AB S TRACT
MEILITA KUSRAMADHANTY. Correlation Between Physical Activity, Time Watching Television, and Food Consumption on Nutritional and Health Status of Preschool Children. Under direction of KATRIN ROOSITA.
The objectives of the following study were to analyze correlation between physical activities, television viewing, and food consumption on nutritional and health status of preschool children in TKA Plus Ihsan Cibinong. The cross sectional study was used and 32 subjects (15 males and 17 females) was chosen by purposive sam pling. The inclusion criteria to choose the study samples were preschool children 4-6 years old, good health, no congenital disease, and their parents allowed them to become samples of research. The physical activity (2x24 hours), television viewing time (2x24 hours), food consumption (2x24 hours), nutritional status (age, weight and height), and health status (duration and frequency of sickness) data were collected. Statistical analysis showed that physical activity level was significantly associated with television viewing tim e (p
<0 .0 1). Nutritional status was significantly associated (p<0 ,0 5) with intake of energy, protein, carbohydrate, fat and calcium . The result also showed that health status significantly associated (p<0 ,0 5) with intake of energy, protein, vitamin D, and calcium. Nutritional status was significantly associated (p<0 .0 1,
r=0 ,598 ) with health status.
Ke yw o rd s: physical activities, television viewing tim e, food consumption,
P EN D AH U LU AN
Latar Be lakan g
Sumberdaya manusia (SDM) yang cerdas dan produktif m erupakan
prasyarat utama keberhasilan suatu bangsa. Pembangunan kualitas SDM harus
dilandasi oleh pentingnya kesadaran akan investasi kesehatan yang berorientasi
pada pembangunan kesehatan dan gizi. Menurut Syafiq (20 0 7), pendekatan gizi
dan kesehatan harus dilakukan secara simultan di seluruh tahap kehidupan,
khususnya tahapan awal kehidupan mulai dari janin, bayi baru lahir, perinatal,
anak di bawah tiga tahun, dan prasekolah.
Anak usia prasekolah m engalam i perkembangan fisiologik maupun
motorik yan g pesat. Perkem bangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik,
keadaan biologis anak yang meliputi status kesehatan dan gizi, serta lingkungan
tem pat tinggal (Sjostorm et al 20 0 5).
Usia prasekolah m erupakan usia yang rawan terhadap m asalah gizi.
Masalah gizi anak dapat berupa gizi kurang maupun gizi lebih. Masalah gizi
kurang yang sering ditem ukan pada anak prasekolah dapat mengakibatkan
gangguan pertum buhan. Sebaliknya, gizi lebih pada anak dapat menimbulkan
kegemukan atau obesitas pada anak, sehingga perlu pemantauan terhadap
status gizi anak (Depkes 20 0 0 ). Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor (20 10 )
menyatakan bahwa prevalensi kasus gizi kurang di Kabupaten Bogor adalah
9,3%, sedangkan prevalensi kasus gizi lebih hanya 1,6%.
Status gizi m erupakan keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat gizi.
Asupan zat gizi harus seimbang dengan kebutuhannya sehingga diperoleh status gizi
yang baik. Ketidakseimbangan asupan gizi, baik kekurangan atau
kelebihan zat gizi dapat mengakibatkan gangguan status kesehatan (Uripi 20 0 3).
Status kesehatan anak yang baik ditunjukan dengan ketahanan terhadap
penyakit. Anak dengan kondisi tubuh yang baik dapat m elakukan aktivitas fisik
secara norm al sesuai dengan periode usianya (Winarno 1992). Pada masa
prasekolah, anak mulai m emilih m akanan yang disukai dan tidak disukai,
sehingga m enyebabkan anak sulit m akan. Faktor ini menjadi pertimbangan
dalam upaya pemenuhan gizi dan kesehatan anak, khususnya usia prasekolah
(Khomsan 1993).
Aktivitas fisik m erupakan kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi
untuk m elakukan berbagai kegiatan fisik. Hasil penelitian di Amerika Serikat
aktif secara fisik, sehingga berkontribusi pada peningkatan prevalensi obesitas
sebesar 10 0 % sejak tahun 198 0 (Elliott 20 0 2).
Menonton televisi merupakan salah satu aktivitas fisik yang biasa
dilakukan anak. Bagi sebagian anak prasekolah, m enonton televisi merupakan
kegiatan bermain tambahan dan lebih banyak menyita waktu bermainnya
(Hurlock 198 0 ). Alokasi menonton televisi pada anak-anak m eningkat dari tahun ke
tahun (Am na 20 0 9). Waktu yang dihabiskan anak dalam m enonton televisi adalah
satu hingga empat jam per hari (Bappenas 20 10 ). Aktivitas menonton
televisi cenderung m enghabiskan lebih sedikit kalori per menit (Dale 20 0 1).
Suatu studi penelitian menunjukkan kegiatan menonton televisi anak
dilakukan sam bil m engemil atau makan (Noviana 20 0 2). Berkurangnya aktivitas
fisik dan m eningkatnya waktu menonton televisi berpotensi menimbulkan
berbagai masalah gizi dan kesehatan. Berdasarkan latar belakang tersebut
peneliti tertarik untuk mempelajari hubungan aktivitas fisik, waktu m enonton
televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan pada
anak prasekolah.
Tu ju an u m u m
Tu ju an
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
aktivitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi
dan status kesehatan pada anak usia prasekolah (4-6 tahun).
Tu ju an Kh u s u s
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh m eliputi: usia, jenis kelamin, berat
badan, dan tinggi badan.
2. Mengidentifikasi karakteristik keluarga contoh meliputi: pekerjaan,
pendidikan, pendapatan dan besar keluarga.
3. Menilai tingkat aktivitas fisik contoh.
4. Menghitung waktu m enonton televisi contoh.
5. Menilai konsumsi pangan dan tingkat kecukupan zat gizi.
6. Menilai status gizi dan status kesehatan contoh.
7. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, waktu menonton televisi,
dan tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi dan status kesehatan
Ke gu n aan Pe n e litian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi orang
tua maupun guru di sekolah tentang aktivitas fisik, kebiasaan menonton televisi,
dan konsum si pangan dan kaitannya dengan status gizi dan status kesehatan
pada anak prasekolah. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi m asukan
bagi orang tua dan guru untuk m emperhatikan kebutuhan dan asupan gizi pada
TIN J AU AN P U S TAKA
An ak U s ia Pras e ko lah
Kelompok anak usia prasekolah terdiri atas 2 kelom pok, yaitu anak usia
1-3 tahun dan usia 4-6 tahun (PERSAGI 1990 ). Usia prasekolah m erupakan
periode keemasan atau golden age dalam proses perkembangan anak.
Pertum buhan fisik dan motorik cukup pesat terjadi pada masa usia prasekolah
yang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Pada usia ini, anak berusaha
mengendalikan lingkungan dan belajar menyesuaikan diri secara sosial (Hurlock
1991).
Perkembangan seorang anak tergantung pada bagaim ana orang tua
memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, dan cinta kasih. Anak
seringkali mendapat kesulitan dalam hal makanan dan tidur, serta m enyesuaikan
diri dengan orang lain. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting
untuk m enunjang aktivitasnya, sehingga pada m asa ini anak m emerlukan
perhatian khusus serta penanganan baik dari segi pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (Hurlock 1991).
Masalah kesehatan yang sering dijumpai pada anak prasekolah adalah
pertumbuhan fisik yang tidak optimal akibat kurang gizi. Kurang gizi pada masa
ini menyebabkan gangguan pertumbuhan dan menurunkan kekebalan terhadap
penyakit. Sebaliknya, m asalah kesehatan pada anak juga dapat disebabkan gizi
lebih yang beresiko menyebabkan kegem ukan dan menderita penyakit
degeneratif (Santoso 20 0 4).
Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai potensi
genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan ini akan dipengaruhi oleh konsum si zat
gizi anak dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan
dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang m enyimpang dari pola standar
(Khomsan 1993).
