• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keputusan Pembelian Konsumen

BAB III METODE PENELITIAN

B. Statistik Deskriptif

2. Keputusan Pembelian Konsumen

Revisi Revisi Fatwa MUI Evaluasi Sertifikat Halal Audit di Lokasi Produksi Cek Sistem Jaminan Halal

2. Keputusan Pembelian Konsumen

a. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen

Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan di antara dua atau lebih alternatif tindakan (atau perilaku). Keputusan selalu mensyaratkan pilihan di antara beberapa perilaku yang berbeda.

Robbins menyatakan bahwa pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah (problem). Masalah ini diartikan sebagai suatu penyimpangan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang

diinginkan oleh individu sehingga menuntut individu tersebut ke arah tindakan alternatif dalam mengambil keputusan membeli.27

Keputusan membeli juga harus dapat dibedakan dengan maksud membeli yang dilakukan oleh konsumen. Maksud membeli akan dipengaruhi oleh sikap orang lain dan faktor-faktor situasional yang tidak terduga yang mungkin dapat mengubah maksud membeli tersebut, baik itu jadi membeli atau tidak jadi membeli, sedangkan di dalam keputusan membeli yang dilakukan konsumen sudah jelas, dalam arti, konsumen sudah memutuskan untuk jadi membeli, menangguhkan atau bahkan batal membeli.28

Akan tetapi inti dari pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses penggabungan yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.

Menurut Engel, Black Well and Miniard, seperti yang dikutip oleh William J. Stanton pengambilan keputusan untuk membeli sebagai suatu sikap yang merupakan hasil atau kelanjutan dari proses yang dilakukan individu ketika berhadapan pada situasi dan alternatif tertentu untuk berperilaku dalam memenuhi kebutuhannya, sedangkan perilaku

27

M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 47

28

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.245

keputusan membeli untuk kebanyakan produk hanyalah suatu kegiatan rutin dalam arti kebutuhan yang terangsang akan cukup terpuaskan melalui pembelian ulang suatu produk/jasa yang sama. Namun apabila terjadi perubahan harga, produk dan pelayanannya, maka pembeli mungkin akan mengulangi kembali proses keputusan membeli dengan berbagai pertimbangan.29

Dari berbagai pendapat dan pengertian tentang keputusan membeli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai suatu proses yang terdiri dari pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif pembelian dan hasil pembelian yang dilakukan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan atau keinginannya atas suatu produk/jasa dengan melakukan pemilihan alternatif yang tersedia dan proses ini berlaku untuk pembelian ulangan atau kelanjutan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Keputusan Pembelian30

1) Faktor Budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Produsen harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur dan kelas sosial pembeli. Sub

29

William J. Stanton, Fundamental of Marketing, (Toronto Canada: mc Grov Hill Book, Company, 1999), h. 159

30

Philip Kottler dan Gary Amstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: Intermedia, 1992), h.239

kultur terdiri dari kebangsaan, agama, ras dan daerah geografis. Kelas adalah pembagian masalah yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa.

Untuk itulah produsen yang kreatif hendaknya selalu mencoba menempatkan pergeseran budaya dalam rangka menyesuaikan atau bahkan menghayalkan produk/jasa baru yang diinginkan oleh para konsumen.

2) Faktor Sosial

Faktor sosial terdiri dari adanya faktor kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial konsumen. Hal ini dikarenakan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, baik itu kelompok keanggotaan yakni yang memiliki pengaruh langsung pada perilaku seseorang dan orang itu termasuk di dalamnya, kelompok referensi/acuan yaitu yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung pada sikap atau perilaku seseorang, dan kelompok aspirasional yaitu kelompok yang ingin dimasuki oleh seseorang.

3) Faktor Pribadi

Merupakan pengaruh dari karakteristik pribadi pembeli seperti: usia dan tahap daur hidup, kepribadian dan konsep dari pembeli. Kebutuhan seseorang akan barang dan jasa tentu saja akan berubah

menyesuaikan dengan usia dan tahapan daur hidupnya. Masa-masa pergantian dari bayi, balita, remaja, dewasa dan tua akan menentukan perilaku pembelian seseorang akan suatu produk/jasa. 4) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang berpengaruh antara lain: motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan integrasi.

