• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Karakteristik Petani Responden

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu sentra pengembangan kentang di Provinsi Sulawesi Selatan yang saat ini cenderung mengalami penurunan produktivitas. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 107 petani yang terdiri atas 77 petani yang menanam kentang varietas granola dan 30 petani yang menanam kentang varietas kalosi dan diambil secara acak dari dua desa yaitu Desa Masalle dan Desa Tongkonan Basse. Kedua desa tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.

Beberapa karakteristik petani responden yang akan diuraikan adalah : (1) Struktur umur petani responden, (2) Tingkat pendidikan petani responden (3) Pengalaman usahatani petani responden, dan (4) Jumlah anggota keluarga petani responden, (5) luas lahan yang diusahakan petani responden, dan (6) jarak lahan dengan rumah tempat tinggal petani responden.

6.1.1. Umur Petani Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang mepengaruhi kemampuan kerja dan produktivitas seseorang. Seseorang akan mengalami peningkatan kemampuan kerja seiring dengan meningkatnya umur, akan tetapi selanjutnya akan mengalami penurunan kemampuan kerja pada titik umur tertentu. Karena umur mempunyai pengaruh terhadap kematangan berfikir dan kemampuan fisik responden dalam mengelola sebuah usaha. Adapun distribusi petani responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 9.

Umur petani responden di Kabupaten Enrekang sebagian besar berada pada kisaran umur produktif yaitu sebesar 94.81 persen untuk petani responden yang menanam kentang varietas granola dan 100.00 persen untuk petani responden yang menanam kentang varietas kalosi. Rata-rata umur petani responden adalah 42.26 tahun untuk petani responden yang menanam kentang varietas granola dan 40.00 tahun untuk petani responden yang menanam kentang varietas kalosi. Hal ini menunjukkan bahwa baik petani responden yang menanam

kentang varietas granola maupun petani yang menanam kentang varietas kalosi rata-rata masih berumur produktif dan memungkinkan untuk berusaha secara optimal untuk mendapatkan hasil dan keuntungan yang lebih tinggi dan lebih muda menerima perubahan.

Tabel 9. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Umur Pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Umur (tahn) Varietas Granola Varietas Kalosi

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

21 – 25 0 0.00 4 13.33 26 – 30 4 5.19 4 13.33 31 – 35 13 16.88 3 10.00 36 – 40 23 29.87 3 10.00 41 – 45 11 14.29 6 20.00 46 – 50 11 14.29 4 13.33 51 – 55 11 14.29 6 20.00 >56 4 5.19 0 0.00 Total 77 100.00 30 100.00 Rata-rata 42.26 40.00 6.1.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat merubah sikap atau perilaku dan pola fikir. Pendidikan akan memudahkan seseorang menyerap informasi dan inovasi teknologi baru sehingga mempengaruhi mutu dalam pengambilan keputusan. Selain itu tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan tingkat inefisiensi usahatani. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang petani semakin mudah untuk memahami dan menerima inovasi-inovasi baru yang disampaikan kepada mereka. Pendidikan juga dapat dianggap sebagai sarana investasi karena dianggap mampu membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian tenaga kerja sebagai modal untuk dapat bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatkan penghasilannya dimasa yang akan datang.

Pendidikan formal secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang petani karena berkaitan dengan pola pikir dan sistem kerja. Korelasi antara tingkat pendidikan signifikan dengan kemampuan seorang petani dalam pengembangan usahanya. Begitu pula dengan

tingkat pendidikan non formal, biasanya dapat membantu peningkatan pola berfikir dan keterampilan teknis. Adapun distribusi petani responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Tingkat Pendidikan Varietas Granola Varietas Kalosi

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Tidak tamat SD 14 18.18 1 3.33 Tamat SD 33 42.86 16 53.33 Tamat SMP 14 18.18 8 26.67 Tamat SMA 14 18.18 5 16.67 Sarjana 2 2.60 0 0.00 Total 77 100.00 30 100.00 Rata-rata 7.62 8.00

Berdasarkan Tabel 10 dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan petani responden yang menanam kentang varietas granola dan kentang varietas kalosi sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah yaitu tamat SD masing-masing sebesar 33 orang (42.86 persen) yang menanam kentang varietas granola dan yang menanam kentang varietas kalosi 16 orang (53.33 persen). Sedang yang tamat SMP sebanyak 14 orang (18.18 persen) yang menanam kentang varietas granola dan sebanyak 8 orang (26.67 persen) yang menanam kentang varietas kalosi. Pendidikan tertinggi petani yang menanam kentang varietas granola adalah sarjana yaitu sebanyak 2 orang (2.60 persen) sedang pada kentang varietas kalosi adalah SMA yaitu sebanyak 14 orang (18.87 persen). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang dalam menerima pengetahuan, dalam mengadopsi teknologi baru yang bermanfaat bagi perbaikan kegiatan usahanya.

