• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

D. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori

5. Asas Kepuasan Kerja Pegawai

Menurut asas ini, tata ruang dan peralatan kantor harus membuat pegawai dapat bekerja secara aman, nyaman dan puas. Artinya, pegawai dalam bekerja tidak terganggu oleh sitasi-situasi yang menghambat pekerjaannya, misalnya suasana yang berisik dan panas, barang-barang yang dapat membahayakan dan lingkungan kantor yang tidak mendukung dalam penyelesaian pekerjaan.

Berkaitan dengan asas kepuasaan kerja pegawai, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. The Liang Gie (2000) menyatakan bahwa ada empat hal penting yang sangat mempengaruhi kinerja pegawai yaitu cahaya, warna, udara dan suara.

e. Cahaya

Cahaya sangat diperlukan di sebuah kantor guna menunjang pelaksanaan pekerjaan kantor. Cahaya penerangan yang cukup dan memancar dengan tepat akan menambah efisiensi kerja pegawai, karena mereka dapat bekerja dengan lebih cepat, lebih sedikit melakukan kesalahan dan matanya tidak cepat lelah.

Ida Nuraida (2008) mengemukakan penerangan kantor yang optimal berguna untuk: a) meningkatkan produktivitas kerja, suasana ruangan yang terang akan membuat pegawai lebih mudah melaksanakan pekerjaannya sehingga produktivitas akan meningkat; b) meningkatkan mutu kerja, pencahayaan yang baik dan cukup dapat mengurangi tingkat kesalahan pegawai sehingga mutu kerja pegawai pun akan tinggi; c) mengurangi ketegangan/kerusakan mata, karena sebagian besar pekerjaan yang dilakukan pegawai menggunakan indera penglihatan, maka diperlukan penerangan yang optimal agar dapat mencegah kerusakan pada mata; d) mengurangi rasa lelah, suasana kantor dengan pencahayaan yang baik akan menimbulkan perasaan semangat dalam diri pegawai dan akan mengurangi perasaan letih dan lelah; e) meningkatkan semangat kerja pegawai, suasana yang terang akan membuat pegawai bersemangat dalam bekerja, lain halnya jika suasana

commit to user

ruangan gelap atau remang-remang maka pegawai akan cenderung malas; dan f) memberikan citra yang baik bagi perusahaan, jika ruangan kantor dilengkapi dengan pencahayaan yang optimal, maka masyarakat akan lebih nyaman dan mendapatkan kesan yang baik atas kantor tersebut.

McShane dalam Badri Munir Sukoco (2007:209) menjelaskan bahwa ada 4 (empat) jenis pencahayaan di kantor, yaitu:

a) Ambrient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan ke seluruh ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini merupakan satu-satunya pencahayaan yang terdapat di ruangan kantor tersebut.

b) Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya meja kerja.

c) Accent lighting«GLUDQFDQJSDGDORURQJVHEXDKNDQWRUDWDXDUHDODLQ yang membutuhkan penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.

d) Natural lighting, biasanya berasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya langit.

Untuk keseluruhan ruang di gedung F FKIP UNS ini menggunakan 3 (tiga) jenis pencahayaan yaitu ambrient lighting, accent lighting dan natural lighting. Ambrient lighting digunakan di masing-masing ruangan berupa lampu TL (neon) berdaya 25 watt dan 40 watt serta lampu esensial berdaya 18 watt dan 23 watt. Lampu esensial hanya digunakan di ruang Kasubag UMKAP dan gudang, selebihnya menggunakan lampu TL (neon). Ruang Kabag Tata Usaha menggunakan 2 lampu TL (neon) masing-masing berdaya 25 watt, sedangkan ruangan lainnya menggunakan lampu TL (neon) berdaya 40 watt dengan jumlah yang berbeda-beda di masing-masing ruangan tergantung luasnya.

