• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENATAAN RUANG KANTOR TATA USAHA DALAM MENCAPAI EFISIENSI KERJA PEGAWAI (Studi Kasus di Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS Surakarta Tahun 2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENATAAN RUANG KANTOR TATA USAHA DALAM MENCAPAI EFISIENSI KERJA PEGAWAI (Studi Kasus di Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS Surakarta Tahun 2010)"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PENATAAN RUANG KANTOR TATA USAHA

DALAM MENCAPAI EFISIENSI KERJA PEGAWAI

(Studi Kasus di Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS

Surakarta Tahun 2010)

SKRIPSI

Oleh :

NIKEN NURNOVITASARI

K7407025

P. IPS / PAP

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

ANALISIS PENATAAN RUANG KANTOR TATA USAHA

DALAM MENCAPAI EFISIENSI KERJA PEGAWAI

(Studi Kasus di Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS

Surakarta Tahun 2010)

Oleh :

NIKEN NURNOVITASARI

K7407025

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi

BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji

Nama Terang dan Tanda Tangan

1. Ketua : Dra. C. Dyah S. I, M. Pd 1. ...

2. Sekretaris : Drs. Ign Wagimin, M. Si 2. ...

3. Anggota 1 : Dr. Wiedy Murtini, M. Pd 3. ...

4. Anggota 2 : Drs. Hery Sawiji, M. Pd 4. ...

Disahkan oleh

Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Niken Nurnovitasari. ANALISIS PENATAAN RUANG KANTOR TATA USAHA DALAM MENCAPAI EFISIENSI KERJA PEGAWAI (Studi kasus di Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS Surakarta Tahun 2010). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Februari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penataan ruang kantor tata usaha Dekanat FKIP UNS Surakarta yang dapat mendorong pencapaian efisiensi

kerja pegawai dilihat dari asas penataan ruang kantor menurut The Liang Gie yaitu: (1) asas jarak terpendek, (2) asas rangkaian kerja, (3) asas penggunaan segenap ruang, dan (4) asas perubahan susunan tempat kerja.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan bentuk deskriptif

dan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Strategi yang digunakan adalah strategi tunggal terpancang. Teknik sampling dengan teknik bola salju (snowball sampling). Sumber datanya adalah informan, tempat dan peristiwa serta dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan analisis dokumentasi. Untuk keabsahan data, menggunakan

trianggulasi data atau trianggulasi sumber. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS belum menerapkan asas jarak terpendek dalam penataan ruangnya. Hal ini ditunjukkan dengan penempatan almari arsip dan filling

cabinet yang jauh dari tempat duduk pegawai, penempatan pegawai yang banyak berhubungan dengan mahasiswa di posisi yang jauh dari pintu dan jarak antar meja yang terlalu sempit sehingga mengganggu proses penyelesaian pekerjaan oleh pegawai. Beberapa kondisi tersebut menimbulkan pemborosan waktu dan

(6)

commit to user

vi

sudut pandang pengguna layanan posisi ruangan (loket) belum sesuai dengan asas rangkaian kerja, misalnya dalam proses legalisir. Gerakan yang dilakukan tidak selalu maju, melainkan banyak gerakan mundur dan menyilang. Apalagi

urutan lokasi pelayanan tidak dari yang terdekat sampai terjauh melainkan lokasi pertama yang harus didatangi justru ruangan yang letaknya paling jauh. Hal ini mengakibatkan pemborosan waktu dan tenaga; (3) Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS belum menerapkan asas penggunaan segenap ruang, karena berdasarkan pengamatan peneliti masih ditemukan ruangan yang komposisi atau

alokasi ruangnya belum seimbang. Dalam satu ruangan terdapat ruang yang masih lapang atau kosong, sedangkan di sisi lain ruangan terdapat penumpukan, baik penumpukan pegawai, peralatan maupun perlengkapan; (4) Penataan ruang Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS belum menerapkan asas perubahan

susunan tempat kerja secara maksimal. Walaupun sebenarnya masing-masing ruangan ditata dengan tipe terbuka yang memungkinkan perubahan susunan tempat kerja sesuai kebutuhan, ternyata susunannya tersebut sudah ³dipatenkan´ sehingga sulit untuk diubah jika dibutuhkan. Dipatenkan dalam hal ini merupakan aturan tidak tertulis antar pegawai (kesepakatan) untuk tidak

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Niken Nurnovitasari. ANALYZE OF ADMINISTRATION OFFICE ROOM ARRANGEMENT IN REACHING EFFICIENCY OF OFFICER STAFF WORK (Case Study in the Administration Office of Dean of FKIP UNS Surakarta, Year 2010). Script. Surakarta: Pedagogic and Education Science Faculty, Sebelas Maret University, February 2011.

This research aims to know how the administration room arrangement of

).,3 GHDQ RI 816 RI 6XUDNDUWD FDQ HQFRXUDJH WKH UHDFKLQJ RI VWDII¶V ZRUN

efficiency viewed from principle of office room arrangement according to The Liang Gie, they are: (1) the shortest distance principle, (2) work chain principle, (3) principle of using all room, and 4) work place change arrangement principle.

In line with the objectives of the research, so this research use approach or the form of research is qualitative research with descriptive method, Strategy used is single driven strategy. Sampling technique used is snow ball sampling. The sources of data are informer, place and event and document. Data collecting technique used is interview, observation, and documentation analysis.

Triangulation data or triangulation is used for legalizing data. While data analysis used is interactive analysis.

Based on the result of the research, it can be concluded that: (1) Administration office room of dean of FKIP UNS has not yet shortest distance principle in room arrangement. This is showed by archive cabinet placement

and filling cabinet which is far from the seat of staff so that they have to walk when they will take a file, document or archive which is needed at the moment of work. By placing archive cabinet and filling cabinet which is far from VWDII¶VVHDW make the wasting time and energy, so that the work efficiency can not be

UHDFKHG ,I LW LV YLHZHG IURP WKH VWDII¶V SHUVSHFWLYH $GPLQLVWUDWLRQ RIILFH

(8)

commit to user

viii

service of room position (locket), it has not yet suited to principle of work chain, for example in the process of legalizing process. The movement which is performed is not always forward, but also a lot of backward and a cross moving.

And even the sequence of service is not from the nearest to the furthest, but the first location which has to be visited is the furthest room. It makes wasting time and energy; (3) Administration office of dean of FKIP UNS has not yet applied principle of using all rooms, because based on observation of the researcher

IRXQGHGWKDWWKHUHLVWKHLUFRPSRVLWLRQDQGLW¶VORFDWLRQKDVQRWEHHQEDOanced.

In a room there is still large and empty , while in another side of that room there is accumulation , both accumulation of staffs, tools or equipments; (4) The arrangement of administration office room of dean of FKIP UNS has not yet applied principle of the change of work place arrangement optimally. Although

(9)

commit to user

ix

MOTTO

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat

(Q.S. Mujadillah : 11)

Pengetahuan tidaklah cukup, maka kita harus

mengamalkannya.

Niat tidaklah cukup, maka kita harus melakukannya.

(Johann Wolfgang Von Goeth)

THERE IS A WILL, THERE IS A WAY

Dimana ada niat disitu pasti ada jalan

PLAN YOUR WORK, WORK YOUR PLAN

Rencanakan pekerjaanmu, kerjakan rencanamu

SIMPLE LIVING BUT HIGH THINKING

Hiduplah apa adanya tetapi berpikirlah yang luas

(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Kusuntingkan skripsi ini untuk :

Bapak Darno dan Ibu Lis

ďĂƉĂŬĚĂŶŝďƵŬƵƚĞƌĐŝŶƚĂ͕ĚŽ͛ĂŶLJĂƉĞŶŐƵĂƚũŝǁĂŬƵ

Meyda dan Zaky

adik-adikku terkasih, aku ingin pulang karena kalian

Alm. Eyang Supangat dan Almh. Eyang Etty Alm. Mbah Suharjo dan Almh. Mbah Ditmiarti semoga Allah SWT selalu menjaga Eyang dan Mbah di surga-ELJĂ͕ŵŝĞŶ͙

Keluarga besar SUHARJO dan SUPANGAT (paman, bibi dan sepupu2ku tersayang)

keluarga penuh cinta

The Special One

waktu terasa singkat jika bersamamu

0\6LVWD´)(/1,(='<7+$µ (febe, elyn, ezty, mb dee, yunita) kebersamaan penuh kenangan dan kegilaan

(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

$VVDODPX¶DODLNXPZUZb

Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti diberi kemampuan dan kemudahan sehingga PDPSX PHQ\HOHVDLNDQ SHQ\XVXQDQ VNULSVL GHQJDQ MXGXO ³$1$/,6,6 PENATAAN RUANG KANTOR TATA USAHA DALAM MENCAPAI

EFISIENSI KERJA PEGAWAI (Studi Kasus di Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS Surakarta Tahun 2010) dengan baik dan lancar. Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, tentu saja peneliti mengalami berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, peneliti sampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP UNS, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Sutaryadi, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS yang telah

memberikan izin penelitian ini.

