• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status gizi merupakan salah satu faktor yang m enentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah hasil dari konsumsi zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Pada dasarnya, status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsum si dan dimonitor dari pertumbuhan fisik anak (Riyadi 20 0 1). Status gizi dan status kesehatan saling mempengaruhi. Status gizi adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang.

Tingkat kecukupan gizi juga mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi zat gizi yang cukup akan mengakibatkan status gizi yang baik pada seseorang. Sebaliknya jika konsumsi zat gizi berlebih atau kekurangan akan menimbulkan status gizi lebih atau kurang pada seseorang. Kekurangan atau kelebihan konsumsi zat gizi dari kebutuhan normal dalam jangka waktu yang

lama dapat membahayakan kesehatan sehingga mempengaruhi status

kesehatan (Hardinsyah & Martianto 1992). Tingkat kecukupan gizi yang menunjukkan konsumsi pangan yang baik.

Konsumsi pangan dipengaruhi oleh faktor individu meliputi usia, jenis kelam in, berat badan dan tinggi badan, serta aktivitas. Faktor keluarga yang mempengaruhi konsumsi pangan m eliputi pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan besar keluarga (Sukandar 20 0 7). Konsumsi pangan seseorang dikatakan baik jika sudah mem enuhi kebutuhannya. Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan (Uripi 20 0 3). Status gizi yang baik akan tercapai m elalui konsum si pangan yang memenuhi kebutuhan (Suhardjo 1996).

Banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan anak dipengaruhi oleh karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Aktivitas fisik yang kurang akan menyebabkan pengeluaran energi yang sedikit. Ketidakseim bangan antara aktivitas fisik, pengeluaran energi dan konsumsi pangan akan berdam pak pada status gizi dan status kesehatan. Perkembangan fasilitas-fasilitas berbasis teknologi menyebabkan terbatasnya gerak dan aktivitas. Hal ini m enyebabkan meningkatnya waktu m enonton televisi. Berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya waktu menonton televisi m enyebabkan tim bulnya berbagai masalah gizi dan kesehatan. Kegiatan menonton televisi anak biasa dilakukan sambil m engemil atau makan (Noviana 20 0 2). Hubungan antara variabel penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Karakteristik Anak • Usia • J enis kelam in • BB • TB Karakteristik Keluarga • Pekerjaan • Pendapatan • Pendidikan • Besar keluarga Waktu MenontonTelevisi Aktifitas fisik Pengeluaran energi Kebutuhan energi dan zat gizi

Konsum si Pangan

Tin gkat Kecukupan energi dan zat gizi

Status gizi Status kesehatan

Gam bar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara aktifitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsum si pangan dengan status gizi dan status kesehatan.

Keterangan :

= hubun gan yan g diteliti = hubun gan yan g tidak diteliti

METOD E

D e s ain , Te m p at, d an W aktu

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong. Pem ilihan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive sam pling dengan pertimbangan kem udahan akses dan perizinan

dalam pelaksanaan penelitian. Kriteria yang digunakan dalam penetapan Taman Kanak-kanak adalah memiliki kelas bagi anak prasekolah usia 4-6 tahun dengan jumlah siswa lebih dari 30 anak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 20 11.

Ju m lah d an Cara Pe n arikan Co n to h

Populasi dari penelitian ini adalah siswa TKA Plus Ihsan Mulya Cibinon g yang berusia 4-6 tahun. J um lah populasi siswa sebanyak 8 0 orang. Adapun penentuan sampel didasarkan atas kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat diikut sertakan sebagai sumber data dalam penelitian. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : 1) contoh dalam keadaan sehat dan 2) orangtua (ibu) mengijinkan anaknya m enjadi contoh penelitian. Contoh yang berusia kurang dari 6 tahun 6 bulan dikategorikan dalam kelompok usia 6 tahun. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah anak yang memiliki penyakit bawaan sejak lahir.

