• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Aktivitas Fisik, Waktu Menonton Televisi, dan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Anak Usia Prasekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Aktivitas Fisik, Waktu Menonton Televisi, dan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Anak Usia Prasekolah"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

AB S TRACT

MEILITA KUSRAMADHANTY. Correlation Between Physical Activity, Time Watching Television, and Food Consumption on Nutritional and Health Status of Preschool Children. Under direction of KATRIN ROOSITA.

The objectives of the following study were to analyze correlation between physical activities, television viewing, and food consumption on nutritional and health status of preschool children in TKA Plus Ihsan Cibinong. The cross sectional study was used and 32 subjects (15 males and 17 females) was chosen by purposive sam pling. The inclusion criteria to choose the study samples were preschool children 4-6 years old, good health, no congenital disease, and their parents allowed them to become samples of research. The physical activity (2x24 hours), television viewing time (2x24 hours), food consumption (2x24 hours), nutritional status (age, weight and height), and health status (duration and frequency of sickness) data were collected. Statistical analysis showed that physical activity level was significantly associated with television viewing tim e (p

<0 .0 1). Nutritional status was significantly associated (p<0 ,0 5) with intake of energy, protein, carbohydrate, fat and calcium . The result also showed that health status significantly associated (p<0 ,0 5) with intake of energy, protein, vitamin D, and calcium. Nutritional status was significantly associated (p<0 .0 1,

r=0 ,598 ) with health status.

Ke yw o rd s: physical activities, television viewing tim e, food consumption,

(2)

P EN D AH U LU AN

Latar Be lakan g

Sumberdaya manusia (SDM) yang cerdas dan produktif m erupakan

prasyarat utama keberhasilan suatu bangsa. Pembangunan kualitas SDM harus

dilandasi oleh pentingnya kesadaran akan investasi kesehatan yang berorientasi

pada pembangunan kesehatan dan gizi. Menurut Syafiq (20 0 7), pendekatan gizi

dan kesehatan harus dilakukan secara simultan di seluruh tahap kehidupan,

khususnya tahapan awal kehidupan mulai dari janin, bayi baru lahir, perinatal,

anak di bawah tiga tahun, dan prasekolah.

Anak usia prasekolah m engalam i perkembangan fisiologik maupun

motorik yan g pesat. Perkem bangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik,

keadaan biologis anak yang meliputi status kesehatan dan gizi, serta lingkungan

tem pat tinggal (Sjostorm et al 20 0 5).

Usia prasekolah m erupakan usia yang rawan terhadap m asalah gizi.

Masalah gizi anak dapat berupa gizi kurang maupun gizi lebih. Masalah gizi

kurang yang sering ditem ukan pada anak prasekolah dapat mengakibatkan

gangguan pertum buhan. Sebaliknya, gizi lebih pada anak dapat menimbulkan

kegemukan atau obesitas pada anak, sehingga perlu pemantauan terhadap

status gizi anak (Depkes 20 0 0 ). Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor (20 10 )

menyatakan bahwa prevalensi kasus gizi kurang di Kabupaten Bogor adalah

9,3%, sedangkan prevalensi kasus gizi lebih hanya 1,6%.

Status gizi m erupakan keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat gizi.

Asupan zat gizi harus seimbang dengan kebutuhannya sehingga diperoleh status gizi

yang baik. Ketidakseimbangan asupan gizi, baik kekurangan atau

kelebihan zat gizi dapat mengakibatkan gangguan status kesehatan (Uripi 20 0 3).

Status kesehatan anak yang baik ditunjukan dengan ketahanan terhadap

penyakit. Anak dengan kondisi tubuh yang baik dapat m elakukan aktivitas fisik

secara norm al sesuai dengan periode usianya (Winarno 1992). Pada masa

prasekolah, anak mulai m emilih m akanan yang disukai dan tidak disukai,

sehingga m enyebabkan anak sulit m akan. Faktor ini menjadi pertimbangan

dalam upaya pemenuhan gizi dan kesehatan anak, khususnya usia prasekolah

(Khomsan 1993).

Aktivitas fisik m erupakan kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi

untuk m elakukan berbagai kegiatan fisik. Hasil penelitian di Amerika Serikat

(3)

aktif secara fisik, sehingga berkontribusi pada peningkatan prevalensi obesitas

sebesar 10 0 % sejak tahun 198 0 (Elliott 20 0 2).

Menonton televisi merupakan salah satu aktivitas fisik yang biasa

dilakukan anak. Bagi sebagian anak prasekolah, m enonton televisi merupakan

kegiatan bermain tambahan dan lebih banyak menyita waktu bermainnya

(Hurlock 198 0 ). Alokasi menonton televisi pada anak-anak m eningkat dari tahun ke

tahun (Am na 20 0 9). Waktu yang dihabiskan anak dalam m enonton televisi adalah

satu hingga empat jam per hari (Bappenas 20 10 ). Aktivitas menonton

televisi cenderung m enghabiskan lebih sedikit kalori per menit (Dale 20 0 1).