(12)

commit to user

xii

Pengetahuan Sosial FKIP UNS, yang telah memberikan ijin peneliti untuk menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dr. Wiedy Murtini, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan, bimbingan dan motivasi tiada henti kepada peneliti selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Hery Sawiji, M. Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan dukungan kepada peneliti selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Ign. Wagimin, M. Si selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak membimbing peneliti selama menimba ilmu di sini.

8. Bapak Djoko Santoso, Bapak Pradja Suminta, Bapak Andre Rahmanto, Bapak J. Widodo, Bapak Anton Subarno, Ibu Tri Murwaningsih, Ibu Patni

Ninghardjanti, Ibu Tutik Susilowati dan Ibu Susantiningrum, selaku Bapak dan Ibu dosen di BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS atas bimbingan dan segala ilmu yang telah diajarkan selama ini.

9. Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Sub-sub Bagian, Staff dan seluruh karyawan Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS Surakarta yang telah

membantu kelancaran penelitian ini.

10.Ayahanda dan Ibunda tercinta, atas motivasi dan doa-doa yang tak pernah putus untukku.

11.Adik-DGLNNXWHUNDVLK³0H\GDGDQ=DN\´\DQJPHndorongku menyelesaikan skripsi ini.

12.6HSXSXNX WHUVD\DQJ ³*DOLK 5HVSDWL 3UDGDQD 0XNWL´ \DQJ VHODOX VLDS membantu mencarikan bahan yang aku butuhkan.

13.Taufik Hidayat beserta keluarga (Bapak, Ibu, Mba Kurni, Mas Imam, Mbah) atas motivasi dan perhatian yang telah diberikan selama ini.

14.Sahabat-VDKDEDWNX ³FELNIEZDYTHA´ \DQJ WHODK PHQMDGL VDXGDUD \DQJ menemaniku di perantauan dan banyak memberikan semangat untukku. 15.Compaq-ku, Accer-nya Ezty dan Axio-nya Ita yang telah berjuang bersamaku

(13)

commit to user

xiii

16.Anak-DQDN .RVW ³5LQHQJJR´ 0E 0\WKD $QJJUD /DVWUL 1LWKD /XVV\ Shelma, Lisa, Septi, Sepfriend, Fitrie, Hanna, Githa), hidup seatap bersama kalian membuat hari-hariku berwarna seperti pelangi.

17.Keluarga Luliana Elin (Bapak, Ibu, Pikachu) yang sudah menerima aku di rumahnya seperti keluarga sendiri.

18.Sahabat-VDKDEDWNX ³ 1HQ\ $U\ ,WKD 0\UQD 9LYL GDQ /LO\´ DWDV MDOLQDQ persahabatan yang tak pernah putus.

19.Chikal, MovieZone, Azten dan El Torros, berkat buku dan film kalian

pikiranku kembali segar, sesegar es kelapa muda.

20.Teman-teman kelas A- 3HQGLGLNDQ (NRQRPL GDQ NHODV $ 3$3¶ \DQJ karena terlalu banyak maka tidak bisa disebutkan satu persatu, bersama kalian hari-hari kuliahku tidak membosankan. Semoga kita semua sukses

kawan.

21.Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.

Dengan semua kemampuan yang ada, peneliti berusaha menyajikan skripsi ini dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Namun, peneliti menyadari bahwa masih

banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat peneliti harapkan guna kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

:DVVDODPX¶DODLNXPZUZE

Surakarta, Februari 2011

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Tinjauan Tentang Tata Ruang Kantor ... 8

a. Pengertian Tata Ruang Kantor ... 8

b. Tujuan Tata Ruang Kantor ... 10

c. Asas Tata Ruang Kantor ... 12

d. Tata Ruang Kantor yang Efektif ... 13

e. Manfaat Tata Ruang Kantor ... 16

f. Macam Tata Ruang Kantor ... 17

g. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Penataan Tata Ruang Kantor ... 19

(15)

commit to user

xv

a. Pengertian Tata Usaha ... 31

b. Ruang Lingkup Tata Usaha ... 32

3. Efisiensi Kerja ... 35

a. Pengertian Efisiensi Kerja ... 35

b. Prinsip Bekerja Efisien ... 37

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Kerja ... 38

B. Tinjauan Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Pemikiran ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

1. Tempat Penelitian ... 46

2. Waktu Penelitian ... 47

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 47

1. Bentuk Penelitian ... 47

2. Strategi Penelitian ... 48

C. Sumber Data ... 49

D. Teknik Sampling ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Validitas Data ... 53

G. Analisis Data ... 54

H. Prosedur Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58

1. Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS ... 58

a. Lantai 1 ... 58

b. Lantai 2 ... 59

c. Lantai 3 ... 59

2. Struktur Organisasi Bagian Tata Usaha Dekanat FKIP UNS ... 60

a. Sub Bagian Pendidikan ... 62

b. Sub Bagian Kemahasiswaan ... 62

c. Sub Bagian Kepegawaian ... 63

(16)

commit to user

xvi

B. Deskripsi Ruang Sub-sub Bagian Tata Usaha Dekanat FKIP

UNS ... 63

1. Bagian Tata Usaha ... 63

2. Sub Bagian Pendidikan ... 69

3. Sub Bagian Kemahasiswaan ... 72

4. Sub Bagian Kepegawaian ... 74

5. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan ... 78

6. Bidang Keuangan ... 81

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 84

1. Alokasi Ruangan ... 84

2. Penempatan Peralatan dan Perlengkapan ... 90

3. Tata Ruang yang Aman dan Nyaman ... 92

a. Cahaya atau penerangan ... 92

b. Warna ... 94

c. Udara ... 95

d. Suara ... 96

D. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori ... 97

1.Asas Jarak Terpendek ... 98

2.Asas Rangkaian Kerja ... 105

3.Asas Penggunaan Segenap Ruang ... 111

4.Asas Perubahan Susunan Tempat Kerja ... 113

5.Asas Kepuasan Kerja Pegawai ... 114

a. Cahaya ... 115

b. Warna ... 117

c. Udara ... 118

d. Suara ... 119

BABV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 121

B. Implikasi ... 122

C. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 44

Gambar 2. Siklus Penentuan Informan Menggunakan Teknik Snowball Sampling ... 51

Gambar 3. Model Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Secara Interaktif ... 55

Gambar 4. Bagan Prosedur Penelitian ... 57

Gambar 5. Struktur Organisasi FKIP UNS ... 60

Gambar 6. Struktur Organisasi Bagian Tata Usaha ... 61

Gambar 7. Denah Ruangan Kepala Bagian Tata Usaha ... 65

Gambar 8. Denah Ruang Bagian Tata Usaha ... 66

Gambar 9. Denah Ruang Sub Bagian Pendidikan ... 69

Gambar 10. Denah Ruang Sub Bagian Kemahasiswaan ... 73

Gambar 11. Denah Ruang Sub Bagian Kepegawaian ... 75

Gambar 12. Denah Ruang Sub Bagian UMKAP ... 78

Gambar 13. Denah Ruang Bidang Keuangan ... 83

Gambar 14. Alur Pengurusan Legalisir ... 87

Gambar 15. Loket Pelayanan di Gedung F ... 88

Gambar 16. Proses Pengurusan Legalisir Alumni ... 106

Gambar 17. Diagram Aliran Tata Kerja Pengurusan Legalisir Sekarang ... 107

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Saran-saran Besarnya Cahaya (Foot Candle) ... 22

Tabel 2. Pengaruh Warna ... 24

Tabel 3. Persentase Pemantulan terhadap Cahaya dari Lampu Neon Putih ... 25

Tabel 4. Sumber Kebisingan... 29

Tabel 5. Daftar Barang Inventaris Ruang Bagian Tata Usaha ... 68

Tabel 6. Daftar Barang Inventaris Ruang Sub Bagian Pendidikan ... 71

Tabel 7. Daftar Barang Inventaris Ruang Sub Bagian Kemahasiswaan ... 74

Tabel 8. Daftar Barang Inventaris Ruang Sub Bagian Kepegawaian ... 77

Tabel 9. Daftar Barang Inventaris Ruang Sub Bagian UMKAP ... 81

Tabel 10. Daftar Barang Inventaris Ruang Bidang Keuangan ... 84

Tabel 11. Analisis Gerak dan Waktu dengan Jarak 1 meter ... 99

Tabel 12. Analisis Gerak dan Waktu dengan Jarak 4 meter ... 100

Tabel 13. Analisis Gerak dan Waktu dengan Jarak 6 meter ... 101

(19)

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Penelitian ... 128

Lampiran 2. Struktur Organisasi FKIP UNS ... 129

Lampiran 3. Struktur Organisasi Bagian Tata Usaha... 130

Lampiran 4. Data Ruang Gedung F ... 131

Lampiran 5. Daftar Barang Inventaris Gedung F ... 132

Lampiran 6. Daftar Rincian Tugas Karyawan Tata Usaha ... 149

Lampiran 7. Foto Kegiatan dan Ruangan ... 179

Lampiran 8. Pedoman Wawancara ... 182

Lampiran 9. Field Note ... 183

Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 193

Lampiran 11. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 194

Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Research ... 195

Lampiran 13. Surat Ijin Menyusun Skripsi ... 196

(20)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan berbagai macam organisasi baik organisasi-organisasi swasta maupun pemerintah yang bergerak dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang politik, ekonomi, sosial budaya

dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa di zaman kehidupan yang modern ini, manusia tidak dapat meninggalkan dan terlepas dari adanya organisasi sebagai sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hampir di setiap lini kehidupan, manusia tidak bisa keluar dari lingkup

organisasi. Beragamnya organisasi yang berkembang tersebut merupakan bukti nyata bahwa semakin modernnya kehidupan manusia maka akan semakin kompleks pula kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Kenyataan inilah yang mendorong manusia untuk memasuki dan menjadi anggota suatu organisasi, dimana di dalam organisasi inilah manusia akan bersosialisasi dengan orang lain

demi mewujudkan tujuan.