Motivasi (Motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal motivasi, terdapat urutan kepentingan yang dibutuhkan seseorang yaitu: kebutuhan psikologis, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Seseorang akan berusaha memuaskan kebutuhan yang paling penting, setelah itu baru kebutuhan berikutnya.

Persepsi (Perception) adalah sebuah proses yang dengan proses itu orang-orang memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi informasi untuk membentuk gambaran dunia yang penuh arti. Persepsi merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.

Pembelajaran (Learning) merupakan proses yang menjelaskan perubahan-perubahan dalam perilaku individual yang muncul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan kembali yang saling

mempengaruhi. Pembelajan dilakukan seseorang setelah membeli produk tersebut dengan melihat apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan akan dijadikan sebagai referensi.

Sikap menggambarkan tentang suatu evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang secara relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan, karena sikap yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Produsen hendaknya memperhatikan kepercayaan akan meningkatkan citra produk/jasa dan orang-orang cenderung bertindak sesuai dengan kepercayaan mereka.

Integrasi (Integration), merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.31

c. Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen32

Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.

Tabel 2.2

Model lima tahap proses pembelian

31

Ibid. h. 240 32

Bilson Simamora, Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel,

Perilaku Pasca Membeli Keputusan Membeli Evaluasi Alternatif Pencarian Informasi Pengenalan Masalah 1) Pengenalan Masalah

Proses dimulai pada saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan pembelian. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang nyata dan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan oleh adanya rangsangan internal maupun eksternal dari pengalaman sebelumnya. Orang yang telah belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini. Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.33

2) Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin mencari atau mungkin juga tidak mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen kuat dan produk/jasa itu ada di dekatnya, mungkin konsumen akan langsung membelinya. Jika tidak, maka kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi ingatan saja.

33

Duncan, Tom. 2005. Principles of Advertising & IMC, Second Edition. McGraw-Hill, Inc. Bab 5

Pencarian informasi digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu pencarian informasi karena perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja dan pencarian informasi dari segala sumber. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan dari bertanya kepada orang lain (eksternal).

3) Evaluasi Alternatif

Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternative apa yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Evaluasi alternatif merupakan tahapan di mana konsumen memperoleh informasi tentang suatu objek dan membuat penilaian akhir. Pada tahap ini konsumen menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih berdasarkan besarnya kesesuaian antara manfaat yang diinginkan dengan yang bisa diberikan oleh pilihan produk yang tersedia.

Adapun proses evaluasi bisa dijelaskan asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk/jasa

sebagai sekumpulan atribut.

b. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Konsumen memilki

penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. Konsumen yang daya belinya terbatas, kemungkinan besar sekali memperhatikan atribut harga sebagai yang utama.

c. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk. Sejumlah kepercayaan mengenai merek tertentu

disebut “Brand Image”. Misalnya, sejumlah kepercayaan

mengenai susu Dancow instant adalah rasa enak, harga terjangkau dan mutu terjamin.

d. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk/jasa akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut. Misalnya, seseorang menginginkan besarnya gambar dari televisi. Maka, kepuasan tertinggi akan diperoleh dari televisi paling besar dan kepuasan terendah dari televisi paling kecil. Dengan kata lain, semakin besar ukuran televisi, maka kepuasannya juga semakin besar.

e. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.

4) Keputusan Pembelian

Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Keputusan pembelian merupakan tahapan di mana konsumen telah memiliki pilihan dan siap melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara

uang atau janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.

Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan. Setelah keputusan diambil maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut jenis produk/jasa, merek, penjual, kualitas, waktu pembelian dan cara pembayaran.

5) Perilaku Pasca Pembelian

Perilaku pasca pembelian merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen yang tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Pada tahapan ini konsumen akan mengalami dua kemungkinan yaitu kepuasan dan ketidak-puasan terhadap pilihan yang diambilnya. Setelah membeli suatu produk, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.