6.1.3. Pengalaman Usahatani Kentang

Pengalaman usahatani kentang adalah lamanya petani responden menggeluti usahatani kentang yang dinyatakan dalam tahun. Pengalaman merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan suatu usahatani. Ada kecenderungan bahwa semakin lama mengelola suatu usahatani, maka seorang petani akan semakin banyak tahu tentang baik buruknya atau cocok tidaknya

usahatani yang dilakukan dan juga akan mengadopsi teknologi yang digunakan pada usahatani yang dilakukannya. Distribusi petani responden berdasarkan pengalaman usahatani dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Pengalaman Usahatani (tahun)

Varietas Granola Varietas Kalosi Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 - 5 9 11.69 8 26.67 6 - 10 43 55.84 8 26.67 11- 15 15 19.48 7 23.33 16 - 20 7 9.09 5 16.67 21 – 25 2 2.60 2 6.67 >25 1 1.30 0 0.00 Total 77 100.00 30 100.00 Rata-rata 10.58 10.00

Berdasarkan Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa pengalaman petani responden yang menanam kentang varietas granola dan kentang varietas kalosi sebagian besar di atas 5 tahun yaitu sebanyak 88.31 persen sedangkan petani yang menanam kentang varietas kalosi sebanyak 73.34 persen. Rata-rata pengalaman berusahatani kentang untuk petani yang menanam varietas granola adalah 10.58 tahun dan petani yang menanam kentang varietas kalosi adalah 10.00 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden memiliki pengalaman yang cukup lama dalam berusahatani kentang. Dengan bekal pengalaman yang cukup akan memudahkan menerima dan memilih inovasi atau teknologi yang sesuai dan tepat untuk digunakan pada usahataninya.

6.1.4. Jumlah Anggota Keluarga

Besar kecilnya jumlah anggota keluarga dalam suatu rumahtangga menunjukkan besarnya beban tanggungan yang harus dipikul kepala keluarga dan sekaligus juga dapat menunjang ekonomi keluarga karena dapat dimanfaatkan pada berbagai jenis aktivitas, namun jumlah anggota keluarga yang besar akan dapat menurunkan tingkat kesejahteraan karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun di sisi lain jumlah anggota

keluarga dalam suatu rumahtangga yang terdiri dari kepala rumahtangga, istri dan anak-anak serta anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan dari kepala keluarga dapat membantu kegiatan produksi kepala rumahtangga termasuk dalam kegiatan usahatani kentang. Adapun distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Jumlah anggota keluarga (orang)

Varietas Granola Varietas Kalosi Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 - 3 22 28.57 4 13.33

4 - 6 53 68.83 22 73.33

7 – 10 2 2.60 4 13.33

Total 77 100.00 30 100.00

Rata-rata 4.00 5.00

Berdasarkan Tabel 10 dapat dijelaskan bahwa umunnya petani responden memiliki jumlah anggota keluarga 4 – 6 orang yaitu sebanyak 53 orang (68.83 persen) untuk petani yang menanam kentang varietas granola dan sebanyak 22 orang (73.33 persen) untuk petani yang menanam kentang varietas kalosi Hal ini menunjukkan bahwa petani responden tidak memiliki kendala dalam ketersediaan tenaga kerja.