Setiap organisasi yang dibentuk dan bergerak di bidang apapun memiliki suatu tujuan yang hendak dicapai. Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu manusia (man), metode (method), mesin (machine), bahan (materials) dan modal (money) atau

yang lebih dikenal dengan 5M. Dalam usaha mencapai tujuan tersebut organisasi seringkali menghadapi suatu masalah yaitu bagaimana agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan lancar.

Dalam setiap organisasi yang menginginkan tujuannya tercapai

(21)

commit to user

Salah satu upaya agar pekerjaan organisasi dapat berjalan dengan lancar adalah dengan cara menjalankan setiap aktivitas organisasi dengan berlandaskan pada efisiensi yakni perbandingan terbaik antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang dicapai. Dengan cara tersebut diharapkan seluruh

sumber daya yang dimiliki organisasi dapat dimanfaatkan dan dipergunakan sebaik-baiknya. Efisiensi disini memiliki arti penghematan yaitu dalam penggunaan tenaga, pikiran, waktu, ruang dan benda termasuk uang.

Adapun kantor merupakan pusat seluruh kegiatan pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Pengaturan tata ruang kantor yang sesuai asas

dapat membuat pegawai menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan dapat membantu terciptanya suatu proses mekanisme dan mobilisasi kerja yang baik pula sehingga efisiensi kerja dapat terwujud dan tujuan dapat dengan mudah dicapai.

Susunan ruang kantor yang tidak berdesak-desakkan dan terkesan

rapi serta faktor warna dan cahaya yang sesuai dengan ruang kerja dapat memunculkan kegairahan pegawai dalam bekerja. Penataan ruang dan fasilitas di dalamnya akan dapat membantu tercapainya suatu proses mekanisme dan mobilisasi kerja yang baik sehingga efisiensi kerja dapat terwujud dan tujuan organisasi dapat tercapai. Jika semua anggota organisasi mulai dari jabatan yang

tertinggi hingga yang terendah bekerja secara efisien, maka setiap pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Namun, jika hal ini tidak dapat dijalankan maka pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan dikhawatirkan akan sulit diraih. Dalam melakukan aktivitasnya, tiap-tiap bagian di suatu kantor harus menjalin

hubungan kerja yang baik. Satu sama lain saling berkaitan dan memiliki ketergantungan sehingga tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri.

Tata usaha merupakan unsur administrasi yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan. Oleh karena itu, pada pelaksanaan kegiatan operatif di dalam setiap organisasi pasti melaksanakan

(22)

commit to user

menyimpan pelbagai keterangan untuk keperluan sesuatu organisasi. Hal ini sering disebut juga pekerjaan kantor (office work).

Kegiatan ketatausahaan merupakan kegiatan yang menyeluruh yang harus ada di setiap organisasi yang mana kegiatan tersebut ikut menentukan

berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan organisasi. Menurut The Liang Gie (2000:21) tata usaha mempunyai 3 (tiga) ciri utama yaitu :

1) Bersifat pelayanan

Menyatakan bahwa tata usaha melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi. 2) Bersifat merembes ke segenap bagian

Artinya bahwa tata usaha diperlukan dimana-mana dan dilaksanakan dalam seluruh organisasi.

3) Dilaksanakan oleh semua pihak dalam organisasi

Walaupun tata usaha dapat menjadi tugas pokok dari sekelompok pegawai, pekerjaan itu tidak merupakan monopoli kelompok pegawai tersebut melainkan dilaksanakan oleh pimpinan tertinggi hingga pegawai terendah.

Ketatausahaan bertujuan untuk melayani dan membantu dalam pelaksanaan pekerjaan, karena kegiatan-kegiatan tersebut menyangkut penanganan informasi bagi suatu organisasi. Hal ini berarti dalam pelaksanaan kegiatan ketatausahaan harus terdapat informasi yang mutakhir, lengkap dan dapat diandalkan sebagai bahan untuk mengambil keputusan.

Kantor tata usaha FKIP UNS sendiri belum lama ini menempati gedung yang baru dan dengan susunan yang berbeda dari yang sebelumnya. Kantor tata usaha menempati dua lantai yakni lantai satu dan lantai dua. Lantai satu digunakan oleh bagian Umum dan Perlengkapan (UMKAP) sedangkan

lantai dua ditempati oleh kantor pimpinan tata usaha, bagian kemahasiswaan, bagian pendidikan dan kepegawaian. Para mahasiswa sendiri lebih banyak berurusan di lantai satu ini khususnya bagian pendidikan dan kemahasiswaan.

Berdasarkan studi pendahuluan, peneliti menemukan bahwa penataan perabot dan peralatan kantor di dalam masing-masing ruangan, khususnya ruang

(23)

commit to user

yang berdempetan di tengah ruangan dengan jarak antar meja terlalu pendek membuat ruangan terasa sesak dan ruang gerak menjadi sempit. Walaupun ruangan sudah dilengkapi dengan AC (air conditioner) tetapi masih saja terasa pengap karena sirkulasi udara yang terganggu dengan banyaknya barang yang

ada di ruangan tersebut. Kurang maksimalnya pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang tersedia di kantor tata usaha menyebabkan proses pelayanan terganggu. Loket pelayanan mahasiswa di ruang Sub Bagian Pendidikan kurang berfungsi dengan baik. Hal ini disebabkan barang-barang yang digunakan untuk melayani mahasiswa tidak diletakkan di dekat loket sehingga proses pelayanannya lebih

lama. Seharusnya dengan adanya loket tersebut akan dapat mempercepat pelayanan yang dilakukan untuk mahasiswa. Hal ini menunjukkan belum diterapkannya asas jarak terpendek dalam penataan ruang kantor. Di depan loket pelayanan mahasiswa bagian pendidikan juga terdapat meja-meja yang berjejer tetapi jarang digunakan oleh pegawai dan di belakang meja pimpinan juga masih

ada ruang kosong yang justru digunakan untuk menumpuk arsip. Hal ini tidak sesuai dengan asas penggunaan segenap ruang, dimana di suatu bagian ruang berdempetan tetapi di bagian lain kosong dan belum dimanfaatkan secara optimal. Posisi meja pimpinan yang berada di dekat pintu membuat pimpinan terganggu dalam bekerja akibat adanya lalu lintas orang yang keluar masuk

ruangan. Seharusnya meja pimpinan berada di bagian dalam ruangan yang terpisah sendiri.

Di ruangan Sub Bagian Kemahasiswaan terlihat ada lemari arsip, tetapi arsip dan dokumen justru diletakkan di meja dan berbagai sudut ruangan

dengan susunan yang belum teratur. Banyak dokumen yang hanya diletakkan di lantai ruangan sehingga mengganggu lalu lintas pekerjaan. Masalah lain yang peneliti temukan yaitu di ruangan Sub Bagian Kepegawaian dimana penerapan prinsip efisiensi khususnya efisiensi waktu dan tenaga belum terlaksana dengan baik. Lemari-lemari arsip diletakkan di satu sisi ruangan tersendiri, tidak

(24)

commit to user

dokumen telah selesai digunakan dan akan dikembalikan, maka harus berjalan lagi ke tempat lemari arsip itu diletakkan. Masalah penempatan arsip di satu sisi ruangan bukan di dekat pegawai yang membutuhkan sebenarnya tidak hanya di ruang Sub bagian Kepegawaian saja tetapi juga di ruang sub-sub bagian lainnya,

seperti UMKAP, Pendidikan dan Kemahasiswaan.

Susunan atau tata ruang dari kantor tata usaha tersebut sedikit banyak ikut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Hal ini diperkuat dengan implikasi hasil penelitian tentang tata ruang kantor dan efisiensi kerja (Nur Syamsiyah Widyaningrum, 2008) yang dilakukan di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Surakarta, menyatakan bahwa penataan ruang kantor yang baik akan dapat menciptakan suasana yang hangat serta komunikasi yang lancar dan efektif bagi pegawai sehingga efisiensi kerja pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dapat tercapai.

Berdasarkan hal itulah, maka peneliti berusaha mengkaji tentang

efisiensi kerja dalam kaitannya dengan penataan ruang kantor tata usaha dengan melakukan penelitian yang diberi judul ³ANALISIS PENATAAN RUANG

KANTOR TATA USAHA DALAM MENCAPAI EFISIENSI KERJA

PEGAWAI (Studi kasus di Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP UNS

Surakarta tahun 2010)´.