Seharusnya jumlah lampu atau pencahayaan bukan hanya tergantung pada luas ruangannya saja melainkan juga jenis pekerjaan yang dilakukan. Untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan penglihatan yang baik, seperti menghitung dan mencatat lebih banyak memerlukan pencahayaan. Hal ini untuk mengurangi kesalahan pegawai dalam bekerja. Oleh sebab itu pencahayaan di ruang Bidang Keuangan harus lebih diperhatikan.

commit to user

Jenis, jumlah dan daya lampu di ruangan Sub Bagian UMKAP dan Bidang Keuangan sama, padahal dari jenis pekerjaannya tentu saja Bidang Keuangan lebih membutuhkan pencahayaan yang maksimal. Jika perlu, meja pegawai Bidang Keuangan dilengkapi dengan lampu meja (task light) untuk membantu pegawai dalam bekerja sehingga akan mengurangi tingkat kesalahan. Walaupun demikian lampu TL atau neon yang dipasang di masing-masing ruangan sudah memberikan penerangan yang cukup, apalagi didukung adanya pencahayaan alami (natural lighting) yang berasal dari cahaya matahari yang masuk melalui jendela kaca dan pintu.

Di lorong ruangan mulai dari ruang Bagian Tata Usaha sampai ruang Bidang Keuangan dilengkapi 5 set lampu TL (neon) berdaya 25 watt. Masing-masing set terdiri dari 2 lampu yang dilengkapi teralis dari aluminium agar cahaya yang memancar tidak menyilaukan mata. Lampu yang digunakan di lorong ruangan ini biasa disebut accent lighting.

f. Warna

Warna adalah salah satu elemen penting dalam lingkungan kantor yang berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi kerja pegawai. Bagi suatu kantor warna tidak hanya mempunyai nilai estetika tetapi juga mempunyai nilai fungsi. Penggunaan tata warna dalam kantor mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa pegawai. seperti yang dikemukakan oleh Alex S. 1LWLVHPLWR EDKZD ³:DUQD PHPSXQ\DL SHQJDUXK WHUKDGDS MLZD orang yang melihatnya dan masing-masing warna itu akan menimbulkan SHUDVDDQWHUWHQWX´

Setiap warna mempunyai pengaruh yang berlainan bagi setiap orang dan setiap orang akan menunjukkan rekasi yang berbeda terhadap warna- warna tertentu. Seluruh ruangan di Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS menggunakan warna krem muda pada dindingnya. Warna krem adalah warna campuran antara coklat dan putih. Menurut Ida Nuraida (2008) warna putih memiliki temperatur dingin dan menimbulkan efek tenang, sedangkan warna coklat memiliki temperatur netral dan menimbulkan efek bergairah.

commit to user

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa warna krem menimbulkan kesan dingan dan sejuk. Warna krem juga menimbulkan efek ketenteraman pada pegawai sekaligus merangsang pegawai unuk bersemangat dalam bekerja. Hal itu pula yang peneliti rasakan ketika memasuki ruangan-ruangan di lingkungan Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS. Untuk kantor sebuah instansi memang sebaiknya menggunakan warna- warna yang terkesan kalem dan tidak mencolok, karena pegawai instansi biasanya membutuhkan suasana yang sejuk dan tenang dalam bekerja.

g. Udara

Kualitas udara yang dihirup pegawai stiap hari, dapat mempengaruhi kesehatan dan ketenangan pegawai dalam bekerja. Udara yang kurang bersih karena kurangnya sirkulasi, akan mengganggu kesehatan para pegawai yang akan berakibat pada menurunnya kinerja pegawai.

Seperti yang diungkapkan oleh Moekijat dalam Ida Nuraida (2008) bahwa Air Conditioner (AC) mengatur keadaan udara dengan mengawasi suhu, peredaran, kelembaban, dan kebersihan. Adanya AC dapat meningkatkan efisiensi kerja pegawai. Oleh karena itu, seluruh ruangan di lingkungan Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS sudah dilengkapi dengan AC. Jumlah AC di masing-masing ruangan berbeda-beda tergantung luas ruangan dan jumlah pegawai di ruangan tersebut.

