• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN DAERAH PENELITIAN

4.3 Kondisi Pemanfaatan Lahan

Sebagai kawasan yang terletak di perbatasan antara Pemkot Jakarta Utara dan Kabupaten Tangerang, dinamika perencanaan pembangunan di kawasan ini

sangat tinggi. Hal ini dapat diamati dari berbagai berita di media massa, mulai dari aktivitas perencanaan pembangunan Pelabuhan Kapal Riset Baruna Jaya, Pelabuhan Peti Kemas atau Kapal Barang, dan kawasan Wisata Mutiara Dadap. Dinamika perencanaan yang tinggi ini sangat dipengaruhi oleh munculnya Orde Otonomi Daerah yang telah terjadi dan melahirkan konsep desentralisasi sistem pemerintahan.

Berdasarkan perjanjian kerjasama antara BPP Teknologi dan Perum Angkasa Pura II yang tertuang dalam surat No SWT 07/HK.90/APH-1993 dan No. 345/DB- PKA/BPPT/XII/93, BBP Teknologi telah menyewa sebidang tanah seluas 6,5 hektar di pantai Muara Dadap, Desa Dadap, Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang. Tanah tersebut diperuntukkan sebagai Dermaga Sandar Kapal Riset BPPT Baruna Jaya, yang awalnya berupa tanah kosong dan tidak berpenduduk. Menurut berita Media Indonesia, sejak tahun anggaran 1994/95, BPPT sudah mengaspal dan mengembangkan site plan dan pemagaran di lokasi tanah kosong tadi. Atas dasar itu, BPPT meminta agar pihak yang berkepentingan di kawasan itu mengetahui bahwa pembangunan dermaga sandar Armada Kapal Riset BPPT Baruna Jaya akan dilaksanakan pada tanah kosong yang sudah dipagar sejak 1994 (IN/EKON: MI - N-250 Kejar Sertifikasi, apakabar@clark.net, Rabu 29 Mei 1996 - 17:15:00).

Tahun 1996, BPPT menjadi Panitia Indonesia Air Show (IAS) yang sempat menimbulkan issu akan menggusur tanah rakyat di Desa Gili-Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, yang terdiri dari 800 KK nelayan (Republika Online 1996). Issu ini ternyata tidak benar karena pelaksanaan pergelaran dirgantara IAS ’96 itu terletak di lokasi pelabuhan udara Soekarno- Hatta pada kuadran II (sebelah terminal II-internasional).

Konflik pemanfaatan ruang di kawasan Dadap terus berlanjut dengan dilakukannya reklamasi (pengurukan) kawasan pesisir dimana awalnya Pelabuhan Kapal Riset Baruna Jaya akan dibangun. Menurut juru bicara pengembang (Tubagus Dudy Chumaidi) yang dikutip media massa menyebutkan bahwa kawasan Dadap dipilih karena wilayah itu berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata terpadu (Suara Pembaharuan Daily 2004).

Dari berbagai berita di media massa dapat disimak bahwa proses reklamasi yang sedang dilakukan ternyata menuai berbagai protes dari beberapa kelompok masyarakat dan LSM {antara lain Banten Environmental Watch (BEW), dan (PIELS)}, yang akhirnya direspon oleh anggota DPR dan DPRD setempat. Polemik terus berlanjut dan menyangkut Pemda DKI Jakarta yang tampaknya juga mempunyai kepentingan dengan kegiatan pembangunan. Salah satu berita yang dimuat berbunyi “Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang tidak akan pernah dapat melakukan penutupan lokasi reklamasi Pantai Dadap, Desa Dadap, Kecamatan Kosambi, yang kini dilakukan. Pasalnya, lembaga ini diduga telah menerima retribusi pengurukan pantai yang jumlahnya mencapai ratusan juta rupiah. Menurut sumber di Tangerang, dugaaan telah dibayarkan retribusi pengurukan pantai oleh para pengembang reklamasi Pantai Dadap tersebut tertuang jelas dengan adanya Fatwa Rencana Pengarahan Lokasi dengan nomor 655.2/330-DTRB/IX/2001 tertanggal 26 September 2001 yang ditandatangani oleh Bupati Tangerang yang kala itu masih dijabat oleh Agus Djunara. Dengan keluarnya fatwa Bupati tersebut secara otomatis si pengembang berani untuk melakukan reklamasi Pantai Dadap karena sudah ada lampu hijau. Apalagi pada saat yang bersamaan Dinas Tata Ruang dan Bangunan juga mengeluarkan surat penetapan retribusi fatwa rencana pengarahan lokasi bernomor 974/330-DTRB/IX/2001 yang ditandatangani Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Nanang Komara yang kini menjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang (Sinar Harapan 2004b).