B. Fokus Masalah

Seorang peneliti yang melaksanakan penelitian ilmiah harus menetapkan pembatasan masalah agar bidang penelitiannya terfokus pada satu

masalah saja dan tidak meluas tetapi mendalam. Hal ini mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh seorang peneliti baik itu keterbatasan waktu, dana, pikiran dan lain sebagainya. Dengan adanya fokus penelitian seorang peneliti tahu mana data atau informasi yang dibutuhkan dan relevan dengan penelitian yang dilakukan.

(25)

commit to user

terciptanya efisiensi kerja pegawai di Kantor Tata Usaha Dekanat FKIP pada tahun 2010.

C. Perumusan Masalah

Kegiatan penelitian muncul karena disebabkan adanya suatu masalah

yang harus dipecahkan secara ilmiah. Masalah merupakan suatu gejala yang menimbulkan kesulitan sehingga menggerakan manusia untuk menyelesaikannya. Menurut pendapat Winarno Surachmad (1998:34³0DVDODK DGDODKVHWLDSNHVXOLWDQ\DQJPHQJJHUDNNDQPDQXVLDXQWXNPHPHFDKNDQQ\D´

Berdasarkan uraian identifikasi dan fokus masalah, rumusan masalah

dari penelitian ini adalah ³Bagaimana penataan ruang kantor tata usaha Dekanat FKIP UNS Surakarta mampu mendorong tercapainya efisiensi kerja pegawai dilihat dari asas penataan kantor menurut The Liang Gie yaitu: (1) asas jarak terpendek, (2) asas rangkaian kerja, (3) asas penggunaan segenap ruang, dan (4) asas perubahan susunan tempat kerja?´

D. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan suatu arah dan cara yang hendak ditempuh dalam melaksanakan suatu kegiatan. Untuk itu dalam melaksanakan suatu kegiatan tidak bisa terlepas dari tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jika

masalah dalam suatu penelitian sudah ditentukan maka tujuan penelitian tersebut adalah untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana penataan ruang kantor tata usaha Dekanat FKIP UNS Surakarta mampu

mendorong pencapaian efisiensi kerja pegawai dilihat dari asas penataan kantor menurut The Liang Gie yaitu : (1) asas jarak terpendek, (2) asas rangkaian kerja, (3) asas penggunaan segenap ruang, dan (4) asas perubahan susunan tempat kerja.

E. Manfaat Penelitian

(26)

commit to user

penting karena dapat memberikan gambaran jelas dalam menjawab suatu permasalahan baik secara teoritis maupun praktis. Penelitian yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan informasi yang akurat, rinci, dan faktual. Adapun menfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan di bidang administrasi perkantoran khususnya tentang penataan ruang kantor dan efisiensi kerja.

2. Manfaat praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan di kantor tata usaha Dekanat FKIP UNS Surakarta dalam menentukan kebijakan penataan ruang

kantor yang berhubungan dengan efisiensi kerja dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

b. Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan bagi pengembangan penelitian sejenis di masa yang akan datang.

c. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat mengenai tata ruang kantor dan

efisiensi kerja.

(27)

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

D. Tinjauan Pustaka

4. Tinjauan Tentang Tata Ruang Kantor

h. Pengertian Tata Ruang Kantor

Salah satu faktor yang dapat menciptakan efisiensi kerja pegawai adalah penyusunan tata ruang kantor yang baik. A. S. Moenir (1983:7) menyatakan bahwa ³Kantor sebagai tempat untuk bekerja seseorang dengan

menggunakan peralatan seperti mesin tulis, mesin hitung, pensil/pulpen dan alat tulis lain dan perlengkapan kerja seperti meja, kursi, almari, telepon, meja gambar dan lain-ODLQ´ A. S. Moenir (1983:8) juga menyatakan bahwa suatu tempat kerja disebut kantor apabila memenuhi tiga syarat yaitu:

1) Tempat itu berupa bangunan yang berfungsi sebagai tempat yang bebas dari hujan dan panas pada orang-orang yang berada di tempat itu.

2) Jenis pekerjaan yang dilakukan pada umumnya ialah tulis/menulis, komunikasi dan arsip/dokumentasi.

3) Di tempat itu terdapat alat-alat kerja seperti mesin-tulis, mesin hitung, mesin ganda dan lain-lain dan perlengkapan kerja serta pasilitas kerja seperti lampu, air, telepon dan lain-lain.

Sedangkan Prajudi Atmosudirdjo dalam Ida Nuraida (2008:1)

menyatakan bahwa ³.antor adalah unit organisasi yang terdiri atas tempat, staf, personel, dan operasi ketatausahaan, guna membantu pimpinan´.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kantor adalah tempat seseorang melakukan pemikiran dan menyelesaikan segala

sesuatu yang menjadi tugas, pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai anggota suatu organisasi. Selain itu, kantor merupakan tempat untuk menerima, mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyalurkan surat-surat, dokumen-dokumen, data-data dan informasi penting lainnya.

(28)

commit to user

Badri Munir Sukoco (2007:189) PHQ\DWDNDQ ³3HPLOLKDQ layout harus menjadi salah satu agenda dari pihak manajemen, karena akan PHPSHQJDUXKLSURGXNWLYLWDVVHEXDKRUJDQLVDVL´

Littlefield dan Peterson dalam The Liang Gie (2000:186)

menyatakan ³7ata ruang perkantoran dapat dirumuskan sebagai penyusunan perabotan dan alat perlengkapan pada luas lantai yang tersedia´6HGDQJNDQ Komaruddin (1993:157) PHQJDWDNDQ EDKZD ³7DWD UXDQJ NDQWRU LWX merupakan suatu metode untuk membenahi dan menyusun alat-alat, alat-alat pembantu, dan perlengkapan di dalam ruangan yang bertujuan untuk PHPEHULNDQVDUDQDEDJLSHNHUMD´

Selain itu George R. Terry dalam The Liang Gie (2000:186) PHQHUDQJNDQ EDKZD ³7ata ruang kantor adalah penentuan mengenai kebutuhan dan penggunaan ruang secara terperinci untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang perlu bagi pelaksanaan

kerja perkantoran dengan biaya-ELD\D \DQJ OD\DN´. Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa dalam penyusunan tata ruang kantor juga harus memperhatikan faktor kenyamanan dan biaya. Sedangkan The Liang Gie PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³7DWD UXDQJ NDQWRU DGDODK SHQ\XVXQDQ alat-alat kantor pada letak yang tepat serta pengaturan tempat kerja yang

menimbulkan kepXDVDQEHNHUMDEDJLSHJDZDL´

Mengenai definisi tata ruang kantor, Ida Nuraida (2008:142) PHQJDWDNDQ ³7DWD UXDQJ NDQWRU adalah pengaturan ruangan kantor serta penyusunan alat-alat dan perabotan kantor pada luas lantai dan ruangan

kantor yang tersedia untuk PHPEHULNDQVDUDQDEDJLSHNHUMD´

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tata ruang kantor adalah penyusunan perabot, peralatan dan perlengkapan kantor serta pengaturan tempat kerja yang disesuaikan dengan ruangan yang bertujuan untuk mewujudkan efisiensi kerja bagi pegawai. Tata ruang kantor tidak

(29)

commit to user

perlengkapan tersebut, jumlah orang yang menempati ruangan, jumlah dan fungsi ruangan serta biaya yang diperlukan.

i. Tujuan Tata Ruang Kantor

Setiap kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi atau instansi, memiliki suatu tujuan. Dalam menyusun ruang untuk kerja perkantoran, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai. Menurut The Liang Gie (2000:188-189) tujuan tersebut antara lain:

1) Pekerjaan di kantor itu dalam proses pelaksanaannya dapat menempuh jarak yang sependek mungkin.

2) Rangkaian aktivitas tata usaha dapat mengalir secara lancar. 3) Segenap ruang dipergunakan secara efisien untuk keperluan

pekerjaan.

4) Kesehatan dan kepuasan kerja pegawai dapat terpelihara.

5) Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara memuaskan.

6) Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapat kesan yang baik tentang organisasi itu.

7) Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah diubah sewaktu-waktu diperlukan.

Sedangkan Slamet Soesanto (1995:57) mengemukakan tata ruang

kantor memiliki tujuan-tujuan khusus seperti:

1) Agar tersedia ruang kantor yang cocok dan memaksimumkan penggunaannya.

2) Untuk menjamin kenyamanan para karyawan maupun masyarakat luar yang berhubungan dengan perusahaan.

3) Mengembangkan aliran kerja yang efektif dengan biaya yang murah.

4) Untuk merancang tempat-tempat kerja yang mampu menyerap metode-metode kerja yang baik dan memelihara sistem aliran kerja.

5) Untuk mengkoordinasi penggunaan ruang dengan faktor-faktor lingkungan terkait, seperti pemanas, penerangan, warna dan pengendalian kebisingan.

6) Menjamin fleksibilitas dan mengembangkan tata letak agar bisa dirubah-rubah untuk kecepatan kerja yang diperlukan.

(30)

commit to user

Berkenaan dengan tujuan tata ruang kantor, Ida Nuraida (2008:142-143) memberikan rumusan sebagai berikut:

1) Menggunakan ruangan yang ada guna dimanfaatkan untuk faedah ekonomis yang besar.

2) Memudahkan pengawasan manajer terhadap para staf yang sedang bekerja.