Ruangan yang tergolong sempit dan jumlah pegawai yang sedikit (antara 1-5 orang) hanya dipasangi sebuah AC, misalnya ruangan Kasubag Tata Usaha, ruangan pegawai Tata Usaha, ruangan Sub Bagian Kemahasiswaan dan ruang Kasubag UMKAP. Untuk ruangan yang lebih luas tetapi dengan pegawai yang lebih banyak (antara 6-8 orang) dilengkapi 2 (dua) buah AC, yaitu di ruangan Sub Bagian Kepegawaian. Ruangan yang paling luas dengan jumlah pegawai antara 9-14 orang juga dilengkapi 2 (dua) buah AC, misalnya ruangan Sub Bagian Pendidikan dan Bidang Keuangan.

Suhu udara di dalam ruangan juga perlu diperhatikan. Suhu udara yang sesuai akan menaikkan produktivitas, kualitas kerja meningkat,

commit to user

memperbaiki suasana kerja dan kesehatan, serta menimbulkan kesan yang baik bagi para tamu yang datang. Badri Munir Sukoco (2007) mengemukakan bahwa temperatur ideal yang digunakan pada ruang kantor adalah 3-4qCelcius. Hal ini bertujuan agar tubuh pegawai tidak terkejut ketika memasuki ruangan. Misalnya jika di luar kantor sedang panas dengan temperatur udara 30qC maka sebaiknya temperatur di dalam ruangan diatur pada suhu 26qC.

Di dalam ruangan Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS ini, AC diatur pada suhu antara 16qC sampai dengan 21qC. Jika dicocokkan dengan teori yang diungkap Badri Munir Sukoco tersebut, maka pengaturan suhu udara di dalam ruang kantor tata usaha ini masih masih belum sesuai. Temperatur 16-21qC masih terlalu dingin karena suhu udara di Indonesia sebagai negara tropis > 30qC.

h. Suara

Faktor suara dapat mempengaruhi efisiensi kerja terutama pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, karena suara yang bising dapat mengganggu dalam bekerja dan berpengaruh pada kesehatan pegawai. Seperti yang diungkapkan Shomer dalam Badri Munir Sukoco (2007:216) EDKZD³$SDELODWLQJNDWNHELVLQJDQPHODPSDXLEDWDV\DQJWLGDNGLLQJLQNDQ EHEHUDSDJDQJJXDQILVLNGDQSVLNRORJLVWHUKDGDSPHUHNDDNDQWHUMDGL«´

Gangguan suara seringkali dihadapi oleh petugas atau pegawai di Sub Bagian Pendidikan. Misalnya, jika ada orang yang marah dan berbicara dengan tensi yang tinggi ketika mengambil dokumen legalisir tetapi ternyata belum selesai. Selain itu ada pula orang yang meminta agar proses legalisir dokumennya dengan suara keras. Suara-suara tersebut menimbulkan kebisingan dan mengganggu konsentrasi para pegawai. Tidak hanya dampak psikologis yang dirasakan pegawai, tetapi secara fisik mereka juga terganggu karena para pegawai harus mengerahkan fisik untuk menangani dokumen

commit to user

legalisir jika ada yang memaksa harus cepat. Seperti yang diungkapkan Informan VIII (wawancara tanggal 14 Januari 2011) berikut.

³.DPL WHUJDQJJX VHNDOL GHQJDQ VXDUD ELVLQJ RUDQJ-orang di Loket jika berkas legalisirnya belum jadi. Apalagi kalau yang mintanya cepat, padahal pekerjaan disini juga banyak. Kasihan anak-anak yang magang itu harus lari pontang panting mencari berkas legalisir yang GLPLQWD´

Namun, di ruangan Sub Bagian Kemahasiswaan ini selalu terdengar alunan musik dari komputer. Menurut beberapa penelitian, musik menghasilkan beberapa keuntungan antara lain membantu meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas pegawai dengan menghilangkan rasa bosan dan monoton dalam bekerja. Memutar musik yang menstimulasi akan menguntungkan secara psikologis ketika efisiensi karyawan berada di bawah rata-rata.