Suatu studi penelitian menunjukkan kegiatan menonton televisi anak

dilakukan sam bil m engemil atau makan (Noviana 20 0 2). Berkurangnya aktivitas

fisik dan m eningkatnya waktu menonton televisi berpotensi menimbulkan

berbagai masalah gizi dan kesehatan. Berdasarkan latar belakang tersebut

peneliti tertarik untuk mempelajari hubungan aktivitas fisik, waktu m enonton

televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan pada

anak prasekolah.

Tu ju an u m u m

Tu ju an

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

aktivitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi

dan status kesehatan pada anak usia prasekolah (4-6 tahun).

Tu ju an Kh u s u s

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh m eliputi: usia, jenis kelamin, berat

badan, dan tinggi badan.

2. Mengidentifikasi karakteristik keluarga contoh meliputi: pekerjaan,

pendidikan, pendapatan dan besar keluarga.

3. Menilai tingkat aktivitas fisik contoh.

4. Menghitung waktu m enonton televisi contoh.

5. Menilai konsumsi pangan dan tingkat kecukupan zat gizi.

6. Menilai status gizi dan status kesehatan contoh.

7. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, waktu menonton televisi,

dan tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi dan status kesehatan

(4)

Ke gu n aan Pe n e litian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi orang

tua maupun guru di sekolah tentang aktivitas fisik, kebiasaan menonton televisi,

dan konsum si pangan dan kaitannya dengan status gizi dan status kesehatan

pada anak prasekolah. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi m asukan

bagi orang tua dan guru untuk m emperhatikan kebutuhan dan asupan gizi pada

(5)

TIN J AU AN P U S TAKA

An ak U s ia Pras e ko lah

Kelompok anak usia prasekolah terdiri atas 2 kelom pok, yaitu anak usia

1-3 tahun dan usia 4-6 tahun (PERSAGI 1990 ). Usia prasekolah m erupakan

periode keemasan atau golden age dalam proses perkembangan anak.

Pertum buhan fisik dan motorik cukup pesat terjadi pada masa usia prasekolah

yang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Pada usia ini, anak berusaha

mengendalikan lingkungan dan belajar menyesuaikan diri secara sosial (Hurlock

1991).

Perkembangan seorang anak tergantung pada bagaim ana orang tua

memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, dan cinta kasih. Anak

seringkali mendapat kesulitan dalam hal makanan dan tidur, serta m enyesuaikan

diri dengan orang lain. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting

untuk m enunjang aktivitasnya, sehingga pada m asa ini anak m emerlukan

perhatian khusus serta penanganan baik dari segi pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan (Hurlock 1991).

Masalah kesehatan yang sering dijumpai pada anak prasekolah adalah

pertumbuhan fisik yang tidak optimal akibat kurang gizi. Kurang gizi pada masa

ini menyebabkan gangguan pertumbuhan dan menurunkan kekebalan terhadap

penyakit. Sebaliknya, m asalah kesehatan pada anak juga dapat disebabkan gizi

lebih yang beresiko menyebabkan kegem ukan dan menderita penyakit

degeneratif (Santoso 20 0 4).

Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai potensi

genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan ini akan dipengaruhi oleh konsum si zat

gizi anak dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan

dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang m enyimpang dari pola standar

(Khomsan 1993).

Anak usia prasekolah merupakan konsumen aktif, karena mereka sudah

dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak m ulai bergaul

dengan lingkungannya atau bersekolah sehingga anak mengalami beberapa

perubahan dalam perilaku, termasuk perilaku m akan. Pergaulan dengan anak-

anak yang lebih besar dapat m enimbulkan anak senang jajan. J ajanan yang

dipilih dapat mengurangi asupan gizi yang diperlukan bagi tubuhnya dan

(6)

Aktivitas Fis ik

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya. Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk

metabolisme basal. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar

metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru m emerlukan

tam bahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh

dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang

dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lam a

dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 20 0 3).

Pemasukan energi tanpa diimbangi aktivitas fisik yang seim bang dapat

berdampak pada kegem ukan. Modernisasi yang terjadi saat ini m elalui

perkembangan fasilitas-fasilitas berbasis teknologi menyebabkan terbatasnya

gerak dan aktivitas. Memiliki waktu yang lebih banyak untuk menonton televisi,

berm ain komputer atau play station telah m enjadi bagian dari aktivitas yang

dilakukan anak-anak. Hal ini menyebabkan energi yang dihabiskan lebih sedikit

sedangkan makanan yang dikonsum si jum lahnya sama, bahkan melebihi

kebutuhan jika ditambah kebiasaan mengunyah makanan sambil m enonton

televisi (Wirakusumah 1994).