3) Memudahkan arus komunikasi dan arus kerja. 4) Memberikan kepuasan dan kenyamanan kerja.

5) Menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pegawai seperti komputer, telepon, teleks, intercom, faksimili, e-mail, dan pelayanan lainnya yang menyangkut pelayanan rumah tangga perusahaan seperti penyediaan air minum.

6) Memudahkan setiap gerakan para pegawai dalam penyimpanan arsip.

7) Memberikan rasa aman dan keleluasaan pribadi.

8) Menjauhkan pekerjaan yang menimbulkan bunyi keras, gaduh, dan mengganggu pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

9) Menciptakan citra dan kesan yang baik bagi para pelanggan dan tamu perusahaan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tata ruang kantor adalah untuk memanfaatkan segenap ruangan

secara optimal dan menempatkan perabot kantor di tempat yang sesuai, sehingga dapat melancarkan dan memudahkan pelaksanaan pekerjaan kantor. Jika ruangan kantor tidak ditata dengan baik, maka akan menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran para pegawai dalam menyelesaikan tugasnya

sehingga prinsip efisiensi dalam bekerja sulit terwujud. Dengan tata ruang kantor yang baik, akan memberikan kepuasan dan kenyamanan untuk bekerja, sehingga pegawai merasa betah ketika bekerja di kantor.

Penataan ruang kantor tidak hanya ditujukan untuk pegawai saja melainkan pihak-pihak lain yang berkepentingan di kantor tersebut, antara

(31)

commit to user

pelaksanaan pekerjaan oleh pegawai dapat terlaksana sesuai dengan yang semestinya. Penataan kantor juga bertujuan agar pihak-pihak luar yang berkepentingan merasa nyaman berada di kantor tersebut, apalagi jika fungsi kantor adalah untuk pelayanan masyarakat, maka harus benar-benar

memperhatikan segi kenyamanan dan efisiensi kerjanya, sehingga akan menimbulkan kesan yang baik dari masyarakat.

j. Asas Tata Ruang Kantor

Agar penataan ruang kantor dapat tercapai secara maksimal, maka

perlu memperhatikan asas-asas tata ruang kantor. Ada empat asas pokok tata ruang (The Liang Gie, 2000) yaitu: 1) asas mengenai jarak terpendek, 2) asas mengenai rangkaian kerja, 3) asas mengenai penggunaan segenap ruang, 4) asas mengenai perubahan susunan tempat kerja. Asas-asas tersebut berfungsi sebagai pedoman dalam menyusun dan menata ruang kantor agar dapat

menciptakan efisiensi kerja bagi para pegawai.

Asas jarak terpendek berguna agar penyelesaian pekerjaan lebih cepat. Salah satu penerapan asas ini adalah dengan meletakkan barang-barang yang diperlukan pegawai dalam bekerja di dekat tempat duduknya, sehingga akan mengurangi pemborosan waktu dan tenaga. Selain itu,

penataan ruang kantor juga harus memperhatikan rangkaian kerja yang dilakukan para pegawai. Pengaturan dan penempatan para pegawai seharusnya disesuaikan dengan urutan pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Menurut asas ini, suatu pekerjaan harus senantiasa bergerak maju

dari permulaan sampai penyelesaian, tidak ada gerakan mundur atau menyilang. Dalam penataan ruang kantor, suatu ruangan harus ditata sedemikian rupa sehingga satu ruangan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Artinya, semua sudut dan sisi ruangan terpakai sesuai dengan komposisinya, tidak terjadi penumpukan di suatu sudut tetapi di sudut yang

(32)

commit to user

biaya yang terlampau banyak. Hal ini sesuai dengan asas perubahan susunan tempat kerja. Jadi, sebaiknya ruang kantor disusun dan ditata dengan posisi yang mudah diubah letaknya agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan para personil kantor tersebut.

Mengenai asas tata ruang kantor, Ida Nuraida (2007) menambahkan bahwa dalam penataan ruang kantor juga harus memperhatikan 2 (dua) hal yaitu asas integrasi kegiatan dan asas kepuasaan kerja bagi pegawai. Tata ruang dan peralatan kantor harus mengintegrasikan kegiatan antar dan inter bagian yang ada dalam organisasi. Selain itu, tata ruang dan peralatan kantor

harus membuat pegawai dapat bekerja secara aman, nyaman, dan puas. Artinya, pegawai dalam bekerja tidak terganggu oleh situasi-situasi yang menghambat pekerjaannya misalnya suasana yang berisik dan panas, barang-barang yang dapat membahayakan dan lingkungan kantor yang tidak mendukung dalam penyelesaian pekerjaan.

Dengan berpedoman pada asas-asas tersebut, diharapkan dapat terwujud tata ruang kantor yang mampu mendorong suatu pekerjaan berjalan secara efektif dan efisien. Jika efisiensi dalam bekerja dapat terwujud, maka pencapaian tujuan organisasi pun dapat tercapai dengan baik.

k. Tata Ruang Kantor yang Efektif

Slamet Soesanto (1995:56) menyatakan bahwa pedoman penyusunan tata ruang kantor yang baik dan efektif yaitu:

1) Menjamin terselenggaranya komunikasi dan transportasi yang mengalir secara garis lurus bukannya saling menyilang.

2) Sebaiknya ruang tidak dibagi-bagi menjadi ruang-ruang kecil, melainkan dibiarkan dalam ruang lebar yang terbuka sifatnya. 3) Dinding penyekat hendaknya bisa dipindah-pindah.

4) Ruangan hendaknya dihemat sebanyak mungkin tanpa mengekang tempat-tempat kerja individual.

5) Bagian yang memerlukan kontak dengan masyarakat seperti bagian personalia harus ditempatkan di suatu ruangan yang memudahkan hubungan dengan masyarakat.

(33)

commit to user

yang membutuhkan komunikasi silang dengan departemen lain harus diletakkan berdekatan satu sama lain.

Selain itu, Quible dalam Badri Munir Sukoco (2007) menyebutkan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan tata ruang

kantor agar lebih efektif dan efisien, antara lain: 1) tugas pegawai, jenis tugas dan tingkat otonomi yang dimiliki pegawai akan mempengaruhi penggunaan jenis fasilitas kantor yang dibutuhkan guna pengoptimalan kinerja mereka; 2) arus kerja, dalam perancangan layout analisis arus kerja yang mengacu pada pergerakan informasi dan tugas sangat diperlukan agar dalam penyelesaian

pekerjaan selalu bergerak lurus dan maju; 3) bagan organisasi, bagan organisasi mengidentifikasi hubungan kerja antarpegawai dan membantu dalam menjelaskan lokasi yang tepat bagi pegawai tersebut sehingga pegawai-pegawai yang memiliki keterkaitan pekerjaan yang erat ditempatkan saling berdekatan; 4) proyeksi kebutuhan tenaga kerja di masa datang,

menjelaskan berapa luas area yang dibutuhkan jika perusahaan akan melakukan perluasan atau pengurangan di masa akan datang; 5) jaringan komunikasi, semakin tinggi frekuensi hubungan yang dilakukan oleh pegawai maka akan semakin dekat letak ruangannya; 6) departemen dalam organisasi, banyak perusahaan maupun instansi yang mengelola kantornya

berdasarkan fungsi, terutama departemen yang berpengaruh terhadap keputusan penempatan ruang kerja yang biasanya ditetapkan berdasarkan arus kerja di antara mereka; 7) kantor publik dan privat, pengoperasian kantor privat yang mahal; sulitnya mengontrol sejumlah pegawai yang

bersifat teknis; sulitnya mengubah layout bila diperlukan; lebih sulit dilakukan dibandingkan di kantor terbuka yang tentunya akan menghambat komunikasi yang efektif; 8) kebutuhan ruang, pegawai yang membutuhkan peralatan yang banyak dalam melaksanakan tugasnya akan membutuhkan ruangan yang lebih besar dibandingkan yang tidak; 9) pertimbangan

(34)

commit to user

10) pembiayaan ruang perkantoran, beberapa faktor yang merupakan potensi biaya di masa depan juga harus diperhatikan, seperti layout yang tidak efisien sehingga arus kerja kurang optimal dan lain-lain.

Sedangkan The Liang Gie (2000:191-192) berpendapat bahwa untuk

menentukan letak dan susunan ruang kantor perlu memperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut:

1) Satuan-satuan yang tugas pekerjaannya memang khusus melayani publik hendaknya ditaruh di teampat yang mudah didatangi orang-orang luar itu tanpa mengganggu satuan-satuan lainnya. 2) Satuan-satuan yang pekerjaannya berhubungan erat satu sama lain

hendaknya dikelompokkan pada 1 tempat.

3) Satuan pusat yang mengerjakan semua kerja ketatausahaan dari organisasi itu hendaknya diberi tempat di tengah-tengah, sehingga satuan-satuan lainnya dapat mudah menghubunginya.

4) Satuan yang tugas pekerjaannya bersifat sangat gaduh, hendaknya dijauhkan dari satuan-satuan lainnya terutama satuan yang banyak menjalankan pekerjaan otak.

Martinez dan Quible dalam Badri Munir Sukoco (2007:196) berpendapat bahwa ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guna mendesain layout kantor yang efektif, antara lain:

1) Menganalisis hubungan antara peralatan, informasi, dan pegawai dalam arus kerja.