Besar sam pel m erupakan bagian dari anggota populasi yang dijadikan sampel. Besar sampel yang diperoleh adalah sebanyak 32 orang yang dihitung berdasarkan rumus perhitungan proporsi sampel menurut Notoatmodjo (20 10 ) sebagai berikut :

n = d2

Z2 P (1- P)

Keteran gan : n = jum lah sam pel

Z = derajat kem aknaan (1,96)

P = perkiraan proporsi gizi kurang sebesar 9,3% (Din kes Kabupaten Bogor 20 10 ) d = tin gkat kepercayaan yang diin gin kan sebesar 0 ,1 (Notoatm odjo 20 10 )

Je n is d an Cara Pe n gu m p u lan D ata

J enis data yang dikum pulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, aktivitas fisik dan waktu menonton televisi, serta konsum si pangan. Data sekunder m eliputi gam baran um um sekolah tem pat penelitian berlangsung. Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 J enis data, variabel, cara pengumpulan data, dan alat bantu

J enis

Data Variabel Dan Data

Karakteristik contoh 1. Nam a 2. Alam at 3. J enis kelam in 4. Usia Cara

Pengum pulan Data Alat Bantu

Pengisian kuesioner

oleh ibu con toh Kuesioner

5. Berat badan Pengukuran langsung

(BB, TB)

Tim bangan injak,

6. Tinggi badan

Karakteristik keluarga contoh

M icrotoise

1. Besar Keluarga 2. Pendidikan

3. Pendapatan Keluarga

Pengisian kuesioner oleh ibu con toh

Kuesioner

Pengisian kuesioner m etode pencatatan 4. Pekerjaan

Prim er Aktivitas fisik contoh dikom bin asikan dengan 2x24 jam oleh ibu an ak Kuesioner

Waktu m en onton televisi

wawancara

Lam a waktu dalam sehari

Pengisian kuesioner m etode pencatatan 2x24 jam oleh ibu an ak dikom bin asikan dengan

Kuesioner

Konsum si zat gizi

wawancara

1. J enis pan gan Pengisian kuesioner

oleh ibu anak dengan Kuesioner

2. J um lah konsum si Status Kesehatan

m etode recall 2x24 jam

1. J enis penyakit 2. Lam a sakit (hari) 3. Tem pat berobat

Pengisian kuesioner

oleh ibu anak Kuesioner

Karakteristik sekolah

4. J enis penyem buhan

1. Nam a 2. Alam at

Sekunder 3. J um lah kelas

4. J um lah m urid 5. J um lah guru

Kerjasam a den gan pihak sekolah

Dokum en sekolah

Pengum pulan data primer diperoleh melalui alat bantu kuesioner. Pengisian kuesioner dikombinasikan dengan metode wawancara. Kuesioner penelitian diberikan dan diisi oleh ibu/ pengasuh contoh. Kuesioner meliputi pertanyaan/ formulir tentang karakteristik contoh, karakteristik keluarga, keadaan kesehatan, serta konsum si pangan dan aktivitas fisik hari ke-1 diberikan kepada ibu contoh pada hari pertama penelitian. Pada hari kedua penelitian, enumerator melakukan wawancara kepada ibu/ pengasuh contoh mengenai pengisian kuesioner hari ke-1 untuk memverifikasi dan mengecek kelengkapan kuesioner, serta memberikan form ulir konsumsi pangan dan aktivitas fisik hari ke-2. Hari ketiga dilakukan penim bangan berat badan dan pengukuran tinggi badan contoh,

melakukan wawancara mengenai pengisian kuesioner hari ke-2, serta

pengumpulan kuesioner oleh enumerator. Metode wawancara dikombinasikan dengan observasi agar diperoleh inform asi yang lengkap.

Data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan tim bangan injak digital (bathscale) dan m ikrotoise. Alat yang digunakan telah dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.

Data konsum si pangan contoh diperoleh m elalui m etode record yang dikombinasi dengan recall 2x24 jam , sedangkan data aktivitas fisik dan waktu menonton televisi diperoleh m elalui metode pencatatan 2x24 jam. Data pencatatan aktivitas fisik dan recall konsumsi pangan dilakukan pada hari yang sama. Data status kesehatan diperoleh m elalui metode pencatatan berdasarkan jenis penyakit dan lama sakit dalam satu bulan terakhir sebelum penelitian, tem pat berobat, serta jenis pengobatan.

