• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerahasiaan, Pengamanan, dan Keterbatasan Akses

Individu dalam KJA tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang bersi-fat rahasia tanpa persetujuan dari klien. Individu dalam KJA harus melindungi dan men-jaga informasi klien yang wajib untuk dirahasiakan dan dilindungi berdasarkan peratu-ran perundang-undangan, Kode Etik Akuntan Profesional, ketentuan internal KJA, atau perjanjian tertentu dengan klien.

Informasi klien dan semua informasi pribadi yang diperoleh selama perikatan hanya digunakan atau diungkapkan untuk tujuan pada saat informasi tersebut didapatkan. Informasi klien dan individu hanya akan disimpan berdasarkan ketentuan peraturan pe-rundang-undangan dan kebijakan pemeliharaan dan akses di dalam KJA.

Pimpinan KJA akan mengkomunikasikan kebijakan dan menyediakan akses terhadap informasi berdasarkan pedoman dan ketentuan dalam Panduan SPM atau dokumen lain agar diketahui dan dipahami oleh staf.

Kebijakan KJA juga mengharuskan penyimpanan dan penanganan berkas internal ataupun dokumen-dokumen milik klien untuk menjaga dan melindungi informasi terse-but dari akses pihak yang tidak berkepentingan.

Pimpinan KJA mengharuskan staf menyampaikan surat pernyataan kerahasiaan pada saat rekrutmen. Setiap staf harus memahami dan mematuhi kebijakan KJA ten-tang kerahasiaan.

E. Perilaku Profesional

Setiap individu dalam KJA wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi dan KJA dan bertindak sesuai dengan Kode Etik Akuntan Profesional, serta mematuhi kebijakan dan prosedur yang diatur oleh KJA.

Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh individu dalam KJA harus mendapatkan konsekwensi berupa:

a. Peringatan ringan, berupa teguran lisan, memberikan arahan dan peringatan untuk tidak mengulangi.

b. Peringatan berat dengan menerbitkan “Surat Peringatan” yang dapat berujung pada pemantauan hubungan kerja dan atau diarahkan pada pengunduran diri atau PHK.

c. Pemutusan hubungan kerja seketika.

d. Ketika pelanggaran etika oleh tim KJA terkait dengan unsur pidana dan kriminal, KJA akan tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

14

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

16

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

KJA hanya akan melaksanakan atau melanjutkan hubungan dan perikatan hanya ketika KJA mempunyai kompetensi & kapabilitas untuk melaksanakan perikatan ter-masuk waktu dan sumber daya untuk melaksanakannya, mampu mematuhi ketentuan yang tercantum dalam Kode Etik Akuntan Profesional, serta telah meyakini integritas dari klien.

KJA harus memenuhi kebijakan dan prosedur dalam penerimaan dan keberlanjutan hubungan klien dengan cara memperoleh informasi yang diperlukan sebelum menerima perikatan dari klien baru, memutuskan keberlanjutan perikatan yang ada, dan memper-timbangkan penerimaan perikatan baru dari klien yang ada.

Berikut adalah contoh untuk syarat penerimaan klien:

1. Calon klien haruslah klien yang dipandang oleh KJA memiliki kompetensi dan pe-ma-haman yang mencukupi untuk melakukan pekerjaan perikatan jasa dengan KJA. Termasuk kemampuan klien menyediakan sumber daya manusia, data, dan waktu untuk dialokasikan selama masa perikatan perikatan berlangsung.

2. Klien dapat memahami etika yang dianut oleh KJA.

3. Pentingnya integritas karena akan berdampak langsung terhadap perikatan. Maka klien haruslah entitas atau seseorang yang memiliki intergritas dan pemahaman yang baik terkait dengan perikatan jasa. Dihindari berkerja sama dengan klien yang-minim integritas. Beberapa ciri dari integritas yang dimaksud adalah:

a. Identitas dan reputasi klien secara prinsip melekat pada pemilik perusahaan, personel manajemen kunci, dan mereka harus terlibat secara transparan den-gan pihak pemerintah, seperti halnya pelaporan pajak.

b. Secara karakter bisnis (nature of business) bisnis proses klien adalah bisnis prak-tis yang dapat dipahami oleh KJA.