6.1.5. Luas Lahan Usahatani

Lahan merupakan salah satu faktor produksi utama untuk mengelola usahatani. Luas lahan usahatani yang dimaksud adalah luas lahan yang dikuasai oleh petani responden. Luas lahan yang dikuasai oleh petani responden meliputi lahan milik sendiri dan lahan sewa. Rata-rata luas lahan yang dikuasai oleh petani responden adalah ha 0.62 hektar untuk petani responden yang menanam varietas kentang granola dan 0.59 hektar untuk petani responden yang menanam kentang varietas kalosi. Hasil ini menunjukkan bahwa luas lahan yang dikuasai oleh petani sudah sempit dan dapat menjadi kendala dalam meningkatkan kapasitas produksi usahataninya. Adapun distribusi petani responden berdasarkan luas lahan yang dikuasai dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani yang Dikuasai Pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Luas lahan yang dikuasai (ha)

Varietas Granola Varietas Kalosi Jumlah Persentase Jumlah Persentase

0.10 – 0.40 12 15.58 8 26.67 0.41 – 0.80 48 62.34 18 60.00 0.81 – 1.20 16 20.78 3 10.00 ≥ 1.21 1 1.30 1 3.03 Total 77 100.00 30 100.00 Rata-rata 0.62 0.59

6.1.6. Jarak Lahan Usahatani dengan Rumah

Jarak lahan usahatani dengan rumah petani bervariasi antara 100 sampai dengan 2 500 meter. Adapun distribusi responden berdasarkan jarak lahan usahatani dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jarak Lahan Usahatani dengan Rumah Pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Jarak Lahan Usahatani dengan

Rumah (m)

Varietas Granola Varietas Kalosi Jumlah Persentase Jumlah Persentase

100 – 500 11 14.29 8 26.67 501 – 1000 33 42.86 7 23.33 1001 – 1500 23 29.87 8 26.67 1501 - 2000 8 10.39 6 20.00 2001- 2500 2 2.60 1 3.33 > 2500 0 0 0 0 Total 77 100.00 30 100.00 Rata-rata 1 142.86 1 178.00

Rata-rata jarak lahan usahatani dengan rumah petani responden yang menanam kentang varietas granola dan kentang varietas kalosi adalah masing- masing 1 142.86 meter dan 1 178.00 meter. Hal ini menunjukkan bahwa jarak lahan usahatani dengan rumah petani responden cukup jauh.

6.2. Deskripsi Usahatani Kentang di Lokasi Penelitian

Kentang merupakan jenis tanaman yang tidak dapat tumbuh di sembarang tempat. Meskipun kentang dapat tumbuh di daerah tropis tetap membutuhkan kondisi daerah yang berhawa dingin. Oleh karena itu kentang dapat tumbuh di tempat-tempat yang cukup tinggi seperti di daerah pegunungan dengan ketinggian 1 000 – 1 300 m dpl. Usahatani kentang yang dilakukan oleh petani di Kabupaten Enrekang di lakukan pada daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 1 000 m dpl.

Usahatani kentang di Kabupaten Enrekang umumnya diusahakan hanya sekali dalam setahun yaitu akhir musim hujan dan awal musim kemarau. Selain mengusahakan komoditi kentang, petani juga mengusahakan tanaman lain seperti kubis, daun bawang, tomat, bawang merah, wortel dan cabe.

Dari tahun ke tahun produktivitas usahatani kentang di Kabupaten Enrekang cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena semakin menurunnya luas areal tanam dan kurangnya persediaan bibit kentang yang unggul di wilayah tersebut. Petani yang menanam kentang granola hanya menggunakan bibit kentang yang sudah tidak unggul (tingkatan generasinya sudah tidak diketahui). Jika petani ingin menanam bibit kentang yang lebih bagus (unggul) maka mereka harus membeli dari luar daerah seperti di Kabupaten Gowa atau dari Pangalengan Propinsi Jawa Barat. Artinya bahwa jika petani akan menggunakan bibit yang unggul maka mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk membeli bibit unggul dari luar Kabupaten Enrekang. Umumnya petani di wilayah penelitian tidak memiliki modal yang cukup untuk membeli bibit ungggul dari luar daerah karena rata-rata mereka memiliki lahan yang sempit dan belum ada yang akses terhadap kredit.

Untuk meningkatkan produktivitas kentang di Kabupaten Enrekang maka diperlukan introduksi teknologi baru yaitu ketersediaan bibit unggul. Oleh karena itu sejak tahun 2008 pemerintah daerah Kabupaten Enrekang bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi di Kota Makassar (Universitas Hasanuddin) mengembangkan bibit kentang unggul yaitu bibit kentang varietas kalosi. Melalui kerja sama tersebut maka bibit kentang varietas kalosi dapat dimurnikan kembali dengan sistem Elisa, PCR dan perbanyakan massal dengan sistem kultur jaringan.

