• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN PETERNAKAN SAPI, PROGRAM KKPE DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI JAWA TENGAH

Keragaan Peternakan Sapi di Jawa Tengah

Pada bagian ini akan dikaji perkembangan peternakan sapi di Provinsi Jawa Tengah, baik sapi potong maupun sapi perah dari beberapa aspek yang mencakup populasi ternak, jumlah peternak dan kelompok ternak, produksi daging sapi dan susu segar serta perkembangan harga dan perdagangan. Kajian terhadap beberapa aspek tersebut dilakukan dalam kurun waktu sebelum dan sesudah adanya penyaluran kredit program KKPE untuk dapat menelaah apakah keragaan peternakan sapi di Jawa Tengah mengalami perubahan dengan adanya penyaluran kredit program KKPE tersebut. Di samping itu, kajian terhadap perkembangan peternakan sapi ini, tidak hanya mencakup Jawa Tengah secara keseluruhan, tetapi juga secara khusus menelaah perkembangan peternakan sapi di Kabupaten Semarang dan Boyolali sebagai wilayah studi dimana kedua kabupaten tersebut merupakan sentra peternakan sapi.

Perkembangan Populasi Ternak Sapi Potong dan Sapi Perah

Kajian mengenai keragaan peternakan sapi di Jawa Tengah ini, akan dimulai dengan membahas perkembangan populasi ternak, peternak dan kelompok peternak sapi dimana ketiga aspek tersebut mempunyai peranan penting dalam keragaan peternakan terutama terkait dengan penyaluran kredit program KKPE dalam upaya mencapai atau menjaga ketahanan pangan. Di samping itu kajian terhadap peternakan sapi berdasarkan ketiga aspek tersebut akan ditinjau sebarannya menurut walayah kabupaten/kota.

Perkembangan populasi ternak merupakan aspek penting dalam mengkaji keragaan peternakan terutama terkait pencapaian ketahanan pangan. Gambaran mengenai perkembangan populasi ternak sapi di Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan data tersebut secara umum menunjukkan bahwa populasi ternak sapi di Jawa Tengah dalam kurun waktu 2005-2013 untuk sapi potong memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun yang positif dan sebaliknya untuk sapi perah, memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun yang negatif. Sebetulnya, baik populasi sapi potong maupun sapi perah hingga tahun 2012 dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan yang positif, namun karena keduanya mengalami pertumbuhan negatif yang cukup besar di tahun 2013 maka rata-rata pertumbuhan populasi per tahunnya menjadi kecil, untuk sapi potong sekitar 1.88 persen per tahun dan untuk sapi perah sebesar -0.03 persen per tahun. Populasi ternak di tahun 2013 merupakan merupakan hasil pendataan Sensus Pertanian ST 13 dan belum diketahui dengan pasti, mengapa berdasarkan pendataan tersebut populasi ternak sapi, baik sapi potong maupun sapi perah menurun secara drastis.

Sejak dikucurkan dana kredit program KKPE yakni tahun 2008, pertumbuhan populasi ternak sapi di Jawa Tengah relatif besar kecuali di tahun 2013 yang justru mengalami pertumbuhan yang negatif dan arah pertumbuhannya ini mengindikasikan ada keterkaitan antara penyaluran kredit KKPE dengan populasi ternak sapi, baik sapi potong maupun sapi perah. Artinya, penyaluran kredit program KKPE kelihatannya dapat meningkatkan populasi ternak sapi. Sebelum tahun 2008, pertumbuhan populasi ternak sapi potong hanya berkisar antara 0.17 – 1.71 persen/tahun, sedangkan mulai tahun 2008 pertumbuhannya berkisar antara 1.81 – 24.64 persen. Sama halnya untuk sapi perah,

Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 – 2014

Gambar 14 Populasi ternak sapi dan nilai KKPE di Jawa Tengah tahun 2006 - 2013 sebelum tahun 2008, pertumbuhan populasi ternak sapi perah hanya berkisar antara 0.92 – 0.95 persen, sedangkan mulai tahun 2008 pertumbuhan populasi ternak sapi perah berkisar antara 1.50 – 22.40 persen. Khusus pada tahun 2013, populasi ternak sapi potong dan sapi perah mengalami penurunan sejalan dengan adanya penurunan kredit program KKPE. Sementara di tahun 2011, pertumbuhan populasi ternak, baik sapi potong maupun sapi perah mengalami pertumbuhan populasi yang sangat besar yakni masing-masing lebih dari 20 persen dan ini juga sejalan dengan dengan peningkatan kucuran kredit KKPE yang relatif besar. Sebagaimana yang terlihat pada Tabel 2 sebelumnya, nilai kredit KKPE di Jawa Tengah di tahun 2011 meningkat tajam, hampir dua kali lipat yaitu dari Rp.66.1 milyar di tahun 2010 menjadi Rp.121.9 milyar di tahun 2011.