Anak usia prasekolah merupakan konsumen aktif, karena mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak m ulai bergaul
dengan lingkungannya atau bersekolah sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku, termasuk perilaku m akan. Pergaulan dengan anak-
anak yang lebih besar dapat m enimbulkan anak senang jajan. J ajanan yang
dipilih dapat mengurangi asupan gizi yang diperlukan bagi tubuhnya dan
Aktivitas Fis ik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk
metabolisme basal. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru m emerlukan
tam bahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh
dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang
dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lam a
dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 20 0 3).
Pemasukan energi tanpa diimbangi aktivitas fisik yang seim bang dapat
berdampak pada kegem ukan. Modernisasi yang terjadi saat ini m elalui
perkembangan fasilitas-fasilitas berbasis teknologi menyebabkan terbatasnya
gerak dan aktivitas. Memiliki waktu yang lebih banyak untuk menonton televisi,
berm ain komputer atau play station telah m enjadi bagian dari aktivitas yang
dilakukan anak-anak. Hal ini menyebabkan energi yang dihabiskan lebih sedikit
sedangkan makanan yang dikonsum si jum lahnya sama, bahkan melebihi
kebutuhan jika ditambah kebiasaan mengunyah makanan sambil m enonton
televisi (Wirakusumah 1994).
Penilaian aktivitas fisik dapat diukur menggunakan em pat dim ensi utam a,
yaitu tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas aktivitas fisik. Frekuensi aktivitas fisik
adalah jumlah sesi aktivitas fisik per satuan waktu. Durasi aktivitas fisik
merupakan lamanya waktu yang dihabiskan ketika m elakukan aktivitas fisik.
Pola aktivitas pada anak lebih kom pleks dan m ultidim ensional dibandingkan
pada orang dewasa (Sjostrom et al 20 0 5).
Penggolongan jenis aktivitas fisik anak-anak dalam FAO/ WHO/ UNU
(20 0 1) adalah tidur, sekolah, kegiatan ringan (duduk, berdiri, bermain ringan),
kegiatan sedang (berjalan, menyapu, mengepel), dan kegiatan berat
(mengangkat air, olahraga, berlari). Gaya hidup yang tidak tepat dan aktivitas
fisik yang menurun akan berpengaruh pada kondisi tubuh seseorang, terutama
pada masa anak-anak. Saat ini para orang tua banyak yang memanjakan anak
mereka dengan berbagai jenis pangan. Pengukuran aktivitas fisik pada anak-
anak adalah penting untuk melihat penggunaan energi yang diperlukan untuk
menentukan kecukupan konsum si energi (Santoto 1994).
Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selam a 24 jam.
(tahun) Jenis kelamin
Ringan Sedang Berat
1-6 Laki-laki, perempuan 1,45 1,60 1,90
merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan
dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
PAL =
24 jam
(PAR x alokasi waktu tiap aktivitas)
Keterangan : PAL : Phy sical Activ ity Lev el (tingkat aktivitas fisik)
PAR : Phy sical Activity Ratio (jum lah energi yang dikeluarkan untuk tiap
jenis kegiatan per satuan waktu terten tu)
Nilai PAL m enurut berbagai intensitas aktivitas fisik yang umum nya
dilakukan anak-anak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai PAL untuk anak-anak berdasarkan usia dan jenis kelamin
Nilai PAL Usia
Sum ber : Shetty (1996) dan Torrun (1996) dalam Sjostrom et al 20 0 5
Tingkat aktivitas fisik akan m empengaruhi kebutuhan dan pengeluaran
energi seseorang. Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari kebutuhan
energi untuk komponen-komponen seperti angka metabolisme basal (AMB),
aktivitas fisik, dan pengaruh dinamika khusus m akanan (Almatsier 20 0 3). AMB
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.
Kebutuhan energi per kilogram berat badan pada anak usia prasekolah
lebih rendah dibandingkan pada usia batita. Hal ini dikarenakan pertumbuhan
mereka lebih lam bat dibandingkan pada saat mereka bayi sehingga kebutuhan
energinya pun turun dari 10 0 kkal/ kg berat badan menjadi 90 kkal/ kg berat
badan. Penggunaan energi dalam tubuh anak terdiri atas : a) 50 % untuk
metabolisme basal atau sekitar 55 kkal/ kg/ hari; b) 5-10 % untuk Specific Dy nam ic
Action (SDA); c) 12% untuk pertum buhan; d) 25% untuk aktivitas fisik atau
sebanyak 15-25 kkal/ kg/ hari; dan e) 10 % terbuang melalui feses (PERSAGI
1990 ).
W aktu Me n o n to n Te le vis i
Menurut Sum arwan (20 0 2) televisi telah menjadi m edium yang sangat
banyak menciptakan budaya popular. Televisi adalah medium untuk
menyam paikan banyak hal kepada masyarakat : sosial, politik, hiburan, olahraga,
berita, dan iklan komersial. Televisi di Indonesia telah m enciptakan budaya
hiburan bagi masyarakat. Pada saat ini hampir sebagian besar tayangan televisi
Televisi menggabungkan hal-hal yang m enarik dan m erupakan salah satu
hiburan yang paling popular selama masa kanak-kanak. Bagi sebagian anak
prasekolah dan bahkan yang lebih tua, menonton televisi m erupakan kegiatan
berm ain tambahan. Akan tetapi, kebanyakan anak menggunakan waktu untuk
menonton televisi lebih banyak dibandingkan kegiatan bermain lainnya. Daya
tarik terhadap televisi sangat berbeda-beda pada setiap tingkatan usia (Hurlock
198 0 ).
Rata-rata anak prasekolah menghabiskan waktu untuk menonton televisi
sebanyak setengah dari waktu kerja orang dewasa selam a sem inggu. Sejak
anak berusia 3 tahun sampai m asuk sekolah pada usia 6 tahun terjadi
peningkatan yang tajam dalam jum lah waktu yang dihabiskan untuk m enonton
televisi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat anak terhadap televisi,
yaitu usia, jenis kelamin, intelegensi, status sosioekonomi, prestasi akademik,
penerimaan sosial, dan kepribadian anak (Hurlock 198 0 ).
Intensitas alokasi waktu yang digunakan untuk m enonton TV di setiap
daerah dan juga keluarga m enunjukkan variasi meskipun secara keseluruhan
cukup intens, yaitu lebih dari satu jam per hari. Anak-anak di Sumatera Utara
menghabiskan waktu untuk menonton televisi m ulai dari satu jam hin gga lebih
dari em pat jam per hari. Rata-rata waktu anak menonton televisi di Propinsi DI
Yogyakarta relatif sedikit, yaitu di bawah dua jam per hari. Fenomena ini tak
lepas dari kebijakan pemerintah setempat yang kondusif m elalui pem biasaan
”jam belajar” di rumah sehingga kesem patan untuk m enonton televisi dapat
dikurangi. Meskipun lama menonton televisi sangat beragam, nam un hampir
sem ua orang tua mem iliki kekhawatiran yang sama terhadap dampak m enonton
televisi terhadap anak-anak sehingga orang tua berupaya untuk m embatasai
dengan cara m elarang atau juga m engalihkan aktivitas anak ke aktivitas lainnya
(Bappenas 20 10 ). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dunstan et al
tahun 20 10 , waktu m en onton televisi dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu ringan
(<2 jam per hari), sedang (≥2 sam pai <4 jam per hari), dan berat (≥4 jam per
hari).
Kegiatan menonton televisi adalah kegiatan rekreasi yang paling um um .
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
menonton televisi dan kesehatan, seperti aktivitas fisik, diet, dan status berat
badan (Meyer et al 20 0 8). Anak-anak yang menonton televisi cenderung
normal, nonton televisi bisa menggerakkan 12% penurunan m etabolisme dan
turun sebanyak 16% bagi anak yan g bertubuh gemuk (Dale 20 0 1). Banyaknya
aktivitas yang dilakukan, m aka jenis-jenis makanan yang m enyertai aktivitas
itupun semakin banyak. Kegiatan menonton televisi mempengaruhi asupan gizi
pada anak. Kegiatan m enonton televisi anak dilakukan sambil m engemil atau
makan (Novianan 20 0 2).
Ko n s u m s i Pan gan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi tubuh setiap hari
dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau
kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan.
Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti
jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik (Almatsier 20 0 3).
Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal/ beragam) yang
dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan
memperoleh pangan adalah untuk mendapatkan jumlah zat gizi yang diperlukan
tubuh. Pada dasarnya keadaan gizi ditentukan oleh konsum si pangan dan
kemampuan tubuh dalam menggunakan zat gizi tersebut (Hardinsyah dan
Martianto 198 9).
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu karakteristik
individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan. Karakteristik
individu yang mem pengaruhi konsumsi pangan meliputi um ur, jenis kelamin,
pengetahuan, pendapatan dan kesehatan. Karakteristik m akanan berupa rasa,
bentuk, warna, tekstur, dan penampilan akan m empen garuhi nafsu makan
seseorang. Karakteristik lingkungan yang m empengaruhi konsumsi pangan
adalah m usim, tingkat sosial masyarakat, pekerjaan dan jumlah keluarga (Harper
et al 20 0 9).
Penilaian konsumsi m akanan adalah salah satu metode yang digunakan
dalam penentuan status gizi perorangan maupun kelompok. Tujuan dari survei
konsum si makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan m akan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsum si makanan tersebut. Salah satu m etode
pengukuran konsumsi m akanan untuk individu antara lain adalah metode recall
24 jam. Beberapa penelitian m enunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam
optimal, dan m emberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu
(Supariasa et al 20 0 2).
Metode recall 24 jam memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan m etode recall 24 jam adalah (1) mudah dalam pelaksanaannya; (2)
biaya relatif m urah; (3) dapat m encakup banyak responden; dan (4) dapat
memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsum si individu sehingga
dapat dihitung intake zat gizi sehari. Adapun kekurangan m etode recall 24 jam,
yaitu (1) tidak dapat m enggambarkan asupan m akan sehari jika hanya dilakukan
recall sehari; (2) ketepatan sangat bergantung pada daya ingat responden; (3)
responden perlu diberikan m otivasi dan penjelasan tentang tujuan penelitian; dan
mem butuhkan tenaga yang terlatih (FKM-UI 20 0 7).
Ke bu tu h an En e rgi d a n Zat Gizi
Zat gizi m erupakan unsur-unsur yang terdapat dalam m akanan dan
diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan, seperti menghasilkan energi,
membangun dan m emelihara jaringan, serta m emproduksi substansial tertentu
seperti horm on, enzim, dan antibodi. Pengelompokkan zat gizi berdasarkan
jumlah yang dibutuhkan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi m akro dan zat
gizi mikro. Zat gizi m akro m erupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah
besar, sedangkan zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil. Zat gizi makro
terdiri atas karbohidrat, protein dan lemak. Zat gizi mikro terdiri atas vitamin
dan mineral (Sulistyoningsih 20 11).
Kebutuhan gizi seseorang adalah jum lah zat gizi yang diperkirakan cukup
untuk m em elihara kesehatan. Secara garis besar kebutuhan gizi ditentukan oleh
usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan. Kebutuhan gizi yang
terpenuhi dengan baik akan diperoleh status gizi yang baik pula. Kebutuhan gizi
pada anak harus terpenuhi dengan tepat. Kekurangan zat gizi pada anak dapat
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan infeksi. J ika berlebih dapat
menimbulkan obesitas (Uripi 20 0 3).
En e rg i
Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat,
lemak, dan protein. Setiap satu gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4
kalori, satu gram protein menghasilkan 4 kalori, dan satu gram lemak
dalam tubuh, yaitu untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan fungsi
jaringan tubuh, proses mempertahankan suhu tubuh, dan gerakan otot untuk
aktivitas (Uripi 20 0 3).
Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertam a sebesar 10 0 -120
kkal/ kg berat badan. Setiap tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi
anak turun 10 kkal/ kg berat badan. Kebutuhan energi pada anak dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Kebutuhan energi untuk anak menurut kelom pok um ur dan jenis kelamin
Kelom pok Um ur (tahun)
Kebutuhan Energi (kkal/ kg BB)
Pria Wanita
0 -1 110 -120 110 -120
1-3 10 0 10 0
4-6 90 90
6-9 80 -90 60 -80
10 -14 50 -70 40 -55
14-18 40 -50 40
Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber
lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu
bahan makanan sumber karbohidrat yang mengandung energi tinggi, seperti
padi-padian, umbi-umbian, dan gula m urni (Almatsier 20 0 3).
Karbo h id rat
Karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi utama. Selain sebagai
penghasil energi, karbohidrat juga m emiliki fungsi lain, yaitu m embantu
pengeluaran feses, sebagai cadangan energi, pemberi rasa manis pada
makanan, pengatur metabolisme lemak, dan sebagai bagian dari struktur sel
(Paath et al 20 0 2).
Sumber utama karbohidrat antara lain padi-padian, umbi-umbian, gula,
tepung-tepungan, dan roti. Konsumsi sumber karbohidrat yang berlebih terutama
gula pada anak-anak dapat m enyebabkan obesitas dan mem percepat timbulnya
aterosklerosis (pengapuran pembuluh darah) pada usia di atas 20 tahun.
Karbohidrat yang berlebih akan diubah menjadi lemak dan disimpan dibawah
kulit. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60 %-70 % dari total
Pro te in
Tubuh manusia terdiri atas berjuta-juta sel yang terbuat dari protein.
Fungsi utama protein di dalam tubuh adalah sebagai zat pem bangun. Selain itu,
protein juga mampu berfungsi sebagai zat pengatur, zat sumber tenaga, serta
sebagai alat pertahanan tubuh saat terserang penyakit (Uripi 20 0 3).
Protein yang terdapat dalam makanan, baik yang berasal dari hewani
maupun nabati akan diuraikan m enjadi asam -asama amino di dalam saluran
pencernaan oleh enzim dan cairan pencernaan. Selanjutnya, asam amino
diserap dalam usus, kem udian diangkut ke hati untuk diolah m enjadi bentuk lain
sesuai keperluan tubuh (Sediaoetama 20 0 6).
Kekurangan protein ditandai dengan kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, penurunan gerak reflek, dan menyebabkan pertumbuhan
terhambat. Kekurangan protein pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor
pada anak. Fisisologis balita yang sedang dalam masa pertum buhan mem iliki
kebutuhan
Le m a k
Lemak dan minyak merupakan zat gizi yang digunakan sebagai bahan
bakar dalam menghasilkan energi. Lemak terdiri dari molekul karbon, hidrogen
dan oksigen. Lemak dapat larut pada zat pelarut tertentu. Lemak yang ada
dalam m akanan m aupun tubuh dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utam a,
yaitu trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid (Hartono 20 0 6).
Lemak terbagi menjadi dua menurut sumber pangan, yaitu lemak hewani
dan lemak nabati. Lemak hewani berasal dari binatang seperti telur, ikan,
daging, dan susu. Lemak nabati bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Lemak
memberikan cita rasa yang gurih, m embuat tekstur makanan menjadi renyah,
serta memberi kandungan kalori yang tinggi. Dalam tubuh, lemak berfungsi
sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak (Sediaoetama 20 0 6).
Vitam in A
Vitam in A adalah vitamin yang larut dalam lem ak dan pelarut lem ak.
Vitam in A berperan penting dalam proses penglihatan, pertumbuhan, reproduksi,
perkembangan tulang, kekebalan, dan mempertahankan jaringan epitel. Vitamin
ini tahan terhadap panas, cahaya, dan alkali, tapi tidak tahan terhadap asam dan
Kekurangan terhadap vitamin A dapat menyebabkan kerusakan kornea
yang berakibat buruk pada kebutaan hingga kematian. Anak yang kekurangan
vitamin A akan beresiko terhadap penyakit infeksi dan pernapasan, serta diare.
Anak prasekolah yang menderita xeroftalmia akibat defisiensi vitamin A
diperkirakan berjumlah 6-7 juta anak setiap tahun. Keracunan atau kelebihan
vitamin A terjadi bila dikonsum si dalam dosis tinggi dengan jangka waktu yang
lama (Almatsier 20 0 3).
Sumber vitamin A terdapat dalam pangan hewani seperti hati, kuning
telur, susu, dan mentega. Vitam in A mengan dung karoten atau provitamin A
yang merupakan pigmen kuning. Karoten terdapat dalam bahan makanan
nabati, seperti papaya, wortel, bayam , brokoli dan seledri (Sediaoetama 20 0 6).