c. Terkait dengan reputasi klien baik pemilik maupun personel manajemen kunci di perusahaan, maka juga harus dapat diidentifikasi hubungannya dengan trans-paransi dan konsistensi terhadap tujuan perikatan dan klien menjaga fungsi in-ternal kontrol pada lingkungan klien.

d. Agresif tidaknya klien terkait dengan mempertahankan fee perikatan serendah mungkin.

e. Identifikasi ketidaksesuaian keterbatasan ruang lingkup pada perikatan: Identifi-kasi bahwa ada kemungkinan klien terlibat money laundring dan atau tindakan kriminal lain.

18

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA – Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh terkait dengan integritas klien yang akan melakukan perikatan dengan KJA dapat dianalisis lebih dalam untuk memutuskan baik atau tidak berkerja sama melakukan perikatan dengan klien tersebut.

4. Seluruh sumber informasi mengenai integritas klien tersebut harus diperoleh dari sumber informasi yang absah. KJA dapat juga melakukan penelaahan berikut untuk mendapatkan informasi mendalam:

a. Menjalin komunikasi dengan penyedia jasa sebelumnya untuk mencari tahu persoalan etika yang relevan, serta menjalin komunikasi dengan pihak ketiga lainnya.

b. Menyusun daftar personel klien dan/atau pihak ketiga lain yang ada hubungan-nya dengan perusahaan klien seperti bankir, bagian legal, konsultan dan/atau hubungannya dengan dunia industri.

c. Info riwayat klien.

A. Syarat untuk Melanjutkan Hubungan dengan Klien

1. KJA wajib mengumpulkan informasi terkait klien untuk menentukan apakah akan melanjutkan hubungan perikatan dengan klien dengan mempertimbang kan ada tidaknya permasalahan terdahulu yang muncul pada perikatan sebelumnya, dan apakah masih akan berdampak terhadap perikatan yang akan dilanjutkan. Sebagai contoh, klien berniat akan melakukan perluasan usaha ke jenis indus-tri yang klien tidak punya kemampuan di bidang indusindus-tri tersebut. Hal ini akan menyulitkan KJA untuk memberikan atau menyelesaikan perikatan manajemen ataupun akuntansi dengan klien. Maka dalam situasi ini, KJA wajib memutuskan dengan menghitung skala prioritas apakah dengan melanjutkan perikatan akan membawa dampak positif bagi KJA.

2. Jika terdapat potensi konflik kepentingan dan dapat diidentifikasi pada klien saat ini atau klien baru, maka KJA harus menentukan layak tidaknya hubungan ini untuk diteruskan. Pimpinan KJA wajib menentukan keputusan ini.

3. Jika pokok persoalan sudah dapat diidentifikasi dan KJA memutuskan untuk menerima atau melanjutkan perikatan atau spesifik perikatan, maka KJA wajib mendokumentasi cara memberikan solusi atas pokok persoalan tersebut.

B. Dasar untuk Menolak Hubungan Perikatan dengan Klien

1. Tanggung jawab profesional dan kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan jika klien terindikasi tidak memenuhi kriteria kelayakan.

2. Kemungkinan menarik diri dari perikatan dan hubungan dengan klien atas situasi di nomor 1.

3. Klien teridentifikasi memiliki tujuan kriminal dan/atau perdata terhadap pelaksanaan perikatan dan/atau terhadap pihak ketiga lain.

20

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

22

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

Manajemen KJA membangun dan merancang kebijakan dan prosedur terstruktur un-tuk memastikan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan terus menerus ditingkatkan dan dikembangkan agar mendapatkan pengetahuan berkelanju-tan baik secara akademik formal maupun informal.

SDM yang mendukung tim KJA wajib memenuhi kualifikasi dan syarat sebagai berikut: a. Patuh dan tunduk pada Kode Etik Akuntan Profesional.

b. Memiliki persyaratan hukum berkerja di wilayah negara Indonesia (bagi WNA). c. Memiliki persyaratan formal yang relevan

d. Memiliki kompetensi yang memadai dan kemampuan di bidang akuntansi dan mana-jemen serta mampu berkomunikasi dengan baik.

