sosial, gejala “salah suai” (maladjusment), tekanan batin, dan ketidak matangan Coleman (dalam Ardani, 2007:17-20).

1. Penyimpangan dari norma-norma statistik

Abnormal adalah setiap hal yang luar biasa, tidak lazim, atau secara harfiah yang menyimpang dari norma. Kriteria ini cocok diterapkan untuk sifat-sifat kepribadian tertentu seperti sifat agresif, di mana makin jauh dari nilai rata-rata baik kearah kiri maupun kanan kita temukan orang- orang dengan tingkat agresifitas ekstrim (rendah atau tinggi), yang dua- duanya berkonotasi negatif.

(23)

2. Penyimpangan dari norma-norma sosial

Menurut kriteria ini, abnormal diartikan sebagai non konformitas yaitu sifat tidak patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial.

3. Gejala “salah suai” (malajusment)

Abnormalitas dipandang sebagai ketidakefektifan individu dalam menghadapi, menanggapi, menangani atau melaksanakan tuntutan- tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari kebutuhannya sendiri. Kriteria semacam ini jelas bersifat negatif, artinya tidak memperhitungkan fakta bahwa seorang individu dapat berpenyesuaian baik (well adjusted) tanpa memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuannya.

4. Tekanan batin

Abnormalitas dipandang sebagai perasaan-perasaan cemas, depresi atau sedih, atau perasaan bersalah yang mendalam.

5. Ketidakmatangan

Seseorang dikatakan abnormal bila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat usianya, tidak selaras dengan situasinya.

2.2 Landasan Teori

Teori merupakan pisau analisis atau paradigma yang digunakan untuk mengupas masalah yang terjadi di meja penelitian, jadi teori ibaratnya pisau untuk membelah sebuah roti, jika dapat menggunakan pisau yang tepat, dan

(24)

menggunakannya secara tepat pula, maka hasilnya akan memuaskan (Siyoto dan ali, 2015:45). Maka dari itu untuk menganalisis gangguan psikologis pada tokoh Tang Zheng dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》, peneliti menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud dan psikopatologi yaitu psikopat dari Singgih Dirgagunarsa.

2.2.1 Teori Kepribadian Sigmund Freud

Menurut Freud (dalam Minderop, 2011:20) tingkah laku merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah faktor historis masa lampau dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam pembentukan kepribadian individu.

Menurut Freud, ( dalam Minderop, 2011:21-22) pembagian psikisme manusia terdiri dari: id (terletak di bagian tak sadar) yang merupakan reservoil pulsi dan menjadi sumber energi psikis. Ego (terletak di antara alam sadar dan tak sadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntunan impuls dan larangan Superego. Superego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian taksadar) bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsi-pulsi tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua.

Freud mengibaratkan id sebagai raja atau ratu, ego sebagai perdana menteri dan superego sebagai pendeta tertinggi. Id berlaku sebagai penguasa absolut, harus dihormati, manja, sewenang-wenang dan mementingkan diri sendiri;

(25)

apa yang di inginkannya harus segera terlaksana. Ego selaku perdana menteri yang di ibaratkan memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat. Superego ibaratnya seorang pendeta yang selalu penuh pertimbangan terhadap nilai-nilai baik dan buruk harus mengingatkan si id yang rakus dan serakah bahwa pentingnya perilaku yang arif dan bijak.

Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar seperti misalnya kebutuhan: makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Menurut Freud, id berada di bawah alam sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerja id berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidak nyamanan.

Ego terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang di batasi oleh realitas. Seseorang penjahat misalnya, atau seseorang yang ingin memenuhi kepuasan diri sendiri akan tertahan dan terhalang oleh realitas kehidupan yang dihadapi. Demikian pula dengan adanya individu yang memiliki impuls-impuls seksual dan agresifitas yang tinggi misalnya: tentu saja nafsu-nafsu tersebut tak akan terpuaskan tanpa pengawasan. Demikianlah, ego menolong manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitaan bagi dirinya sendiri. Ego berada diantara alam sadar dan alam bawah sadar. Tugas ego memberi tempat pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Dengan alasan ini, ego merupakan pimpinan utama dalam kepribadian;

(26)

layaknya seorang pemimpin perusahaan yang mampu mengambil keputusan rasional demi kemajuan perusahaan. Id dan ego tidak memiliki moralitas karena keduanya ini tidak mengenal nilai baik dan buruk.

Struktur yang ke tiga ialah superego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan „hati nurani‟ yang mengenali nilai baik dan buruk (conscience). Sebagaimana id, superego tidak mempertimbangkan realitas karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika impuls seksual dan agresifitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral.

2.2.1.1 Mekanisme Pertahanan dan Konflik

Mekanisme pertahanan terjadi karena adanya dorongan atau perasaan beralih untuk mencari objek pengganti. Misalnya impuls agresif yang ditunjukkan kepada pihak lain yang dianggap aman untuk diserang.

