• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN DAERAH PENELITIAN

4.4 Kondisi Perikanan

4.4.3 Keragaan perikanan kawasan Dadap-Kamal Muara

Di kawasan Dadap-Kamal Muara, terdapat dua tempat pendaratan ikan, yaitu di Desa Dadap terletak di sekitar muara Kali Perancis dan di muara Kali Kamal untuk Kelurahan Kamal Muara. Jumlah nelayan Desa Dadap yang resmi tercatat di Kantor Cabang Dinas Perikanan terdiri dari 1.086 KK nelayan domisili dan 56 KK nelayan pendatang. Sebagian besar dari nelayan ini merupakan pendatang dari daerah Indramayu dan Cirebon, dengan jenis alat tangkap jaring udang, gill net, jaring rampus, jaring bondet dan beberapa jenis pancing (pancing rawe, pancing senggol dan pancing kakap). Sebagian kecil (± 50 kk) nelayan merupakan penduduk asli Desa Dadap. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa mereka lebih menyukai alat tangkap sero. Sementara nelayan Bugis yang jumlahnya lebih sedikit (± 30 kk) lagi umumnya mengoperasikan bagan dan membudidayakan kerang hijau.

Penduduk Kampung Baru Dadap hampir seluruhnya merupakan pendatang yang berasal dari Muara Karang dan Muara Angke (nelayan asli orang Dadap bertempat tinggal di Kampung Dadap). Sebagai akibat dari dilakukannya pembongkaran perkampungan nelayan di Muara Karang dan Muara Angke antara tahun 1975 sampai 1977, maka garapan tanah petani di Desa Dadap ini berubah menjadi perkampungan nelayan dengan segala sarananya.

Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Tangerang dari tahun 2002-2003 menunjukkan adanya penurunan untuk perahu tanpa motor (dari 76 menjadi 74 buah), peningkatan untuk perahu dengan motor tempel (dari 909 menjadi 1.740 buah), dan penurunan juga untuk kapal motor (inboard) dari 157 menjadi 89 buah (Diskan Tangerang, 2002 dan Diskan Banten 2003). Hal ini menunjukkan bahwa kapal penangkap ikan mengalami peningkatan positif yang mencapai 66 %. Peningkatan terbesar terjadi pada perahu motor tempel sebesar 87,5 %, sedangkan kapal motor berkurang dari 157 menjadi 89 unit (turun sebesar

43,3 %). Perahu/kapal yang dioperasikan di wilayah perairan Dadap ini secara umum dapat dikelompokan ke dalam 3 golongan, yaitu : ukuran besar (7 – 20 GT) 6 buah; ukuran sedang (5 – 7 GT) sebanyak 227 buah; ukuran kecil, (kurang dari 5 GT tanpa motor atau motor < 10 PK 7 x 2 80 m3) sebanyak 55 buah.

Berdasarkan informasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, data umum PPI di Desa Dadap Kecamatan Kosambi tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 4.31.

Tabel 4.31. Data umum PPI Dadap Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang tahun 2003

No. DATA UMUM IDENTITAS

1. Kampung Dadap

2. Desa Dadap

3. Kecamatan Kosambi

4. Jarak ke: ¾ Jalan raya ¾ Ibukota kabupaten ¾ Ibukota provinsi

0,40 km 20 km 180 km 5. Lahan: ¾ Luas lahan

¾ Status lahan

¾ Kemungkinan pengembangan ¾ Status lahan pengembangan

1.000 TN 2.000 TN 6. Sungai: ¾ Lebar ¾ panjang 45 m 3.000 m 7. Klasifikasi D

8. Pengelolaan PPI Dinas

9. Armada: ¾ perahu layar (tanpa motor) ¾ motor tempel

¾ inboard

74 unit 1.740 unit 89 unit 10. Alat tangkap: ¾ pancing

¾ jaring insang ¾ jaring kantong ¾ perangkap 88 unit 142 unit 39 unit 20 unit 11. Nelayan: ¾ RTP ¾ RTBP ¾ Bakul 227 orang 1.124 orang 71 orang 12. Pengolah: ¾ Pindang ¾ Ikan asin ¾ lainnya - 12 orang 4 orang

13. Produksi per tahun 1.128 ton

14. Raman (Rp 000/tahun) 1.692.000 Sumber: Diskan Tangerang (2002) dan Diskanlut Banten (2003)

Dari Tabel 4.31 di atas tampak bahwa terdapat perbedaan informasi diantara berbagai sumber data, meskipun itu berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan. Contohnya tentang lembaga yang mengelola TPI/PPI Dadap, dimana dalam Tabel 4.31 disebutkan dikelola oleh Dinas (Perikanan), tetapi kenyataannya sampai sebelum vakum dikelola oleh KUD Mina Bahari sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.28.