Sama halnya dengan fenomena di tingkat nasional, di Jawa Tengah, populasi ternak sapi potong jauh lebih besar daripada populasi ternak sapi perah. Populasi ternak sapi perah dalam kurun waktu 2005-2013 tetap relatif kecil dan mengalami penurunan dari sekitar 114.1 ribu ekor di tahun 2005 menjadi 103,8 ribu ekor di tahun 2013. Sedangkan populasi ternak sapi potong dalam kurun waktu yang sama, relatif besar dan mengalami peningkatan dari sekitar dari 1.39 juta ekor di tahun 2005 menjadi sekitar 1.5 juta ekor di tahun 2013. Sebagaimana sudah diungkapkan, di tahun 2011 baik populasi sapi potong maupun sapi perah mengalami pertumbuhan yang relatif besar sehingga populasinya meningkat tajam di tahun tersebut, untuk sapi potong populasinya menjadi sekitar 1.94 juta ekor dan untuk sapi perah populasinya menjadi sekitar 149.9 ribu ekor.

Dengan memperhatikan sebaran spasial populasi ternak berdasarkan wilayah, baik sapi potong maupun sapi perah yang tersebar di seluruh 35 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui bahwa secara umum wilayah yang menjadi sentra produksi ternak sapi potong berbeda dengan wilayah yang menjadi sentra produksi sapi perah (Tabel 7 dan Tabel 8). Dalam kurun waktu 2005-2013, sentra produksi sapi perah, tersebar di sekitar bagian selatan wilayah Jawa Tengah, sementara sentra produksi sapi potong tersebar di sekitar bagian timur. Untuk sapi potong, lima kabupaten yang menjadi sentra produksi (populasi terbesar), diurut dari kabupaten dengan populasi tertinggi adalah Kabupaten Blora, Wonogiri, Grobogan, Rembang dan Boyolali. Kabupaten Boyolali selain

Tabel 7 Sebaran populasi ternak sapi potong menurut kabupaten/kota di Jawa Tengah, tahun 2005 - 2013 (Ekor) Kabupaten/Kota 2005 2007 2009 2011 2013 Pertumb (%/thn) 1. Cilacap 8,724 9,469 12,248 20,002 15,717 12.32 2. Banyumas 18,245 15,311 17,579 17,529 14,845 -2.11 3. Purbalingga 17,435 18,982 21,536 15,926 12,904 -2.38 4. Banjarnegara 37,110 38,501 41,638 34,320 32,222 2.74 5. Kebumen 32,838 35,705 41,430 90,055 62,564 13.07 6. Purworejo 13,130 13,170 17,388 20,207 13,785 2.30 7. Wonosobo 34,012 33,720 29,731 27,687 21,970 -4.91 8. Magelang 69,964 70,089 73,764 68,340 61,574 -1.14 9. Boyolali 88,527 85,867 88,919 97,986 87,858 0.07 10.Klaten 80,925 83,657 86,656 100,814 78,488 0.18 11.Sukoharjo 25,106 26,116 25,983 37,064 26,281 2.26 12.Wonogiri 143,995 151,377 155,505 187,850 154,753 1.57 13.Karanganyar 47,559 47,754 49,498 74,378 60,023 4.56 14.Sragen 77,225 77,915 78,371 113,566 82,773 2.70 15.Grobogan 106,155 105,154 137,322 197,430 137,360 5.67 16.Blora 217,497 215,687 217,995 269,533 197,868 -0.32 17.Rembang 97,057 101,570 115,220 152,680 117,179 3.53 18.Pati 63,813 67,204 71,906 108,735 83,864 5.28 19.Kudus 7,603 8,688 7,644 11,351 9,758 5.19 20.Jepara 24,583 25,719 30,712 50,816 38,893 8.27 21.Demak 1,897 1,716 2,700 3,550 3,897 10.76 22.Semarang 65,284 65,798 69,670 57,266 51,901 -2.21 23.Temanggung 35,002 35,335 35,718 40,371 27,191 -1.84 24.Kendal 16,144 16,717 21,641 26,906 18,567 3.85 25.Batang 13,967 14,688 17,850 24,037 16,927 4.14 26.Pekalongan 11,146 11,856 12,482 21,792 18,585 8.98 27.Pemalang 5,421 7,706 8,415 10,210 8,026 6.47 28.Tegal 4,874 5,421 6,355 10,711 9,003 9.24 29. Brebes 20,218 18,099 21,717 37,740 28,031 7.16 30. Kt Magelang 221 343 205 238 159 -0.82 31. Kt Surakarta 1,159 1,554 1,635 1,029 809 -2.66 32. Kt Salatiga 1,567 1,643 1,766 1,508 1,229 -2.41 33. Kt Semarang 1,473 3,579 3,507 5,148 4,643 22.17 34. Kt Pekalonga 291 315 458 586 307 5.47 35. Kt Tegal 41 39 86 190 123 22.77 Jumlah 1,390,208 1,416,464 1,525,250 1,937,551 1,500,077 1.88 Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 – 2014