A. Perekrutan

Tahapan-tahapan berikut akan menjadi panduan bagi KJA untuk memilih SDM yang berkualitas.

1. Perekrutan

Proses perekrutan dilaksanakan dengan menyusun indikator perekrutan yang dapat dipertanggungjawabkan dan diuji mutu dan hasilnya. Pada tahapan ini, tujuan dari sebuah perekrutan akan menjadi indikator utama seseorang akan ditunjuk sebagai anggota tim. Perekrutan juga dijalankan sesuai dengan kebutuhan perikatan yang akan dikerjakan.

2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja karyawan tertuang dalam “Key Performance Indicator” (KPI) yang dijabarkan secara jelas dalam setiap uraian tugas dan tanggungjawab (job

descrip-tion) anggota tim manajemen maupun tim perikatan yang terlibat dan aktif. KPI

an-ggota tim manajemen maupun tim perikatan dikomunikasikan secara terbuka dan transparan agar membangun kinerja yang efektif dan bertanggung jawab.

KPI dapat dinilai secara tahunan, dimana Pimpinan KJA akan mengadakan evaluasi kinerja karyawan/tim berdasarkan KPI di akhir tahun. Penilaian ini juga akan masuk sebagai evaluasi lebih lanjut pada perikatan berikutnya. Semua tim di dalam KJA akan terlibat dan menjadi bagian yang akan melakukan penilaian untuk

masing-mas-24

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA – Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

ing tim. Matrik manajemen juga berlaku pada penilaian kinerja karyawan. Diharapkan dengan adanya penilaian matrik tersebut penilaian akan mendekati objektivitasnya dan menjawab hasil yang memang dibutuhkan untuk evaluasi.

3. Kemampuan

Kemampuan yang dimaksud adalah dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab anggota tim harus dapat ditentukan sejelas mungkin dan rinci. Penentuan tugas juga akan dipengaruhi oleh struktur organisasi pada tim. Anggota tim juga harus sudah dapat mengetahui dengan pasti tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Hal berikut dapat menjadi indikator penentuan aturan dan tanggung jawab sebuah perikatan.

a. Aturan yang melekat pada pekerjaan: penjelasan rinci mengenai perikatan dan kepada siapa saja perikatan tersebut akan dipertanggungjawabkan.

b. Kewenangan: siapa saja yang terlibat didalam membuat keputusan perikatan atau yang memberikan izin pada perikatan.

c. Tanggungjawab: pekerjaan perikatan harus dapat diselesaikan dengan tim yang ditunjuk secara baik.

d. Kompetensi: keahlian yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perikatan dan ke-mampuan menyelesaikan perikatan dengan baik sesuai tujuan perikatan.

4. Kompetensi

Kompetensi yang dimaksud adalah keahlian dan kemampuan menyelesaikan tang-gung jawab dan memutuskan permasalahan di dalam perikatan. Seseorang dapat dikatakan memiliki kompetensi yaitu pada saat pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan panduan perikatan. Kompetensi ini juga akan dinilai dari seberapa cakap anggota tim tersebut merespon setiap kend-ala dan permaskend-alahan yang tidak terduga-duga dkend-alam sebuah perikatan.

Kompetensi yang dimaksud juga terkandung di dalamnya adalah: a. Sertifikasi profesional.

b. Pendidikan profesional berkelanjutan, termasuk pelatihan. c. Pengalaman pekerjaan.

d. Pelatihan khusus oleh tim khusus selama perikatan (alih pengetahuan/transfer knowlegde).

5. Pengembangan Karir

Karir dalam manajemen dikemas identik dengan penilaian kemampuan dan kom-petensi seseorang didalam menyelesaikan perikatan. Seseorang akan dapat men-duduki jabatan tertentu jika memang ia mampu menunjukan kemampuan yang cu-kup dan mendapat kepercayaan pemegang saham untuk jabatan tersebut. Secara struktural karir akan disusun namun, lompatan karir dapat saja terjadi. Hal ini bergan-tung seberapa besar kontribusi dan prestasi sesorang tersebut bagi KJA.

6. Kompensasi

Pimpinan KJA dapat memberikan kompensasi atau bonus pada staf sesuai dengan target program kerja tahunan.