Dalam teori kepribadian, mekanisme pertahanan merupakan karakteristik yang cenderung kuat dalam diri setiap orang. Mekanisme pertahanan ini tidak mencerminkan kepribadian secara umum, tetapi juga dalam pengertian penting dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian. Kegagalan mekanisme pertahanan memenuhi fungsi pertahanannya bisa berakibat pada kelainan mental ( Minderop, 2011:29-31).

(27)

Menurut Freud, (dalam Minderop, 2011:32-39), ada beberapa bentuk mekanisme pertahanan yaitu:

1. Represi (Repression)

Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego yang paling kuat dan luas adalah antara lain, represi (repression). Tugas represi ialah mendorong keluar implus- implus id yang tak diterima dari alam sadar dan kembali kealam bawah sadar.

Represi merupakan fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego.

Tujuan dari semua mekanisme pertahanan ego adalah untuk menekan ( repress) atau mendorong implus-implus yang mengancam agar keluar dari alam sadar.

2. Sublimasi

Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi sesungguhnya suatu bentuk pengalihan. Misalnya, seorang individu memiliki dorongan seksual yang tinggi, lalu ia mengalihkan perasaan tidak nyaman ini ke tindakan-tindakan yang dapat di terima secara sosial dengan menjadi seorang artis pelukis tubuh model tanpa busana.

3. Proyeksi

Proyeksi terjadi bila individu menutupi kekurangannya dan masalah yang di hadapi ataupun kesalahannya dilimpahkan kepada orang lain. Misalnya, kita harus bersikap kritis atau bersikap kasar terhadap orang lain, kita menyadari bahwa sikap ini tidak pantas kita lakukan, namun sikap yang dilakukan

(28)

tersebut diberi alasan bahwa orang tersebut memang layak menerimanya.

Sikap ini kita lakukan agar kita tampak lebih baik.

4. Pengalihan (Displacement)

Pengalihan adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan. Misalnya, ada impuls-impuls agresif yang dapat digantikan, sebagai kambing hitam, terhadap orang (atau objek lainnya) yang mana objek-objek tersebut bukan sebagai sumber frustasi namun lebih aman dijadiakan sebagai sasaran.

5. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi memiliki dua tujuan: pertama, untuk mengurangi kekecewaan ketika kita gagal mencapai suatu tujuan; kedua, memberi kita motif yang dapat diterima atas perilaku. Hilgard et al (dalam Minderop, 2011:35)

6. Reaksi Formasi (Reaction Formation)

Represi akibat impuls anxitas kerap kali diikuti oleh kecenderungan yang berlawanan yang bertolak belakang dengan tendensi yang ditekan: reaksi formasi. Misalnya, seseorang bisa menjadi syuhada yang fanatik melawan kejahatan karena adanya perasaan di bawah alam sadar yang berhubungan dengan dosa. Reaksi formasi mampu mencegah seorang individu berperilaku yang menghasilkan anxitas dan kerap kali mencegahnya bersikap antisosial.

7. Regresi

Terdapat dua interpretasi mengenai regresi. Pertama, regresi yang disebut retrogressive behavior yaitu, perilaku seseorang yang mirip anak kecil, menangis dan sangat manja agar memperoleh rasa aman dan perhatian orang

(29)

lain. Kedua, regresi yang di sebut primitivation ketika seorang dewasa bersikap sebagai orang yang tidak berbudaya dan kehilanagan kontrol sehingga tidak sungkan-sungkan berkelahi. Hilgard et al (dalam Minderop, 2011:38)

8. Agresi dan Apatis

Perasaan marah terkait erat dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat menjurus kepada pengerusakan dan penyerangan. Agresi dapat berbentuk langsung atau pengalihan (direct aggression dan displaced aggression).

Agresi langsung adalah agresi yang diungkapkan langsung kepada seseorang atau objek yang merupakan sumber frustasi. Agresi yang dialihkan adalah bila seseorang mengalami frustasi namun tidak dapat mengungkapkan secara puas kepada sumber frustasi tersebut karena tidak jelas atau tidak tersentuh.

Sipelaku tidak tahu ke mana ia harus menyerang, sedangkan ia sangat marah dan membutuhkan sesuatu untuk pelampiasan. Penyerangan kadang-kadang tertuju kepada orang yang tidak bersalah dan mencari „kambing hitam‟. Apatis adalah bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi, yaitu sikap apatis (apathy) dengan cara menarik diri dan bersikap seakan-akan pasrah.

9. Fantasi dan Stereotype

Ketika kita menghadapi masalah yang demikian bertumpuk, kadang kala kita mencari „solusi‟dengan masuk ke dunia khayal, solusi yang berdasarkan fantasi ketimbang realitas. Stereotype adalah konsekuensi lain dari frustasi, yaitu perilaku stereotype memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus.

(30)

Individu selalu mengulangi perbuatan yang tidak bermanfaat dan tampak aneh Hilgard (dalam Minderop, 2011:39).

2.2.2 Psikopatologi

Arif (2005:69-70) mengatakan bahwa, psikopatologi merupakan gangguan pada dialektika antara realitas eksternal dengan dunia internal individu, yang mengakibatkan munculnya gejala-gejala ketidaksejahteraan atau ketidakbahagiaan, secara kognitif dan afektif, konatif dan fisiologis, baik pada tingkatan yang ringan sampai dengan tingkatan yang berat, dan dapat berlangsung dengan relatif singkat sampai dengan jangka waktu yang panjang.