Kentang varietas kalosi adalah kentang unggulan lokal masyarakat Kabupaten Enrekang yang sejak zaman Belanda dibudidayakan di dataran tinggi pegunungan Latimojong. Dinamakan kentang kalosi karena kentang ini pertama kali diperjualbelikan di daerah Kalosi, Kecamatan Alla. Keunggulan kentang kalosi adalah mutu yang sangat baik, produksi tinggi, pulen dan padat pati (cocok untuk terapi diabetes), dan kadar air rendah sehingga selain digunakan sebagai sayuran juga digunakan untuk pembuatan perkedel atau gorengan lainnya termasuk keripik. Selain itu kentang kalosi juga terkenal dengan warna merah maron (seperti warna lipstik) disekitar mata tunas sebagai ciri khasnya.

Dipasaran, kentang varietas kalosi harganya cenderung lebih mahal dibanding kentang sayuran lainnya. Dengan struktur tanah liat dan berkapur yang dimiliki Kabupaten Enrekang maka berpengaruh pada cita rasa kentang varietas kalosi yang enak dan harum sehingga tidak salah jika kentang tersebut sangat diminati oleh para konsumen khususnya masyarakat Kabupaten Enrekang dan wisatawan Asing.

Selanjutnya pada bagian ini akan diuraikan tentang proses budidaya usahatani kentang berdasarkan pola budidaya yang dilakukan oleh petani responden di daerah penelitian. Proses budidaya usahatani kentang dimulai dari tahap persiapan lahan sampai tahap pemanenan. Pada bagian ini tidak diuraikan secara terpisah tentang usahatani kentang varietas kalosi dan usahatani kentang varietas granola karena tidak terdapat perbedaan dalam pola budidayanya.

6.2.1. Persiapan lahan dan Penanaman

Kegiatan persiapan lahan terdiri atas pembersihan gulma dan pengolahan lahan. Pembersihan gulma dilakukan dengan menggunakan cangkul dan proses pengolahan (penggemburan tanah) dilakukan dengan menggunakan garpu. Waktu yang dibutuhkan pada proses pembersihan gulma tidak terlalu lama jika lahan yang akan ditanami kentang merupakan lahan yang pernah ditanami tanaman lain sebelumnya. Namun jika lahan itu merupakan lahan yang baru akan ditanami (belum pernah ditanami sebelumnya) maka waktu yang dibutuhkan untuk persiapan lahan agak lama. Pada kegiatan pengolahan lahan selain menggunakan tenaga kerja dalam keluarga juga sering menggunakan tenaga kerja luar keluarga.

Setelah proses penggemburan tanah selesai selanjutnya dilakukan pembuatan guludan dengan lebar sekitar 50 - 70 cm (jarak antara guludan) dan panjang guludan disesuaikan dengan kondisi lahan. Pembuatan guludan dilakukan sekitar kurang lebih seminggu setelah pencangkulan atau penggemburan lahan.

Setelah pengolahan lahan dan pembuatan guludan selesai maka selanjutnya adalah dilakukan penanaman. Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu bibit disimpan atau didormansi selama 2 – 3 bulan supaya keluar tunas. Umumnya petani melakukan peenyimpanan bibit tidak sesuai dengan anjuran yaitu bibit di atas lantai tanah dan diberi fungisida atau insektisida. Sementara yang dianjurkan adalah bibit disimpan di atas para-para (tempat yang terbuat dari bambu) sehingga pertumbuhan tunas lebih baik dan diberi fungisida atau insektisida.

Jarak tanam yang digunakan oleh responden bervariasi yaitu 40 x 80 cm, 40 x 70 cm, 20x 80 cm. Bibit ditanam dengan kedalaman 15 – 20 cm. Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan pemberian pupuk kandang pada setiap guludan. Penggunaan pupuk kandang rata-rata masih dibawah dosis yang dianjurkan yaitu 9 460.28 kilogram per hektar pada kentang varietas granola dan 9635.66 kilogram per hektar pada kentang varietas kalosi sedang yang dianjurkan 20 000 kilogram per hektar. Setelah pemberian pupuk kandang, jika tidak ada hujan maka dilakukan penyiraman sebelum penanaman bibit.