7. Estimasi Kebutuhan Personel

Pimpinan KJA secara periodik melakukan penelahaan terhadap efektivitas program perekrutan bersamaan dengan penilaian kebutuhan sumber daya KJA untuk me-ngidentifikasi perlunya perubahan program perekrutan.

B. Penugasan Tim Perikatan

Melalui kebijakan dan prosedur, akuntan memastikan penugasan staf yang sesuai (secara individu dan kolektif) untuk setiap perikatan. Tanggung jawab akuntan secara jelas didefinisikan dalam panduan ini dan dalam formulir perikatan yang disediakan KJA. Akuntan Profesional juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa individu-indi-vidu ditugaskan, dan tim perikatan secara keseluruhan, memiliki kompetensi, kemam-puan, dan komitmen yang diperlukan untuk menyelesaikan perikatan.

Ketika menentukan personel yang tepat dalam suatu penugasan, perhatian khusus dilakukan terhadap kemampuan teknis, kualifikasi dan pengalaman.

KJA juga merencanakan kesempatan pelatihan bagi junior dan senior untuk meman-du pengembangan staf yang belum berpengalaman.

Terkait dengan kebijakan dan prosedur KJA berkewajiban pula mengkomunikasikan poin-poin tertentu kepada manajemen klien seperti:

ke-26

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA – Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak C. Evaluasi Tim Internal KJA

Dalam memimpin KJA, pimpinan KJA diwajibkan melakukan evaluasi kinerja tim inter-nal KJA. Kebijakan evaluasi dapat dilakukan berbasis project yang dapat menekankan pada fokus kompetensi tim, individu dan atau berbasis waktu (pilih mana yang relevan untuk dilakukan evaluasi).

28

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

Melalui kebijakan dan prosedur SPM KJA harus memberikan keyakinan yang mema-dai bahwa perikatan dilakukan sesuai dengan standar profesi serta peraturan perun-dang-undangan

A. Kebijakan dan Prosedur Perikatan

1. Permasalahan yang relevan untuk meningkatkan konsistensi dalam kualitas pelaksa-naan perikatan;

2. Tanggung jawab penyeliaan; dan 3. Tanggung jawab penelaahan.

Kebijakan dan prosedur penelaahan ditentukan dengan dasar bahwa pekerjaan an-ggota tim yang kurang berpengalaman ditelaah oleh anan-ggota tim perikatan yang lebih berpengalaman.

B. Fokus KJA dalam Melaksanakan Perikatan

1. Permasalahan yang relevan untuk meningkatkan konsistensi dalam kualitas pelaksa-naan perikatan

Bagaimana anggota tim secara cepat memahami dan mengerti menentukan tujuan dari pekerjaan yang akan mereka jalankan didalam perikatan.

Proses untuk melengkapi dengan standar perikatan sesuai dengan formulir yang sudah dirancang oleh KJA.

Proses penyeliaan atas perikatan dan pelatihan staf. Metode telaahan atas penilaian kinerja dalam laporan.

Kesesuaian dokumentasi dari kinerja, waktu dan penambahan analisis penela-haan.

Konsisten menjaga kebijakan dan prosedur yang sedang berjalan. 2. Tanggung jawab penyeliaan

Pada perikatan penyeliaan berikut ini penting dijalankan: Melakukan penelusuran terhadap progres perikatan

Memastikan kompetensi dan kemampuan anggota tim di dalam perikatan: apakah anggota tim memiliki kecukupan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, apakah anggota tim mengerti instruksi yang mereka terima terkait pekerjaan,

30

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA – Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

Melakukan identifikasi permasalahan sejak awal perikatan atau konsultasi se-bagai dasar pendekatan permasalahan dengan menggunakan kemampuan lebih pengalamanan anggota tim.

3. Tanggung jawab penelaahan

Tanggung jawab penelaahan meliputi:

Pekerjaan yang telah sesuai dengan standar profesi dan telah memenuhi pera-turan perundang-undangan.

Permasalahan signifikan telah dapat ditentukan untuk menjadi fokus kedepan. Kecukupan konsultasi telah dilakukan dan kesimpulan hasil telah di

dokumenta-sikan.