2) Mengondisikan arus kerja agar bergerak dalam bentuk garis lurus dan meminimalisir kemungkinan terjadinya crisscrossing dan backtracking.

3) Pegawai maupun tim kerja yang melakukan pekerjaan serupa harus ditempatkan dalam area yang bedekatan.

4) Pegawai maupun divisi yang berhubungan dengan publik harus ditempatkan berdekatan dengan pintu masuk.

5) Pegawai maupun tim kerja yang membutuhkan konsentrasi harus ditempatkan di ruang kerja yang suasananya lebih tenang.

6) Alokasi ruang harus berdasarkan posisi, pekerjaan yang dilakukan, dan peralatan khusus yang diperlukan masing-masing individu.

7) Furnitur dan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan.

8) Lorong harus nyaman dan lebar untuk mengantisipasi pergerakan yang lebih efisien dari pekerja.

9) Pertimbangan keamanan harus diberikan prioritas tinggi.

(35)

commit to user

11)Provisi yang tepat bagi pencahayaan, dekorasi, AC, kelembaban, dan kontrol suara.

12)Memperhatikan kebutuhan perluasan kantor di masa datang. 13)Pekerjaan harus datang pada pegawai, bukan sebaliknya.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tata ruang kantor yang baik dan efektif adalah tata ruang yang menekankan pada penyusunan dan penempatan perabot dan alat perlengkapan kantor secara tepat, sehingga dengan pengaturan tersebut diharapkan akan tercipta suatu

ruangan yang menunjang kelancaran aktivitas pegawai dalam bekerja.

Dengan pedoman-pedoman tersebut diharapkan layout kantor dapat membuat pekerjaan berlangsung secara efektif dan efisien serta sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh pegawai dalam menjalankan pekerjaannya tersebut.

l. Manfaat Tata Ruang Kantor

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya tata ruang kantor yang efisien diharapkan dapat mengakibatkan lancarnya kegiatan-kegiatan kantor. Badri Munir Sukoco (2007:189) menyatakan bahwa layout kantor yang

efektif akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Mengoptimalkan penggunaan ruang yang efektif.

2) Mengembangkan lingkungan kerja yang nyaman bagi pegawai. 3) Memberikan kesan yang positif terhadap masyarakat.

4) Menjamin efisiensi dari arus kerja yang ada. 5) Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.

6) Mengantisipasi pengembangan organisasi di masa depan dengan melakukan perencanaan layout yang fleksibel.

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tata ruang kantor yang baik dan terencana memberikan manfaat kepada 2 (dua) pihak yaitu pihak internal kantor yakni para personil kantor khususnya pegawai dan pihak eksternal kantor yakni masyarakat umum. Manfaat yang diberikan bagi pegawai antara lain dapat menciptakan suatu kondisi yang menunjang

(36)

commit to user

terselesainya pekerjaan kantor dan yang paling utama adalah terciptanya efisiensi dalam bekerja. Sedangkan bagi pihak luar, tata ruang kantor yang baik juga memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kesan yang baik terhadap kantor tersebut.

m. Macam Tata Ruang Kantor

Dalam melaksanakan penataan ruang kantor, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain bentuk dan luas ruangan yang tersedia serta jenis pekerjaan, sehingga akan menghasilkan tata ruang kantor yang efektif

dan efisien. The Liang Gie (2000:192-193) membedakan tata ruang kantor dalam dua macam, yaitu:

1) Tata ruang kantor yang terpisah-pisah

Pada susunan ini ruangan untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa satuan.

2) Tata ruang terbuka

Menurut susunan ini ruang kerja yang bersangkutan tidak dipisahkan.

Tata ruang kantor yang terbuka lebih baik dan memuaskan daripada ruang yang sama luasnya tetapi terbagi dalam satuan-satuan kecil. Hal

tersebut diungkapkan The Liang Gie (2000) dengan alasan sebagai berikut: 1) memudahkan pengawasan terhadap pegawai, dengan tata ruang kantor yang terbuka, para pimpinan lebih leluasa untuk melihat dan mengamati proses pelaksanaan pekerjaan pegawainya; 2) lebih memudahkan hubungan

di antara para pegawai, karena merasa bekerja dalam satu ruangan yang sama maka akan menumbuhkan rasa persatuan yang lebih erat; 3) jika terjadi penambahan pegawai atau alat-alat kantor ataupun perubahan mengenai proses penyelesaian suatu pekerjaan, tataruang yang terbuka lebih mudah menampungnya.

(37)

commit to user

1) Dapat merendahkan moral pekerja atau staf. Hal ini terutama disebabkan oleh cara hidup yang diawasi yang dirasakan terus menerus. Tidak ada perasaan eksklusif yang diperlukan sebagian jiwa pekerja.

2) Pekerja akan kehilangan kepribadiannya, kehilangan status dari staf Pembina dan kurang rasa memiliki.

3) Ruang yang terbuka (meskipun dapat disekat-sekat) akan mengurangi keamanan bagi pekerjaan rahasia dan pengelolaan kas.

4) Penyakit infeksi, epidemik dan endemik dapat menyebar dengan lebih bebas.

5) Ketidakpuasan akan lebih mudah menjalar.

6) Suara yang ditimbulkan oleh pekerja-pekerja secara bersamaan dapat menjadi-jadi.

7) Akan menyebabkan gangguan yang disebabkan letak taman sebagai penyekat hidup dan gerakan umumnya.

Berkenaan dengan macam ruang kantor, Ida Nuraida (2008:143-144)

menyebutkan bahwa secara garis besar tata ruang kantor dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) Ruang kantor terbuka (open plan offices)

Semua aktivitas dilaksanakan bersama-sama oleh beberapa pegawai dalam satu ruangan besar yang terbuka serta tidak dipisahkan oleh tembok atau penyekat yang terbuat dari kayu.

Keuntungannya adalah :

a) Memudahkan perubahan layout ruangan tanpa perlu biaya yang tinggi.

b) Memudahkan komunikasi dan koordinasi kerja antarpegawai baik.

c) Menghemat penggunaan penerangan dan peralatan kerja. d) Memudahkan pengawasan.

Kerugiannya adalah:

a) Sulit melakukan pekerjaan yang bersifat rahasia.

b) Memerlukan air conditioning untuk mengurangi debu dan pendingin udara serta air cleaner untuk mengurangi bau. c) Memungkinkan terjadinya kebisingan yang mengganggu

konsentrasi kerja.

2) Ruang kantor tertutup (closed plan offices)

(38)

commit to user

Keuntungannya adalah:

a) Cocok untuk pekerjaan yang harus terjamin kepentingan, kerahasiaan, dan keamanannya, baik dari segi pembicaraan, dokumen-dokumen, atau asset perusahaan yang berharga. b) Konsentrasi terhadap pekerjaan lebih mudah.

c) Dapat lebih menghargai tamu.

Kerugiannya adalah:

a) Membutuhkan biaya yang lebih besar untuk memisahkan ruangan, lebih banyak alat komunikasi (seperti telepon dan e-mail), penerangan, ventilasi, peralatan kantor dan pemeliharaannya, dan lain-lain.

b) Mempersulit perubahan layout kantor atau fleksibilitas ruangan kurang.

c) Komunikasi dan koordinasi lebih sulit jika tidak ditunjang oleh alat komunikasi yang memadai.

d) Mempersulit pengawasan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, secara garis besar tata ruang kantor dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu ruang kantor terbuka dan ruang kantor tertutup, dengan keuntungan dan kerugiannya masing-masing.

Pemilihan jenis tata ruang kantor baik itu terpisah, terbuka atau tertutup tergantung pada jenis pekerjaan, situasi dan kondisi organisasi yang bersangkutan. Setelah memahami keuntungan dan kerugian dari macam-macam tata ruang ini, hendaknya benar-benar menjadi perhatian karena jika tidak tepat dalam menentukan jenis tata ruang kantor, maka prinsip efisiensi

dalam pelaksanaan pekerjaan kantor tidak akan terwujud.

n. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Penataan Tata Ruang Kantor

The /LDQJ *LH PHQ\DWDNDQ EDKZD ³(PSDW KDO SHQWLQJ

(39)

commit to user

1) Cahaya

Cahaya sangat diperlukan di sebuah kantor guna menunjang pelaksanaan pekerjaan kantor. Cahaya penerangan yang cukup dan memancar dengan tepat akan menambah efisiensi kerja pegawai, karena

mereka dapat bekerja dengan lebih cepat, lebih sedikit melakukan kesalahan dan matanya tidak cepat lelah. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ida Nuraida (2008:155) bahwa:

Cahaya/penerangan merupakan faktor penting untuk meningkatkan efisiensi kerja pegawai karena mempengaruhi kesehatan pegawai, keselamatan, serta kelancaran kerja. Penerangan yang baik merupakan hal vital yang dibutuhkan pancaindra penglihatan untuk dapat melaksanakan tugas kantor. Tugas-tugas kantor ini lebih banyak tuntutannya karena yang dilihat adalah catatan-catatan kantor sehingga harus didukung oleh penerangan dalam jumlah dan mutu yang tepat dan dalam tempat yang tepat pula.