Vitam in C
Vitam in C merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini berperan
dalam pem bentukan kolagen yan g terdapat dalam tulang rawan, tulang, dan
dentin. Vitam in C berbentuk asam askorbat yang berperan dalam proses
penyem buhan luka, serta daya tahan tubuh m elawan penyakit infeksi. Vitamin C
termasuk golongan vitamin antioksidan yang m ampu m enangkal berbagai radikal
bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat m udah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Peran vitamin C sebagai antioksidan
juga dapat melindungi anak-anak dari pencemaran lingkungan. Kekurangan
vitamin C dapat m enyebabkan sariawan dan anem ia (Winarno 1992).
Sumber vitamin C adalah buah-buahan dan sayuran yang dimakan segar.
Proses penyimpanan dan pengolahan pangan yang m engandung vitam in C perlu
diperhatikan. Vitam in ini m udah rusak oleh pemanasan dan oksidasi udara.
Penyimpanan yang terlalu lam a akan menyebabkan kehilangan vitamin C
(Sulistyoningsih 20 11).
Vitam in D
Vitam in D sangat penting bagi kesehatan tulang karena berperan dalam
penyerapan kalsium di lambung dan saluran pencernaan, serta m embantu
pembentukan mineralisasi dalam tulang. Vitamin ini dapat disintesa dari jenis
kolesterol tertentu yang terdapat di dalam jaringan di bawah kulit. Defisiensi
dari vitamin D dapat pula memberikan gejala hy pervitam in osis D. Hal ini
menimbulkan perkapuran di dalam jaringan (Sediaoetama 20 0 6).
Vitam in D yang berasal dari makanan, suplemen dan paparan sinar
matahari bersifat inaktif secara biologis sehingga harus menjalani dua proses
hidroksilasi di dalam tubuh untuk mengaktifkannya. Bahan m akanan yang kaya
akan sumber vitam in D ialah susu dan m inyak ikan. Ikan salm on, kuning telur,
keju, tuna dan udang m erupakan bahan makanan hewani sumber vitamin D
(Sulistyoningsih 20 11).
Kals iu m ( Ca)
Kalsium merupakan mineral yan g berperan dalam pertumbuhan dan
kesehatan tulang serta gigi. Di samping itu, kalsium berperan dalam proses
pembekuan darah serta pengaturan denyut jantung. Penyerapan kalsium dalam
tubuh akan diperm udah bila kebutuhan akan vitamin D terpenuhi. Proses
penyerapan mineral ini terjadi dalam usus (Uripi 20 0 3).
Bahan makanan sumber kalsium utama bagi anak-anak adalah susu.
Susu nonfat termasuk salah satu sumber terbaik kalsium karena ketersediaan
biologiknya yang tinggi. Bahan makanan yang kaya akan kalsium dan m udah
diperoleh adalah kacang-kacangan dan hasil olahannya (tempe dan tahu),
sayuran hijau, serta ikan yang dimakan bersam a tulang (teri). Kekurangan
kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan pengurangan pada masa
dan kekerasan tulang yang sedang dibentuk (Almatsier 20 0 3).
Zat Be s i ( Fe )
Zat besi merupakan senyawa essensial untuk pembentukan hemoglobin.
Hemoglobin berperan dalam transportasi oksigen dari paru-paru menuju jaringan
tubuh. Kekurangan akan zat besi dapat menyebabkan kurang darah, lem ah dan
lesu, serta tidak tahan terhadap serangan penyakit (Almatsier 20 0 3),
Sumber zat besi yang paling baik adalah sumber protein hewani,
terutama daging, hati, kerang, dan telur. Serealia dan kacang-kacangan
merupakan sumber yan g baik, nam un m empunyai ketersediaan biologik yang
rendah. Walaupun mineral ini terdapat luas di dalam makanan, banyak
penduduk dunia yang mengalam i kekurangan besi, termasuk Indonesia.
Tin gkat Ke cu ku p an Gizi
Keadaan gizi seseorang dipengaruhi juga dengan tingkat kecukupan.
Tingkat kecukupan ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas
hidangan m enunjukkan adanya sem ua zat gizi yang diperlukan yang diperlukan
tubuh di dalam susunan hidangan. Kuantitas menunjukkan jumlah masing-
masing zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Konsumsi yang kurang baik
kualitasnya maupun kuantitasnya akan m emberikan kondisi status gizi yang
kurang atau defisiensi. Gizi kurang dapat disebabkan oleh susunan hidangan
yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhannya tidak m encukupi
kebutuhan badan. Kondisi ini terutama diderita oleh anak-anak yang sedang
tumbuh pesat yaitu kelompok anak balita (Sediaoetama 20 0 6).
Penilaian untuk mengetahui tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan
membandingkan antara konsum si zat gizi aktual dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan, kemudian hasil tersebut dinyatakan dalam bentuk persen
(Hardinsyah dan Briawan 1994). Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein
menurut Depkes (1996) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70 % AKG), (2) defisit
tingkat sedang (70 -79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (8 0 -8 9% AKG); (4)
normal (90 -119% AKG); dan kelebihan (≥120 % AKG). Klasifikasi tingkat
kecukupan vitamin dan mineral m enurut Gibson (20 0 5) yaitu kurang (<70 % AKG)
dan cukup (≥70 -79% AKG).
Statu s Gizi An ak
Status gizi merupakan salah satu faktor yang m enentukan sumberdaya
manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh
seseorang atau kelom pok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan
(absorbtion) dan penggunaan (utilization) zat gizi. Pada dasarnya, status gizi
merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan dimonitor dari
pertumbuhan fisik anak (Riyadi 20 0 1). Status gizi adalah suatu bagian penting
dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mem pengaruhi
kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga m empengaruhi status gizi
(Harper et al 20 0 9).
Prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik adalah m enggunakan
pengukuran antropometri, khususnya pengukuran berat badan. Ada beberapa
cara mengukur status gizi anak, yaitu dengan pengukuran antropometrik, klinik
Pengukuran antropometrik adalah yang relatif paling sederhana dan
banyak dilakukan. Indeks BB/ U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini.
Indeks TB/ U m enggambarkan status gizi masa lalu, dan indeks BB/ TB
menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini (Supariasa et al
20 0 2). Klasifikasi status gizi berdasarkan BB/ U atau TB/ U atau BB/ TB dengan
menggunakan nilai z-skor dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Klasifikasi status gizi balita
Indeks Kriteria Standar Z-skor
Gizi buruk < -3,0
Gizi kurang ≥ -3,0 s/ d < -2,0
BB/
U Gizi baik ≥ -2,0 s/ d ≤ 2,0
Gizi lebih > 2,0
Sangat Pen dek Pendek
< -3,0
≥ -3,0 s/ d < -2,0 TB/ U
BB/ TB
Norm al ≥ -2,0 s/ d ≤ 2,0
Tin ggi >2,0
Sangat kurus < -3,0
Kurus ≥ -3,0 s/ d < -2,0
Norm al ≥ -2,0 s/ d ≤ 2,0
Gem uk > 2,0
Sum ber : Riskesdas (20 0 7)
Statu s Ke s e h atan
Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialam i oleh seseorang,
penyakit yang diderita merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
keadaan kesehatan seseorang (Herlina 20 0 1). Keadaan lingkungan fisik
menentukan tingkat kesehatan masyarakat yan g hidup di dalam nya dan dapat
diukur dalam angka kematian dan kesakitan penduduk (Depkes 1993).
Kekurangan makanan yang bergizi pada anak menyebabkan anak mudah
sekali terserang penyakit yang pada akhirnya berakibat pada gangguan
kesehatan. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan otak
dan terjadinya gangguan perkembangan intelegensi (Winarno 1992).
