• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN PASAR JAGUNG INDONESIA

Dalam dokumen Dampak Tarif Impor Jagung (Halaman 74-80)

5.1. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas, dan Produksi Jagung Indonesia

Perkembangan luas areal, produktivitas, dan produksi jagung di Indonesia periode 2001 sampai 2010 disajikan pada Tabel 7. Luas areal tanaman jagung di Indonesia berkembang secara berfluktuasi dengan rata-rata luas areal sekitar 3.60 juta Ha dan peningkatan rata-rata laju luas areal sebesar 2.76 persen per tahun.

Tabel 7. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2001-2010

Tahun Luas Areal (000 Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (000 Ton)

2001 3 285.90 2.85 9 348.39

2002 3 126.80 3.09 9 655.56

2003 3 358.50 3.24 10 884.90

2004 3 356.90 3.34 11 225.47

2005 3 626.00 3.45 12 524.20

2006 3 345.80 3.47 11 609.93

2007 3 630.30 3.66 13 286.90

2008 4 001.70 4.08 16 318.93

2009 4 160.70 4.24 17 628.89

2010 4 131.70 4.44 18 328.22

Rata-rata 3 602.43 3.59 13 081.14

Laju (%/Tahun) 2.76 5.10 8.07

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2006, 2010 (diolah)

Dari aspek produktivitas tampaknya produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah mencapai 3.59 ton per ha, walaupun cenderung meningkat sebesar 5.10 persen per tahun. Masih rendahnya produktivitas menggambarkan bahwa penggunaan benih jagung hibrida di tingkat petani masih rendah, di samping cara pemeliharaanya belum intensif (Kariyasa, 2003).

Produksi jagung selama kurun waktu 2001 sampai 2010 menunjukan perkembangan yang relatif meningkat dengan rata-rata laju sebesar 8.07 persen per tahun. Produksi jagung merupakan perkalian antara luas areal dan produktivitas jagung. Tampaknya peningkatan produksi jagung di Indonesia lebih banyak ditentukan oleh adanya perbaikan produktivitas daripada peningkatan luas areal tanaman jagung (Edward, 2008). Secara teknis, upaya untuk peningkatan produksi jagung dan pendapatan petani dapat dilakukan dengan melalui efisiensi usaha tani dengan mengarahkan pada penekanan biaya produksi atau peningkatan produktivitas (Kementerian Pertanian, 2012). Upaya peningkatan produksi juga

dapat dilakukan dengan melalui perbaikan teknologi produksi di tingkat petani (Malian, 2004).

5.2. Perkembangan Ekspor, Impor, dan Penawaran Jagung Indonesia

Kebutuhan jagung domestik periode 2001 sampai 2010 belum terpenuhi oleh produksi jagung domestik (Tabel 8). Kondisi ini ditunjukan dengan status Indonesia dalam perdagangan jagung dunia sebagai net importir selama periode tersebut.

Tabel 8. Perkembangan Ekspor, Impor, dan Penawaran Jagung Indonesia Tahun 2001-2010

Tahun

Ekspora Impora

Net (x-m) (000 Ton)

Kebutuhanb (000 Ton) Volume

(000 Ton)

Pangsac (%)

Volume (000 Ton)

Pangsad (%)

2001 90.50 0.97 1 684.75 16.37 -1 594.27 10 293.71 2002 16.31 0.17 3 157.19 29.25 -3 140.88 10 793.32 2003 33.70 0.31 3 954.76 32.45 -3 921.07 12 188.43 2004 32.68 0.29 1 470.28 11.96 -1 437.60 12 289.96 2005 54.01 0.43 185.61 1.47 -131.60 12 655.80 2006 28.07 0.24 958.90 7.18 -930.83 13 357.17 2007 101.74 0.77 1 271.68 9.16 -1 169.94 13 887.11 2008 107.00 0.66 277.92 1.68 -170.92 16 498.47 2009 62.58 0.35 336.28 1.88 -273.71 17 905.11 2010 41.95 0.23 1 527.53 9.69 -1 485.58 15 761.30 Rata-rata 568.50 0.44 1 482.49 12.11 -1 425.64 13 563.04