Berdasarkan hasil survey PKSPL IPB (2004), daerah penangkapan ikan (fishing ground) untuk perahu tanpa motor hanya di perairan Laut Jawa di sekitar Kepulauan Seribu. Untuk perahu dengan motor tempel, upaya penangkapan dilakukan mulai dari Laut Jawa sampai Selat Sunda. Sementara itu untuk perahu dengan motor dalam, penangkapan dilakukan mulai dari Laut Jawa, Selat Sunda, sampai ke Laut Cina Selatan.

Daya tahan kapal/perahu tersebut berkisar antara 5 – 20 tahun, tergantung pada kualitas pemeliharaannya. Biaya perawatan perahu per tahun berkisar dari Rp. 50.000 – Rp. 200.000 pada tahun 1995 meningkat menjadi Rp 500.000 – Rp 2.000.000, pada tahun 2004, yang sebagian besar berupa biaya penambalan dan pengecatan ulang.

Jumlah awak kapal yang mengoperasikan satu unit penangkapan berkisar antara 2 sampai 8 orang tergantung jenis unitnya. Di dalam satu unit ABK terbagi dalam beberapa jabatan seperti nakhoda, juru mesin, juru mudi dan sebagainya. Jabatan ini menentukan jumlah bagi hasil yang diperoleh.

Sebagian nelayan yang mengoperasikan jaring udang mempunyai alat tangkap jenis lain seperti jaring rampus dan pancing, yang digunakan pada musim yang berlainan. Khusus nelayan pancing yang status kependudukannya musiman, pada musim barat berlabuh di Dadap wilayah Kabupaten Indramayu, menurut keterangan penduduk setempat dapat berjumlah ratusan pada suatu saat dan hanya belasan di saat lainnya.

Alat pancing yang banyak dioperasikan adalah pancing rawe dan pancing ular. Sebagian besar dari nelayan pancing rawe ini merupakan pendatang dari

Eretan Indramayu. Dengan jumlah ABK antara 4 – 8 orang, nelayan pancing rawe ini melakukan penangkapan ikan di perairan Tanjung Pandang – Belitung. Lama operasi penangkapan berkisar antara 2 – 4 minggu, yang memerlukan biaya operasi sekitar 1 juta rupiah. Untuk penanganan ikan hasil tangkap setiap kapal pancing rawe ini membawa 50 batang es balok. Seperti halnya dengan nelayan lain, nelayan pancing juga terjerat bakul dalam pelaksanaan operasi penangkapan dan pemasaran hasil tangkapannya. Penentuan harga jual ikan merupakan hak bakulnya.

Kerang darah dan kerang menyon (Anadara sp) dipanen nelayan dengan cara digaruk dan diselami. Menurut seorang pemilik perahu dan juga sebagai bakul, jumlah armada perahu yang melakukan kegiatan pemanenan kerang ini dapat mencapai 250 buah pada musim panen (bulan Mei – Oktober). Jumlah ini jauh diatas data resmi yang ada di TPI. Dengan jumlah ABK antara 4 – 8 orang, pada musim panen satu perahu dapat menghasilkan 84 karung sehari. Padahal pada musim paceklik hanya berkisar antara 4 – 5 karung. Harga jual kerang darah per ember (kapasitas 10 liter) berkisar antara 3 – 4 ribu rupiah. Satu karung berisi antara 5 – 6 ember (tergantung dari ukuran karungnya). Observasi lapangan menunjukan bahwa selektivitas ukuran kerang tidak dilakukan oleh nelayan, tetapi sesuai dengan alat garuk yang digunakannya.

Nelayan kerang hijau rata-rata mempunyai 200 batang bambu (yang dililit dengan tambang goni atau pita waring) sebagai sarana tempat menempelnya kerang hijau. Satu batang bambu (yang harganya Rp. 10.000) memerlukan 3 kg tambang (Rp. 1.000/kg). Setelah bambu yang dililit tambang tersebut ditancapkan di dasar laut (pada kedalaman ± 3 – 7 m), diantara batang-batang bambu tersebut juga direntangkan tambang, yang berfungsi selain sebagai penguat juga merupakan tempat menempelnya kerang hijau.

Pemanenan kerang hijau dilakukan setelah selang waktu 8 bulan (nelayan melakukan penancapan bambu pada waktu yang berbeda-beda sehingga memungkinkannya untuk memanen kerang setiap hari). Pada musim panen, dilakukan penyelaman dan pemilihan kerang hijau yang berukuran besar-besar

setiap kelompok nelayan (terdapat 50 kelompok nelayan yang beranggotakan antara 3 – 5 orang) dapat memperoleh 23 karung per hari, sedangkan pada musim ujung hanya berkisar antara 4 – 5 karung. Harga jual kerang hijau ditingkat nelayan hanya Rp 13.000 per ember (volume sekitar 10 liter). Pada saat panen bambu dicabut untuk dibersihkan dari teritip dan jenis kerang yang menempel lainnya. Tambang yang melilitnya praktis harus diganti.