Infeksi dan demam dapat m enyebabkan turunnya nafsu makan anak atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan sehingga akan
berdampak pada terjadinya kurang gizi pada anak. Anak yang sakit dan sedang
dalam masa penyem buhan m emerlukan asupan pangan yang cukup untuk
meningkatkan status kesehatan yang m emburuk. Kondisi kesehatan yang buruk
pada anak sangat rawan karena pada periode ini kebutuhan zat gizi digunakan
KERAN GKA P EM IKIRAN
Status gizi merupakan salah satu faktor yang m enentukan sumberdaya
manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah hasil dari konsumsi zat gizi dan
pemanfaatannya dalam tubuh. Pada dasarnya, status gizi merupakan refleksi
dari makanan yang dikonsum si dan dimonitor dari pertumbuhan fisik anak (Riyadi
20 0 1). Status gizi dan status kesehatan saling mempengaruhi. Status gizi
adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang.
Tingkat kecukupan gizi juga mempengaruhi status gizi seseorang.
Konsumsi zat gizi yang cukup akan mengakibatkan status gizi yang baik pada
seseorang. Sebaliknya jika konsumsi zat gizi berlebih atau kekurangan akan
menimbulkan status gizi lebih atau kurang pada seseorang. Kekurangan atau
kelebihan konsumsi zat gizi dari kebutuhan normal dalam jangka waktu yang
lama dapat membahayakan kesehatan sehingga mempengaruhi status
kesehatan (Hardinsyah & Martianto 1992). Tingkat kecukupan gizi yang
menunjukkan konsumsi pangan yang baik.
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh faktor individu meliputi usia, jenis
kelam in, berat badan dan tinggi badan, serta aktivitas. Faktor keluarga yang
mempengaruhi konsumsi pangan m eliputi pekerjaan, pendapatan, pendidikan
dan besar keluarga (Sukandar 20 0 7). Konsumsi pangan seseorang dikatakan
baik jika sudah mem enuhi kebutuhannya. Kebutuhan gizi seseorang adalah
jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan.
Kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan
tinggi badan (Uripi 20 0 3). Status gizi yang baik akan tercapai m elalui konsum si
pangan yang memenuhi kebutuhan (Suhardjo 1996).
Banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan anak dipengaruhi oleh
karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Aktivitas fisik yang kurang akan
menyebabkan pengeluaran energi yang sedikit. Ketidakseim bangan antara
aktivitas fisik, pengeluaran energi dan konsumsi pangan akan berdam pak pada
status gizi dan status kesehatan. Perkembangan fasilitas-fasilitas berbasis
teknologi menyebabkan terbatasnya gerak dan aktivitas. Hal ini m enyebabkan
meningkatnya waktu m enonton televisi. Berkurangnya aktivitas fisik dan
meningkatnya waktu menonton televisi m enyebabkan tim bulnya berbagai
masalah gizi dan kesehatan. Kegiatan menonton televisi anak biasa dilakukan
sambil m engemil atau makan (Noviana 20 0 2). Hubungan antara variabel
Karakteristik Anak • Usia
• J enis kelam in • BB
• TB
Karakteristik Keluarga • Pekerjaan • Pendapatan • Pendidikan • Besar keluarga
Waktu MenontonTelevisi
Aktifitas fisik
Pengeluaran energi
Kebutuhan energi dan zat gizi
Konsum si Pangan
Tin gkat Kecukupan energi dan zat gizi
Status gizi Status kesehatan
Gam bar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara aktifitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsum si pangan dengan status gizi dan status kesehatan.
Keterangan :
= hubun gan yan g diteliti
METOD E
D e s ain , Te m p at, d an W aktu
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu
pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah
TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong. Pem ilihan lokasi penelitian dilakukan secara
purposive sam pling dengan pertimbangan kem udahan akses dan perizinan
dalam pelaksanaan penelitian. Kriteria yang digunakan dalam penetapan Taman
Kanak-kanak adalah memiliki kelas bagi anak prasekolah usia 4-6 tahun dengan
jumlah siswa lebih dari 30 anak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember
20 11.
Ju m lah d an Cara Pe n arikan Co n to h
Populasi dari penelitian ini adalah siswa TKA Plus Ihsan Mulya Cibinon g
yang berusia 4-6 tahun. J um lah populasi siswa sebanyak 8 0 orang. Adapun
penentuan sampel didasarkan atas kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi
merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat
diikut sertakan sebagai sumber data dalam penelitian. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini meliputi : 1) contoh dalam keadaan sehat dan 2) orangtua (ibu)
mengijinkan anaknya m enjadi contoh penelitian. Contoh yang berusia kurang
dari 6 tahun 6 bulan dikategorikan dalam kelompok usia 6 tahun. Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah anak yang memiliki penyakit bawaan sejak
lahir.
Besar sam pel m erupakan bagian dari anggota populasi yang dijadikan
sampel. Besar sampel yang diperoleh adalah sebanyak 32 orang yang dihitung
berdasarkan rumus perhitungan proporsi sampel menurut Notoatmodjo (20 10 )
sebagai berikut :
n = d2
Z2 P (1- P)
Keteran gan : n = jum lah sam pel
Z = derajat kem aknaan (1,96)
Je n is d an Cara Pe n gu m p u lan D ata
J enis data yang dikum pulkan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi data karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh,
aktivitas fisik dan waktu menonton televisi, serta konsum si pangan. Data
sekunder m eliputi gam baran um um sekolah tem pat penelitian berlangsung.
Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 J enis data, variabel, cara pengumpulan data, dan alat bantu
J enis
Data Variabel Dan Data
Karakteristik contoh 1. Nam a
2. Alam at 3. J enis kelam in 4. Usia
Cara
Pengum pulan Data Alat Bantu
Pengisian kuesioner
oleh ibu con toh Kuesioner
5. Berat badan Pengukuran langsung
(BB, TB)
Tim bangan injak,
6. Tinggi badan
Karakteristik keluarga contoh
M icrotoise
1. Besar Keluarga 2. Pendidikan
3. Pendapatan Keluarga
Pengisian kuesioner oleh ibu con toh
Kuesioner
Pengisian kuesioner m etode pencatatan 4. Pekerjaan
Prim er Aktivitas fisik contoh dikom bin asikan dengan 2x24 jam oleh ibu an ak Kuesioner
Waktu m en onton televisi
wawancara
Lam a waktu dalam sehari
Pengisian kuesioner m etode pencatatan 2x24 jam oleh ibu an ak dikom bin asikan dengan
Kuesioner
Konsum si zat gizi
wawancara
1. J enis pan gan Pengisian kuesioner
oleh ibu anak dengan Kuesioner
2. J um lah konsum si
Status Kesehatan
m etode recall 2x24 jam
1. J enis penyakit 2. Lam a sakit (hari) 3. Tem pat berobat
Pengisian kuesioner
oleh ibu anak Kuesioner
Karakteristik sekolah
4. J enis penyem buhan
1. Nam a 2. Alam at
Sekunder 3. J um lah kelas
4. J um lah m urid 5. J um lah guru
Kerjasam a den gan pihak sekolah
Pengum pulan data primer diperoleh melalui alat bantu kuesioner.
Pengisian kuesioner dikombinasikan dengan metode wawancara. Kuesioner
penelitian diberikan dan diisi oleh ibu/ pengasuh contoh. Kuesioner meliputi
pertanyaan/ formulir tentang karakteristik contoh, karakteristik keluarga, keadaan
kesehatan, serta konsum si pangan dan aktivitas fisik hari ke-1 diberikan kepada
ibu contoh pada hari pertama penelitian. Pada hari kedua penelitian, enumerator
melakukan wawancara kepada ibu/ pengasuh contoh mengenai pengisian
kuesioner hari ke-1 untuk memverifikasi dan mengecek kelengkapan kuesioner,
serta memberikan form ulir konsumsi pangan dan aktivitas fisik hari ke-2. Hari
ketiga dilakukan penim bangan berat badan dan pengukuran tinggi badan contoh,
melakukan wawancara mengenai pengisian kuesioner hari ke-2, serta
pengumpulan kuesioner oleh enumerator. Metode wawancara dikombinasikan
dengan observasi agar diperoleh inform asi yang lengkap.
Data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperoleh dari pengukuran
langsung menggunakan tim bangan injak digital (bathscale) dan m ikrotoise. Alat
yang digunakan telah dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.