Tabel 8 Sebaran populasi ternak sapi perah menurut kabupaten/kota di Jawa Tengah, tahun 2005 - 2013 (Ekor) No Kabupaten/Kota 2005 2007 2009 2011 2013 Pertumb (%/thn) 1 Kab. Cilacap 0 0 10 21 97 31.21 2 Kab. Banyumas 2,023 1,509 1,115 1,567 2,213 3.29 3 Kab. Purbalingga 97 101 156 106 162 11.75 4 Kab. Banjarnegara 45 10 21 2,867 1,126 848.66 5 Kab. Kebumen 26 33 31 28 143 52.79 6 Kab. Purworejo 91 97 70 67 130 9.83 7 Kab. Wonosobo 161 177 304 1,717 1,032 54.29 8 Kab. Magelang 1,845 1,304 767 3,590 1,732 43.72 9 Kab. Boyolali 58,792 59,687 62,038 87,793 61,887 2.18 10 Kab. Klaten 5,859 6,015 6,974 5,404 4,105 (3.23) 11 Kab. Sukoharjo 609 612 657 363 261 (7.89) 12 Kab. Wonogiri 0 0 0 34 164 44.01 13 Kab. Karanganyar 231 354 353 350 428 9.76 14 Kab. Sragen 19 8 63 99 210 72.69 15 Kab. Grobogan 414 396 335 230 204 (2.20) 16 Kab. Blora 29 28 33 30 24 0.65 17 Kab. Rembang 7 4 4 6 10 11.19 18 Kab. Pati 194 273 314 332 214 2.47 19 Kab. Kudus 233 186 214 241 253 2.83 20 Kab. Jepara 28 15 11 24 108 66.06 21 Kab. Demak 62 55 61 13 68 38.70 22 Kab. Semarang 31,888 33,467 35,451 36,962 22,308 (2.76) 23 Kab. Temanggung 147 196 199 211 620 26.08 24 Kab. Kendal 41 55 202 245 235 60.51 25 Kab. Batang 76 81 74 65 133 17.27 26 Kab. Pekalongan 154 118 112 115 366 20.30 27 Kab. Pemalang 12 16 5 36 20 48.68 28 Kab. Tegal 333 390 312 214 216 (3.44) 29 Kab. Brebes 20 17 12 40 48 33.35 30 Kota Magelang 10 11 44 35 22 30.88 31 Kota Surakarta 204 282 133 74 100 1.24 32 Kota Salatiga 7,721 8,100 8,523 4,868 3,413 (7.65) 33 Kota Semarang 2,409 2,344 1,724 1,793 1,447 (5.26) 34 Kota Pekalongan 268 273 294 364 268 1.95 35 Kota Tegal 68 45 61 27 27 (1.86) Jumlah 114,116 116,259 120,677 149,931 103,794 (0.03) Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 – 2014

merupakan sentra produksi sapi potong, juga merupakan sentra produksi sapi perah. Bahkan untuk sapi perah ini, Kabupaten Boyolali merupakan sentra produksi terbesar dan kemudian diikuti dengan Kabupaten Semarang, Klaten, Salatiga dan Banyumas. Berbeda dengan sapi potong, penyebaran sapi perah secara spasial menurut kabupaten/kota jauh lebih timpang dibandingkan dengan sebaran populasi sapi potong. Populasi ternak sapi perah sangat terkonsentrasi di dua kabupaten yakni Boyolali dan Semarang.