Semua tahap yang ada dalam proses pembelian sampai dengan tahap kelima yang bersifat operatif. Perasaan dan perilaku sesudah pembelian dapat mempengaruhi penjualan ulang dan juga mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli kepada pihak lain tentang produk yang dibelinya. Hal ini karena ada kemungkinan bahwa pembeli mengalami ketidakpuasan tersebut.34

d. Model Perilaku Pembelian 35

Tabel 2.3

Perilaku Pembelian Konsumen

34 Ibid., h.95 35 Ibid., h.99 Stimuli Stimuli Pemasaran Lain Produk Ekonomi Harga Teknologi Tempat Tempat Promosi Promosi Karakteristik Proses Pembeli Keputusan Pembelian Budaya Pengenalan Masalah Sosial Pribadi Pencarian Informasi Psikologis Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Keputusan Pembelian Pilihan Produk Pilihan Merek Pilihan Tempat Pilihan Waktu Pilihan Jumlah

e. Peran individu dalam keputusan pembelian36

Kita dapat membedakan lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian yang sesuai dengan pendapat yang diutamakan oleh Kottler:

a. Pencetus; seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli suatu produk/jasa.

b. Pemberi pengarah; seseorang yang pandangan atau sarannya

mempengaruhi keputusan.

c. Pengambilan keputusan; seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap komponen apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli dan di mana akan membeli.

d. Pembeli; orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya.

e. Pemakai; seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk/jasa yang bersangkutan.

3. Hubungan antara Labelisai Halal dengan Keputusan Pembelian Konsumen.

Komunitas Muslim di seluruh dunia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola konsumsi khusus mereka dalam

mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur dalam ajaran Islam yang disebut dengan syariat.37 Dalam ajaran syariat, tidak diperkenankan bagi kaum Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk tertentu karena substansi yang dikandungnya atau proses yang menyertainya tidak sesuai dengan ajaran syariat tersebut.38

Ajaran tegas syariat Islam untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan membuat

konsumen Muslim bukanlah konsumen yang permissive dalam pola

konsumsinya. Mereka dibatasi oleh ke-Halalan dan ke-Haraman yang dimuat dalam nash Al-Qur’an dan Al-Hadist yang menjadi panduan utama bagi mereka.39

Pemahaman yang semakin baik tentang agama semakin membuat konsumen Muslim menjadi semakin selektif dalam pemilihan produk yang dikonsumsi.40 Produk-produk yang mendapat pertimbangan utama dalam proses pemilihannya berdasarkan ketentuan syariat yang menjadi tolok ukur untuk konsumen Muslim adalah produk-produk makanan dan minuman. Ketidakinginan masyarakat Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk haram akan meningkatkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses

37 Rustam Efendi “Sertifikasi Halal Juga Untungkan Produsen”, artikel diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://gagasanhukum.wordpress.com

38

Departemen Agama RI. Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal MUI

(Jakarta, 2003). h. 2 39

Ibid.h. 8 40

Anton Apriyantono Nurbowo. “Aku Ingin Yang Halal” Artikel ini diakses pada tanggal 15 April 2010 dari www.unisba.ac.id

pemilihan produk. Dengan begitu akan ada produk yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses pemilihan tertsebut. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan kehalalan sebagai parameter utamanya.

Khusus di Indonesia, konsumen Muslim dilindungi oleh lembaga yang secara khusus bertugas untuk mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen Muslim di Indonesia. Lembaga ini adalah Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara memberikan sertifikat halal sehingga produk yang telah memiliki sertifikat halal tersebut dapat memberi label halal pada produknya.41

Adanya LPPOM MUI dapat memudahkan masyarakat Indonesia untuk mengetahui kehalalan suatu produk. Dengan memberikan sertifikat halal pada produk yang telah diaudit keabsahan halal-nya sehingga produk-produk tersebut bisa mencantumkan label halal dan hal itu berarti produk-produk tersebut telah halal untuk dikonsumsi umat Muslim.42

Dengan adanya label halal ini konsumen Muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi. Secara teori maka, untuk para pemeluk agama Islam yang taat, pilihan produk makanan yang mereka pilih adalah makanan halal yang diwakili dengan label halal.