Data konsum si pangan contoh diperoleh m elalui m etode record yang
dikombinasi dengan recall 2x24 jam , sedangkan data aktivitas fisik dan waktu
menonton televisi diperoleh m elalui metode pencatatan 2x24 jam. Data
pencatatan aktivitas fisik dan recall konsumsi pangan dilakukan pada hari yang
sama. Data status kesehatan diperoleh m elalui metode pencatatan berdasarkan
jenis penyakit dan lama sakit dalam satu bulan terakhir sebelum penelitian,
tem pat berobat, serta jenis pengobatan.
Pe n go lah an d an An alis a D ata
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for W in dow s versi 16,0 .
Pengolahan data meliputi verifikasi, coding, entri, cleanin g, dan selanjutnya
dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk m engecek konsistensi informasi yang
diperoleh. Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data.
Selanjutnya dilakukan entri data, kemudian dilakukan clean ing data untuk
memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik
contoh, karakteristik keluarga, aktivitas fisik, waktu menonton televisi, tingkat
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, nilai minim um dan
maksim um, nilai rata-rata dan standar deviasi. Data dianalisis m enggunakan
korelasi Rank Spearm an dan Pearson. Analasis data digunakan untuk m elihat
hubungan antara variabel penelitian.
Data aktivitas fisik yang diperoleh adalah jenis kegiatan dan alokasi waktu
setiap kegiatan. J enis kegiatan contoh dikelompokkan menjadi beberapa
kegiatan yaitu tidur, sekolah (termasuk mengerjakan PR dan m engaji), kegiatan
ringan, kegiatan sedang, dan kegiatan berat (Hardinsyah & Martianto 1992).
Masing-masing alokasi waktu dari jenis kegiatan akan dikalikan dengan nilai
Phy sical Activity Ratio (PAR). Nilai PAR tiap jenis kegiatan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai PAR menurut jenis kegiatan dan jenis kelamin
J enis Kegiatan Laki-laki Perem puan
Tidur 1.0 1.0
Sekolah 1.6 1.5
Kegiatan rin gan 1.6 1.5
Kegiatan sedan g 2.5 2.2
Kegiatan Berat 6.0 6.0
Sum ber : FAO/ WH O/ UNU (198 5) dalam H ardinsyah & Martianto (1992)
Aktivitas fisik diukur dengan m enggunakan Phy sical Activity Level (PAL).
Aktivitas fisik anak prasekolah digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu ringan
(1,45), sedang (1,60 ), dan berat (1,90 ). Nilai PAL diperoleh dengan menghitung
Nilai PAR dikalikan dengan alokasi waktu (jam) untuk setiap jenis kegiatan, lalu
dibagi dengan jumlah waktu dalam satu hari (24 jam )
Angka kebutuhan energi yang ditentukan dengan men ghitung angka
pengeluaran energi aktual yaitu tingkat aktivitas fisik dikalikan dengan angka
metabolisme basal pada anak usia prasekolah sebesar 55 kkal/ kg BB/ hari dalam
PERSAGI (1990 ). Rumus an gka kebutuhan energi sebagai berikut
(FAO/ WHO/ UNU 20 0 1) :
Angka kebutuhan en ergi = tingkat aktivitas fisik x an gka m etabolism e basal
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) konsum si m akanan pada
tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan ke dalam bentuk energi,
protein, lemak, vitam in dan m ineral per orang per hari. Data konsumsi pangan
zat gizi dengan m enggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan
Daftar Kandungan Gizi Makanan J ajanan (DKGJ ). Konversi dapat dihitung
dengan rum us sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994) :
KGij = Bj/ 10 0 x BDDj/ 10 0 x Gj
Keterangan :
KGij = Kandun gan zat gizi dari bahan m akanan j yang dikon sum si dengan berat B (g)
Bj = Berat bahan m akanan j yang dikonsum si (g)
Gj = Kandun gan zat gizi dalam 10 0 g BDD bahan m akanan
BDDj = Persen bahan m akanan j yang dapat dim akan (% BDD)
Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan tingkat kecukupan individu. Tingkat kecukupan energi dan
protein dihitung dengan memban dingkan jum lah energi dan protein yang
dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan protein contoh. Perhitungan tingkat
kecukupan energi dan protein dapat dilihat pada rumus berikut :
Tin gkat kecukupan E,P = Konsum si E.P x 10 0 %
Angka kebutuhan E,P
Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibandingkan terhadap
kecukupan protein, vitamin dan mineral. Angka kecukupan protein, vitamin dan
mineral yan g digunakan berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
(1998 ) dalam Supariasa (20 0 1) adalah 460 RE vitamin A, 45 m g vitamin C, 10 µg
vitamin D, 50 0 µg kalsium, dan 9 mg zat besi. Perhitungan tingkat kecukupan
vitamin dan m ineral dapat Kandungan dilihat pada rum us berikut:
Tin gkat kecukupan zat gizi = Konsum si zat gizi x 10 0 % Angka
kecukupan zat gizi
Penentuan status gizi berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan
(BB/ TB) dengan m en ggunakan standar baku WHO-NCHS. Status gizi
dikategorikan m enjadi gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Penentuan
status kesehatan berdasarkan jenis penyakit dan lama sakit dalam satu bulan
terakhir sebelum penelitian. Kategori pengukuran berdasarkan variabel
Tabel 6 Variable dan kategori data
No. Variabel Kategori
1. Kecil (≤ 4 orang)
1. Besar keluarga 2. Sedan g (5-6 orang)
1. PNS
3. Besar (≥ 7 orang)
2. Pekerjaan oran gtua
3. Pendidikan orangtua
4. Tin gkat aktifitas fisik
(Sjostrom et al 20 0 5)
5. Tin gkat pen dapatan keluarga
(Rp/ kapita/ bulan)
6. Waktu m enonton televisi
(Dunstan et al 20 10 )
7. Tin gkat Kecukupan Energi
dan Protein (Depkes 1996)
8. Tin gkat kecukupan vitam in
dan m in eral (Gibson 20 0 5)
9. Status gizi (WH O)
2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta
4. Tidak bekerja/ Ibu rum ah tangga
1. SD 2. SMP 3. SMA
4. Akadem i / sarjana 5. Pasca sarjana
1. Sangat rin gan (<1,45) 2. Ringan (1,45-1,59) 3. Sedang (1,60 -1,89) 4. Berat (1,90 )
1. Rum ah tan gga tidak m iskin (> garis kem iskinan)
2. Rum ah tan gga m iskin (≤ garis kem iskinan)
1. Ringan (<2 jam per hari),
2. Sedan g (≥2 sam pai <4 jam per hari),
3. Berat (≥4 jam per hari).
1. Defisit tingkat berat (<70 % angka
kebutuhan)
2. Defisit tin gkat sedang (70 -79% angka kebutuhan)
3. Defisit tin gkat ringan (80 -89% angka kebutuhan)
4. Norm al (90 -119% an gka kebutuhan)
5. Kelebihan (≥120 % an gka kebutuhan)
1. Kurang (<77% angka kecukupan)
2. Cukup (≥77% angka kecukupan)
1. BB/ U 2. TB/ U 3. BB/ TB
10 . Status kesehatan 1. J enis penyakit
2. Lam a sakit
D e fin is i Op e ras io n al
As u p an e n e rgi d an za t gizi adalah jumlah energi (kkal), protein (g), karbohidrat
(g), lem ak (g), vitam in A (RE), vitamin C (mg), vitam in D (µg), kalsium (µg) dan
zat besi (m g) bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi contoh
dalam sehari.
Aktivitas fis ik adalah kegiatan contoh selama 24 jam yang meliputi tidur,
Be s ar ke lu arga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
dan satu dapur serta bergantung pada sumber penghidupan yang sama.
Co n to h adalah anak usia prasekolah yang berasal dari TKA Plus Ihsan Mulya
Cibinong yang berusia 4-6 tahun (usia kurang dari 6 tahun 6 bulan
dikategorikan dalam kelom pok usia 6 tahun), dalam keadaan sehat, bersedia
menjadi subyek penelitian, dan tidak memiliki penyakit bawaan sejak lahir.
Ko n s u m s i p an gan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh
dalam sehari.
Pe n d id ikan o ran gtu a adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai oleh
orangtua (ayah dan ibu) contoh.