Selain itu McShane dalam Badri Munir Sukoco (2007:208) mendeskripsikan bahwa:

80 hingga 85 persen informasi yang diterima pegawai di kantor adalah menggunakan indera penglihatan (mata). Hal inilah yang menjadikan kenyamanan visual bagi pegawai di kantor sangat penting karena akan mempengaruhi produktivitas mereka. Kelelahan pada mata pegawai akan meningkat apabila tingkat cahaya di tempat kerja tidak sesuai yang akan mengakibatkan pegawai mengalami ketegangan pada matanya, sehingga mempengaruhi fisiknya. Hal ini berdampak terhadap penurunan motivasi pegawai dan mengakibatkan kinerja pegawai menurun. Oleh karena itu, sistem pencahayaan yang efektif harus memperhitungkan kualitas dan kuantitas cahaya yang sesuai dengan tugas, ruangan, serta pegawai itu sendiri.

Lebih lanjut Ida Nuraida (2008) mengemukakan penerangan kantor yang optimal berguna untuk: a) meningkatkan produktivitas kerja, suasana ruangan yang terang akan membuat pegawai lebih mudah

(40)

commit to user

besar pekerjaan yang dilakukan pegawai menggunakan indera penglihatan, maka diperlukan penerangan yang optimal agar dapat mencegah kerusakan pada mata; d) mengurangi rasa lelah, suasana kantor dengan pencahayaan yang baik akan menimbulkan perasaan semangat

dalam diri pegawai dan akan mengurangi perasaan letih dan lelah; e) meningkatkan semangat kerja pegawai, suasana yang terang akan membuat pegawai bersemangat dalam bekerja, lain halnya jika suasana ruangan gelap atau remang-remang maka pegawai akan cenderung malas; dan f) memberikan citra yang baik bagi perusahaan, jika ruangan kantor

dilengkapi dengan pencahayaan yang optimal, maka masyarakat akan lebih nyaman dan mendapatkan kesan yang baik atas kantor tersebut.

Menurut The Liang Gie (2000:213-215), cahaya penerangan buatan manusia dapat dibedakan menjadi 4 (empat) macam yaitu:

a) Cahaya langsung

Cahaya ini memancar langsung dari sumbernya ke permukaan meja. Apabila dipakai lampu biasa (pijar), cahaya bersifat sangat tajam. Bayangan yang ditimbulkan sangat tegas. Cahaya ini lekas menimbulkan kelelahan pada mata. Lebih-lebih apabila terletak dalam lingkungan sudut 45 derajat dari SHQJOLKDWDQPDWDODPSXLWXGDSDWPHQ\LODXNDQVLSHNHUMD« b) Cahaya setengah langsung

Cahaya ini memancar dari sumbernya melalui tudung lampu yang biasanya terbuat dari gelas dengan warna seperti susu« . Sebagian besar cahaya tetap langsung jatuh ke permukaan meja dan memantul kembali ke arah mata si pekerja.

c) Cahaya setengah tak langsung

Cahaya ini sudah lebih baik daripada cahaya setengah langsung, karena sumbernya untuk sebagian besar adalah langit-langit ruangan. Sifat cahaya dan bayang-bayang yang diciptakannya sudah tidak begitu tajam«

d) Cahaya tak langsung

Cahaya ini dari sumbernya memancar ke arah langit-langit ruangan, dari situ barulah dipantulkan ke arah permukaan meja. Sifat cahaya ini benar-benar sudah lunak, karena itu tidak menimbulkan kelelaKDQSDGDPDWD«

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa cahaya

(41)

commit to user

langsung, karena cahaya tersebut tidak menimbulkan kelelahan pada mata sehingga para pekerja akan lebih cepat dalam menyelesaikan pekerjaannya dan kesehatan mata para pekerja terjaga.

McShane dalam Badri Munir Sukoco (2007:209) menjelaskan

bahwa ada 4 (empat) jenis pencahayaan di kantor, yaitu:

a) Ambrient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan ke seluruh ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini merupakan satu-satunya pencahayaan yang terdapat di ruangan kantor tersebut.

b) Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis cahaya ini jarang digunakan pada kantor-kantor di Indonesia NDUHQDDODVDQNHSUDNWLVDQ«

c) Accent lighting«dirancang pada lorong sebuah kantor atau area lain yang membutuhkan penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.

d) Natural lighting, biasanya berasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya langit. Jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pegawai, namun cahaya ini tidak selalu tersedia apabila langit dalam keadaan mendung atau gelap.

The Liang Gie (2000:215) mengemukakan:

[image:41.612.175.503.213.472.2]

Selain macamnya penerangan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah banyaknya cahaya penerangan tersebut. Satuan untuk mengukur besarnya penerangan dipakai sebuah satuan hitung yang disebuW ³foot-candle´ ,QL LDODK EDQ\DNQ\D FDKD\D yang dipancarkan dari sebuah lilin ukuran biasa pada sebuah benda yang jaraknya 1 kaki (30,48 cm) dari lilin itu.

Tabel 1. Saran-saran Besarnya Cahaya (Foot Candle)

Macam Pekerjaan Foot Candle

1. Pekerjaan yang memerlukan penglihatan tajam. Contoh: memeriksa perhitungan, pembukuan, menggambar.

2. Pekerjaan yang memerlukan penglihatan biasa. Contoh: surat menyurat, mengurus arsip, rapat, pengiriman dan penerimaan surat.

3. Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan

50

30

(42)

commit to user

sepintas lalu. Contoh: aktivitas dalam ruang resepsi, tangga gedung, atau kamar mandi.

4. Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan sederhana. Contoh: untuk lorong atau jalan lalu lintas dalam gedung.

5

Sumber: The Liang Gie (2000:215)

Pemilihan cahaya penerangan untuk ruang kerja pegawai harus

diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Hal ini perlu dilakukan karena sistem pencahayaan yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh pegawai. Dengan pemilihan pencahayaan yang tepat, maka akan mengurangi ketegangan dan kelelahan mata pegawai sehingga pegawai dapat bekerja secara maksimal.

2) Warna

Warna adalah salah satu elemen penting dalam lingkungan kantor yang berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi kerja pegawai. Bagi

suatu kantor warna tidak hanya mempunyai nilai estetika tetapi juga mempunyai nilai fungsi. Penggunaan tata warna dalam kantor mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa pegawai. seperti yang dikemukakan ROHK $OH[ 6 1LWLVHPLWR EDKZD ³:DUQD mempunyai pengaruh terhadap jiwa orang yang melihatnya dan masing-PDVLQJZDUQDLWXDNDQPHQLPEXONDQSHUDVDDQWHUWHQWX´

Dalam pemilihan warna, hendaknya disesuaikan dengan iklim, suasana kerja dan cahaya yang digunakan di dalam kantor tersebut. Selain itu, pemilihan warna juga harus memperhatikan sifat dan jenis pekerjaan yang dilakukan. McShane dalam Badri Munir Sukoco

(43)

commit to user

Quible dalam Badri Munir Sukoco (2007:214) menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan warna di kantor, antara lain:

a) Kombinasi warna b) Efek cahaya pada warna c) Nilai pemantulan warna d) Dampak dari warna

Para ahli membedakan 3 (tiga) warna pokok, yaitu merah, kuning dan biru. Merah adalah warna yang menggambarkan panas, semangat dan kegembiraan. Warna kuning menggambarkan kehangatan, sedangkan warna biru menggambarkan keleluasaan dan ketentraman. Dari ketiga

warna tersebut, dapat diciptakan beberapa warna sekunder. Warna merah dan kuning jika dicampur dengan kuantitas yang sama maka akan menghasilkan warna oranye. Warna kuning ditambah dengan biru maka akan menjadi hijau, sedangkan jika biru dan merah dicampur maka akan menghasilkan warna ungu. Apabila ketiga warna pokok dicampur,

terciptalah warna abu-abu netral.

[image:43.612.167.501.171.465.2]

Setiap warna mempunyai pengaruh yang berlainan bagi setiap orang dan setiap orang akan menunjukkan rekasi yang berbeda terhadap warna-warna tertentu. Pengaruh umum warna dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2. Pengaruh Warna

No. Warna Jarak Temperatur Efek Psikis

(44)

commit to user

8. 9. Ungu Hitam Sangat dekat Sangat dekat Dingin Panas (menyerap cahaya besar) Agresif Agresif, menakutkan mengganggu, menolak

Sumber: Ida Nuraida (2008:158)

Bukan hanya pemilihan warna saja yang diperlukan, tetapi

komposisi warnapun harus diperhatikan juga, karena jika memilih komposisi warna yang salah, maka akan mengganggu pemandangan dan dapat menimbulkan rasa kurang nyaman serta dapat mempengaruhi kegairahan dan semangat kerja pegawai. Oleh karena itu, untuk ruang kantor hendaknya dipilih warna-warna yang lembut seperti coklat muda

atau krem, abu-abu muda, biru muda, dan lain sebagainya.