Laju (%/Tahun) 25.78 19.20 78.75 68.69 113.13 5.16

Sumber: a FAO, 2012 (diolah)

b Produksi + Impor – Ekspor + Stok t-1

Keterangan: c Persentase terhadap produksi dalam negeri

d Persentase terhadap kebutuhan dalam negeri

Rata-rata impor jagung Indonesia sebesar 1.48 Juta Ton dan mengalami peningkatan sebesar 78.75 persen per tahun. Pola ketersediaan komoditas jagung tidak didukung dengan laju produksi jagung sehingga impor jagung meningkat dengan tajam (Dermoredjo et al., 2012).

Berdasarkan pangsanya terhadap kebutuhan dalam negeri memang relatif masih kecil (12.11 persen), namun tanpa ada upaya untuk memacu produksi jagung dalam negeri, volume dan pangsa impor jagung mempunyai potensi untuk terus meningkat mengingat peningkatan kebutuhan dalam negeri lebih cepat dari peningkatan produksinya.

5.3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia

Secara umum penggunaan jagung di Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu: (1) konsumsi langsung, (2) industri pakan, dan (3) kebutuhan lainnya.

Perkembangan penggunaan jagung di Indonesia periode 2001 sampai 2010 menunjukan rata-rata penggunaan jagung untuk industri pakan relatif lebih sedikit yaitu 835 ribu ton per tahun atau hanya 6.00 persen dari total penggunaan jagung (Tabel 9). Rata-rata laju volume jagung untuk industri pakan meningkat sebesar 7.83 persen per tahun, sedangkan rata-rata laju pangsa jagung menurun 0.01 persen per tahun.

Tabel 9. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2001-2010

Tahun

Konsumsi Langsung Industri Pakan Kebutuhan Lain Volume

(000 Ton)

Pangsa (%)

Volume (000 Ton)

Pangsa (%)

Volume (000 Ton)

Pangsa (%) 2001 7 841.00 76.18 618.00 6.00 1 834.00 17.82 2002 7 130.00 68.13 628.00 6.00 2 708.00 25.87 2003 8 065.00 68.16 710.00 6.00 3 057.00 25.84 2004 8 114.00 68.12 715.00 6.00 3 083.00 25.88 2005 8 633.00 68.21 759.00 6.00 3 264.00 25.79 2006 4 493.00 33.63 802.00 6.00 8 066.00 60.37 2007 9 603.00 68.81 837.00 6.00 3 516.00 25.19 2008 11 461.00 68.98 997.00 6.00 4 157.00 25.02 2009 12 506.00 69.54 1 079.00 6.00 4 400.00 24.46 2010 13 337.00 66.47 1 204.00 6.00 5 525.00 27.53 Rata-rata 9 118.00 65.62 835.00 6.00 3 961.00 28.38

Laju (%/Tahun) 12.44 4.46 7.83 -0.01 23.07 14.48

Sumber: Kementerian Pertanian, 2012 (diolah)

Penggunaan jagung terbesar adalah kebutuhan untuk konsumsi langsung.

Penggunaan jagung untuk konsumsi langsung hampir sekitar 9.12 Juta Ton atau 65.62 persen dari total penggunaan jagung Indonesia. Penggunaan jagung untuk konsumsi langsung memiliki rata-rata laju volume dan pangsa yang meningkat sebesar 12.44 persen per tahun dan 4.46 persen per tahun.

5.4. Perkembangan Produksi pada Lima Negara Produsen Utama Dunia

Pada tingkat dunia, produsen jagung utama dunia adalah Amerika Serikat (Tabel 10). Dalam periode 2001 sampai 2010, rata-rata pangsa produksi jagung Amerika Serikat sebesar 39.18 persen terhadap total produksi jagung dunia, dengan jumlah produksi yang cenderung meningkat 3.63 persen per tahun.