Pe n ge lu aran e n e rgi adalah jum lah energi yang dikeluarkan berdasarkan
perhitungan angka metabolism e basal dan tingkat aktivitas fisik selama 1x24
jam .
Statu s gizi adalah kondisi fisik anak yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan zat gizi yang diukur dengan dengan cara z-skor
menggunakan indeks antropometri BB/ U, TB/ U dan BB/ TB.
Statu s ke s e h atan adalah keadaan kesehatan (riwayat sakit) anak dalam satu
bulan terakhir yang meliputi status sakit, jenis penyakit, frekuensi sakit
(berapa kali sakit) dan lama sakit (dalam hari).
Tin gkat aktivitas fis ik adalah intensitas kegiatan contoh yang dinyatakan
dengan nilai PAL (phy sical activ ity lev el).
Tin gkat ke cu ku p an adalah total konsumsi zat gizi aktual berdasarkan metode
recall 2 x 24 jam yang dibandingkan dengan angka kebutuhan zat gizi sehari
anak dan dinyatakan dalam persen.
Tin gkat p e n d ap atan ke lu arga adalah tingkat ekonomi rum ah tangga yang
dilihat dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi jumlah anggota
keluarga (per kapita).
W aktu m e n o n to n te le vis i adalah lama waktu yang dihabiskan untuk menonton
H AS IL D AN P EMB AH AS AN
Ke a d aan U m u m TK
TKA Plus Ihsan Mulya merupakan taman kanak-kanak Al-Quran yan g
berdiri pada tahun 20 0 2. Sekolah ini terletak di J l. Raya Al-Falah No.9,
Kelurahan Harapan J aya. Cibinong. J um lah seluruh siswa di TKA Plus Ihsan
Mulya sebanyak 87 siswa. Siswa yang menjadi contoh dalam penelitian ini
berjum lah 32 siswa, yaitu kelas A terdiri dari 7 siswa, kelas B1 terdiri dari 12
siswa, serta kelas B2 terdiri dari 13 siswa. J umlah guru di TKA Plus Ihsan Mulya
berjum lah 6 orang.
Kegiatan belajar m engajar dilm ulai pukul 8 .30 hingga 10 .30 . Kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan hari senin hingga kamis untuk kelas A,
sedangkan kelas B dilaksanakan hari senin hingga jumat.
Sarana dan prasarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya cukup
memadai. Sarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya terdiri dari tam an
berm ain dan tiga ruang kelas yang digunakan untuk kelas A, B1 dan B2.
Fasilitas yang terdapat di setiap ruang kelas adalah m eja siswa, kursi siswa, 1
buah m eja guru, 2 buah kursi guru, 1 buah papan tulis, dan 1 buah jam dinding.
Dinding kelas dihiasi oleh lukisan hasil karya siswa. J um lah meja dan kursi yang
terdapat disetiap kelas disesuaikan dengan jumlah m urid.
U s ia
Karakte ris tik Co n to h
Gam bar 2 menunjukkan sebaran usia contoh. Sebagian besar contoh
berusia 5 tahun (47%), dan sisanya berusia 6 tahun (31%) serta 4 tahun (22%).
Faktor umur menjadi penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah (Supariasa et al
20 0 2)
Je n is Ke lam in
Berdasarkan klasifikasi jenis kelam in, dapat diketahui bahwa sebagian
besar contoh berjenis kelamin perempuan (53%) dan sisanya adalah laki-laki
(47%) seperti yang terlihat pada Gambar 3. J enis kelamin adalah salah satu
faktor penentu kebutuhan dan pengeluaran energi contoh. Kebutuhan energi
seorang sehari ditaksir dari angka metabolisme basal (AMB), aktivitas fisik, dan
pengaruh dinam ika khusus makanan. AMB dipengaruhi oleh um ur, jenis
kelamin, berat badan dan tinggi badan (Almatsier 20 0 3).
Gam bar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin
Be rat Bad an
Berdasarkan Tabel 7, rata-rata berat badan contoh laki-laki dan
perempuan berada diatas berat badan ideal. Rata-rata berat badan contoh
perempuan lebih besar dibandingkan contoh laki-laki. Rata-rata berat badan
contoh kelom pok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 17,7 kg dan
perempuan sebesar 20 ,1 kg. Rata-rata berat badan contoh kelom pok usia 5-6
tahun adalah laki-laki sebesar 19,9 kg dan perempuan sebesar 21,4 kg.
Berdasarkan kelom pok usia, berat badan contoh laki-laki dan perempuan
menunjukkan bahwa sem akin bertambahnya usia maka berat badan juga
semakin besar.
Tabel 7 Rata-rata berat badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin
Berat Badan (rata-rata±SD) Berat Badan Ideal
Usia
Laki-laki Perem puan Laki-laki Perem puan
4-<5 tahun 17,7 ± 0 20 ,1 ± 7,5 17,6 16,7
Berat badan yang besar akan m empunyai AMB yang lebih tinggi
dibandingkan berat badan yang kecil. Berat badan sangat berpengaruh terhadap
angka m etabolism e basal. Berat badan dapat m enggambarkan komposisi tubuh.
Pada m asa bayi dan balita, berat badan digunakan untuk m elihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi (Almatsier 20 0 3).
Tin ggi Bad an
Tabel 8 menunjukkan rata-rata tinggi badan contoh laki-laki lebih tinggi
dibandingkan anak perem puan. Rata-rata tinggi badan contoh baik laki-laki
maupun perempuan berada diatas tinggi badan ideal, nam un pada kelom pok
usia 4-<5 tahun berada dibawah tinggi badan ideal. Rata-rata tinggi badan
contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 10 5,5 cm dan
perempuan sebesar 10 5 cm. Rata-rata tinggi badan contoh kelom pok usia 5-6
tahun adalah laki-laki sebesar 113,3 cm dan perempuan sebesar 111,6 cm.
Semakin bertambahnya usia, maka tinggi badan juga m eningkat. Pada keadaan
normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan usia (Supariasa et al
20 0 2).
Tabel 8 Rata-rata tinggi badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin
Tin ggi Badan (rata-rata±SD) Tin ggi Badan Ideal
Usia
Laki-laki Perem puan Laki-laki Perem puan
4-<5 tahun 10 5,5 ± 0 10 5,0 ± 6,5 10 6.2 10 4.8
5-6 tahun 113,3 ± 4,8 111,6 ± 3,9 113.1 111.5
Tinggi badan dapat menggambarkan status gizi seseorang. Tinggi badan
pada dasarnya merupakan hasil pengukuran terhadap jaringan tulang tubuh.
Tinggi badan merupakan gabungan dari pengukuran kom ponen-kom ponen tubuh
seperti kaki, pelvis, punggung, dan kepala. Tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi
zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama
(J ellife & J ellife 198 9).
Pe n d id ikan Oran gtu a
Karakte ris tik Ke lu arga
Pendidikan orangtua contoh dapat dilihat pada Tabel 9. Rata-rata
rata pendidikan ibu contoh adalah SMA sebesar 53%. Berdasarkan Tabel 8
dapat diketahui bahwa pendidikan tertinggi ayah contoh adalah S2/ S3 (3,1%)
dan pendidikan tertinggi ibu contoh adalah akadem i/ S1 (15,6%). Pendidikan
terendah baik ayah maupun ibu contoh adalah SD (masing-masing 3,1% dan
6,3%).
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua
Ayah Ibu
Pendidikan
n % n %
SD 1 3.1 2 6.3
SMP 4 12.5 8 25.0
SMA 12 37.5 17 53.1
Akadem i/ S1 14 43.8 5 15.6
S2/ S3 1 3.1 0 0 .0
Total 32 10 0 32 10 0
Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap pola asuh anak term asuk pemberian makan, pola
konsum si pangan dan status gizi. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan
anak (Rahmawati 20 0 6).
Pe ke rjaan Oran gtu a
Tabel 10 menunjukkan sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai
pegawai swasta (50 %), sedangkan lainnya bekerja sebagai pegawai PNS
(18,8 %), wiraswasta (31,3%) dan tidak ada ayah contoh yang tidak bekerja.
Sebagian besar ibu contoh m erupakan ibu rum ah tangga (59,4%) dan lainnya
bekerja sebagai swasta (3,1%), wiraswasta (15,6%) dan PNS (21,9%).