Meskipun rata-rata pertumbuhan populasi sapi potong per tahun di Jawa Tengah bernilai positif dan sebaliknya dengan sapi perah, namun demikian secara spasial sebagian besar kabupaten/kota baik untuk sapi potong maupun sapi perah, populasinya mengalami pertumbuhan yang positif (Tabel 9 dan Tabel 10). Sekitar 71 persen kabupaten/kota (25 dari 35 kabupaten/kota) di Jawa Tengah, rata-rata pertumbuhan populasi sapi potongnya bernilai positif dan sumber pertumbuhan populasi Jawa Tengah dalam kurun waktu 2005- 2013 adalah Kota Tegal, Kota Semarang, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Demak dimana wilayah tersebut masing-masing rata-rata pertumbuhan populasi sapi potongnya lebih dari 10 persen per tahun. Untuk sapi perah, sekitar 77 persen kabupaten/kota (27 dari 35 kabupaten/kota) di jawa Tengah, rata-rata pertumbuhan populasi sapi perahnya bernilai positif dan sumber pertumbuhan populasi Jawa Tengah dalam kurun waktu 2005-2013 adalah Kabupaten Banjarnegara, Sragen, Jepara, Kendal, Wonosobo dan Kebumen dimana wilayah tersebut masing-masing rata-rata pertumbuhan populasi sapi perahnya lebih dari 50 persen per tahun. Baik untuk sapi potong maupun sapi perah wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan tersebut bukan merupakan sentra produksi. Hal ini kemungkinan terkait dengan penyaluran kredit program KKPE karena pertumbuhan populasi yang relatif besar di masing-masing wilayah tersebut terjadi setelah disalurkannya kredit program KKPE yang dimulai di tahun 2008 dan ini nampaknya terkait dengan upaya pemerataan penyebaran kredit program KKPE untuk peternakan, sapi khususnya.

Untuk sapi potong, kabupaten/kota yang mengalami pertumbuhan negatif merupakan kabupaten yang bukan sentra produksi sapi potong kecuali Kabupaten Blora. Berbeda dengan sapi potong, tiga dari delapan kabupaten yang mengalami rata-rata pertumbuhan populasi sapi perah per tahunnya negatif adalah sentra produksi sapi perah yakni Kabupaten Semarang, Klaten dan Kota Salatiga. Berdasarkan studi lapangan, khususnya ke Kabupaten Semarang dan Boyolali, di Kabupaten Semarang memang lebih sering terjadi kematian sapi perah, terutama setelah sapi tersebut melahirkan satu hingga dua kali dimana setelah melahirkan, sapi induk tersebut mengalami kelumpuhan kaki (mastitis) hingga akhirnya sapi tersebut mengalami kematian atau terpaksa dipotong untuk menghindari kerugian lebih lanjut.

Perkembangan Peternak Sapi Potong, Sapi Perah dan Kelompok Tani

Mempelajari perkembangan jumlah peternak juga merupakan aspek yang penting dalam mengkaji keragaan peternakan, termasuk peternakan sapi. Hal ini terutama jika dikaitkan dengan aspek lain seperti populasi ternak dan penyaluran kredit. Dengan mengkaitkan perkembangan jumlah peternak dengan perkembangan populasi ternak sapi dapat mengidentifikasi skala usaha dimana skala usaha akan menentukan tingkat efisiensi usaha yang pada gilirannya akan mempengaruhi daya saing produk. Secara umum, usaha ternak sapi merupakan sumber pendapatan penting masyarakat di Jawa Tengah dimana jumleh peternak sapai merupakan terbesar kedua setelah jumlah rumah tangga usaha

pertanian tanaman pangan. Gambaran detail mengenai perkembangan jumlah peternak dan kaitannya dengan populasi dan kredit program KKPE di Jawa Tengah untuk sapi potong dapat dilihat pada Gambar 15 dan untuk sapi perah dapat dilihat pada Gambar 16.

Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 – 2014

Gambar 15 Perkembangan jumlah peternak, populasi dan pemilikan sapi potong per peternak tahun 2009 - 2013

Gambar 15 memperlihatkan perkembangan jumlah peternak sapi potong di Jawa Tengah dalam kurun waktu 2009-2013 yang juga dikaitkan dengan perkembangan populasi sapi potong serta penyaluran kredit program KKPE. Dalam kurun waktu 2009- 2013, baik jumlah peternak sapi potong maupun jumlah peternak sapi perah mengalami pertumbuhan yang positif, hanya pertumbuhan jumlah peternak sapi perah relatif kecil. Jumlah peternak sapi potong mengalami pertumbuhan yang positif dari 617,029 orang pada tahun 2009 menjadi 887,837 orang pada tahun 2013 dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 11.4 persen per tahun. Sementara jumlah peternak sapi perah mengalami pertumbuhan yang positif dari 48.168 orang pada tahun 2009 menjadi 53,578 orang pada tahun 2013 dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 3.29 persen per tahun. Namun demikian, sebetulnya baik jumlah peternak sapi potong maupun sapi perah dalam dua tahun terakhir mengalalami penurunan, akan tetapi karena peningkatan jumlah peternak di tahun 2011 begitu besar, jauh lebih besar daripada tahun sebelumnya maka rata-rata pertumbuhan per tahun tetap positif.