Bagian dari kepribadian yang berhadapan langsung dengan realitas dan bertugas untuk menjaga kelangsungan dialektika tersebut adalah ego. Ego-lah yang tergerus bilamana individu kewalahan dalam menghadapi dinamika hidup ini. Ego pula yang dapat menjadi makin tangguh dan Resilient, bilamana individu pandai meniti buih dalam menjalani hidup. Individu yang memiliki ego yang kuat dan terintegrasi, akan lebih mampu menjaga keseimbangan diri dalam naik- turunnya dinamika kehidupan. Sebaliknya, individu yang memiliki ego yang lemah dan kurang terintegrasi akan kewalahan dan seringkali kehilangan keseimbangan diri.

Berdasarkan tingkat keparahan kerusakan ego, psikopatologi dapat dibagi menjadi empat golongan besar, Arif ( 2005:70-78)

1. Personality Disturbances

Personality Disturbances adalah gangguan yang paling umum terjadi pada siapa saja. Seseorang yang mengalaminya, biasanya memiliki ego yang

(31)

cukup baik dan masih terintegrasi. Ada eksitasi- misalnya berupa stressor tertentu- yang cukup besar dan tidak berhasil ditanggulanginya, sehingga menimbulkan gangguan dalam kepribadian individu. Individu yang bersangkutan merasakan ketidaksejahteraan atau ketidakbahagiaan (kecemasan) sampai batas-batas tertentu, dan hal ini terwujud dalam gejala-gejala yang mencerminkan stresnya, misalnya: sulit tidur, kehilangan selera makan, merasa cemas, tertekan, murung, memikirkan hal yang negatif, enggan melakukan aktivitas, dll.

2. Neurosis

Neurosis biasanya disebabkan oleh suatu trauma di masa kecil, yang menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan hambatan dalam perkembangan kepribadian.

3. Personality Disorders

Kepribadian seseorang merupakan paduan dari unsur-unsur bawaan yang ditentukan secara genetik, dan proses pembentukan secara sosial dalam menjalani kehidupan.

Kepribadian yang terganggu, biasanya dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya cacat (defect) dalam satu atau lebih struktur kepribadiannya.

Struktur kepribadian yang sering terganggu adalah ego. Namun ada pula gangguan kepribadian yang ciri utamanya adalah cacat dalam struktur kepribadian yang lain, misalnya dalam hal superego, seperti kita temui dalam antisocial personality disorder (psychopath).

(32)

2. Hubungan interpersonal atau object relationship yang patologis.

Seseorang yang mengalami personality disorder tidak dapat menjalin relasi dialektis yang stabil, seimbang dan memuaskan dengan orang lain.

4. Psikosis

Psikosis adalah gangguan yang paling berat yang menimpa kepribadian.

Kita memahami bahwa kepribadian hanya ada, bila ada dialektika antara dunia internal individu dengan realitas eksternal.

2.2.2.1 Psikopat

Menurut Dirgagunarsa (dalam Kutjojo, 2009:32) psikopat merupakan hambatan kejiwaan yang menyebabkan penderita mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma sosial yang ada di lingkungannya.

Penderita psikopat memperlihatkan sikap egosentris yang besar, seolah-olah patokan untuk semua perbuatan dirinya sendiri saja.

Menurut Kartono (dalam Kutjojo, 2009:32), psikopat adalah bentuk kekalutan mental (mental disorder) yang ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi sehingga penderita tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral dan selalu konflik dengan norma-norma sosial dan hukum.

Selanjutnya Kartono menyebutkan gejala-gejala psikopat antara lain sebagai berikut.

1. Tingkah laku dan relasi sosial penderita selalu asosial, eksentrik dan kronis patologis, tidak memiliki kesadaran sosial dan intelegensi sosial.

(33)

2. Sikap penderita psikopat selalu tidak menyenangkan orang lain.

3. Penderita psikopat cenderung bersikap aneh, sering berbuat kasar bahkan ganas terhadap siapapun.

4. Penderita psikopat memiliki kepribadian yang labil dan emosi yang tidak matang.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Dirgagunarsa dan Kartono tersebut dapat disimpulkan pengertian psikopat sebagai berikut.

1. Bahwa psikopat merupakan kelainan atau gangguan jiwa dengan ciri utamanya ketidakmampuan penderita dalam menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungan sosialnya.

2. Bahwa penderita psikopat tidak memiliki tanggung jawab moral dan sosial.

3. Bahwa perbuatan penderita psikopat dilakukan dengan acuan egonya.

4. Bahwa penderita psikopat memiliki kepribadian yang labil dan emosi yang tidak matang.

(34)

2.3 Tinjauan Pustaka

Esteria (2017) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Konflik Batin Tokoh Utama dalam Drama Mars Karya Cai Yuexun” mengatakan bahwa ada tiga bentuk konflik batin yaitu Id yaitu konflik batin dengan dirinya sendiri, konflik batin Ego yaitu konflik dirinya dengan orang lain, dan Superego yaitu konflik dirinya dengan kelompok lain yang dialami tokoh utama. Adapun manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu sebagai bahan referensi bagi peneliti khususnya dari bentuk permasalahn egonya.