41

Retno Sulistyowati “Labelisasi Halal” artikel ini diakses pada tanggal 15 April 2010 dari http://www.esqmagazine.com

42

Namun, kenyataan yang berlaku pada saat ini adalah bahwa LPPOM MUI memberikan sertifikat halal kepada produsen-produsen obat dan makanan yang secara suka rela mendaftarkan produknya untuk diaudit LPPOM MUI. Dengan begitu produk yang beredar di kalangan konsumen Muslim bukanlah produk-produk yang secara keseluruhan memiliki label halal yang dicantumkan pada kemasannya. Artinya masih banyak produk-produk yang beredar di masyarakat belum memiliki sertifikat halal yang diwakili dengan label halal yang ada pada kemasan produk.43

Dengan demikian konsumen Muslim akan dihadapkan pada produk-produk halal yang diwakili dengan label halal yang ada pada kemasannya dan produk yang tidak memiliki label halal pada kemasannya sehingga diragukan kehalalan produk tersebut. Maka keputusan untuk membeli produk-produk yang berlabel halal atau tidak akan ada sepenuhnya di tangan konsumen sendiri. B. Kerangka Konseptual Produk Konsumen Muslim Halal Tidak Membeli Haram 43

Ahmad Haris. “Halal di kemasan Belum Tentu Halal Dimakan”. artikel ini diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://www.harisahmad.com

Berlabel Halal Cenderung Membeli Tidak Berlabel Halal Membeli/Tidak C. Hipotesis

Hipotesa tidak lain adalah jawaban sementara yang digunakan penulis dalam penelitian yang sebenarnya masih harus diuji kembali. Hipotesa bisa saja salah, hipotesa ini akan diuji oleh penulis sendiri sehingga akan didapat suatu kesimpulan apakah hipotesa tersebut dapat diterima atau ditolak. Penelitian ini akan menguji dan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut sebagai berikut: Ho: Tidak ada pengaruh antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian

konsumen

Hα: Ada pengaruh antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen.

A. Jenis Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini diaplikasikan model penelitian empiris dengan

pendekatan survei. Dilihat dari sudut pandang sifat yang dihimpunnya,

penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisa statistik.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden

melalui kuesioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur

kepustakaan seperti buku-buku, serta sumber lainnya yang berkaitan

dengan materi penulisan ini.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang

memiliki karekteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.1

1

Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005),

h.389

Populasi dalam penelitian ini adalah Dosen tetap Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 103 orang.2

Sampel 2.

kil populasi yang diteliti yang

tuk mengeneralisasikan kesimpulan yang diperoleh dalam

penelitian

tian ini sampel diambil dari sebagian populasi yang

aitu sebagian Dosen tetap Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Sya

ber

3. Teknik Pengambilan S

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penel

adalah sistem random sampling, setiap populasi mempunyai kesempa sama untuk dipilih sebagai sampel. Untuk menentukan banyaknya sam

suatu populasi, peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:4

n = N N (e)2 + 1

= 103 103 (0,05)2 + 1

Sampel adalah sebagian atau wa

dimaksudkan un

.3

Dalam peneli

telah ditentukan, y

rif Hidayatullah Jakarta yang masih aktif selama penelitian ini

langsung, baik laki-laki maupun perempuan.

ampel

itian ini

tan yang

pel dari

2

Data ini diperoleh dari Bagian Kepegawaian FSH UIN Jakarta pada tan 2

April 2010 3

Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelaja

2005), h. 435 4

Consuelo G. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian. (Jakarta, 1993) h. 161 ggal 1

= 81,91 orang responden dan digenapkan menjadi 80 orang responden.

Di mana:

n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

e : kesalahan yang diterima 5% (0.05)

C. Pengumpulan Data

1. Metode dan Instrumen penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

instrumen yang disusun berbentuk kuesioner yang diisi oleh para responden.

Kuesioner diberikan kepada konsumen (dosen tetap FSH UIN Jakarta).