Revisi secara sifat, waktu, dan penambahan pekerjaan.

Hasil atau kesimpulan pekerjaan yang didukung dengan dokumentasi yang cukup.

Bukti yang ditentukan telah mencukupi. Tujuan dari prosedur perikatan telah tercapai.

Kecukupan tim kerja dan pendampingan training untuk anggota tim yang kurang pengalaman pada perikatan agar memastikan pemahaman yang jelas mengenai tu-gas pekerjaan anggota tim.

C. Konsultasi yang dilakukan KJA dalam Perikatan

Pimpinan KJA mendorong adanya konsultasi di antara tim perikatan untuk masalah yang signifikan dengan personel lain dalam KJA dan dengan Akuntan Profesional ek-sternal yang memiliki keahlian dan kewenangan. Konsultasi harus dilakukan secara te-pat terhadap permasalahan yang sulit atau sering diperdebatkan.

Konsultasi dan wawancara akan dilakukan untuk situasi sulit dan sering diperdebat-kan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Sumber daya untuk melakukan konsultasi dan wawancara tersedia dan mencukupi. 2. Sifat dan ruang lingkup seperti; wawancara didokumentasikan dan disetujui oleh

kedua belah pihak antara klien dan tim KJA.

3. Kesimpulan dari konsultasi dan wawancara dilaksanakan.

Konsultasi melibatkan pihak profesional dengan individual yang memiliki kompe-tensi atau ahli.

Konsultasi menggunakan sumberdaya yang tepat serta sekaligus menggunakan pengalaman dari KJA. Konsultasi membantu meningkatkan kualitas dan mening-katkan penerapan penilaian profesional.

Konsultasi pada permasalahan teknis, dan etika serta hal lainnya yang signifikan yang dilakukan didalam KJA.

Memiliki pengetahuan dan pengalaman anggota tim senior diharapkan dapat menarik kesimpulan yang tepat.

Dokumentasi konsultasi dengan pihak profesional lainnya untuk membahas hal-hal kontroversial wajib didokumentasikan dengan lengkap dan rinci:

Menerbitkan laporan konsultasi.

Hasil konsultasi termasuk dengan keputusan yang diambil, dasar-dasar keputu-san dan bagaimana keputukeputu-san tersebut diambil.

D. Perbedaan Pendapat Selama Perikatan

Perbedaan pendapat sangat mungkin terjadi dalam melaksanakan suatu perikatan. Sedapat mungkin tim KJA sudah dapat mengidentifikasi masalah tersebut pada inves-tigasi awal. Lakukan proyeksi penyelesaian yang mungkin dapat dilakukan, kumpulkan dokumen terkait yang mungkin dapat menjadi pertimbangan atas perbedaan pendapat, gunakan informasi yang dapat ditarik dari dokumen dan data yang bisa menjadi per-timbangan.

Prosedur untuk perbedaan pendapat juga dapat diteruskan dengan berkonsultasi. Jika memang diperlukan untuk keterlibatan pihak pemerintah maka hal tersebut mun-gkin dilakukan didalam perikatan, atau melibatkan pihak profesional lainnya yang memi-liki kompetensi yang relevan.

Dalam semua kasus, sifat, waktu, dan luas yang terjadi dalam perikatan, kesimpulan yang dihasilkan dari konsultasi yang dilakukan selama berlangsungnya perikatan harus didokumentasikan. Perbedaan pendapat sudah harus menemukan kesepakatan sebe-lum laporan didokumentasikan. Laporan besebe-lum boleh ditentukan tanggalnya sebesebe-lum permasalahan dapat diselesaikan. Jika terjadi dead log terhadap perbedaan pendapa-tan maka, pihak klien dan KJA wajib menandapendapa-tangani perbedaan pendapat tersebut sebagai suatu hal yang menjadi kendala dengan penyelesaian yang berbeda.

32

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA – Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1. Kebutuhan akan penelahaan pengendalian mutu perikatan untuk produk jasa KJA karena KJA tidak memiliki produk audit laporan keuangan untuk perusahaan komer-sial maupun publik, jika klien meminta KJA untuk melakukan reviu laporan keuangan klien KJA maka fokus reviu laporan keuangan menjadi prosedur tambahan. KJA tidak dapat memberikan opini atas proses reviu tersebut namun hanya memberikan perubahan dan perbaikan jurnal yang diperlukan.