Buana (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Dinamika Kepribadian dan Emosi Tokoh dalam Novel Ta‟aruf Cinta Karya Mae: Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud” mengatakan bahwa ada Sembilan tokoh dalam novel ini berinteraksi dengan naluri dan kecemasan untuk menghadapi situasi yang ada di sekitarnya, yang dimana naluri dan kecemasan merupakan dinamika kepribadian.

Dengan membaca jurnal ini peneliti menyimpulkan bahwa peneliti mengetahui jenis naluri dan kecemasan pada masing-masing tokoh yang digambarkan.

Nisa (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama pada film Okuribiti karya Jojiro Takita”, yang dimana menyimpulkan bahwa konflik yang dialami oleh tokoh Daigo Kobayashi dipengaruhi oleh ketidak seimbangan aspek Id, Ego, dan Superego dalam dirinya yang mengakibatkan masalah selalu muncul dalam kehidupan Daigo. Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu sebagai bahan referensi bagi peneliti khususnya bentuk Id, Ego, Superego dari hasil penelitian ini.

(35)

Maulana dkk (2018) dalam jurnalnya yang berjudul “Perilaku Psikopat Tokoh Seiichi Kirishima dalam Komik HIDEOUT Karya Masasumi Kakizaki”, mengatakan Tokoh Seiichi Kirishima tergolong dalam kategori primary pshychopath. Perilaku psikopat Seiichi Kirishima terdiri dari anti sosial, egosentris, kurang memiliki rasa takut, berperilaku kejam, sering berbohong, dan mempunyai permasalahan kronis dari masa lalunya. Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu sebagai referensi bagi peneliti khususnya dari segi teori dan pembahasan, yaitu teori Sigmund Freud dan bentuk psikopat yang terdapat pada tokoh dalam Komik HIDEOUT Karya Masasumi Kakizaki.

李蔚(2018)dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis psikologis tokoh pada film 红楼梦 : teori psikoanalisis Sigmund Freud”, mengatakan film klasik Tiongkok 红楼梦 memiliki makna artistik dan sosial yang tinggi. Dalam film 红 楼 梦 , Cao Xueqin secara akurat memahami dan menggambarkan berbagai psikologis dari berbagai peran, Cao Xueqin sangat memahami sifat manusia. Dari perspektif psikoanalisis Freud, makalah ini menganalisis potensi psikologi dan kepribadian tokoh yang berbeda dalam film 红楼梦 yaitu dari tiga tingkatan: alam bawah sadar (Id, Ego, Superego), teori insting (psikologi abnormal) dan interpretasi teori mimpi. Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu sebagai referensi, terutama dari bentuk psikoanalisis Sigmund Freud.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk menjabarkan dan menguraikan gangguan psikologis pada tokoh Tang Zheng dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》.

Metode penelitian kualitatif (dalam Siyoto dan Ali, 2015:28) merupakan metode penelitian yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam (indepth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kualitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.

Menurut Moleong (dalam Siyoto dan Ali, 2015:28-29) sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber data tersebutpun harusnya asli, namun apabila yang asli susah didapat, maka fotokopi atau tiruan tidak terlalu jadi masalah, selama dapat diperoleh bukti pengesahan yang kuat kedudukannya. Sumber data penelitian kualitatif secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manusia dan yang bukan manusia. Namun ketika peneliti memilih manusia sebagai subjek harus tetap mewaspadai bahwa manusia mempunyai pikiran, perasaan, perasaan, kehendak, dan kepentingan.

(37)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu:

1. Menonton film Wǒshìzhèngrén《我是证人》 secara berulang-ulang.

2. Mencatat fakta-fakta penting yang berhubungan dengan topik penelitian selama menonton film Wǒshìzhèngrén《我是证人》.

3. Studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku, skripsi, jurnal ilmiah dan bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu di mulai dari mendapatkan sumber data yaitu film Wǒshìzhèngrén《我是证人》, lalu peneliti menonton dan mencari permasalahan-permasalahan yang akan dianalisis menggunakan teori yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori Sigmund Freud dan psikopatologi yang membahas gangguan psikologis pada tokoh Tang Zheng dalam film Wǒshìzhèngrén 《 我 是 证 人 》 lalu diuraikan melalui metode deskriptif kualitatif, kemudian peneliti memberikan kesimpulan atas hasil penelitian tersebut.

(38)

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf angka, matematika, bahasa, maupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, objek, kejadian ataupun suatu konsep (Siyoto dan Ali, 2015:67).

Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data dari dialog antar tokoh dan subtitle yang berhubungan dengan topik pembahasan yang terdapat pada film Wǒshìzhèngrén《我是证人》.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.2.1 Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau di kumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date (Siyoto dan Ali, 2015:67).