The Liang GLH PHQ\DWDNDQ EDKZD ³0asing-masing warna apabila disoroti oleh cahaya penerangan akan memantulkan kembali cahaya itu secara berbeda-beda. Kemampuan suatu warna untuk memantulkan kembali cahaya yang mendatangi disebut daya pantul

warna. Banyaknya cahaya yang dipantulkan dinyatakan dengan presentasi(sic)«´ Persentase-persentase ini diperhitungkan berdasarkan pemantulan terhadap cahaya dari lampu neon putih.

Tabel 3. Persentase Pemantulan terhadap Cahaya dari Lampu Neon Putih

Warna Persentase

1. Kaca bening 2. Putih

3. Warna sangat muda:

x Hijau kebiru-biruan

x Gading

x Biru

x Kuning kecoklat-coklatan

x Abu-abu 4. Warna sedang:

x Hijau kebiru-biruan

(45)

commit to user

x Kuning kecoklat-coklatan

x Abu-abu 5. Warna tua/gelap:

x Biru x Kuning x Coklat x Abu-abu x Hijau x Hitam 6. Perabotan kayu:

x Kayu maple

x Kayu pohon kenari

x Kayu mahoni

63% 61% 8% 50% 10% 25% 7% 0% 42% 16% 12%

Sumber: Ida Nuraida (2008:160)

Menurut Badri Munir Sukoco (2007:215), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum memulai proses perencanaan memilih warna ruang kantor, yaitu:

a) Penutup Lantai

Warna yang digunakan untuk menutup lantai sangat penting, dan menutup lantai dengan karpet merupakan pilihan yang bagus. Pilihan warnanya beragam sangat beragam dan mudah disesuaikan dengan faktor lain yang terdapat di kantor, menjadikan karpet sebagai pilihan favorit untuk menutup ODQWDL«

b) Penutup Dinding

Karpet juga menjadi pilihan favorit untuk menutup dinding karena nilai estetikanya serta kemampuan untuk menyerap suara. Pilhan warna disesuaikan dengan kondisi raung NDQWRU«

c) Warna Furnitur

Pemilihan warna furnitur yang akan digunakan dalam ruang kantor juga harus disesuaikan dengan kedua hal tersebut di DWDV« Dewasa ini, tren yang sedang berkembang adalah memilih furnitur dengan warna yang kontras dengan warna GLQGLQJ«

3) Udara

(46)

commit to user

yang kotor disebabkan karena kurangnya sirkulasi udara, sehingga akan mengganggu kesehatan pegawai, yang berakibat pada menurunnya prestasi kerja pegawai. Oleh karena itu, perlu adanya ventilasi dan jendela yang banyak supaya pertukaran udaranya baik, sehingga udara di

dalam kantor akan tetap bersih.

Suhu udara di dalam ruangan juga perlu diperhatikan. Suhu udara yang sesuai akan menaikkan produktivitas, kualitas kerja meningkat, memperbaiki suasana kerja dan kesehatan, serta menimbulkan kesan yang baik bagi para tamu yang datang. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Moekijat dalam Ida Nuraida (2008:161) bahwa:

Air Conditioner (AC) mengatur keadaan udara dengan mengawasi suhu, peredaran, kelembaban, dan kebersihan. Efisiensi pegawai kantor menunjukkan keuntungan rata-rata 20% setelah diberi AC. Dengan terpenuhinya kualitas dan kuantitas udara yang baik maka akan memberikan keuntungan yang banyak bagi kantor antara lain meningkatkan produktivitas kerja, meningkat mutukerja kantor, menjaga kesehatan pegawai, meningkatkan semangat kerja dan menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi para tamu.

Badri Munir Sukoco (2007:219) mengemukakan bahwa faktor

kualitas udara yang perlu diperhatikan ada 4 (empat), yaitu: a) Temperatur udara

Temperatur ideal yang digunakan pada ruang kantor adalah 3-4ºCelcius, sehingga tubuh pegawai tidak terkejut ketika memasuki ruangan. Apabila di luar kantor sedang panas dengan temperatur udara 30ºC, sebaiknya temperatur diatur pada 26ºC, dan apabila temperatur di luar sebesar 14ºC, sebaiknya di dalam kantor GLDWUXUSDGDž&«

b) Tingkat kelembaban udara

Tingkat kelembaban udara mempengaruhi temperatur udara. Tingkat kelembaban udara antara 40-60% akan memaksimalkan kenyamanan bagi pegawai di ruang kantor. Tingkat kelembaban optimum adalah sekitar 50%.

c) Sirkulasi udara

(47)

commit to user

d) Kebersihan udara

«VHEDJLDQ EHVDU $& \DQJ GLSDVDUNDQ SDGD VDDW LQL WHODK dilengkapi dengan alat guna membersihkan udara dari kuman, debu, dan kotoran. Cahaya ultraviolet digunakan untuk membunuh kuman dan filter mekanik digunakan untuk membuang debu serta kotoran lain. Kebersihan udara menjadi pertimbangan yang besar, karena bangunan akan menjadi lebih kedap udara dan pemakaian energy listrik menjadi lebih efisien.

Menurut American Society of Heating and Ventilating

Engineering, suhu udara yang nyaman bagi sebagian pekerja adalah 25,6ºC dengan kelembaban 45% (The Liang Gie, 1996:145). Di Indonesia nilai kelembaban udaranya rata-rata lebih dari 70% dengan suhu udara yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain. Soetarman dalam The Liang Gie (2000:220) mengemukakan bahwa ada beberapa

hal yang dapat mengatasi udara yang panas-lembab seperti yang terjadi di Indonesia, yaitu:

a) Mengatur suhu udara dalam ruang kerja dengan alat conditioning.

b) Mengusahakan peredaran udara yang cukup dalam ruang kerja.

c) Mengatur pakaian kerja yang sebaik-baiknya dipakai oleh para pekerja.

4) Suara

Faktor suara dapat mempengaruhi efisiensi kerja terutama

pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, karena suara yang bising dapat mengganggu dalam bekerja dan berpengaruh pada kesehatan pegawai. Seperti yang diungkapkan Shomer dalam Badri Munir Sukoco (2007:216) EDKZD ³Apabila tingkat kebisingan melampaui batas yang tidak diinginkan, beberapa gangguan fisik dan psikologis terhadap PHUHNDDNDQWHUMDGL«´

(48)

commit to user

GLODNXNDQ DNDQ EDQ\DN WLPEXO NHVDODKDQ DWDX NHUXVDNDQ´ 0RHNLMDW dalam Ida Nuraida (2008:161-162) mengemukakan:

Pengaruh suara yang gaduh adalah: a) Gangguan mental dan saraf pegawai.

b) Kesulitan mengadakan konsentrasi, mengurangi hasil, kesalahan lebih banyak, kesulitan menggunakan telepon, dan ketidakhadiran yang lebih banyak.

c) Kelelahan yang bertambah dan semangat kerja pegawai yang berkurang.

Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebisingan tersebut, antara lain:

a) Membuat teknik konstruksi bangunan yang efektif.

b) Menggunakan peralatan kantor yang yang tidak menimbulkan VXDUDELVLQJ«

c) Menggunakan material penyerap suara yang diletakkan pada dinding, jendela, ataulantai yang menyerap dan mengisolasi VXDUD«

d) Menjauhkan peralatan yang menimbulkan VXDUDELVLQJ«

[image:48.612.152.502.153.606.2]

Berikut ini adalah beberapa sumber kebisingan hasil dari penelitian Ayr, Cirillo, Fato, dan Martellota.

Tabel 4. Sumber Kebisingan

Sumber Kebisingan Orang berbicara Telepon Berbunyi Suara dari luar HVAC systems* Peralatan kantor Seluruh sampel Ruang baca Kantor tunggal Kantor non AC Kantor ber-AC 31% 47% 7% 14% 21% 8% 9% 18% 33% 10% 11% 14% 21% 13% 12% 34% 26% 27% - 41% 16% 4% 27% 40% 16% *HVAC systems: heating, ventilating, and conditioning system

Sumber: Badri Munir Sukoco (2007:217)

(49)

commit to user

lain di berbagai tempat, khususnya kan

Gambar

Tabel 1. Saran-saran Besarnya Cahaya (Foot Candle)
Tabel 2. Pengaruh Warna
Tabel 4. Sumber Kebisingan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Spesialis Patologi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Ucapan terimakasih juga kepada Rektor Fakultas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara Hari Libur Kalender ( Holiday Effect ) terhadap return Indonesia Composite Index periode 1997-1999

‘TOP Last Male 79’ akan membentuk Koperasi sebagai wadah bisnis para Alumni dan sebagai sumber dana operasional Organisasi, sehingga kegiatan IA-TOP tidak perlu diawali

In order to assess the results of hydrodynamic flow and wave models with respect to the criteria of FNC grouper mariculture development in Decision Support System, we conclude

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum /

Dalam menyongsong MEA untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata pelajaran Ekonomi guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang dapat menumbuhkan

Sertipikat hak guna bangunan atas tanah di Perumahan Citra Pandawa Asri dapat dibebani dengan hak tanggungan akan tetapi dalam hal pengajuan permohonan pinjaman kredit yang

Temuan serupa diperoleh pula oleh Bradshaw, Rogers, Ghandourn, dan Garbarino (2009) dalam lingkup pendidikan, bahwa paparan kekerasan dalam komunitas berdampak pada proses