Penilaian aktivitas fisik dapat diukur menggunakan em pat dim ensi utam a,

yaitu tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas aktivitas fisik. Frekuensi aktivitas fisik

adalah jumlah sesi aktivitas fisik per satuan waktu. Durasi aktivitas fisik

merupakan lamanya waktu yang dihabiskan ketika m elakukan aktivitas fisik.

Pola aktivitas pada anak lebih kom pleks dan m ultidim ensional dibandingkan

pada orang dewasa (Sjostrom et al 20 0 5).

Penggolongan jenis aktivitas fisik anak-anak dalam FAO/ WHO/ UNU

(20 0 1) adalah tidur, sekolah, kegiatan ringan (duduk, berdiri, bermain ringan),

kegiatan sedang (berjalan, menyapu, mengepel), dan kegiatan berat

(mengangkat air, olahraga, berlari). Gaya hidup yang tidak tepat dan aktivitas

fisik yang menurun akan berpengaruh pada kondisi tubuh seseorang, terutama

pada masa anak-anak. Saat ini para orang tua banyak yang memanjakan anak

mereka dengan berbagai jenis pangan. Pengukuran aktivitas fisik pada anak-

anak adalah penting untuk melihat penggunaan energi yang diperlukan untuk

menentukan kecukupan konsum si energi (Santoto 1994).

Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selam a 24 jam.

(7)

(tahun) Jenis kelamin

Ringan Sedang Berat

1-6 Laki-laki, perempuan 1,45 1,60 1,90

merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan

dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

PAL =

24 jam

(PAR x alokasi waktu tiap aktivitas)

Keterangan : PAL : Phy sical Activ ity Lev el (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Phy sical Activity Ratio (jum lah energi yang dikeluarkan untuk tiap

jenis kegiatan per satuan waktu terten tu)

Nilai PAL m enurut berbagai intensitas aktivitas fisik yang umum nya

dilakukan anak-anak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai PAL untuk anak-anak berdasarkan usia dan jenis kelamin

Nilai PAL Usia

Sum ber : Shetty (1996) dan Torrun (1996) dalam Sjostrom et al 20 0 5

Tingkat aktivitas fisik akan m empengaruhi kebutuhan dan pengeluaran

energi seseorang. Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari kebutuhan

energi untuk komponen-komponen seperti angka metabolisme basal (AMB),

aktivitas fisik, dan pengaruh dinamika khusus m akanan (Almatsier 20 0 3). AMB

dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.

Kebutuhan energi per kilogram berat badan pada anak usia prasekolah

lebih rendah dibandingkan pada usia batita. Hal ini dikarenakan pertumbuhan

mereka lebih lam bat dibandingkan pada saat mereka bayi sehingga kebutuhan

energinya pun turun dari 10 0 kkal/ kg berat badan menjadi 90 kkal/ kg berat

badan. Penggunaan energi dalam tubuh anak terdiri atas : a) 50 % untuk

metabolisme basal atau sekitar 55 kkal/ kg/ hari; b) 5-10 % untuk Specific Dy nam ic

Action (SDA); c) 12% untuk pertum buhan; d) 25% untuk aktivitas fisik atau

sebanyak 15-25 kkal/ kg/ hari; dan e) 10 % terbuang melalui feses (PERSAGI

1990 ).

W aktu Me n o n to n Te le vis i

Menurut Sum arwan (20 0 2) televisi telah menjadi m edium yang sangat

banyak menciptakan budaya popular. Televisi adalah medium untuk

menyam paikan banyak hal kepada masyarakat : sosial, politik, hiburan, olahraga,

berita, dan iklan komersial. Televisi di Indonesia telah m enciptakan budaya

hiburan bagi masyarakat. Pada saat ini hampir sebagian besar tayangan televisi

(8)

Televisi menggabungkan hal-hal yang m enarik dan m erupakan salah satu

hiburan yang paling popular selama masa kanak-kanak. Bagi sebagian anak

prasekolah dan bahkan yang lebih tua, menonton televisi m erupakan kegiatan

berm ain tambahan. Akan tetapi, kebanyakan anak menggunakan waktu untuk

menonton televisi lebih banyak dibandingkan kegiatan bermain lainnya. Daya

tarik terhadap televisi sangat berbeda-beda pada setiap tingkatan usia (Hurlock

198 0 ).

Rata-rata anak prasekolah menghabiskan waktu untuk menonton televisi

sebanyak setengah dari waktu kerja orang dewasa selam a sem inggu. Sejak

anak berusia 3 tahun sampai m asuk sekolah pada usia 6 tahun terjadi

peningkatan yang tajam dalam jum lah waktu yang dihabiskan untuk m enonton

televisi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat anak terhadap televisi,

yaitu usia, jenis kelamin, intelegensi, status sosioekonomi, prestasi akademik,

penerimaan sosial, dan kepribadian anak (Hurlock 198 0 ).