Adapun sumber data primer yang diperoleh oleh peneliti pada penelitian ini yaitu film Tiongkok Wǒshìzhèngrén《我是证人》

Judul : Wǒshìzhèngrén《我是证人》

Genre : Drama, kriminal, misteri

Sutradara : An Shang Xun (安尚勋)/Ahn Sang-hoon

(39)

Dirilis : 30 Oktober 2015 Bahasa : Mandarin

Durasi : 121 menit

Pemain : 杨幂 (Yang Mi),鹿晗 (Lu Han),王景春 (Wang Jing Chun),

dan 朱亚文 (Zhu Ya Wen) Naskah : 顾小白 (Gu Xiaobai)

Produksi : Xinxiansuo (Beijing) Entertainment Capital Jaywalk Media, Han Guo Wang Ru Ren

3.4.2.2 Sumber Data Sekunder

Data sekunder (Siyoto dan Ali, 2015:68) adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber data yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).

Adapun sumber sekunder yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah sumber dari buku-buku, jurnal, skripsi, internet dan sumber lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada bab ini, peneliti menganalisis tentang psikoanalisis yang digambarkan dalam dua tipe yaitu Id dan Ego, sedangkan Superego tidak dibahas karena tidak terdapat data yang menunjukkan kepribadian Superego pada tokoh Tang Zheng . Selain itu, peneliti juga akan membahas bentuk gangguan psikologis pada tokoh Tang Zheng dalam film Wǒshìzhèngrén 《 我 是 证 人 》 . Bentuk gangguan psikologis yang digambarkan oleh tokoh Tang Zheng terdapat dua bentuk yaitu Agresi dan Pengalihan yang dilihat dari sistematika pertahanan dan koflik. Dalam menganalisis psikoanalisis Id dan Ego pada tokoh Tang Zheng, peneliti menggunakan teori kepribadian Sigmund Freud, sedangkan dalam menganalisis bentuk gangguan psikologis pada tokoh Tang Zheng peneliti menggunakan teori psikopatologi menurut Dirgagunarsa.

4.2 Analisis Gambaran Psikoanalisis Id dan Ego Tokoh Tang Zheng dalam Film Wǒshìzhèngrén《我是证人》

Pada bagian analisis ini, peneliti berfokus pada gambaran kepribadian Id dan Ego. Pada film ini tokoh Tang Zheng diceritakan sebagai seorang yang sering menjebak para perempuan muda untuk dijadikan sebagai objek operasi plastik.

Hal ini dilatarbelakangi oleh kematian sang adik yang dilakukannya tanpa sengaja, sehingga menimbulkan perasaan bersalah pada dirinya. Sampai akhirnya ia

(41)

bertemu dengan Lu Xiaoxing yang mana mempunyai masa lalu yang sama dengan dirinya dan berniat mengajak Lu Xiaoxing untuk bunuh diri bersama. Data yang digunakan adalah data kutipan dialog dan monolog pada tokoh cerita dalam film Wǒshìzhèngrén《我是证人》. Dengan demikian, sub bab akan dibagi menjadi 2 pembahasan yaitu kepribadian Id dan kepribadian Ego.

4.2.1 Kepribadian Id Tokoh Tang Zheng

Tokoh Tang Zheng digambarkan menjebak perempuan menggunakan aplikasi Let’s Meet, yang mana aplikasi ini berfungsi untuk mempertemukan seseorang dengan kenalan barunya. Oleh karena itu, ketika Tang Zheng menggunakan aplikasi Let’s Meet dan berhasil menjebak perempuan muda, kemudian memberi kopi yang mana sudah dimasukkan obat bius di dalamnya dengan tujuan untuk membuat perempuan tersebut tidak sadarkan diri, sehingga rencananya menjebak perempuan tersebut berjalan dengan lancar.

Id tokoh Tang Zheng muncul ketika Tang Zheng berkeinginan untuk menjebak perempuan muda melalui aplikasi Let’s Meet untuk dijadikan sebagai objek operasi plastik agar mirip dengan adiknya. Tetapi karena Tang Zheng terlambat datang, jadilah Lu Xiaoxing sebagai sasarannya yang pada saat itu sedang menunggu taksi untuk pulang. Pada bagian film menit 00:18:51 diceritakan tokoh Tang Zheng sedang menyuruh Lu Xiaoxing untuk masuk ke mobilnya. Hal ini terlihat pada kutipan dialog sebagai berikut:

(42)

Gambar 4.1.1 ( Tang Zheng menyuruh Lu Xiaoxing masuk ke dalam mobil)

Data 1

唐峥 :你好,是你约的吗?

(年轻的女性点头)

唐峥 :上来吧!

Tang Zheng : Nǐ hǎo, shì nǐ yuē de ma?

(Niánqīng de nǚxìng diǎntóu) Tang Zheng : Shànglái ba!

Tang Zheng : Halo, Apa kau yang membuat janji?

( Perempuan muda mengangguk) Tang Zheng : naiklah!

