• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.9 Keputusan Taktis ( Tactical Decision )

Perencanaan pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem dapat dilakukan dengan menerjemahkan tujuan pengelolaan ke dalam strategi dan menentukan langkah-langkah taktis untuk mencapai strategi. Gavaris (2009), menyatakah bahwa terdapat dua jenis keputusan bagi manajemen yaitu, strategic decisions (membangun referensi yang cocok untuk tekanan) dan tactical decisions (mengidentifikasi tingkat dari ukuran manajemen yang menjaga tekanan relatif yang dapat diterima terhadap referensi). Pendekatan keputusan taktis (tactical decision) merupakan suatu tindakan untuk menentukan langkah taktis yang akan dilakukan untuk mencapai strategi pengelolaan yang telah ditetapkan. Pengambilan keputusan taktis adalah memutuskan pada tindakan (taktik) untuk mencapai strategi pengelolaan (Trophia Ltd 2011).

Tujuan pengelolaan

Tujuan pengelolaan secara garis besar dalam EAFM adalah untuk menjaga produksi hasil tangkapan agar tetap lestari, menjaga keanekaragaman hayati, menjaga kesesuaian fungsi habitat dan ekosistem, mensejahterahkan masyarakat secara ekonomi dan mengoptimalkan fungsi kelembagaan dalam pengelolaan perikanan. Tujuan pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem adalah untuk mencapai integrasi antara perikanan dan pengelolaan habitat pada tingkat lokal atau sub-regional (Torell 2009). Tujuan pengelolaan dalam penelitian di kawasan TWP Gili Matra terbagi menjadi beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Agar tidak menyebabkan penurunan produktivitas yang tidak dapat diterima oleh ekosistem;

2. Agar tidak menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati;

3. Agar tidak menyebabkan perubahan habitat dalam rangka untuk menjaga keseimbangan fisika dan kimia ekosistem;

4. Agar tidak menyebabkan penurunan ekonomi masyarakat nelayan;

5. Agar tidak menyebabkan kesenjangan sosial antar pemangku kepentingan; 6. Agar tidak menyebabkan kesenjangan kebijakan antar pemerintah.

Strategi pengelolaan

Strategi dilakukan berdasarkan dengan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi tujuan pengelolaan. Strategic decisions harus dapat memfasilitasi perbandingan atribut yang dihasilkan dengan alternatif referensi yang dipilih (Gavaris 2009). Saran strategis tergantung pada pemahaman hubungan yang menghubungkan referensi tekanan untuk atribut dan dinamika kekuatan lain yang mempengaruhi atribut. Rumusan strategi untuk pengelolaaan perikanan dengan pendekatan ekosistem di Gili Matra yaitu sebagai berikut:

1. Sumberdaya ikan

 Menjaga trend ukuran ikan tangkapan agar relatif semakin besar dari tahun ke tahun.

 Mengontrol proporsi ikan yuwana lebih kecil dari 30%.  Menjaga daerah penangkapan ikan agar semakin mudah.

 Mengontrol agar tidak ada ikan tangkapan yang tergolong spesies ETP.  Mengontrol densitas ikan karang agar lebih besar dari 10 ind/m2. 2. Habitat

 Menjaga agar konsentrasi parameter pencemar berada dibawah baku mutu air laut sesuai Kepmen LH 2004.

 Menjaga agar tutupan lamun lebih besar dari 50%.

 Menjaga agar kerapatan mangrove lebih besar dari 1500 pohon/ha.  Menjaga agar tutupan terumbu karang hidup lebih besar dari 50 %.

 Mengatur agar implementasi pengelolaan habitat unik berjalan dengan baik.

 Meminimalkan dampak perubahan iklim terhadap perairan dan habitat serta mengatur strategi adaptasi dan mitigasi.

3. Teknik penangkapan ikan

 Meminimalkan frekuensi pelanggaran terhadap metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan ilegal lebih kecil dari 5 kasus/tahun.

 Menjaga ukuran ikan tangkapan di bawah Lm (lenght of first maturity).  Meminimalkan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif dibawah 50%. 4. Ekonomi

 Mengontrol agar kepemilikan aset produktif bertambah dari tahun ke tahun.

 Menjaga agar pendapatan nelayan diatas UMR (Rp. 1.210.000).

 Mengontrol agar saving rate nelayan lebih besar dari 2 sampai 3 kali tingkat bunga Bank Indonesia (2-3kali > 7.5%).

5. Sosial

 Menjaga agar partisipasi pemangku kepentingan terhadap kegiatan perikanan berada diatas 75%.