Ikan-ikan yang hidup dan tertangkap di sekitar perairan pesisir Dadap dan sekitarnya (Teluk Jakarta) dapat diketahui antara lain dengan mengindentifikasi ikan yang tertangkap oleh nelayan dan didaratkan di TPI Mina Bahari Desa Dadap. Ikan-ikan tersebut meliputi ikan yang bernilai ekonomis penting seperti kakap (Lates sp), kembung (Rastrelliger sp), tenggiri (Scomberomerus sp), dan selar (Caranx sp). Pada daerah yang memiliki terumbu karang tertangkap pula ikan beronang (Siganus sp), ekor kuning (Caesio sp) dan kerapu (Epinephelus sp). Jenis-jenis ikan yang tertangkap di pantai Dadap secara lengkap disajikan pada Tabel 4.32.

Tabel 4.32. Daftar jenis ikan yang tertangkap di Pantai Dadap (PPLH, 1997)

No Nama Lokal Species Ordo Famili 1 Kuweh Caranx sp Percomorphi Carangidae 2 Kakap Lates sp Percomorphi Centroponidae 3 Kembung Rastralligor sp Scombriformes Scombridae 4 Kerapu Epinephelus sp Percomorphi Serranidae 5 Teri Stolephorus tri Malacopterygii Clupeidae 6 Ekor Kuning Caesio sp Percomorphi Lutjanidae 7 Pari Dasyatis sp Batoidei Dasyatidae 8 Peperek Gazza sp Percomorphis Leiognathidae 9 Tenggiri Scomberomorus sp Percomorphis Scomberomoridae 10 Rebon Hemirhampus

melanus

Synentognathi Hemirhamphidae

11 Beronang Siganus sp Percomorphi Siganidae 12 Selar Caranx sp Percomorphi Carangidae

Meskipun sedikit, kegiatan penangkapan ikan di Dadap menyebabkan timbulnya kegiatan pengolahan ikan asin dan rajungan. Terdapat 3 unit pengolahan ikan asin di Desa Dadap dengan kapasitas maksimal 50 kg. Jenis ikan yan diasin beraaneka ragam dan yang berukuran kecil (sisa penjualan untuk

konsumsi segar). Harga jual ikan asin ini berkisar antara Rp. 1000 – 15.000 per kg di Pasar Kamal. Observasi lapangan menujukan bahwa kualitas ikan asin di desa Dadap jauh lebih bagus dari daerah perikanan lainnya di sekitar utara Pulau Jawa.

Di samping pengolah ikan asin terdapat pula pengolah rajungan. Hanya terdapat seorang pengolah rajungan di Desa Dadap. Produksi rata-rata antara 20 – 30 kg daging (maksimal 50 kg) perhari. Daging rajungan merupakan komoditi yang ekonomis. Harga jualnya tergantung bagaimana daging tersebut berasal, yaitu daging capit Rp. 8.400/kg, daging kempal Rp. 12.400/kg, daging jari Rp. 5.000/kg dan daging adan Rp. 8.400/kg.

Daging rajungan ini merupakan bahan ekpor yang dikumpulkan oleh PT Phillips Sea Food, sebuah industri pengolahan di Jakarta Kota. Rajungan yang cangkangnya dibeli dari nelayan seharga RP. 1.200 per kg (tergantung dari ukuran). Dengan rendemen 6 – 7 berbanding 1 (6 – 7 kg rajungan bercangkang menghasilkan 1 kg daging), ditambah dengan upah buruh pengupasan Rp. 700/kg (bersih, dengan bonus makan, minum, tidur, mandi), nelayan pengolah yang memperkerjakan 14 orang buruh patut dijadikan teladan.

Penyebaran alat tangkap yang bersifat statis ini, mulai dari pantai hingga kedalaman perairan sekitar 7 meter. Kedalaman tersebut dicapai pada jarak sekitar 1,5 – 2,5 km dari pantai. Melihat kepadatan alat tangkap yang demikian rapat pada lokasi dimana kapal harus berolah gerak sebebas mungkin, maka pengaturan penempatan alat tangkap yang bersifat tetap ini harus benar-benar mengacu kepada alur pelayaran agar tidak terjadi benturan kepentingan antara nelayan dengan kapal-kapal yang keluar masuk pelabuhan terutama pada malam hari.