(Wǒshìzhèngrén《我是证人》, 00:18:51) Berdasarkan kutipan dialog pada data 1, diceritakan tokoh Tang Zheng berniat untuk menjebak Lu Xiaoxing dengan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

Hal ini tampak pada kutipan “你好,是你约的吗?” yang berarti “Halo, Apa kau yang membuat janji?”. Kutipan data tersebut, dapat dimaknai bahwa tokoh Tang Zheng bertanya pada Lu Xiaoxing apakah dia yang telah membuat janji bertemu dengannnya. Hal ini juga diperkuat oleh dialog yang diutarakan oleh Tang Zheng

“上来吧!” yang berarti “naiklah” dapat diinterpretasikan sebagai sebuah seruan Tang Zheng untuk menyuruh Lu Xiaoxing masuk kedalam mobilnya. Adapun

(43)

bentuk kata “ 上来吧!” dapat dimaknai sebuah dorongan hati “menyuruh “.

Bentuk dorongan hati “menyuruh” ini sejalan dengan teori Freud yang mengatakan Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar seperti misalnya kebutuhan: makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Menurut Freud, id berada di bawah alam sadar, tidak ada kontak dengan realitas Freud (dalam Minderop, 2011: 21-22). Oleh karena itu, bentuk dorongan hati “menyuruh” yang ditunjukkan oleh tokoh Tang Zheng mengacu kepada sebuah dorongan energi psikis dari alam bawah sadarnya, yaitu menjebak Lu Xiaoxing untuk dijadikan objek operasi plastik. Ketika Lu Xiaoxing mengikuti ajakan Tang Zheng agar masuk ke mobilnya, maka disinilah dorongan Id telah terpenuhi.

Selanjutnya, Id Tang Zheng terlihat ketika Tang Zheng ingin menjebak Lu Xiaoxing dengan memberikan kopi yang sudah dimasukkan obat bius di dalamnya.

Hal ini dapat dilihat pada bagian film menit 00:20:06 saat tokoh Tang Zheng mengatakan kopi ini akan membuat Lu Xiaoxing baikan setelah meminumnya.

Hal ini dapat terlihat pada kutipan dialog sebagai berikut:

Gambar 4.1.2 ( Tang Zheng ingin memberikan kopi kepada Lu Xiaoxing)

(44)

Data 2

唐峥 :哦,对了

唐峥 :这咖啡还是热的,喝完你能暖和点儿

Tang Zheng : Ó, duìle

Tang Zheng : Zhè kāfēi háishì rè de, hē wán nǐ néng nuǎnhuo diǎn er Tang Zheng : O, oh iya

Tang Zheng : Kopi ini masih panas, Kau akan merasa baikan setelah meminumnya.

(Wǒshìzhèngrén《我是证人》, 00:20:06) Berdasarkan kutipan dialog pada data 2, digambarkan tokoh Tang Zheng berkeinginan untuk memberikan kopi kepada Lu Xiaoxing yang mana minuman tersebut sudah dimasukkan obat bius agar melancarkan rencananya untuk menjebak Lu Xiaoxing. Hal ini tampak pada kutipan “哦,对了” yang berarti “oh iya” yang diinterpretasikan bahwa tokoh Tang Zheng seperti menyadari sesuatu sehingga ada sebuah gerakan dari dorongan hatinya yang terlihat pada kutipan “这 咖啡还是热的,喝完你能暖和点儿” yang berarti “Kopi ini masih panas, kau akan merasa baikan setelah meminumnya” kutipan ini dapat dimaknai bahwa Tang Zheng berkeinginan menawarkan kopi tersebut kepada Lu Xiaoxing.

Kalimat “Kau akan merasa baikan setelah meminumnya” yang di tunjukkan oleh Tang Zheng merupakan suatu bentuk dorongan hati untuk menawarkan kopi kepada Lu Xiaoxing. Dorongan hati yang dimiliki oleh Tang Zheng sejalan dengan pandangan Freud mengenai Id yaitu energi psikis dan naluri yang terdapat di bawah alam sadar manusia yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar. Oleh karena itu, kepribadian Id pada tokoh Tang Zheng muncul ketika alam

(45)

bawah sadar tokoh Tang Zheng berkeinginan menawarkan kopi tersebut kepada Lu Xiaoxing.

Selanjutnya Id tokoh Tang Zheng terlihat ketika ia menelpon Lu Xiaoxing dan mengingatkan tentang kematian adiknya, yang membuat tokoh Lu Xiaoxing sangat marah, tetapi Tang Zheng dengan santai mengatakan bahwa sebentar lagi Lu Xiaoxing akan mengenalnya lebih dekat. Hal ini dapat dilihat pada bagian film menit 00:56:28. Hal ini terlihat pada kutipan dialog berikut:

Gambar 4.1.3 ( Tang Zheng sedang menelpon Lu Xiaoxing )

Data 3

路小星 : 你想从我这儿的到什么?

唐峥 : 再等一等,你会更理解我的

Lu Xiaoxing : Nǐ xiǎng cóng wǒ zhè'er de dào shénme?

Tang Zheng : Zài děng yī děng, nǐ huì gèng lǐjiě wǒ de Lu Xiaoxing : Apa yang kau inginkan dariku?

Tang Zheng : Tunggu saja sebentar lagi, kamu akan lebih mengenalku.