Intensitas alokasi waktu yang digunakan untuk m enonton TV di setiap

daerah dan juga keluarga m enunjukkan variasi meskipun secara keseluruhan

cukup intens, yaitu lebih dari satu jam per hari. Anak-anak di Sumatera Utara

menghabiskan waktu untuk menonton televisi m ulai dari satu jam hin gga lebih

dari em pat jam per hari. Rata-rata waktu anak menonton televisi di Propinsi DI

Yogyakarta relatif sedikit, yaitu di bawah dua jam per hari. Fenomena ini tak

lepas dari kebijakan pemerintah setempat yang kondusif m elalui pem biasaan

”jam belajar” di rumah sehingga kesem patan untuk m enonton televisi dapat

dikurangi. Meskipun lama menonton televisi sangat beragam, nam un hampir

sem ua orang tua mem iliki kekhawatiran yang sama terhadap dampak m enonton

televisi terhadap anak-anak sehingga orang tua berupaya untuk m embatasai

dengan cara m elarang atau juga m engalihkan aktivitas anak ke aktivitas lainnya

(Bappenas 20 10 ). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dunstan et al

tahun 20 10 , waktu m en onton televisi dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu ringan

(<2 jam per hari), sedang (≥2 sam pai <4 jam per hari), dan berat (≥4 jam per

hari).

Kegiatan menonton televisi adalah kegiatan rekreasi yang paling um um .

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

menonton televisi dan kesehatan, seperti aktivitas fisik, diet, dan status berat

badan (Meyer et al 20 0 8). Anak-anak yang menonton televisi cenderung

(9)

normal, nonton televisi bisa menggerakkan 12% penurunan m etabolisme dan

turun sebanyak 16% bagi anak yan g bertubuh gemuk (Dale 20 0 1). Banyaknya

aktivitas yang dilakukan, m aka jenis-jenis makanan yang m enyertai aktivitas

itupun semakin banyak. Kegiatan menonton televisi mempengaruhi asupan gizi

pada anak. Kegiatan m enonton televisi anak dilakukan sambil m engemil atau

makan (Novianan 20 0 2).

Ko n s u m s i Pan gan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi tubuh setiap hari

dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau

kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan.

Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti

jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik (Almatsier 20 0 3).

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal/ beragam) yang

dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan

memperoleh pangan adalah untuk mendapatkan jumlah zat gizi yang diperlukan

tubuh. Pada dasarnya keadaan gizi ditentukan oleh konsum si pangan dan

kemampuan tubuh dalam menggunakan zat gizi tersebut (Hardinsyah dan

Martianto 198 9).

Konsumsi pangan dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu karakteristik

individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan. Karakteristik

individu yang mem pengaruhi konsumsi pangan meliputi um ur, jenis kelamin,

pengetahuan, pendapatan dan kesehatan. Karakteristik m akanan berupa rasa,

bentuk, warna, tekstur, dan penampilan akan m empen garuhi nafsu makan

seseorang. Karakteristik lingkungan yang m empengaruhi konsumsi pangan

adalah m usim, tingkat sosial masyarakat, pekerjaan dan jumlah keluarga (Harper

et al 20 0 9).

Penilaian konsumsi m akanan adalah salah satu metode yang digunakan

dalam penentuan status gizi perorangan maupun kelompok. Tujuan dari survei

konsum si makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan m akan dan

gambaran tingkat kecukupan bahan makanan serta faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap konsum si makanan tersebut. Salah satu m etode

pengukuran konsumsi m akanan untuk individu antara lain adalah metode recall

24 jam. Beberapa penelitian m enunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam

(10)

optimal, dan m emberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu

(Supariasa et al 20 0 2).

Metode recall 24 jam memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan m etode recall 24 jam adalah (1) mudah dalam pelaksanaannya; (2)

biaya relatif m urah; (3) dapat m encakup banyak responden; dan (4) dapat

memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsum si individu sehingga

dapat dihitung intake zat gizi sehari. Adapun kekurangan m etode recall 24 jam,

yaitu (1) tidak dapat m enggambarkan asupan m akan sehari jika hanya dilakukan

recall sehari; (2) ketepatan sangat bergantung pada daya ingat responden; (3)

responden perlu diberikan m otivasi dan penjelasan tentang tujuan penelitian; dan

mem butuhkan tenaga yang terlatih (FKM-UI 20 0 7).

Ke bu tu h an En e rgi d a n Zat Gizi

Zat gizi m erupakan unsur-unsur yang terdapat dalam m akanan dan

diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan, seperti menghasilkan energi,

membangun dan m emelihara jaringan, serta m emproduksi substansial tertentu

seperti horm on, enzim, dan antibodi. Pengelompokkan zat gizi berdasarkan

jumlah yang dibutuhkan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi m akro dan zat

gizi mikro. Zat gizi m akro m erupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah

besar, sedangkan zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil. Zat gizi makro

terdiri atas karbohidrat, protein dan lemak. Zat gizi mikro terdiri atas vitamin

dan mineral (Sulistyoningsih 20 11).