Kepala Sub Dinas Tata Ruang pada Dinas Tata Ruang dan Bangunan Pemda Tangerang Didin Samsudin menyatakan, kawasan pantai yang akan direklamasi setelah Dadap adalah Mauk, menyusul revisi Rencana Umum Tata Ruang (RUTR). Dalam perubahan tata ruang tersebut pemerintah berencana menjadikan pesisir pantai utara sebagai kawasan wisata terpadu (SUARA PEMBARUAN DAILY 2004b). Perubahan RUTR tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah No 5 Tahun 2002 tentang Perubahan Tata Ruang Daerah, yang merupakan implementasi Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 tentang Perubahan Tata Ruang Nasional. Berdasarkan peraturan itu, sekitar 20 km dari

50 km total panjang pantai di Kabupaten Tangerang atau dari Dadap Kosambi hingga pantai Tanjung Kait, Kecamatan Pakuhaji untuk kawasan wisata. Luas pantai yang akan direklamasi dan dijadikan kawasan wisata terpadu sepanjang 10 km garis pantai dari laut dan satu km dari garis pantai atau sekitar 1.000 hektare.

Kemelut pemanfaatan lahan yang terjadi di Desa Dadap tidak seluruhnya dimengerti oleh penduduk desa, yang terkena dampak hanyalah sebagian kecil penduduk yang memang tinggal disekitar kawasan pengembangan. Menurut informasi berbagai harian ibukota, warga Desa Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, belum mengatahui ada proyek pengurukan laut besar-besaran di Pantai Mutiara Dadap. Mereka bahkan tak peduli aktivitas reklamasi kawasan untuk wisata bertaraf internasional tersebut. Menurut warga, proyek reklamasi silakan saja, asal warga disediakan infrastruktur seperti tempat pelelangan ikan, pengurukan Kali Perancis, serta perbaikan jalan. "Kami tak peduli. Yang penting bagi kami para nelayan bisa tetap melaut” (Tempo Interaktif 2005b).

Berbagai kepentingan ternyata banyak yang bermain dalam masalah proyek tersebut, sebagaimana dinyatakan oleh Kepala Desa Dadap Dames Taufik yang mengklaim bahwa tidak ada masalah dengan warganya terhadap reklamasi pantai itu. Menurut Dames, informasi kerusakan lingkungan dan penolakan warga yang berkembang selama ini dikendalikan orang luar Dadap (SUARA PEMBARUAN DAILY 2004a)..

Kasus pemanfaatan lahan yang juga mencuat di kawasan Dadap-Kamal Muara adalah untuk pembangunan kawasan pergudangan. Mantan para pemilik tanah merasa bahwa dulu mereka terbujuk menjual lahannya kepada para investor untuk dibuat gudang, dengan harapan bahwa kelak ia dan anak-anaknya dapat ikut bekerja di kawasan pergudangan itu. Namun demikian kenyataannya pemilik gudang lebih memilih tenaga kerja dari luar Dadap yang dinilai lebih mempunyai kompetensi daripada tenaga kerja setempat (Tempo interaktif 2005c). Saat ini, ratusan gudang kini sudah berdiri memenuhi 40 % lahan di desa seluas 401 hektar itu. Sisa lahan masih akan terus berkurang karena sampai saat ini pembangunan gudang baru masih terus berlangsung.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan Kota Air Kamal Muara, Pemda DKI melakukan reklamasi pantai di daerah Kamal Muara. Aktivitas reklamasi yang telah dilakukan pengembang di wilayah DKI Jakarta akan menciptakan sebuah daerah baru seluas 2.700 hektar. Secara legal, Keputusan Presiden No 52 Tahun 1995 menetapkan, kawasan Pantai Utara Jakarta itu akan direklamasi. Reklamasi meliputi bagian perairan laut Jakarta yang diukur dari garis pantai utara Jakarta secara tegak lurus ke arah laut, sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut delapan meter. Itu artinya, garis pantai akan maju sekitar 1,5 kilometer ke utara. (Kompas Online 1997).