(Wǒshìzhèngrén《我是证人》, 00:56:28) Berdasarkan kutipan dialog pada data 3, digambarkan tokoh Tang Zheng berkeinginan bertemu dengan Lu Xiaoxing setelah mengetahui tentang adik Lu

(46)

Xiaoxing melalui buku diarinya. Hal ini tampak pada kutipan “你想从我这儿的 到什么?” yang berarti “Apa yang kau inginkan dariku” yang dapat dimaknai sebagai alasan kenapa Tang Zheng menelpon Lu Xiaoxing dan mengingatkan tentang adiknya yang sudah meninggal, sehingga muncul dorongan hati tokoh Tang Zheng pada kutipan “再等一等,你会更理解我的” yang berarti “Tunggu saja sebentar lagi, kamu akan mengenalku” yang dimaknai bahwa Tang Zheng berinisiatif ingin bertemu dengan Lu Xiaoxing. Dorongan hati yang ingin bertemu dengan Lu Xiaoxing muncul dari alam bawah sadar tokoh Tang Zheng, sejalan dengan pemikiran Freud mengenai Id yaitu psikisme manusia yang berada di bawah alam sadar, tidak ada kontak dengan realitas Freud (dalam Minderop, 2011:

21-22).

Selanjutnya, bentuk Id tokoh Tang Zheng muncul ketika Tang Zheng ingin menjebak tokoh Lu Xiaoxing dengan cara mengikuti Lu Xiaoxing sampai kedalam bus. Hal ini tampak pada bagian film menit 00:59:53 ketika tokoh Lin Chong melakukan video call dengan Lu Xiaoxing dan memberitahu Lu Xiaoxing bahwa Tang Zheng satu bus dengannya. Hal ini terlihat pada kutipan dialog sebagai berikut:

Gambar 4.1.4 ( Tang Zheng mengikuti Lu Xiaoxing sampai ke dalam bis)

(47)

Data 4

林冲 :你听我说啊,那个家伙跟你一起上了公交车,用你的手机

拍一下四周

路小星 :哦

林冲 :等会儿,在拍一下你的左边,那个家伙现在就坐在你的左

Lin Chong : Nǐ tīng wǒ shuō a, nàgè jiāhuo gēn nǐ yīqǐ shàngle gōngjiāo chē, yòng nǐ de shǒujī pāi yīxià sìzhōu

Lu Xiaoxing : Ó

Lin Chong : Děng huì er, zài pāi yīxià nǐ de zuǒbiān, nàgè jiāhuo xiànzài jiùzuò zài nǐ de zuǒbiān

Lin Chong : Dengarkan aku, orang itu naik bis yang sama denganmu, scan- lah sekelilingmu dengan ponsel.

Lu Xiaoxing : ya

Lin Chong : Tunggu, tunjukkan di sebelah kirimu, orang itu duduk di sebelah kirimu.

(Wǒshìzhèngrén《我是证人》, 00:59:53) Berdasarkan kutipan dialog data 4, diceritakan tokoh Tang Zheng berkeinginan untuk menjebak tokoh Lu Xiaoxing dengan cara mengikutinya hingga ke dalam bis. Hal ini tampak pada kutipan “你听我说啊,那个家伙跟你 一起上了公交车,用你的手机拍一下四周” yang berarti “Dengarkan aku, orang itu naik bis yang sama denganmu, scan-lah sekelilingmu dengan ponsel” yang dapat diinterpretasikan bahwa tokoh Lin Chong memberitahu Lu Xiaoxing bahwa Tang Zheng mengikutinya. Hal ini juga diperkuat oleh dialog pada kutipan “等会 儿 , 在 拍 一 下 你 的 左 边 , 那 个 家 伙 现 在 就 坐 在 你 的 左 边” yang berarti

“Tunggu, tunjukkan di sebelah kirimu, orang itu duduk di sebelah kirimu” yang di maknai bahwa memang benar Tang Zheng duduk di sebelah kiri Lu Xiaoxing.

Bentuk Id tokoh Tang Zheng tampak pada inisiatif Tang Zheng yang ingin menjebak Lu Xiaoxing, disini keinginan alam sadar tokoh Tang Zheng yang ingin

(48)

menjebak Lu Xiaoxing sesuai dengan pandangan Freud mengenai Id yaitu salah satu aspek kepribadian yang dilakukan secara sadar dan termasuk dari perilaku naluriah.

Selanjutnya, Id Tokoh Tang Zheng terlihat ketika ia memarahi adiknya, Tang Qian karena bertemu pria asing melalui aplikasi let’s meet. Hal ini terlihat pada bagian film menit 01:13:04 , disini terlihat emosi Tang Zheng semakin memuncak ketika melihat pakaian yang di gunakan adiknya serta luka pada wajah Tang Qian. Hal ini terlihat pada kutipan dialog sebagai berikut:

Gambar 4.1.5 ( Tang Zheng sedang memarahi adiknya , Tang Qian)

Data 5

唐峥 :你又用那个脏软件出去约男人了,是吧?

唐倩 :那是网

唐峥 :你看看你现在这个样子啊,你这身打扮哪还像个正经姑娘

唐峥 :你的脸怎么了

唐倩 :不要你管

唐峥 :不是你告诉我你的脸怎么了

Tang Zheng : Nǐ yòu yòng nàgè zàng ruǎnjiàn chūqù yuē nánrénle, shì ba?