Kebutuhan gizi seseorang adalah jum lah zat gizi yang diperkirakan cukup

untuk m em elihara kesehatan. Secara garis besar kebutuhan gizi ditentukan oleh

usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan. Kebutuhan gizi yang

terpenuhi dengan baik akan diperoleh status gizi yang baik pula. Kebutuhan gizi

pada anak harus terpenuhi dengan tepat. Kekurangan zat gizi pada anak dapat

menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan infeksi. J ika berlebih dapat

menimbulkan obesitas (Uripi 20 0 3).

En e rg i

Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat,

lemak, dan protein. Setiap satu gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4

kalori, satu gram protein menghasilkan 4 kalori, dan satu gram lemak

(11)

dalam tubuh, yaitu untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan fungsi

jaringan tubuh, proses mempertahankan suhu tubuh, dan gerakan otot untuk

aktivitas (Uripi 20 0 3).

Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertam a sebesar 10 0 -120

kkal/ kg berat badan. Setiap tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi

anak turun 10 kkal/ kg berat badan. Kebutuhan energi pada anak dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2 Kebutuhan energi untuk anak menurut kelom pok um ur dan jenis kelamin

Kelom pok Um ur (tahun)

Kebutuhan Energi (kkal/ kg BB)

Pria Wanita

0 -1 110 -120 110 -120

1-3 10 0 10 0

4-6 90 90

6-9 80 -90 60 -80

10 -14 50 -70 40 -55

14-18 40 -50 40

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber

lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu

bahan makanan sumber karbohidrat yang mengandung energi tinggi, seperti

padi-padian, umbi-umbian, dan gula m urni (Almatsier 20 0 3).

Karbo h id rat

Karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi utama. Selain sebagai

penghasil energi, karbohidrat juga m emiliki fungsi lain, yaitu m embantu

pengeluaran feses, sebagai cadangan energi, pemberi rasa manis pada

makanan, pengatur metabolisme lemak, dan sebagai bagian dari struktur sel

(Paath et al 20 0 2).

Sumber utama karbohidrat antara lain padi-padian, umbi-umbian, gula,

tepung-tepungan, dan roti. Konsumsi sumber karbohidrat yang berlebih terutama

gula pada anak-anak dapat m enyebabkan obesitas dan mem percepat timbulnya

aterosklerosis (pengapuran pembuluh darah) pada usia di atas 20 tahun.

Karbohidrat yang berlebih akan diubah menjadi lemak dan disimpan dibawah

kulit. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60 %-70 % dari total

(12)

Pro te in

Tubuh manusia terdiri atas berjuta-juta sel yang terbuat dari protein.

Fungsi utama protein di dalam tubuh adalah sebagai zat pem bangun. Selain itu,

protein juga mampu berfungsi sebagai zat pengatur, zat sumber tenaga, serta

sebagai alat pertahanan tubuh saat terserang penyakit (Uripi 20 0 3).

Protein yang terdapat dalam makanan, baik yang berasal dari hewani

maupun nabati akan diuraikan m enjadi asam -asama amino di dalam saluran

pencernaan oleh enzim dan cairan pencernaan. Selanjutnya, asam amino

diserap dalam usus, kem udian diangkut ke hati untuk diolah m enjadi bentuk lain

sesuai keperluan tubuh (Sediaoetama 20 0 6).

Kekurangan protein ditandai dengan kehilangan nafsu makan, penurunan

berat badan, penurunan gerak reflek, dan menyebabkan pertumbuhan

terhambat. Kekurangan protein pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor

pada anak. Fisisologis balita yang sedang dalam masa pertum buhan mem iliki

kebutuhan

Le m a k

Lemak dan minyak merupakan zat gizi yang digunakan sebagai bahan

bakar dalam menghasilkan energi. Lemak terdiri dari molekul karbon, hidrogen

dan oksigen. Lemak dapat larut pada zat pelarut tertentu. Lemak yang ada

dalam m akanan m aupun tubuh dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utam a,

yaitu trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid (Hartono 20 0 6).

Lemak terbagi menjadi dua menurut sumber pangan, yaitu lemak hewani

dan lemak nabati. Lemak hewani berasal dari binatang seperti telur, ikan,

daging, dan susu. Lemak nabati bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Lemak

memberikan cita rasa yang gurih, m embuat tekstur makanan menjadi renyah,

serta memberi kandungan kalori yang tinggi. Dalam tubuh, lemak berfungsi

sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak (Sediaoetama 20 0 6).

Vitam in A

Vitam in A adalah vitamin yang larut dalam lem ak dan pelarut lem ak.