Dari seluruh ruangan yang peneliti observasi, hanya ruangan Sub Bagian Kemahasiswaan inilah yang selalu memperdengarkan musik. Jenis musik yang biasa didengarkan adalah langgam, keroncong, campursari dan lagu-lagu nostalgia. Mendengarkan musik di dalam ruangan ternyata memberi banyak manfaat. Hal ini sesuai dengan penuturan Informan VIII (wawancara tanggal 14 Januari 2011) bahwa:

³$GDQ\D PXVLN LQL WLGDN PHQJJDQJJX DVDO WLGak keras-keras menyetelnya. Justru dengan adanya musik ini kami jadi lebih betah NDUHQDVHSHUWLGLUXPDKVHQGLULGDQVHPDQJDWNHUMDSXQPHQLQJNDW´ Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa adanya musik di dalam ruangan tidak mengganggu selama volumenya tidak terlalu keras, justru memberi manfaat bagi pegawai. Dengan adanya musik ini, para pegawai lebih betah berada di ruangan dan semangat dalam bekerja meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya instansi-instansi mulai sekarang ini mencoba untuk menerapkan metode ini, dengan cara mendengarkan musik di ruangan dengan porsi yang sesuai.

commit to user

121

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, maka simpulan yang dapat ditarik peneliti sebagai berikut.

1. Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS belum menerapkan asas jarak terpendek dalam penataan ruangnya. Hal ini ditunjukkan dengan penempatan almari arsip dan filling cabinet yang jauh dari tempat duduk pegawai sehingga pegawai harus berjalan ketika akan mengambil file, dokumen dan atau arsip yang dibutuhkan pada saat bekerja, penempatan pegawai yang banyak berhubungan dengan mahasiswa di posisi yang jauh dari pintu dan jarak antar meja yang terlalu sempit sehingga mengganggu proses penyelesaian pekerjaan oleh pegawai. Beberapa kondisi tersebut menimbulkan pemborosan waktu dan tenaga, sehingga efisiensi kerja tidak tercapai.

2. Jika ditinjau dari sudut pandang pegawai, penataan ruang Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS sudah menerapkan asas rangkaian kerja, karena setiap ruangan sudah ditata sesuai dengan aliran prosedur kerja masing-masing bagian. Namun, jika dilihat dari sudut pandang pengguna layanan, posisi ruangan (loket) belum sesuai dengan asas rangkaian kerja, misalnya dalam proses legalisir. Gerakan yang dilakukan tidak selalu maju, melainkan banyak gerakan mundur dan menyilang. Apalagi urutan lokasi pelayanan tidak dari yang terdekat sampai terjauh melainkan lokasi pertama yang harus didatangi justru ruangan yang letaknya paling jauh. Hal ini mengakibatkan pemborosan waktu dan tenaga.

3. Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS belum menerapkan asas penggunaan segenap ruang, karena berdasarkan pengamatan peneliti masih ditemukan ruangan yang komposisi atau alokasi ruangnya belum seimbang. Dalam satu ruangan terdapat ruang yang masih lapang atau kosong, sedangkan di sisi

commit to user

lain ruangan terdapat penumpukan, baik penumpukan pegawai, peralatan maupun perlengkapan.

4. Penataan ruang Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS belum menerapkan asas perubahan susunan tempat kerja secara maksimal. Walaupun sebenarnya masing-masing ruangan ditata dengan tipe terbuka yang memungkinkan perubahan susunan tempat kerja sesuai kebutuhan, ternyata susunannya tersebut sudah ³dipatenkan´ sehingga sulit untuk diubah jika dibutuhkan. Dipatenkan dalam hal ini merupakan aturan tidak tertulis antar pegawai (kesepakatan) untuk tidak mengubah susunan tempat duduk para pegawai.

Dokumen terkait