Tang Qian : Nà shì wǎng

Tang Zheng : Nǐ kàn kàn nǐ xiànzài zhège yàngzi a, nǐ zhè shēn dǎbàn nǎ hái xiàng gè zhèngjīng gūniáng.

Tang Zheng : Nǐ de liǎn zěnmele Tang Qian : Bùyào nǐ guǎn

Tang Zheng : Bùshì nǐ gàosù wǒ nǐ de liǎn zěnmele

(49)

Tang Zheng : Kamu menggunakan aplikasi kotor itu lagi untuk bertemu pria asing, iyakan?

Tang Qian : Itu cuma sosialisasi online

Tang Zheng : Lihat baju yang kamu kenakan, kau tampak seperti wanita nakal!

Tang Zheng : Kenapa wajahmu?

Tang Qian : Bukan urusanmu!

Tang Zheng : Katakan, kenapa wajahmu?

(Wǒshìzhèngrén《我是证人》, 01:13:04) Berdasarkan kutipan data 5, diceritakan tokoh Tang Zheng terlihat sangat marah pada Tang Qian karena menggunakan aplikasi let’s meet lagi untuk menemui pria asing. Hal ini tampak pada kutipan “你又用那个脏软件出去约男 人了,是吧?” yang berarti “Kamu menggunakan aplikasi kotor itu lagi untuk bertemu pria asing, iyakan?” yang dapat dimaknai bahwa Tang Zheng curiga adiknya, Tang Qian menggunakan apalikasi let‟s meet untuk bertemu pria asing lagi. Hal ini juga diperkuat oleh dialog kutipan “你看看你现在这个样子啊,你 这身打扮哪还像个正经姑娘” yang berarti “Lihat baju yang kamu kenakan, kamu tampak seperti wanita nakal” yang dapat di maknai bahwa pakaian yang digunakan Tang Qian ketika bertemu pria asing, tidak menggambarkan wanita baik-baik, sehingga dorongan emosi Tang Zheng memuncak ketika melihat wajah Tang Qian yang terluka seperti pada kutipan “你的脸怎么了” yang berarti

“ Kenapa wajahmu?” yang di maknai bahwa terjadi sesuatu pada wajah Tang Qian . Berdasarkan kutipan tersebut Id Tang zheng muncul ketika ada dorongan emosi alam sadar tokoh Tang Zheng ketika memarahi tokoh Tang Qian, hal ini sejalan dengan pemikiran Freud mengenai Id yaitu energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar Freud, ( dalam Minderop,

Gambar

Gambar 4.1.10 ( Tang Zheng mengancam Lu Xiaoxing dengan pisau)  Data 10  林冲    :你听我说啊,那个家伙跟你一起上了公交车,用你的手机 拍一下四周  路小星   :哦    林冲  :等会儿,在拍一下你的左边,那个家伙现在就坐在你的左 边  唐峥   :别说话! 下一站下车
Gambar 4.1.11 ( Tang Zheng menampar adiknya, Tang Qian)  Data 11  唐峥  :你看看你现在这个样子啊,你这身打扮哪还像个正经姑娘  唐峥   :你的脸怎么了  唐倩   :不要你管  唐峥   :不是你告诉我你的脸怎么了  唐倩  :放开我,我都这么大人了,爸爸妈妈都不管,要你管 吗?。      我都成人了我爱干嘛干嘛。我就出去了,我就超 男人了,你能把我怎么着  唐倩  :你凭什么打我, 凭什么打我
Gambar 4.2.2.7 (Tang Zheng berbohong melakukan perawatan mobil)  Data 7  路小星    :您这车里有什么怪味吗?  唐峥  :清清剂的味道, 我刚做完保养  路小星    :那我开开窗  唐峥  :雨会飘进来的。

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan berbagai penyebab kerusakan hutan dan deforestasi diatas, maka paper ini memfokuskan diri kepada 3 isu terpenting dan mengajukan usulan perbaikan atas isu-isu tersebut.

[r]

6 2009 Narasumber Strategi Kemasan Produk Boga di Kawasan Agrowisata Turi Sleman Yogyakarta pada tahun 2009. 7 2009 Narasumber Strategi Penetapan Harga Produk Usaha Mikro

Remembering engages other parts of the brain – our imagination and visual sense – which can come to our exam when we’re trying to recall facts.. Because the complex structure

[r]

Silase dibuat dengan mencacah bahan hijauan menjadi ukuran yang kecil-kecil, kemudian menyimpannya kedalam ruang kedap udara.Pencacahan dilakukan untuk mendapatkan

Maka diperoleh kromatogram dengan waktu retensi 4,647 menit (waktu retensi diperoleh dari hasil rata – rata waktu retensi pada 6 kali penyuntikan standar

Untuk mencari nilai h, kita harus memenuhi persamaan (12), di mana nilai yang dibutuhkan pada karakteristik udara pada suhu 55 o C dapat dilihat pada tabel 2... Untuk mencari