Kemudian dianalisa dengan berpedoman pada sumber tertulis yang didapat

dari perpustakaan sebagai langkah konfirmasi mengenai data yang diperoleh

dari penelitian lapangan. Alat pengumpul data yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan skala labelisasi halal dan skala keputusan

en.

a. Skala lab

indikator. Adapun indikator yang

digunakan adalah: pengetahuan, kepercayaan dan penilaian terhadap

labelisas pembelian konsum

elisasi halal

Skala ini tersusun dari dua puluh dua (22) butir

pernyataan-pernyataan yang terdiri dari tiga

Tabel 3.1

Skala Labelisasi Halal

No Indikator Nomor Item Jumlah

Fav Unfav

1 Pengetahuan 1, 2, 3, 5, 6, 7 4 7

2 Kepercayaan 8, 11, 12, 13, 14 9, 10 7

3 Penilaian 15, 16, 17, 19, 21 18, 20, 22 8

Jumlah 16 6 22

Skala labelisasi halal ini menggunakan alat tes Skala Likert atau

dikenal juga dengan The Method of Summated Rating, dengan variasi jawaban sebanyak lima (5) pilihan yaitu; sangat tidak setuju, tidak setuju,

ragu-ragu, setuju dan sangat setuju. Adapun skor untuk masing-masing

bagai berikut:

Tabel 3.2

Skor Skala Labelisasi Halal

TS R S SS

pilihan adalah se

Pilihan STS

Fav 1 2 3 4 5

Un Fav 5 4 3 2 1

b. Skala keputusan pembelian konsumen

0) butir pernyataan-pernyataan

eneliti menggunakan indikator dari

tahap-tahap proses pembelian konsumen, yaitu: pengenalan masalah,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli dan

pasca membeli.

Skala ini tersusun dari sepuluh (1

yang terdiri dari lima indikator. P

Tabel 3.3

Skala Keputusan Pembelian Konsumen

No Indikator Nomor Item Jumlah

1 Pengenalan masalah 1, 2 2

2 Pencarian Informasi 3, 4 2

3 Evaluasi Alternatif 5, 6 2

4 Keputusan Membeli 7, 8 2

5 Perilaku Pasca Membeli 9, 10 2

Jumlah 10 10

Sedangkan instrumen keputusan pembelian konsumen yang peneliti

gunakan berbentuk Self Report Inventori.5 Self report inventori adalah laporan pribadi yang diberikan oleh subyek secara suka rela berkaitan

dengan keputusan pembelian yang pernah dilakukan. Hal tersebut karena

sampel adalah orang yang paling mengetahui keputusan pembelian yang

pernah dilakukan.

Dengan skala ini, diharapkan sampel bersedia memberikan jawaban

yang jujur. Skala tersebut menggunakan rentang pada setiap itemnya,

yaitu mulai dari 0 – 100%. Dalam skala ini responden akan diberikan 5

alternatif pilihan jawaban berupa besaran keputusan pembelian yang

pernah dilakukan dengan kriteria tidak pernah jika (0 – 20%), kurang

sering jika (21 – 40%), cukup sering jika (41 – 60%), sering jika (61 –

80%) dan sangat sering jika (81 – 100%).

Eky Kusnul Yakin (2005), Hubungan Antara Sikap Permisif dan Kecurangan

Akademis, Depok, FPUI. 5

Table 3.4

Skor Skala Keputusan Pembelian Konsumen

(0 – 20 CS S SS Pilihan TP KS %) (21% – 40%) (41% – 60%) (61% – 80%) (81% – 100%) Nilai 1 2 3 4 5 2. Tek

penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh instrumen yang

valid dan reliabel. Salah satu ciri instrumen yang baik adalah apabila

instrumen itu dapat dengan tepat m pa yang hendak diukur secara

valid atau shahih.

U igunakan untu jauh etepata dan

kecerma elaku a. S an suat tem

kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

adalah ko

ber

men

lain

Uji reliabilitas bertujuan unt konsistensi alat ukur yang akan

digunakan yakni apakah a an konsisten. Teknik

yang diguna k uji reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Adapun

nik Uji Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data-data

Dokumen terkait