Secara umum, nampaknya pertumbuhan jumlah peternak baik sapi perah maupun sapi potong sejalan dengan pertumbuhan populasi dan kredit kecuali di tahun 2012, artinya naik turunnya jumlah peternak seiring dengan naik turunnya populasi dan jumlah kredit KKPE ternak sapi yang dikucurkan (Gambar 15 dan Gambar 16). Jumlah peternak sapi dalam kurun waktu 2009-2013 cenderung meningkat, kecuali di tahun 2013 yang mengalami penurunan. Oleh karena itu, rata-rata pemilikan jumlah sapi per peternak baik untuk sapi potong maupun untuk sapi perah, sejak ada penyaluran kredit KKPE (2009- 2013) nampaknya tidak sejalan dengan pertumbuhan kredit KKPE ternak sapi. Rata-rata jumlah pemilikan sapi perah maupun sapi potong per peternak hampir tidak berubah,

relatif kecil dan cenderung menurun. Untuk rata-rata pemilikan ternak sapi potong per peternak menurun dari 2.5 ekor di tahun 2009 menjadi 1.8 ekor di tahun 2013; sementara untuk rata-rata pemilikan ternak sapi perah per peternak menurun dari 2.5 ekor di tahun 2009 menjadi 2.4 ekor di tahun 2013.

Gambar 16 Perkembangan jumlah peternak, populasi dan rata-rata pemilikan sapi perah per peternak tahun 2009 – 2013

Sejalan dengan sebaran populasi ternak sapi secara spasial, peternak sapi tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan jumlah terbanyak terdapat pada kabupaten dengan populasi ternak sapi terbanyak atau sentra produksi sapi baik untuk sapi potong maupun sapi perah (Tabel 9 dan Tabel 10). Peternak sapi potong terkonsentrasi di lima sentra produksi ternak sapi potong yaitu Kabupaten Blora, Wonogiri, Grobogan, Rembang dan Boyolali. Sekitar 50 persen peternak sapi potong di Jawa tengah berada di lima kabupaten sentra produksi tersebut dan begitu pula dengan populasi ternaknya. Tidak jauh berbeda dengan penyebaran spasial peternak sapi potong, peternak sapi perah juga terkonsentrasi di sentra produksi sapi perah yaitu Kabupaten Boyolali, Semarang, Klaten, Salatiga dan Banjarnegara. Khusus untuk sapi perah, baik populasi ternak maupun peternaknya sangat terkonsentarsi di Kabupaten Boyolali. Berbeda dengan empat kabupaten sentra produksi lainnya, Kabupaten Banjarnegara merupakan sentra produksi baru yang meningkat populasinya terutama setelah adanya penyaluran kredit KKPE.

Fakta bahwa peternak sapi terkonsentrasi di sentra produksi ternak mengindikasikan bahwa populasi ternak yang besar di kabupaten sentra produksi bukan disebabkan karena pemilikan ternak yang besar atau karena skala usaha yang besar tetapi lebih disebabkan banyaknya penduduk yang beternak sapi (Tabel 9 dan Tabel 10). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pemilikan ternak. Secara umum, rata-rata jumlah pemilikan ternak sapi per peternak atau skala usaha di sentra produksi lebih kecil daripada di non sentra produksi baik untuk sapi perah maupun untuk sapi potong. Di samping itu, secara umum skala usaha sapi perah sedikit lebih besar daripada skala usaha sapi potong. Di sentra produksi sapi potong, rata-rata pemilikan ternak sapi potong per peternak sekitar 2

Tabel 9 Jumlah dan pertumbuhan peternak sapi potong serta pemilikan sapi potong per peternak di Jawa Tengah, tahun 2009 - 2013

Keterangan: ( ) menunjukan nilainya negatif

* = pemilikan sapi tahun 2013 (ekor/peternak)

Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 – 2014

ekor per peternak; sementara di beberapa kabupaten/kota lainnya, pemilikan sapi potong ada yang lebih dari 3 ekor bahkan mencapai 6 ekor per peternak. Hal yang sama terjadi untuk sapi perah, di sentra produksi sapi perah, rata-rata pemilikan ternak sapi perah per peternak kurang dari 3 ekor per peternak dan sebaliknya di sebagian besar kabupaten di daerah non sentra produksi. Di sebagian besar kabupaten, rata-rata pemilikan sapi potong per peternak adalah sekitar 2-3 ekor dan yang tertinggi hanya mencapai 6 ekor. Begitu juga