Vitam in A berperan penting dalam proses penglihatan, pertumbuhan, reproduksi,

perkembangan tulang, kekebalan, dan mempertahankan jaringan epitel. Vitamin

ini tahan terhadap panas, cahaya, dan alkali, tapi tidak tahan terhadap asam dan

(13)

Kekurangan terhadap vitamin A dapat menyebabkan kerusakan kornea

yang berakibat buruk pada kebutaan hingga kematian. Anak yang kekurangan

vitamin A akan beresiko terhadap penyakit infeksi dan pernapasan, serta diare.

Anak prasekolah yang menderita xeroftalmia akibat defisiensi vitamin A

diperkirakan berjumlah 6-7 juta anak setiap tahun. Keracunan atau kelebihan

vitamin A terjadi bila dikonsum si dalam dosis tinggi dengan jangka waktu yang

lama (Almatsier 20 0 3).

Sumber vitamin A terdapat dalam pangan hewani seperti hati, kuning

telur, susu, dan mentega. Vitam in A mengan dung karoten atau provitamin A

yang merupakan pigmen kuning. Karoten terdapat dalam bahan makanan

nabati, seperti papaya, wortel, bayam , brokoli dan seledri (Sediaoetama 20 0 6).

Vitam in C

Vitam in C merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini berperan

dalam pem bentukan kolagen yan g terdapat dalam tulang rawan, tulang, dan

dentin. Vitam in C berbentuk asam askorbat yang berperan dalam proses

penyem buhan luka, serta daya tahan tubuh m elawan penyakit infeksi. Vitamin C

termasuk golongan vitamin antioksidan yang m ampu m enangkal berbagai radikal

bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat m udah

teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Peran vitamin C sebagai antioksidan

juga dapat melindungi anak-anak dari pencemaran lingkungan. Kekurangan

vitamin C dapat m enyebabkan sariawan dan anem ia (Winarno 1992).

Sumber vitamin C adalah buah-buahan dan sayuran yang dimakan segar.

Proses penyimpanan dan pengolahan pangan yang m engandung vitam in C perlu

diperhatikan. Vitam in ini m udah rusak oleh pemanasan dan oksidasi udara.

Penyimpanan yang terlalu lam a akan menyebabkan kehilangan vitamin C

(Sulistyoningsih 20 11).

Vitam in D

Vitam in D sangat penting bagi kesehatan tulang karena berperan dalam

penyerapan kalsium di lambung dan saluran pencernaan, serta m embantu

pembentukan mineralisasi dalam tulang. Vitamin ini dapat disintesa dari jenis

kolesterol tertentu yang terdapat di dalam jaringan di bawah kulit. Defisiensi

(14)

dari vitamin D dapat pula memberikan gejala hy pervitam in osis D. Hal ini

menimbulkan perkapuran di dalam jaringan (Sediaoetama 20 0 6).

Vitam in D yang berasal dari makanan, suplemen dan paparan sinar

matahari bersifat inaktif secara biologis sehingga harus menjalani dua proses

hidroksilasi di dalam tubuh untuk mengaktifkannya. Bahan m akanan yang kaya

akan sumber vitam in D ialah susu dan m inyak ikan. Ikan salm on, kuning telur,

keju, tuna dan udang m erupakan bahan makanan hewani sumber vitamin D

(Sulistyoningsih 20 11).

Kals iu m ( Ca)

Kalsium merupakan mineral yan g berperan dalam pertumbuhan dan

kesehatan tulang serta gigi. Di samping itu, kalsium berperan dalam proses

pembekuan darah serta pengaturan denyut jantung. Penyerapan kalsium dalam

tubuh akan diperm udah bila kebutuhan akan vitamin D terpenuhi. Proses

penyerapan mineral ini terjadi dalam usus (Uripi 20 0 3).

Bahan makanan sumber kalsium utama bagi anak-anak adalah susu.

Susu nonfat termasuk salah satu sumber terbaik kalsium karena ketersediaan

biologiknya yang tinggi. Bahan makanan yang kaya akan kalsium dan m udah

diperoleh adalah kacang-kacangan dan hasil olahannya (tempe dan tahu),

sayuran hijau, serta ikan yang dimakan bersam a tulang (teri). Kekurangan

kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan pengurangan pada masa

dan kekerasan tulang yang sedang dibentuk (Almatsier 20 0 3).

Zat Be s i ( Fe )

Zat besi merupakan senyawa essensial untuk pembentukan hemoglobin.

Hemoglobin berperan dalam transportasi oksigen dari paru-paru menuju jaringan

tubuh. Kekurangan akan zat besi dapat menyebabkan kurang darah, lem ah dan

lesu, serta tidak tahan terhadap serangan penyakit (Almatsier 20 0 3),

Sumber zat besi yang paling baik adalah sumber protein hewani,

terutama daging, hati, kerang, dan telur. Serealia dan kacang-kacangan

merupakan sumber yan g baik, nam un m empunyai ketersediaan biologik yang

rendah. Walaupun mineral ini terdapat luas di dalam makanan, banyak

penduduk dunia yang mengalam i kekurangan besi, termasuk Indonesia.