Pe n go lah an d an An alis a D ata

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for W in dow s versi 16,0 . Pengolahan data meliputi verifikasi, coding, entri, cleanin g, dan selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk m engecek konsistensi informasi yang diperoleh. Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data, kemudian dilakukan clean ing data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, aktivitas fisik, waktu menonton televisi, tingkat kecukupan zat gizi, status gizi dan status kesehatan anak. Analisis deskriptif

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, nilai minim um dan maksim um, nilai rata-rata dan standar deviasi. Data dianalisis m enggunakan korelasi Rank Spearm an dan Pearson. Analasis data digunakan untuk m elihat hubungan antara variabel penelitian.

Data aktivitas fisik yang diperoleh adalah jenis kegiatan dan alokasi waktu setiap kegiatan. J enis kegiatan contoh dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan yaitu tidur, sekolah (termasuk mengerjakan PR dan m engaji), kegiatan ringan, kegiatan sedang, dan kegiatan berat (Hardinsyah & Martianto 1992). Masing-masing alokasi waktu dari jenis kegiatan akan dikalikan dengan nilai

Phy sical Activity Ratio (PAR). Nilai PAR tiap jenis kegiatan tersebut dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai PAR menurut jenis kegiatan dan jenis kelamin

J enis Kegiatan Laki-laki Perem puan

Tidur 1.0 1.0

Sekolah 1.6 1.5

Kegiatan rin gan 1.6 1.5

Kegiatan sedan g 2.5 2.2

Kegiatan Berat 6.0 6.0

Sum ber : FAO/ WH O/ UNU (198 5) dalam H ardinsyah & Martianto (1992)

Aktivitas fisik diukur dengan m enggunakan Phy sical Activity Level (PAL). Aktivitas fisik anak prasekolah digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu ringan (1,45), sedang (1,60 ), dan berat (1,90 ). Nilai PAL diperoleh dengan menghitung Nilai PAR dikalikan dengan alokasi waktu (jam) untuk setiap jenis kegiatan, lalu dibagi dengan jumlah waktu dalam satu hari (24 jam )

Angka kebutuhan energi yang ditentukan dengan men ghitung angka pengeluaran energi aktual yaitu tingkat aktivitas fisik dikalikan dengan angka metabolisme basal pada anak usia prasekolah sebesar 55 kkal/ kg BB/ hari dalam

PERSAGI (1990 ). Rumus an gka kebutuhan energi sebagai berikut

(FAO/ WHO/ UNU 20 0 1) :

Angka kebutuhan en ergi = tingkat aktivitas fisik x an gka m etabolism e basal

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) konsum si m akanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan ke dalam bentuk energi, protein, lemak, vitam in dan m ineral per orang per hari. Data konsumsi pangan diperoleh dari food recall 2x24 jam kemudian dikonversikan ke dalam energi dan

zat gizi dengan m enggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kandungan Gizi Makanan J ajanan (DKGJ ). Konversi dapat dihitung dengan rum us sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994) :

KGij = Bj/ 10 0 x BDDj/ 10 0 x Gj Keterangan :

KGij = Kandun gan zat gizi dari bahan m akanan j yang dikon sum si dengan berat B (g)

Bj = Berat bahan m akanan j yang dikonsum si (g)

Gj = Kandun gan zat gizi dalam 10 0 g BDD bahan m akanan

BDDj = Persen bahan m akanan j yang dapat dim akan (% BDD)

Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan menggambarkan tingkat kecukupan individu. Tingkat kecukupan energi dan protein dihitung dengan memban dingkan jum lah energi dan protein yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan protein contoh. Perhitungan tingkat kecukupan energi dan protein dapat dilihat pada rumus berikut :

Tin gkat kecukupan E,P = Konsum si E.P x 10 0 %

Angka kebutuhan E,P

Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibandingkan terhadap

kecukupan protein, vitamin dan mineral. Angka kecukupan protein, vitamin dan mineral yan g digunakan berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1998 ) dalam Supariasa (20 0 1) adalah 460 RE vitamin A, 45 m g vitamin C, 10 µg vitamin D, 50 0 µg kalsium, dan 9 mg zat besi. Perhitungan tingkat kecukupan vitamin dan m ineral dapat Kandungan dilihat pada rum us berikut:

Tin gkat kecukupan zat gizi = Konsum si zat gizi x 10 0 % Angka

kecukupan zat gizi

Penentuan status gizi berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan (BB/ TB) dengan m en ggunakan standar baku WHO-NCHS. Status gizi dikategorikan m enjadi gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Penentuan status kesehatan berdasarkan jenis penyakit dan lama sakit dalam satu bulan terakhir sebelum penelitian. Kategori pengukuran berdasarkan variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Variable dan kategori data

No. Variabel Kategori

1. Kecil (≤ 4 orang)

1. Besar keluarga 2. Sedan g (5-6 orang)

1. PNS

3. Besar (≥ 7 orang)

2. Pekerjaan oran gtua

3. Pendidikan orangtua

4. Tin gkat aktifitas fisik

(Sjostrom et al 20 0 5)

5. Tin gkat pen dapatan keluarga

(Rp/ kapita/ bulan)

6. Waktu m enonton televisi

(Dunstan et al 20 10 )

7. Tin gkat Kecukupan Energi

dan Protein (Depkes 1996)

8. Tin gkat kecukupan vitam in

dan m in eral (Gibson 20 0 5)

9. Status gizi (WH O)

2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta

4. Tidak bekerja/ Ibu rum ah tangga 1. SD

2. SMP 3. SMA

4. Akadem i / sarjana 5. Pasca sarjana

1. Sangat rin gan (<1,45) 2. Ringan (1,45-1,59) 3. Sedang (1,60 -1,89) 4. Berat (1,90 )

1. Rum ah tan gga tidak m iskin (> garis kem iskinan)

2. Rum ah tan gga m iskin (≤ garis kem iskinan)

1. Ringan (<2 jam per hari),

2. Sedan g (≥2 sam pai <4 jam per hari),

3. Berat (≥4 jam per hari).

1. Defisit tingkat berat (<70 % angka

kebutuhan)

2. Defisit tin gkat sedang (70 -79% angka kebutuhan)

3. Defisit tin gkat ringan (80 -89% angka kebutuhan)

4. Norm al (90 -119% an gka kebutuhan)

5. Kelebihan (≥120 % an gka kebutuhan)

1. Kurang (<77% angka kecukupan)

2. Cukup (≥77% angka kecukupan)

1. BB/ U 2. TB/ U 3. BB/ TB

10 . Status kesehatan 1. J enis penyakit

2. Lam a sakit

D e fin is i Op e ras io n al

As u p an e n e rgi d an za t gizi adalah jumlah energi (kkal), protein (g), karbohidrat

(g), lem ak (g), vitam in A (RE), vitamin C (mg), vitam in D (µg), kalsium (µg) dan zat besi (m g) bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi contoh dalam sehari.

Aktivitas fis ik adalah kegiatan contoh selama 24 jam yang meliputi tidur,

Be s ar ke lu arga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan satu dapur serta bergantung pada sumber penghidupan yang sama.

Co n to h adalah anak usia prasekolah yang berasal dari TKA Plus Ihsan Mulya

Cibinong yang berusia 4-6 tahun (usia kurang dari 6 tahun 6 bulan dikategorikan dalam kelom pok usia 6 tahun), dalam keadaan sehat, bersedia menjadi subyek penelitian, dan tidak memiliki penyakit bawaan sejak lahir.

Ko n s u m s i p an gan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh

dalam sehari.

Pe n d id ikan o ran gtu a adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai oleh

orangtua (ayah dan ibu) contoh.

Pe n ge lu aran e n e rgi adalah jum lah energi yang dikeluarkan berdasarkan

perhitungan angka metabolism e basal dan tingkat aktivitas fisik selama 1x24 jam .

Statu s gizi adalah kondisi fisik anak yang diakibatkan oleh konsumsi,

penyerapan dan penggunaan zat gizi yang diukur dengan dengan cara z-skor menggunakan indeks antropometri BB/ U, TB/ U dan BB/ TB.

Statu s ke s e h atan adalah keadaan kesehatan (riwayat sakit) anak dalam satu

bulan terakhir yang meliputi status sakit, jenis penyakit, frekuensi sakit (berapa kali sakit) dan lama sakit (dalam hari).