Kab/ Kota 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumb

(%/thn) Pemilikan* Cilacap 3,706 5,818 8,802 8,802 7,201 22.5 2.2 Banyumas 7,416 7,416 8,794 8,881 7,488 1.0 2.0 Purbalingga 2,928 2,928 7,593 2,928 6,321 53.4 2.0 Banjarnegara 22,726 24,431 20,226 20,160 19,231 (3.7) 1.7 Kebumen 13,810 21,762 51,660 39,624 40,469 43.5 1.5 Purworejo 6,806 6,816 10,406 10,406 7,944 7.3 1.7 Wonosobo 18,574 18,628 15,963 16,275 13,006 (8.0) 1.7 Magelang 36,882 37,150 42,113 47,998 39,996 2.8 1.5 Boyolali 40,570 40,563 49,655 49,665 48,043 4.8 1.8 Klaten 21,213 21,374 45,327 45,514 39,504 25.0 2.0 Sukoharjo 10,639 11,558 16,801 16,810 13,564 8.7 1.9 Wonogiri 56,452 56,452 100,453 100,435 91,934 17.4 1.7 Karanganyar 25,852 24,241 37,927 38,062 33,409 9.6 1.8 Sragen 37,194 37,233 57,431 57,693 46,729 9.0 1.8 Grobogan 50,869 52,111 105,525 105,380 81,256 20.5 1.7 Blora 87,198 99,254 118,825 118,850 99,182 4.3 2.0 Rembang 44,939 46,041 67,551 67,624 57,872 8.7 2.0 Pati 38,092 36,546 55,900 52,365 45,384 7.3 1.8 Kudus 5,842 5,864 6,117 3,387 5,404 4.9 1.8 Jepara 15,356 13,233 25,155 25,302 20,496 14.5 1.9 Demak 852 1,006 1,179 1,145 1,201 9.3 3.2 Semarang 34,835 37,339 28,578 29,668 27,240 (5.2) 1.9 Temanggung 12,006 20,465 23,011 22,920 17,164 14.3 1.6 Kendal 415 10,177 14,588 7,216 10,830 598.8 1.7 Batang 7,877 7,870 13,048 12,233 9,792 9.9 1.7 Pekalongan 6,454 6,464 9,944 9,944 9,483 12.3 2.0 Pemalang 2,788 2,788 5,345 5,428 4,076 17.1 2.0 Tegal 2,232 2,296 3,939 3,939 3,237 14.2 2.8 Brebes 157 11,284 13,831 1,487 10,971 1,914.6 2.6 Magelang 46 55 54 53 32 (5.9) 5.0 Surakarta 402 407 323 305 286 (7.8) 2.8 Salatiga 883 893 722 722 630 (7.7) 2.0 Semarang 936 704 1,306 1,360 1,099 11.4 4.2 Pekalongan 70 71 76 76 50 (6.4) 6.1 Tegal 12 18 36 39 20 27.4 6.2 Jumlah 617,029 671,256 968,204 932,696 820,544 - 1.8 Pert(%/thn) - 8.8 44.2 (3.7) (12.0) 9.3 -

untuk sapi perah, di sebagian besar kabupaten, rata-rata pemilikan sapi potong per peternak adalah sekitar 2-3 ekor, namun cukup banyak kabupaten yang rata-rata skala usaha peternaknya lebih dari 5 ekor dan khusus untuk Kabupaten Grobogan dan Kota Surakarta, skala usaha peternaknya lebih dari 20 ekor. Kabupaten yang peternaknya memiliki skala usaha yang relatif besar bukan merupakan sentra produksi dan jumlah peternak biasanya relatif sedikit, kurang dari 10 orang.

Tabel 10 Jumlah dan pertumbuhan peternak sapi perah serta pemilikan sapi perah per peternak di Jawa Tengah, tahun 2009 - 2013