Pada tahun 1995, kegiatan perekonomian di Desa Dadap sudah cukup maju. Hal ini antara lain terlihat dari adanya sarana perekonomian yang telah tersedia, yaitu 50 buah toko, 75 warung, 10 bengkel, 1 KUD Mina Bahari, 1 pabrik abon ikan, 1 pabrik pencelupan jean dan 6 restoran sea food. Tetapi sejak

diakukannya penon-aktifan aktivitas TPI, maka terjadi pengurangan aktivitas ekonomi yang dicirikan dengan berkurangnya restoran seafood menjadi tinggal 3 buah. Data dampak penutupan TPI terhadap aktivitas ekonomi secara tertulis belum dapat diperoleh.

Tempat pelelangan ikan (TPI) yang ada di Desa Dadap terletak di tepi sungai (muara Kali Perancis). Lokasinya yang sekarang merupakan lokasi baru setelah pindah dari lokasi awalnya yang berada dekat KUD Mina Bahari. Pindahnya lokasi tersebut disebabkan oleh pembuatan sodetan Kali Dadap yang baru. Lokasi yang baru cenderung lebih tenang perairannya karena berada di tepi sungai dan agak ke hulu. Tahun 1997, dilakukan renovasi TPI Dadap, tahun 2004 kondisinya relatif masih dapat dimanfaatkan meskipun diperlukan beberapa perbaikan. Beberapa kerusakan yang terjadi lebih banyak disebabkan kurang efektifnya penggunaan TPI tersebut. Lantai tempat ikan dilelang berlantai keramik putih. Selain itu juga terdapat sebuah kantor dimana kepala TPI dan manajer TPI berkantor mengelola TPI.

Hasil tangkapan berupa udang dan kerang ditimbang di TPI tetapi tidak dilakukan oleh petugas TPI, sedangkan kerang (kerang hijau dan kerang darah) didaratkan di sepanjang Kali Perancis bagian barat langsung disetorkan ke para juragan.

Secara umum Tempat Pendaratan Ikan di Kabupaten Tangerang adalah type D, termasuk TPI Dadap. Tempat Pelelangan Ikan Dadap ini tidak seperti lazimnya dimana kegiatan lelang amat jarang dilakukan. Hal ini disebabkan oleh peran para bakul yang amat besar dalam kegiatan perikanan tangkap disana. Para nelayan Dadap (nelayan domisili) yang telah menangkap ikan khususnya udang tidak pernah melelang hasil tangkapannya di TPI tetapi langsung membawanya ke para bakul dimana masing-masing nelayan telah memiliki bakul sendiri. Mekanisme harga pun banyak ditentukan oleh para bakul tersebut. Dalam hal penarikan retribusi yang seharusnya dilakukan setiap kali pelelangan, karena hal tersebut maka manajer TPI memungutnya dari bakul-bakul yang ada dengan besar yang tidak tentu.

Para bakul mempunyai peran yang amat besar karena mereka membuat suatu kondisi dimana para nelayan selalu terikat kepada mereka. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa para bakul ini menjamin hidup nelayan dan keluarganya dengan syarat seluruh hasil tangkapan di setor ke bakul. Bila musim paceklik atau nelayan tidak membawa hasil tangkapan (empty hauling) maka nelayan boleh berhutang kepada bakul yang pembayarannya dapat dilakukan kemudian. Uang jaminan hidup nelayan dan keluarganya pun dihitung sebagai hutang. Demikian pula bila nelayan ingin melakukan perbaikan atau pembelian alat/kapal baru. Para bakul umumnya memberikan pinjaman yang merupakan utang dan harus dibayar secara cicilan. Dengan demikian sepanjang hidupnya para nelayan Dadap ini terus terkait dengan hutang yang sulit dibayar. Kegiatan lelang biasanya dilakukan bila ada nelayan pendatang dari daerah lain seperti Tanjung Pasir atau Kamal. Tetapi itu pun tidak dilakukan oleh petugas TPI melainkan oleh para bakul. Retribusi yang diberikan tidak tentu jumlahnya.

Tempat Pelelangan Ikan Dadap secara struktural berada di bawah Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, belum diserahkan kepada KUD Mina Bahari yang ada disana. Menurut manajer TPI Dadap rencana untuk menyerahkan pengelolaannya kepada KUD Mina Bahari sudah sejak lama tetapi sampai sekarang belum ada realisasinya. Sampai saat sebelum vakum, pengelolaan TPI Dadap dilakukan oleh dua orang yaitu seorang kepala TPI dan seorang manajer TPI. Sarana dan prasarana yang sudah dimiliki oleh TPI Dadap antara lain: tempat pelelangan, tempar parkir, mesjid, sarana air bersih, dermaga, es, bak air, KUD, ruang pertemuan nelayan. Sedangkan SPBU dan MCK belum tersedia dan masih mengandalkan prasarana dan sarana perorangan.