Tabel 10. Perkembangan Produksi pada Lima Negara Produsen Utama Dunia Tahun 2001-2010

(000 Ton)

Tahun Negara

Dunia AS China Brazil Mexico Argentina Indonesia

2001 241 375 114 254 41 955 20 134 15 359 9 348 615 534 2002 227 765 121 497 35 933 19 298 14 712 9 656 604 872 2003 256 227 115 998 48 327 20 701 15 045 10 885 645 165 2004 299 874 130 434 41 788 21 670 14 951 11 225 728 971 2005 282 261 139 498 35 113 19 339 20 483 12 524 713 616 2006 267 501 151 731 42 662 21 893 14 446 11 610 706 839 2007 331 175 152 419 52 112 23 513 21 755 13 287 789 927 2008 307 142 166 032 58 933 24 320 22 017 16 319 829 105 2009 332 549 164 108 50 720 20 143 13 121 17 629 820 539 2010 316 165 177 541 55 364 23 302 22 677 18 328 850 445 Rata-rata 286 203 143 351 46 291 21 431 17 457 13 081 730 501

Pangsa (%) 39.18 19.62 6.34 2.93 2.39 1.79 100.00

Laju

(%/Tahun) 3.63 5.15 4.73 2.18 9.91 8.07 3.80

Sumber: FAO, 2012 (diolah)

Produsen jagung dunia terbesar kedua adalah China dengan pangsa sebesar 19.62 persen terhadap total produksi jagung dunia dan produksi yang cenderung meningkat yaitu 5.15 persen per tahun. Produsen jagung terbesar berikutnya adalah Brazil, Mexico, dan Argentina dengan pangsa masing-masing 6.34 persen, 2.93 persen, dan 2.39 persen. Sementara itu, pangsa produksi Indonesia terhadap produksi jagung dunia pada periode yang sama hanya sebesar 1.79 persen.

5.5. Perkembangan Ekspor Jagung pada Lima Negara Eksportir Utama Dunia

Negara-negara produsen jagung utama dunia tidak secara otomatis menjadi negara eksportir jagung utama dunia selain Amerika Serikat (Tabel 11).

Hal ini dikarenakan kebutuhan jagung di dalam negerinya cukup besar, sehingga kegiatan memproduksi jagung diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Kariyasa, 2003).

Negara eksportir jagung utama dunia adalah Amerika Serikat. Pada periode 2001 sampai 2010, pangsa Amerika Serikat dalam perdagangan jagung dunia sangat besar yaitu 52.66 persen terhadap total ekspor jagung dunia. Oleh karena itu, volume perdagangan jagung dunia sangat tergantung dari produksi, kebutuhan serta kebijakan Amerika Serikat dalam perdagangan jagung dunia.

Negara yang termasuk eksportir utama berikutnya adalah Argentina, Prancis, Brazil, dan Hungaria dengan pangsa masing-masing sebesar 13.09 persen, 6.97 persen, 6.09 persen, dan 2.82 persen. Sementara itu, pangsa ekspor Indonesia terhadap volume ekspor jagung dunia pada periode yang sama hanya sebesar 0.06 persen.

Tabel 11. Perkembangan Ekspor Jagung pada Lima Negara Eksportir Utama Dunia Tahun 2001-2010

(000 Ton)