No. Kabupaten/Kota Sapi Perah Pertumb (%/thn) Pemilikan ternak (ekor/peternak) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Kab. Cilacap 1 3 8 3 42 401.0 2.3 2 Kab. Banyumas 180 180 203 217 269 10.9 8.2 3 Kab. Purbalingga 47 47 19 58 60 37.3 2.7 4 Kab. Banjarnegara 3 6 1,842 1,971 725 7,660.9 1.6 5 Kab. Kebumen 1 1 3 1 87 2,183.3 1.6 6 Kab. Purworejo 4 4 13 8 62 215.4 2.1 7 Kab. Wonosobo 30 31 908 674 500 695.2 2.1 8 Kab. Magelang 156 156 2,328 2,303 1,052 334.2 1.6 9 Kab. Boyolali 29,183 29,193 35,221 35,221 27,699 (0.2) 2.2 10 Kab. Klaten 2,043 2,017 2,047 2,062 1,404 (7.7) 2.9 11 Kab. Sukoharjo 4 5 23 23 93 172.3 2.8 12 Kab. Wonogiri - - 7 30 124 160.5 1.3 13 Kab. Karanganyar 13 13 42 37 76 79.1 5.6 14 Kab. Sragen 4 4 5 5 170 831.3 1.2 15 Kab. Grobogan 3 3 11 10 9 61.9 22.7 16 Kab. Blora 3 2 4 11 3 42.2 8.0 17 Kab. Rembang 1 1 3 6 3 62.5 3.3 18 Kab. Pati 46 46 59 40 34 (4.7) 6.3 19 Kab. Kudus 17 17 29 35 27 17.1 9.4 20 Kab. Jepara 2 2 4 2 88 1,087.5 1.2 21 Kab. Demak 6 5 5 3 36 260.8 1.9 22 Kab. Semarang 11,817 12,666 14,750 12,235 8,761 (5.5) 2.5 23 Kab. Temanggung 5 5 45 10 252 785.6 2.5 24 Kab. Kendal 41 108 42 16 75 102.3 3.1 25 Kab. Batang 8 3 12 6 62 280.2 2.1 26 Kab. Pekalongan 9 9 18 18 174 241.7 2.1 27 Kab. Pemalang 1 2 7 1 5 166.1 4.0 28 Kab. Tegal 9 9 15 8 43 114.4 5.0 29 Kab. Brebes 3 13 6 6 15 107.4 3.2 30 Kota Magelang 5 5 5 3 4 (1.7) 5.5 31 Kota Surakarta 7 7 6 7 5 (6.5) 20.0 32 Kota Salatiga 4,261 4,334 1,948 1,948 1,477 (19.4) 2.3 33 Kota Semarang 230 294 477 467 355 16.0 4.1 34 Kota Pekalongan 23 26 28 28 19 (2.9) 14.1 35 Kota Tegal 2 1 2 2 3 25.0 9.0 Jumlah 48,168 49,218 60,145 57,475 43,813 2.4 Pertumbuhan (%/thn) 2.18 22.20 4.44 23.77 (1.0) Keterangan: ( ) menunjukan nilainya negatif

Kondisi rata-rata pemilikan ternak sapi yang demikian mengindikasikan bahwa di satu pihak penyaluran kredit KKPE tidak hanya diberikan kepada peternak yang sudah ada tetapi juga diberikan kepada peternak baru dan di pihak lain, dimungkinkan karena jumlah peternak yang mendapatkan kredit KKPE masih relatif kecil. Kenyataan ini didukung oleh hasil temuan lapang dimana di Kabupaten Semarang, beberapa responden penerima kredit program KKPE ternak sapi merupakan penduduk yang belum pernah beternak sapi. Sementara itu, jika dihitung dari nilai kredit yang tersalurkan dan nilai maksimum kredit yang dapat diambil oleh seorang peternak jumlah peternak yang memanfaatkan kredit KKPE masih relatif kecil atau sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah peternak yang ada. Sebagai contoh di tahun 2013 jumlah peternah sapi potong dan sapi perah adalah 941,415 orang dan jumlah kredit KKPE yang disalurkan di tahun tersebut adalah Rp.171.1 milyar atau kumulatif Rp.613.5 milyar. Maka dengan nilai maksimum kredit per peternak sebesar Rp.50 juta, jumlah peternak maksimum yang dapat menerima kredit KKPE adalah 12,270 orang dan ini berarti hingga tahun 2013, jumlah peternak yang sudah menerima kredit KKPE adalah baru sekitar 1.3 persen.

Dalam kurun waktu 2009-2013, secara umum jumlah peternak sapi potong mengalami pertumbuhan yang positif dan sebaliknya dengan jumlah peternak sapi perah, namun demikian jika ditinjau secara spasial, terdapat kabupaten yang mengalami pertumbuhan yang positif dan terdapat kabupaten yang mengalami pertumbuhan yang negatif. Terdapat 8 kabupaten yang jumlah peternak sapi perahnya mengalami pertumbuhan yang negatif dan 4 kabupaten diantaranya adalah kabupaten sentra produksi sapi perah dengan penurunan yang relatif besar. Sedangkan 7 kabupaten yang pertumbuhan jumlah peternak sapi potong per tahunnya bernilai negatif, semuanya bukan merupakan kabupaten sentra produksi sapi potong dan penurunannya realtif kecil. Oleh karena itu secara total, pertumbuhan jumlah peternak sapi perah di Jawa Tengah bernilai negatif. Pertumbuhan yang negatif di beberapa kabupaten, umumnya disebabkan penurunan jumlah peternak di tahun 2012 dan 2013.