 Meminimalkan agar konflik perikanan hanya terjadi 1 kali dalam setahun.  Meningkatkan penerapan pengetahuan lokasl yang efektif dalam

pengelolaan sumberdaya ikan. 6. Kelembagaan

 Meminimalkan frekuensi pelanggaran terhadap kebijakan pemerintah lebih kecil dari 2 kasus dalam setahun.

 Menambah jumlah kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan.  Menjaga agar keputusan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah dapat

dijalankan sepenuhnya.

 Mengatur rencana pengelolaan perikanan (RPP) agar dapat dijalankan sepenuhnya.

 Menjaga agar sinergi antar lembaga berjalan dengan baik.

 Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan agar dapat difungsikan dengan baik dalam pengelolaan perikanan.

Langkah taktis

Keputusan taktis merupakan bagaimana cara yang akan dilakukan untuk mengimplementasikan strategi pengelolaan yang telah ditetapkan. Taktik adalah langkah-langkah pengaturan yang dapat memberikan umpan balik dan dapat disesuaikan untuk mencapai strategi (Gavaris 2009). Langkah taktis dilakukan terhadap indikator yang tidak sesuai dengan nilai reference point atau yang memiliki skor 1 dan 2 dalam penilaian perikanan melalui pendekatan EAFM. Langkah taktis ini dilakukan agar dapat meningkatkan skor atau kondisi perikanan dari kategori kurang baik menjadi sedang atau dari skor 1 menjadi 2, dan dari kategori sedang menjadi baik atau dari skor 2 menjadi 3. Langkah-langkah taktis yang dapat dilakukan untuk pengelolaan perikanan di kawasan TWP Gili Matra dapat dilihat pada Tabel 24 dan Tabel 25.

Tabel 24. Langkah Taktis dalam Pengelolaan Perikanan di TWP Gili Matra

Atribut

Nilai Aktual Reference indikator Langkah Taktis Skor Kriteria Skor Kriteria

Sumberdaya Ikan

-Ukuran Ikan 2 Ukuran relatif

tetap

3 Ukuran semakin

besar Pengaturan ukuran mata jaring sesuai dengan Lm ikan Target, mengurangi penggunaan alat tangkap muroami dan jaring krakat.

-Range Collapse 2 Relatif tetap 3 Semakin mudah

Membatasi atau melarang penangkapan di area pemijahan dan pengasuhan seperti ekosistem terumbu karang & lamun. -Densitas Ikan

Karang

1 ∑ ind. < 10 ind/m2

2 ∑ ind. =10 ind/m2

Pembuatan biorock terutama pada daerah di sekitar pelabuhan.

Habitat dan Ekosistem

-Status Lamun 2 Tutupan 30 - 50%.

3 Tutupan > 50%. Replanting lamun di utara dan selatan Gili Trawangan, penentuan daerah penurunan jangkar, dan pelatihan wisatawan yang akan melakukan kegiatan

diving dan snorkeling.

-Status Mangrove 1 Kerapatan rendah (<1000 pohon/ha) 2 Kerapatan sedang (1000-1500 pohon/ha)

Penanaman mangrove terutama di Gili Ayer.

-Status Terumbu Karang

1 Tutupan < 25% 2 Tutupan 25 - 50% Transplantasi karang di sekitar area dekat pelabuhan, penentuan daerah penurunan jangkar, dan pelatihan wisatawan untuk kegiatan diving dan snorkeling.

-Habitat Unik 2 Ada upaya pengelolaan, tapi belum optimal

3 Implementasi pengelolaan sudah berjalan dengan baik

Sosialisasi dan mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan habitat unik. Teknologi Penangkapan Ikan -Metode penangkapan yang destruktif 1 Frek. pelanggaran > 10 kasus/tahun 2 Frek. pelanggaran 5-

10 kasus/tahun Pengawasan dan penegakan hukum terhadap muroami dan memberikan alternatif alat tangkap lain yang lebih selektif. -Modifikasi alat penangkapan &alat bantu penangkapan 2 25%-50% ukuran target spesies < Lm 3 Kurang dari 25% ukuran target spesies

< Lm

Perizinan penggunaan alat tangkap, pelarangan muroami dan pengaturan mata jaring sesuai dengan ukuran Lm ikan target (sulir, serpik, membireng, membiluk, dan terinjang). Sumber : Data primer (diolah) 2014

Tabel 25. Langkah Taktis dalam Pengelolaan Perikanan di TWP Gili Matra (Lanjutan)

Atribut

Nilai Aktual Reference indikator

Langkah Taktis Skor Kriteria Skor Kriteria

Ekonomi -Kepemilikan aset 2 Aset produktif tetap 3 Aset produktif

bertambah Peningkatan nilai tambah produk dengan pengolahan ikan, membangun koperasi nelayan. -Saving rate 1 SR < / = tingkat

bunga

2 SR > sampai = 2x

tingkat bunga Pelatihan layanan akses keuangan dan pengadaan koperasi bagi nelayan.