Pada proses pengolahan lahan dan penanaman selain menggunakan tenaga kerja dalam keluarga juga menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 180.52 HKSP untuk kentang varietas granola dan 185.07 HKSP untuk kentang varietas kalosi. Penggunaan tenaga kerja terdiri atas tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga (TKLK). Pada umumnya petani responden lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dibanding tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang lebih banyak dibanding tenaga kerja luar keluarga diduga karena jumlah anggota keluarga petani rata-rata 4 – 5 orang yang dapat mencukupi kebutuhan tenaga kerja pada usahatani kentang.

Penggunaan tenaga kerja luar keluarga biasanya pada tahap pengolahan lahan, penanaman, panen dan dikerjakan secara gotong royong (saling membantu sesama petani). Jika menggunakan tenaga kerja yang di sewa maka upahnya

sebesar Rp 30 000 per hari. Meskipun kadang menggunakan tenaga upahan, akan tetapi sistem saling membantu (sistem gotong royong) masih tinggi di daerah penelitian ini.

6.2.2. Pemupukan

Pupuk yang digunakan pada usahatani kentang teridiri atas pupuk organik dari kotoran ayam dan pupuk anorganik yaitu urea, phonska, TSP, ZA. Namun dari hasil survei menunjukkan bahwa pupuk anorganik yang banyak digunakan oleh petani responden adalah pupuk urea dan phonska. Sedang pupuk ZA, TSP hanya sebagian kecil petani responden yang menggunakannya.

Dosis penggunaan pupuk organik yang digunakan petani masih belum sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Penggunaan pupuk organik yang masih belum sesuai dengan dosis anjuran disebabkan oleh karena petani tidak memiliki modal yang cukup untuk membeli input tersebut. Pupuk organik yang digunakan petani adalah pupuk organik kotoran ayam yang dibeli dari peternak ayam di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sidrap yang merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Enrekang.

Untuk penggunaan pupuk anorganik juga masih belum sesuai dengan dosis yang dianjurkan yaitu rata-rata petani menggunakan pupuk urea 201.75 kilogram per hektar untuk varietas kentang granola dan 210.42 kilogram per hektar untuk kentang varietas kentang kalosi sedang pupuk phonska hanya 337.61 kilogram per hektar untuk varietas kentang granola dan 310.97 kilogram per hektar untuk varietas kentang kalosi. Sedangkan dosis yang dianjurkan adalah urea 250 kilogram per hektar dan pupuk phonska 400 kilogram per hektar. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam dan umur 45 hari setelah tanam.

Penanaman kentang di Kecamatan Masalle umumnya hanya dilakukan sekali setahun. Sebab jika lahan ditanami tanaman yang sama secara berturut-turut dan menanam tanaman yang jenis penyakit menyerang tanaman tersebut sama akan menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit. Misalnya setelah tanam kentang maka tidak boleh menanam tomat atau sebaliknya pada musim tanam berikutnya. Oleh karena itu setelah lahan ditanami kentang harus dilakukan

pergiliran tanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Biasanya setelah menanam kentang, petani menanam kol, wortel, tomat, cabai dan bawang daun.

6.2.3. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan terdiri atas penyiangan rumput, pembumbunan, penyemprotan dan pengairan. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput yang tumbuh disekitar tanaman kentang sehingga pertumbuhan tanaman kentang tidak terganggu. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul. Pada saat penyiangan, rumput yang hasil penyiangan tidak langsung disingkirkan dari lahan karen dapat berguna sebagai pupuk kompos.

Pembumbunan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 15 HST dan 45 HST. Biasanya petani melakukan pembumbunan pada saat melakukan pemupukan. Tujuan pembumbunan adalah untuk menutup pangkal batang dan akar-akar bagian atas agar tanaman lebih kuat.