Sebagaimana terlihat pada Tabel 11 walaupun ternak sapi potong maupun sapi perah tersebar di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah, namun tidak semua peternak tergabung dalam kelompok tani. Tergabung dalam kelompok tani merupakan syarat utama peternak dalam mendapatkan kredit KKPE, walaupun dewasa ini penyaluran kredit KKPE boleh secara perorangan dan ini sangat tergantung pada lembaga kreditnya. Berdasarkan informasi di lapangan, sebetulnya kelompok tani ternak ini adalah kelompok tani yang dibentuk sudah sangat lama khususnya ketika ada bantuan pemerintah yang mana bantuan tersebut harus disalurkan melalui kelompok tani. Kelompok tani ini dibentuk harus berdasarkan SK Bupati setempat. Oleh karena itu kabupaten yang tidak ada kelompok taninya, bisa jadi peternak di daerah tersebut belum menerima kredit KKPE dan kelompok tani yang lama tidak aktif. Jika dilihat dari rata-rata jumlah anggota per kelompok tani, hampir di setiap kabupaten/kota jumlah anggota per kelompok tani relatif besar. Hal ini kemungkinan, tidak semua peternak merupakan anggota kelompok tani yang terdaftar dan kelompok tani yang terdaftar merupakan kelompok tani penerima bantuan apakah bantuan program KKPE atau lainnya. Untuk sapi perah, banyak kabupaten yang tidak ada kelompok peternaknya, hal ini dimungkinkan karena peternaknya sendiri tidak ada.

Tabel 11 Jumlah kelompok tani ternak sapi potong dan sapi perah serta jumlah peternak per kelompok menurut kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2013

No. Kabupaten/Kota Jumlah Kelompok

Anggota per kelompok (orang/kelompok) Sapi Potong Sapi Perah Sapi Potong Sapi Perah

1 Kab. Cilacap 19 - 22 - 2 Kab. Banyumas 87 19 21 19 3 Kab. Purbalingga 134 13 18 16 4 Kab. Banjarnegara 85 - 29 - 5 Kab. Kebumen 528 - 20 - 6 Kab. Purworejo 78 - 36 - 7 Kab. Wonosobo 69 11 47 19 8 Kab. Magelang - - - - 9 Kab. Boyolali 82 87 31 30 10 Kab. Klaten 18 7 28 87 11 Kab. Sukoharjo - - - - 12 Kab. Wonogiri 206 - 16 - 13 Kab. Karanganyar 120 - 22 - 14 Kab. Sragen 98 - 15 - 15 Kab. Grobogan 160 - 18 - 16 Kab. Blora - - - - 17 Kab. Rembang 130 - 20 - 18 Kab. Pati 4 63 23 18 19 Kab. Kudus 20 - 85 - 20 Kab. Jepara - - - - 21 Kab. Demak 101 - 49 - 22 Kab. Semarang 231 84 24 25 23 Kab. Temanggung 160 - 40 - 24 Kab. Kendal - - - - 25 Kab. Batang 30 - 14 - 26 Kab. Pekalongan 44 - 17 - 27 Kab. Pemalang 88 1 28 20 28 Kab. Tegal 121 2 44 22 29 Kab. Brebes 103 - 18 - 30 Kota Magelang 1 1 10 20 31 Kota Surakarta 4 - 37 - 32 Kota Salatiga - 49 - 32 33 Kota Semarang 34 12 45 26 34 Kota Pekalongan 1 1 43 15 35 Kota Tegal 1 - 20 - Total 2,757 350 - -

Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 – 2014

Perkembangan Produksi Daging, Susu Sapi dan Harga

Secara umum tujuan dari budidaya sapi adalah menghasilkan daging sapi untuk sapi potong dan menghasilkan susu untuk sapi perah. Karena itu pada bagian ini akan membahas bagaimana perkembangan produksi daging sapi dan susu serta perkembangan harganya dikaitkan dengan populasi sapinya itu sendiri.

Sumber: Statistik Peternakan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 – 2014

Gambar 17 Perkembangan produksi daging sapi, harga dan kaitannya dengan populasi sapi potong di Jawa Tengah tahun 2005 hingga 2013