(15)

Tin gkat Ke cu ku p an Gizi

Keadaan gizi seseorang dipengaruhi juga dengan tingkat kecukupan.

Tingkat kecukupan ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas

hidangan m enunjukkan adanya sem ua zat gizi yang diperlukan yang diperlukan

tubuh di dalam susunan hidangan. Kuantitas menunjukkan jumlah masing-

masing zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Konsumsi yang kurang baik

kualitasnya maupun kuantitasnya akan m emberikan kondisi status gizi yang

kurang atau defisiensi. Gizi kurang dapat disebabkan oleh susunan hidangan

yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhannya tidak m encukupi

kebutuhan badan. Kondisi ini terutama diderita oleh anak-anak yang sedang

tumbuh pesat yaitu kelompok anak balita (Sediaoetama 20 0 6).

Penilaian untuk mengetahui tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan

membandingkan antara konsum si zat gizi aktual dengan angka kecukupan gizi yang

dianjurkan, kemudian hasil tersebut dinyatakan dalam bentuk persen

(Hardinsyah dan Briawan 1994). Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein

menurut Depkes (1996) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70 % AKG), (2) defisit

tingkat sedang (70 -79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (8 0 -8 9% AKG); (4)

normal (90 -119% AKG); dan kelebihan (≥120 % AKG). Klasifikasi tingkat

kecukupan vitamin dan mineral m enurut Gibson (20 0 5) yaitu kurang (<70 % AKG)

dan cukup (≥70 -79% AKG).

Statu s Gizi An ak

Status gizi merupakan salah satu faktor yang m enentukan sumberdaya

manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh

seseorang atau kelom pok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan

(absorbtion) dan penggunaan (utilization) zat gizi. Pada dasarnya, status gizi

merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan dimonitor dari

pertumbuhan fisik anak (Riyadi 20 0 1). Status gizi adalah suatu bagian penting

dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mem pengaruhi

kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga m empengaruhi status gizi

(Harper et al 20 0 9).

Prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik adalah m enggunakan

pengukuran antropometri, khususnya pengukuran berat badan. Ada beberapa

cara mengukur status gizi anak, yaitu dengan pengukuran antropometrik, klinik

(16)

Pengukuran antropometrik adalah yang relatif paling sederhana dan

banyak dilakukan. Indeks BB/ U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini.

Indeks TB/ U m enggambarkan status gizi masa lalu, dan indeks BB/ TB

menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini (Supariasa et al

20 0 2). Klasifikasi status gizi berdasarkan BB/ U atau TB/ U atau BB/ TB dengan

menggunakan nilai z-skor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Klasifikasi status gizi balita

Indeks Kriteria Standar Z-skor

Gizi buruk < -3,0

Gizi kurang ≥ -3,0 s/ d < -2,0

BB/

U Gizi baik ≥ -2,0 s/ d ≤ 2,0

Gizi lebih > 2,0

Sangat Pen dek Pendek

< -3,0

≥ -3,0 s/ d < -2,0 TB/ U

BB/ TB

Norm al ≥ -2,0 s/ d ≤ 2,0

Tin ggi >2,0

Sangat kurus < -3,0

Kurus ≥ -3,0 s/ d < -2,0

Norm al ≥ -2,0 s/ d ≤ 2,0

Gem uk > 2,0

Sum ber : Riskesdas (20 0 7)

Statu s Ke s e h atan

Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialam i oleh seseorang,

penyakit yang diderita merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

keadaan kesehatan seseorang (Herlina 20 0 1). Keadaan lingkungan fisik

menentukan tingkat kesehatan masyarakat yan g hidup di dalam nya dan dapat

diukur dalam angka kematian dan kesakitan penduduk (Depkes 1993).

Kekurangan makanan yang bergizi pada anak menyebabkan anak mudah

sekali terserang penyakit yang pada akhirnya berakibat pada gangguan

kesehatan. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan otak

dan terjadinya gangguan perkembangan intelegensi (Winarno 1992).

Infeksi dan demam dapat m enyebabkan turunnya nafsu makan anak atau

menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan sehingga akan

berdampak pada terjadinya kurang gizi pada anak. Anak yang sakit dan sedang

dalam masa penyem buhan m emerlukan asupan pangan yang cukup untuk

meningkatkan status kesehatan yang m emburuk. Kondisi kesehatan yang buruk

pada anak sangat rawan karena pada periode ini kebutuhan zat gizi digunakan

(17)

KERAN GKA P EM IKIRAN

Status gizi merupakan salah satu faktor yang m enentukan sumberdaya

manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah hasil dari konsumsi zat gizi dan

pemanfaatannya dalam tubuh. Pada dasarnya, status gizi merupakan refleksi

dari makanan yang dikonsum si dan dimonitor dari pertumbuhan fisik anak (Riyadi

20 0 1). Status gizi dan status kesehatan saling mempengaruhi. Status gizi

adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang.