Tahun Negara Dunia

AS Argentina Prancis Brazil Hungaria Indonesia Jumlah %a 2001 47 944 10 934 7 046 5 629 1 569 90 83 816 13.62 2002 47 686 9 484 8 378 2 747 2 125 16 87 471 14.46 2003 43 412 11 913 7 080 3 566 1 311 34 90 709 14.06 2004 48 741 10 692 6 156 5 031 1 237 33 82 683 11.34 2005 45 369 14 643 7 377 1 070 1 813 54 90 419 12.67 2006 57 884 10 400 6 015 3 938 2 342 28 95 422 13.50 2007 57 014 14 990 4 749 10 933 4 976 102 110 029 13.93 2008 54 094 15 383 6 138 6 433 3 372 107 102 134 12.32 2009 47 813 85 36 6 733 7 782 4 176 63 100 651 12.27 2010 50 906 17 546 6 609 10 815 3 911 42 107 865 12.68

Rata-rata 50 086 12 452 6 628 5 794 2 683 57 95 120 13.08 Pangsa

(%) 52.66 13.09 6.97 6.09 2.82 0.06 100.00 -

Laju

(%/th) 1.30 13.10 0.86 45.05 18.33 25.78 3.11 -0.34

Sumber: FAO, 2012 (diolah)

a Persentase terhadap total produksi dunia

Rata-rata volume jagung yang diperdagangkan di pasar dunia periode 2001 sampai 2010 hanya 95.12 Juta ton atau 13.08 persen dari total produksi jagung dunia dengan volume yang cenderung menurun sebesar 0.34 persen per tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa pasar jagung dunia bersifat tipis (Kariyasa, 2003).

5.6. Perkembangan Impor Jagung pada Lima Negara Importir Utama Dunia

Perkembangan impor jagung dunia periode 2001 sampai 2010 menunjukan bahwa rata-rata volume impor jagung dunia yaitu 94.44 Juta Ton dengan rata-rata laju volume impor dunia yang cenderung meningkat sebesar 3.23 persen per tahun (Tabel 12).

Tabel 12. Perkembangan Impor Jagung pada Lima Negara Importir Utama Dunia Tahun 2001-2010

(000 Ton)

Tahun

Negara

Dunia Jepang Korea

Selatan Mexico China Mesir Indonesia

2001 16 222 8 482 6 174 5 235 4 797 1 685 81 978 2002 16 421 9 113 5 513 5 062 4 721 3 157 87 622 2003 17 064 8 782 5 764 5 076 4 053 3 955 89 760 2004 16 479 8 371 5 519 4 863 2 429 1 470 82 695 2005 16 656 8 533 5 744 4 984 5 095 186 88 107 2006 16 883 8 670 7 610 5 143 3 769 959 95 987 2007 16 628 8 579 7 955 4 530 5 263 1 272 1 07 578 2008 16 460 9 021 9 146 4 231 3 980 278 1 03 180 2009 16 294 7 334 7 261 4 676 5 416 336 1 00 219 2010 16 193 8 541 7 849 6 213 6 170 1 528 1 07 232 Rata-rata 16 530 8 543 6 853 5 001 4 569 1 482 94 436

Pangsa (%) 17.50 9.05 7.26 5.30 4.84 1.57 100.00

Laju (%/Tahun) 0.01 0.50 3.68 2.59 10.35 78.75 3.23 Sumber: FAO, 2012 (diolah)

Negara importir utama dunia adalah Jepang dengan pangsa 17.50 persen terhadap volume impor jagung dunia. Negara importir utama dunia lainnya adalah Korea Selatan, Mexico, China, dan Mesir dengan rata-rata volume impor jagung masing-masing negara yaitu 16.53 Juta Ton, 8.54 Juta Ton, 6.85 Juta Ton, 5.00 Juta Ton, dan 4.57 Juta Ton dengan masing-masing pangsa negara sebesar 9.05 persen, 7.26 persen, 5.30 persen, dan 4.84 persen. Jika dibandingkan dengan impor negara-negara tersebut, rata-rata volume impor jagung Indonesia per tahun hanya sebesar 1.48 Juta Ton atau memiliki pangsa yang lebih kecil yaitu 1.57 persen terhadap volume total impor jagung dunia.

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Dalam dokumen Dampak Tarif Impor Jagung (Halaman 74-80)

Dokumen terkait