2. Menentukan semua kriteria pemeriksaan tentang informasi manajemen klien dan hubungan terkait lainnya terhadap manajemen klien untuk semua informasi masa lalu dan catatan penting yang terkait.

34

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu merupakan bagian penting dari sistem pengendalian intern KJA. Pemantauan merupakan komponen penting dalam SPM. Pe-mantauan terutama terdiri atas pemahaman sistem pengendalian mutu dan penentuan – melalui wawancara, walk – through test, dan inspeksi dokumen – apakah, dan sejauh mana, desain dan operasi sistem pengendalian mutu efektif. Dalam hal ini juga terma-suk mengembangkan rekomendasi untuk memperbaiki sistem, terutama jika terdeteksi adanya kelemahan atau jika standar profesional telah berubah.

Pimpinan KJA harus menentukan tanggung jawab pemantauan melalui pihak yang independen dan dengan pengalaman yang cukup (peer reviu).

Pimpinan KJA dan pemantau harus mefokuskan perhatian terhadap kebutuhan un-tuk melakukan inspeksi terhadap efektivitas sistem pengendalian mutu secara terus menerus dan menyiapkan pengujian secara periodik melalui pemantauan formal pada tingkat dokumentansi perikatan untuk memastikan pengendalian berjalan efektif.

A. Program Pemantauan (Monitoring)

Tanggung jawab untuk melakukan pemantauan terhadap penerapan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu adalah terpisah dari tanggung jawab keseluruhan untuk pengendalian mutu.

Tujuan dari program pemantauan adalah untuk membantu KJA dalam memperoleh keyakinan memadai bahwa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan sistem pen-gendalian mutu relevan, memadai, dan beroperasi secara efektif. Program ini juga akan membantu memastikan kepatuhan dengan persyaratan peraturan dan praktik.

SPM telah dirancang untuk memberikan keyakinan memadai kepada Pimpinan KJA bahwa pelanggaran signifikan dan berkelanjutan terhadap kebijakan dan pengendalian mutu besar kemungkinan tidak terjadi atau tidak terdeteksi.

Pimpinan KJA dan staf harus bekerja sama dengan pemantau, dan menyadari bah-wa individu ini adalah bagian penting dalam sistem pengendalian mutu. Ketidaksepa-katan, ketidakpatuhan dengan, atau pengabaian temuan pemantau harus diselesaikan melalui prosedur penyelesaian masalah dalam KJA.

36

Panduan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA)

Hak Cipta © 2017 IKATAN AKUNTAN INDONESIA – Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak B. Prosedur Inspeksi

Pemantauan sistem pengendalian mutu KJA dilakukan secara tahunan. Sebagai ba-gian program pemantauan, pemilihan perikatan yang telah selesai.

Pemantau mempertimbangkan hasil pemantauan sebelumnya, sifat dan luasnya otoritas yang diberikan kepada staf, sifat dan kompleksitas praktik KJA, dan risiko spe-sifik yang terkait dengan klien KJA ketika inspeksi didesain.

Pimpinan KJA akan menginstruksikan pemantau untuk menyiapkan dokumentasi in-speksi yang sesuai yang akan mencakup:

Hasil evaluasi unsur SPM;

Suatu evaluasi apakah akuntan telah secara tepat menerapkan kebijakan dan prosedur SPM;

Identifikasi dari setiap kekurangan, penyebab pokok dari timbulnya kelemahan, dampaknya, dan suatu keputusan tentang apakah diperlukan tindakan lebih lanjut, penjelasan detil tindakan; dan

Ringkasan hasil dan kesimpulan yang dibuat (diberikan kepada Pimpinan KJA), dengan rekomendasi untuk tindakan perbaikan atau perubahan yang dibutuhkan. Pimpinan KJA membahas dengan pemantau (bersama dengan personel lain yang tepat) untuk mereviu dan memutuskan tindakan perbaikan apa yang diperlukan atau merevisi SPM, peran dan tanggung jawab, tindakan disiplin, pengakuan, dan

Dokumen terkait