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua
J enis pekerjaan Ayah Ibu
n % n %
PNS 6 18.8 7 21.9
Swasta 16 50 .0 1 3.1
wiraswasta 10 31.3 5 15.6
Tidak bekerja/ ibu rum ah tangga 0 0 .0 19 59.4
Pekerjaan term asuk ke dalam salah satu sum ber pendapatan dalam
keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga
tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. J ika keluarga tidak mem iliki
pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat
dipastikan (Khom san 20 0 7).
Be s ar Ke lu arga
Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar keluarga.
Sebagian besar keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil (8 1,3%).
Konsumsi pangan dalam suatu keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga. Sem akin besar suatu keluarga, maka pangan yang untuk setiap anak
berkurang. Keluarga akan lebih m udah memen uhi kebutuhan akan makanannya
jika jumlah anggota keluarga yang harus diberi makan lebih sedikit (Suhardjo
20 0 3).
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Besar Keluarga n %
Kecil (≤ 4 orang) 26 81.3
Sedang (5-6 orang) 5 15.6
Besar (≥ 7 orang) 1 3.1
Total 32 10 0
Tin gkat Pe n d ap atan Ke lu arga
Tabel 12 m enunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan
keluarga per kapita per bulan. Sebagian besar pendapatan keluarga contoh
berada pada kategori Rp360 .0 0 0 – Rp650 .0 0 0 / kapita/ bulan (59,4%). Rata-rata
pendapatan keluarga contoh sebesar Rp 582.991/ kapita/ bulan.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan keluarga per bulan
Besar Pendapatan (Rp/ kapita/ bulan) n %
≤ Rp 350 .0 0 0 5 15.6
Rp 360 .0 0 0 - Rp 650 .0 0 0 19 59.4
> Rp 660 .0 0 0 8 25
Total 32 10 0
Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
pangan dalam suatu keluarga. Pada umum nya, jika tingkat pendapatan naik,
jumlah dan jenis makanan cenderung membaik pula (Sukandar 20 0 7).
Tabel 13 m enunjukkan sebagian besar contoh berada pada kategori
rum ah tangga tidak miskin (90 ,6%) jika dibandingkan dengan garis kemiskinan di
Kabupaten Bogor. Nam un, masih terdapat contoh yang termasuk dalam kategori
rum ah tangga miskin yaitu sebesar 9,4%. Pendapatan per kapita per bulan
menunjukkan garis kemiskinan penduduk di suatu wilayah. Garis kemiskinan di
Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp 293.0 15 (BPS 20 11).
Tabel 13 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kemiskinan
Kategori Kem iskinan n %
Rum ah tangga m iskin (≤ Rp 293.0 15) 3 9.4
Rum ah tangga tidak m iskin (> Rp 293.0 15) 29 90 .6
Total 32 10 0
Konsep dasar garis kemiskinan ditetapkan berdasarkan besarnya
pengeluaran untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seseorang agar dapat
hidup dengan layak. Hal ini menunjukkan jika suatu keluarga berada dibawah
garis kem iskinan, maka keluarga tersebut tidak mampu untuk m emenuhi
kebutuhan dari setiap anggota keluarganya. Kemiskinan di tingkat keluarga akan
menurunkan kuantitas dan kualitas konsumsi makanan dan aksesibilitas
pelayanan kesehatan (Khom san 20 0 9).
Aktivitas Fis ik An ak U s ia Pras e ko lah
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa rata-rata AMB contoh laki-laki
sebesar 977 kkal lebih besar dibanding contoh perempuan yaitu 967 kkal. Hal ini
menurut Sizer dan Whitney (20 0 0 ) dikarenakan kom posisi tubuh laki-laki yang
lebih didominasi otot dibandingkan perempuan yang lebih banyak jaringan
adiposa sehingga m empengaruhi nilai AMB. Semakin banyak jaringan otot yang
dimiliki maka akan semakin besar energi yang diperlukan untuk kerja otot. Selain
[image:31.596.116.484.685.753.2]itu, angka m etabolism e basal perempuan lebih rendah 5% daripada laki-laki.
Tabel 14 Rata-rata angka metabolisme basal (AMB) berdasarkan jenis kelamin
J enis Kelam in Angka Metabolism e Basal(rata-rata ± SD)
Laki-laki 977 ± 8 0 ,7
Perem puan 967 ± 82,4
Tabel 15 menunjukkan rata-rata alokasi waktu (jam/ hari) berdasarkan
jenis kegiatan. Sebagian besar kegiatan anak prasekolah dihabiskan untuk tidur,
yaitu sebanyak 10 ,5 jam / hari. Selain itu, rata-rata anak prasekolah juga banyak
mengalokasikan waktu mereka untuk sekolah, berjalan dan bersepeda,
menonton televisi, bermain ringan, serta makan dan minum. Kegiatan mandi dan
berpakain memiliki alokasi waktu yang paling kecil dibanding kegiatan lainnya,
yaitu 1 jam / hari.
Tabel 15 Rata-rata alokasi waktu (jam/ hari) berdasarkan jenis kegiatan
J enis Kegiatan Rata-rata (J am / H ari)
Tidur 10 .5
Sekolah 3.7
Bem ain rin gan 1.5
Berjalan,bersepeda 3.0
Makan dan m inum 1.3
Mandi, berpakaian 1.0
Menonton tv 2.9
Total 24.0
Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh berada pada
kategori tingkat aktivitas fisik (PAL) ringan (62,5 %). Adapun contoh yang berada
pada kategori tingkat sangat ringan (34,4%) um umnya contoh tersebut mem iliki
waktu tidur yang lebih banyak, tidak mengikuti aktivitas mengaji dan lebih sering
melakukan aktivitas m enonton televisi atau m elakukan kegiatan bermain ringan.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL)
Tin gkat Aktivitas Fisik n %
Sangat ringan (<1,45) 11
34,4
Ringan (1,45≤PAL≤1,59) 20
62,5
Sedang (1,60≤PAL≤1,8 9) 1
3,1
Berat (≥1,90 ) 0
0 ,0
Total 32
10 0 ,0
Min-m aks 1,35-1,60
Rata-rata ± SD 1,44 ± 0 ,0 5
Aktivitas fisik yang sangat ringan pada anak dapat berdam pak pada
kesehatan dan perkembangan anak. Usia prasekolah membutuhkan berbagai
aktivitas fisik yang menunjang bagi perkembangan fisik maupun motorik anak.
Rendahnya aktivitas fisik dapat beresiko m engalami kegem ukan atau obesitas,
Berdasarkan Tabel 17, pengeluaran energi pada contoh laki-laki lebih
besar dibandingkan pengeluaran energi pada contoh perempuan. Rata-rata
pengeluaran energi contoh laki-laki sebesar 1422 kkal, sedangkan rata-rata
pengeluaran energi contoh perempuan sebesar 1372 kkal. Hal ini disebabkan
angka metabolisme basal laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan laki-
laki cenderung lebih aktif serta lebih banyak m elakukan kegiatan berat daripada
perempuan sehingga pengeluaran energinya lebih besar pada contoh laki-laki
dibandingkan perempuan.
Tabel 17 Rata-rata pengeluaran energi contoh berdasarkan jenis kelamin
J enis kelam in Pengeluaran Energi (kkal/ hari)
Laki-laki 1422 ± 10 2,7
Perem puan 1372 ± 142,3
Rata-rata ± SD 140 0 ± 121,2
Besar energi yang dikeluarkan berkaitan dengan kejadian gizi lebih.
Energi dari konsumsi pangan yang tidak dibakar dengan aktivitas fisik akan
menjadi tumpukan lemak dalam tubuh. Ada dua cara utama tubuh
mengeluarkan energi yaitu metabolisme basal dan aktivitas fisik. Kedua hal
tersebut merupakan komponen utama dalam pengeluaran energi (Sizer &
Whitney 20 0 0 ).
W aktu Me n o n to n Te le vis i An ak U s ia Pras e ko lah
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa sebagian besar contoh m emiliki
waktu m enonton televisi pada kategori sedang (59,4%). Berdasarkan hasil
wawancara, diketahui bahwa contoh