Sosial

-Partisipasi pemangku kepentingan

1 Partisipasi < 50% 2 Partisipasi 50 – 75% Pendampingan (public awareness penyuluhan, dan peningkatan kapasitas) masyarakat dalam pengelolaan SDi. -Konflik perikanan 2 2 – 3 kali kejadian konflik 3 1 kali kejadian

konflik Membentuk asoaisasi antara pengusaha diving dangan nelayan. Kelembagaan -Kepatuhan terhadap prinsip perikanan 1 Frekuensi pelanggaran>5 kasus dalam satu tahun

2 Frekuensi

pelanggaran antara 2- 4 kasus dalam satu tahun

Penegakan hukum terhadap alat tangkap muroami, memberikan alternatif penggunaan alat tangkap lain yang lebih selektif, sosialisasi dan pemberitahuan mengenai adanya zonasi. -Kelengkapan

aturan main

2 Ada tapi jumlahnya tetap

3 Ada dan jumlahnya

bertambah Menambah hukum terhadap aturan pelanggaran penegakan zonasi. -Mekanisme kelembagaan 2 Apabila keputusan dikeluarkan tetapi tidak dijalankan sepenuhnya 3 Apabila keputusan dikeluarkan dan dijalankan

sepenuhnya Monitoring dan pengawasan terhadap pelanggaran zonasi. -Rencana pengelolaan perikanan 1 Belum terdapat RPP 2 Ada RPP namun belum dijalankan

sepenuhnya Monitoring dan pendampingan perencanaan RPP.

-Tingkat seinergitas

2 Terjadi komunikasi tetapi tidak efektif

3 Sinergi antar lembaga berjalan

baik Meningkatakan komunikasi dan kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah.

Sumber : Data primer (diolah) 2014

Langkah taktis dalam pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem dilakukan terhadap 18 indikator yaitu 3 indikator pada domain sumberdaya ikan, 4 indikator pada domain habitat dan ekosistem, 2 indikator pada domain teknologi penangkapan ikan, 2 indikator pada domain ekonomi, 2 indikator pada domian sosial, dan 5 indikator domain kelembagaan. Langkah taktis ini perlu dilakukan agar dapat meningkatkan status kawasan Gili Matra dari status sedang menjadi baik.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Keterkaitan diantara beberapa variabel wisata dan perikanan tidak menunjukkan keeratan hubungan yang kuat, kecuali hubungan antara jumlah wisatawan terhadap jumlah nelayan. Pemanfaatan ruang ekologis untuk kegiatan perikanan di kawasan Gili Matra masih tergolong undershoot atau underfishing. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan EF perikanan masih lebih kecil dari luasan lahan yang tersedia sehingga masih terdapat ruang agar sumberdaya dapat bereproduksi dan mempertahankan fungsi ekologisnya. Penilaian perikanan melalui indikator EAFM didapatkan bahwa status atau kondisi perikanan di kawasan TWP Gili Matra termasuk dalam kategori sedang. Strategi pengelolaan perikanan di kawasan TWP Gili Matra dirumuskan terhadap semua indikator berdasarkan nilai reference point tiap indikator. Langkah taktis dirumuskan pada indikator yang memiliki penilaian sedang dan kurang baik. Rumusan langkah taktis tersebut yaitu; pengaturan ukuran mata jaring, pembatasan area penangkapan, pembuatan biorock, replanting lamun, rehabilitasi mangrove, transplantasi karang, sosialisasi, pengawasan dan penegakan hukum, perizinan alat tangkap, pelarangan muroami, peningkatan nilai tambah produk, pelatihan layanan akses keuangan, public awareness, penyuluhan dan peningkatan kapasitas, pembentukan asosiasi pengusaha diving dan nelayan, pemberian alternatif alat tangkap, penambahan aturan penegakan hukum, dan peningkatan komunikasi dan kerjasama.

5.2 Saran

Kajian tentang daya dukung perikanan perlu dilakukan dengan pendekatan EF dinamis agar didapatkan pendugaan daya dukung yang lebih baik. Penilaian indikator EAFM perlu dilakukan secara berkala (tahunan), agar indikator dapat dinilai dengan lebih baik dan pengelolaan perikanan dapat direncanakan dengan lebih baik.

Dokumen terkait