Tin gkat aktivitas fis ik adalah intensitas kegiatan contoh yang dinyatakan

dengan nilai PAL (phy sical activ ity lev el).

Tin gkat ke cu ku p an adalah total konsumsi zat gizi aktual berdasarkan metode

recall 2 x 24 jam yang dibandingkan dengan angka kebutuhan zat gizi sehari anak dan dinyatakan dalam persen.

Tin gkat p e n d ap atan ke lu arga adalah tingkat ekonomi rum ah tangga yang

dilihat dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi jumlah anggota keluarga (per kapita).

W aktu m e n o n to n te le vis i adalah lama waktu yang dihabiskan untuk menonton

H AS IL D AN P EMB AH AS AN

Ke a d aan U m u m TK

TKA Plus Ihsan Mulya merupakan taman kanak-kanak Al-Quran yan g berdiri pada tahun 20 0 2. Sekolah ini terletak di J l. Raya Al-Falah No.9, Kelurahan Harapan J aya. Cibinong. J um lah seluruh siswa di TKA Plus Ihsan Mulya sebanyak 87 siswa. Siswa yang menjadi contoh dalam penelitian ini berjum lah 32 siswa, yaitu kelas A terdiri dari 7 siswa, kelas B1 terdiri dari 12 siswa, serta kelas B2 terdiri dari 13 siswa. J umlah guru di TKA Plus Ihsan Mulya berjum lah 6 orang.

Kegiatan belajar m engajar dilm ulai pukul 8 .30 hingga 10 .30 . Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan hari senin hingga kamis untuk kelas A, sedangkan kelas B dilaksanakan hari senin hingga jumat.

Sarana dan prasarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya cukup memadai. Sarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya terdiri dari tam an berm ain dan tiga ruang kelas yang digunakan untuk kelas A, B1 dan B2. Fasilitas yang terdapat di setiap ruang kelas adalah m eja siswa, kursi siswa, 1 buah m eja guru, 2 buah kursi guru, 1 buah papan tulis, dan 1 buah jam dinding. Dinding kelas dihiasi oleh lukisan hasil karya siswa. J um lah meja dan kursi yang terdapat disetiap kelas disesuaikan dengan jumlah m urid.

U s ia

Karakte ris tik Co n to h

Gam bar 2 menunjukkan sebaran usia contoh. Sebagian besar contoh berusia 5 tahun (47%), dan sisanya berusia 6 tahun (31%) serta 4 tahun (22%). Faktor umur menjadi penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah (Supariasa et al

20 0 2)

Je n is Ke lam in

Berdasarkan klasifikasi jenis kelam in, dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh berjenis kelamin perempuan (53%) dan sisanya adalah laki-laki (47%) seperti yang terlihat pada Gambar 3. J enis kelamin adalah salah satu faktor penentu kebutuhan dan pengeluaran energi contoh. Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari angka metabolisme basal (AMB), aktivitas fisik, dan pengaruh dinam ika khusus makanan. AMB dipengaruhi oleh um ur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan (Almatsier 20 0 3).

Gam bar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Be rat Bad an

Berdasarkan Tabel 7, rata-rata berat badan contoh laki-laki dan perempuan berada diatas berat badan ideal. Rata-rata berat badan contoh perempuan lebih besar dibandingkan contoh laki-laki. Rata-rata berat badan contoh kelom pok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 17,7 kg dan perempuan sebesar 20 ,1 kg. Rata-rata berat badan contoh kelom pok usia 5-6 tahun adalah laki-laki sebesar 19,9 kg dan perempuan sebesar 21,4 kg. Berdasarkan kelom pok usia, berat badan contoh laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa sem akin bertambahnya usia maka berat badan juga semakin besar.

Tabel 7 Rata-rata berat badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin

Berat Badan (rata-rata±SD) Berat Badan Ideal

Usia

Laki-laki Perem puan Laki-laki Perem puan

4-<5 tahun 17,7 ± 0 20 ,1 ± 7,5 17,6 16,7

Berat badan yang besar akan m empunyai AMB yang lebih tinggi dibandingkan berat badan yang kecil. Berat badan sangat berpengaruh terhadap angka m etabolism e basal. Berat badan dapat m enggambarkan komposisi tubuh. Pada m asa bayi dan balita, berat badan digunakan untuk m elihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi (Almatsier 20 0 3).