Kegiatan pengairan dilakukan sesuai dengan kondisi curah hujan. Jika kondisi curah hujan bagus maka pengairan dilakukan sekali seminggu dengan menggunakan springkel dan jika curah hujan kurang bagus, pengairan dilakukan dua kali seminggu. Sumber air yang digunakan oleh petani adalah dari pegunungan sehingga pada saat curah hujan kurang bagus atau musim kemarau sering petani kesulitan air dan sebaliknya pada saat musim hujan kelebihan air. 6.2.4. Panen

Tanaman kentang dapat dipanen pada umur 100 – 120 hari setelah tanam. Umbi yang dipanen muda akan mudah kehilangan bobotnya karena penguapan. Ciri-ciri kentang yang sudah dapat dipanen adalah daunnya sudah menguning rata dan kulit umbi sudah kuat, tidak mudah lecet sehingga tidak gampang terluka jika terkena gesekan. Panen kentang dilakukan dengan menggunakan cangkul atau kayu yang ujungnya agak runcing untuk memudahkan menggali guludan. Pada saat panen dengan menggunakan cangkul atau kayu harus dilakukan secara hati- hati agar tidak melukai umbi kentang. Panen dilakukan dengan sistem gotong

royong (saling membantu sesama petani) sehingga pada saat panen, petani tidk menngunakan tenaga kerja yang diupah.

Kentang yang sudah dipanen dimasukkan dalam karung jala untuk diangkut ke rumah dan dilakukan pembersihan dan sortasi. Harga kentang bervariasi karena petani tidak bersamaan melakukan panen. Adapun harga kentang pada saat melakukan penelitian yaitu untuk kentang varietas granola adalah Rp 4 500 – 7 500 per kilogram sedang harga kentang varietas kalosi adalah Rp 3 500 – 8 000 per kilogram.

6.3. Penggunaan Teknologi Produksi dan Produktivitas Usahatani Kentang

Penggunaan teknologi produksi dan produktivitas pada usahatani kentang adalah penggunaan input yang digunakan dalam menghasilkan output pada usahatani kentang mencakup bibit, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk kandang, fungisida dan insektisida. Adapun rata-rata penggunaan input pada usahatani kentang dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata Produktivitas dan Penggunaan Berbagai Macam Input per Hektar pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Uraian Varietas Granola Varietas Kalosi Dosis anjuran 1. Input : Bibit (kg) 1 001.03 991.14 1 200 – 1500a Tenaga kerja (HKSP) 180.52 185.07 272b Urea (kg) 201.75 210.42 250a Phonska (kg) 337.61 310.97 400c Pupuk kandang (kg) 9 460.28 9 646.77 20 000a Fungisida (kg) 6.09 8.99 60b Insektisida cair (ltr) 2.26 3.20 30b 2. Produktivitas (kg) 6 137.43 10 797.49 15 000b

Keterangan : a = BPTP Provinsi Sulawesi Selatan, 2012 b = Idawati, 2012

c = Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Masalle.

Pada Tabel 15 dapat dijelaskan bahwa rata-rata tingkat penggunaan bibit pada kentang varietas granola adalah 1 001.03 kilogram sedang untuk kentang varietas kalosi adalah 991.14 kilogram per hektar. Penggunaan bibit pada kentang varietas kalosi maupun kentang varietas granola masih rendah dari dosis yang

dianjurkan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan (BPTP Sulsel) yaitu 1 200 – 1 500 kilogram per hektar.

Meskipun sudah ada tempat pembibitan atau instalasi benih kentang untuk varietas kalosi yang dibangun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang, namun jumlah bibit yang dihasilkan masih rendah. Hal ini disebabkan karena lahan untuk pembibitan masih terbatas dan tenaga kerja yang digunakan masih kurang.

Pupuk anorganik yang digunakan untuk usahatani kentang bermacam- macam, diantaranya urea, phonska, ZA, TSP, SP36, KCl. Akan tetapi tidak semua responden menggunakan semua jenis pupuk anorganik tersebut. Mayoritas petani responden baik yang menanam kentang varietas granola maupun kentang varietas kalosi hanya menggunakan pupuk urea dan phonska.

Rata-rata penggunaan pupuk urea pada kentang varietas kalosi adalah 210.42 kilogram per hektar dan untuk kentang varietas granola rata-rata 201.75 kilogram per hektar. Jika dibandingkan dengan dosis pemupukan yang direkomendasikan oleh BPTP Sulsel maka dosis tersebut masih dibawah anjuran yaitu 250 kilogram per hektar. Sedangkan untuk penggunaan pupuk phonska rata-

Dokumen terkait