Tin ggi Bad an

Tabel 8 menunjukkan rata-rata tinggi badan contoh laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perem puan. Rata-rata tinggi badan contoh baik laki-laki maupun perempuan berada diatas tinggi badan ideal, nam un pada kelom pok usia 4-<5 tahun berada dibawah tinggi badan ideal. Rata-rata tinggi badan contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 10 5,5 cm dan perempuan sebesar 10 5 cm. Rata-rata tinggi badan contoh kelom pok usia 5-6 tahun adalah laki-laki sebesar 113,3 cm dan perempuan sebesar 111,6 cm. Semakin bertambahnya usia, maka tinggi badan juga m eningkat. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan usia (Supariasa et al

20 0 2).

Tabel 8 Rata-rata tinggi badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin

Tin ggi Badan (rata-rata±SD) Tin ggi Badan Ideal

Usia

Laki-laki Perem puan Laki-laki Perem puan

4-<5 tahun 10 5,5 ± 0 10 5,0 ± 6,5 10 6.2 10 4.8

5-6 tahun 113,3 ± 4,8 111,6 ± 3,9 113.1 111.5

Tinggi badan dapat menggambarkan status gizi seseorang. Tinggi badan pada dasarnya merupakan hasil pengukuran terhadap jaringan tulang tubuh. Tinggi badan merupakan gabungan dari pengukuran kom ponen-kom ponen tubuh seperti kaki, pelvis, punggung, dan kepala. Tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama (J ellife & J ellife 198 9).

Pe n d id ikan Oran gtu a

Karakte ris tik Ke lu arga

Pendidikan orangtua contoh dapat dilihat pada Tabel 9. Rata-rata pendidikan ayah contoh adalah akadem i/ S1 sebesar 43,8 %, sedangkan rata-

rata pendidikan ibu contoh adalah SMA sebesar 53%. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa pendidikan tertinggi ayah contoh adalah S2/ S3 (3,1%) dan pendidikan tertinggi ibu contoh adalah akadem i/ S1 (15,6%). Pendidikan terendah baik ayah maupun ibu contoh adalah SD (masing-masing 3,1% dan 6,3%).

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua

Ayah Ibu Pendidikan n % n % SD 1 3.1 2 6.3 SMP 4 12.5 8 25.0 SMA 12 37.5 17 53.1 Akadem i/ S1 14 43.8 5 15.6 S2/ S3 1 3.1 0 0 .0 Total 32 10 0 32 10 0

Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak term asuk pemberian makan, pola konsum si pangan dan status gizi. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 20 0 6).

Pe ke rjaan Oran gtu a

Tabel 10 menunjukkan sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai pegawai swasta (50 %), sedangkan lainnya bekerja sebagai pegawai PNS (18,8 %), wiraswasta (31,3%) dan tidak ada ayah contoh yang tidak bekerja. Sebagian besar ibu contoh m erupakan ibu rum ah tangga (59,4%) dan lainnya bekerja sebagai swasta (3,1%), wiraswasta (15,6%) dan PNS (21,9%).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua

J enis pekerjaan Ayah Ibu

n % n %

PNS 6 18.8 7 21.9

Swasta 16 50 .0 1 3.1

wiraswasta 10 31.3 5 15.6

Tidak bekerja/ ibu rum ah tangga 0 0 .0 19 59.4

Pekerjaan term asuk ke dalam salah satu sum ber pendapatan dalam keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. J ika keluarga tidak mem iliki pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat dipastikan (Khom san 20 0 7).

Be s ar Ke lu arga

Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar keluarga. Sebagian besar keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil (8 1,3%). Konsumsi pangan dalam suatu keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga. Sem akin besar suatu keluarga, maka pangan yang untuk setiap anak berkurang. Keluarga akan lebih m udah memen uhi kebutuhan akan makanannya jika jumlah anggota keluarga yang harus diberi makan lebih sedikit (Suhardjo 20 0 3).

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Dokumen terkait