Tingkat kecukupan gizi juga mempengaruhi status gizi seseorang.

Konsumsi zat gizi yang cukup akan mengakibatkan status gizi yang baik pada

seseorang. Sebaliknya jika konsumsi zat gizi berlebih atau kekurangan akan

menimbulkan status gizi lebih atau kurang pada seseorang. Kekurangan atau

kelebihan konsumsi zat gizi dari kebutuhan normal dalam jangka waktu yang

lama dapat membahayakan kesehatan sehingga mempengaruhi status

kesehatan (Hardinsyah & Martianto 1992). Tingkat kecukupan gizi yang

menunjukkan konsumsi pangan yang baik.

Konsumsi pangan dipengaruhi oleh faktor individu meliputi usia, jenis

kelam in, berat badan dan tinggi badan, serta aktivitas. Faktor keluarga yang

mempengaruhi konsumsi pangan m eliputi pekerjaan, pendapatan, pendidikan

dan besar keluarga (Sukandar 20 0 7). Konsumsi pangan seseorang dikatakan

baik jika sudah mem enuhi kebutuhannya. Kebutuhan gizi seseorang adalah

jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan.

Kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan

tinggi badan (Uripi 20 0 3). Status gizi yang baik akan tercapai m elalui konsum si

pangan yang memenuhi kebutuhan (Suhardjo 1996).

Banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan anak dipengaruhi oleh

karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Aktivitas fisik yang kurang akan

menyebabkan pengeluaran energi yang sedikit. Ketidakseim bangan antara

aktivitas fisik, pengeluaran energi dan konsumsi pangan akan berdam pak pada

status gizi dan status kesehatan. Perkembangan fasilitas-fasilitas berbasis

teknologi menyebabkan terbatasnya gerak dan aktivitas. Hal ini m enyebabkan

meningkatnya waktu m enonton televisi. Berkurangnya aktivitas fisik dan

meningkatnya waktu menonton televisi m enyebabkan tim bulnya berbagai

masalah gizi dan kesehatan. Kegiatan menonton televisi anak biasa dilakukan

sambil m engemil atau makan (Noviana 20 0 2). Hubungan antara variabel

(18)

Karakteristik Anak • Usia

• J enis kelam in • BB

• TB

Karakteristik Keluarga • Pekerjaan • Pendapatan • Pendidikan • Besar keluarga

Waktu MenontonTelevisi

Aktifitas fisik

Pengeluaran energi

Kebutuhan energi dan zat gizi

Konsum si Pangan

Tin gkat Kecukupan energi dan zat gizi

Status gizi Status kesehatan

Gam bar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara aktifitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsum si pangan dengan status gizi dan status kesehatan.

Keterangan :

= hubun gan yan g diteliti

(19)

METOD E

D e s ain , Te m p at, d an W aktu

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu

pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah

TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong. Pem ilihan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive sam pling dengan pertimbangan kem udahan akses dan perizinan

dalam pelaksanaan penelitian. Kriteria yang digunakan dalam penetapan Taman

Kanak-kanak adalah memiliki kelas bagi anak prasekolah usia 4-6 tahun dengan

jumlah siswa lebih dari 30 anak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember

20 11.

Ju m lah d an Cara Pe n arikan Co n to h

Populasi dari penelitian ini adalah siswa TKA Plus Ihsan Mulya Cibinon g

yang berusia 4-6 tahun. J um lah populasi siswa sebanyak 8 0 orang. Adapun

penentuan sampel didasarkan atas kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi

merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat

diikut sertakan sebagai sumber data dalam penelitian. Kriteria inklusi dalam

penelitian ini meliputi : 1) contoh dalam keadaan sehat dan 2) orangtua (ibu)

mengijinkan anaknya m enjadi contoh penelitian. Contoh yang berusia kurang

dari 6 tahun 6 bulan dikategorikan dalam kelompok usia 6 tahun. Kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah anak yang memiliki penyakit bawaan sejak

lahir.

Besar sam pel m erupakan bagian dari anggota populasi yang dijadikan

sampel. Besar sampel yang diperoleh adalah sebanyak 32 orang yang dihitung

berdasarkan rumus perhitungan proporsi sampel menurut Notoatmodjo (20 10 )

sebagai berikut :

n = d2

Z2 P (1- P)

Keteran gan : n = jum lah sam pel

Z = derajat kem aknaan (1,96)

(20)

Je n is d an Cara Pe n gu m p u lan D ata

J enis data yang dikum pulkan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer meliputi data karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh,

aktivitas fisik dan waktu menonton televisi, serta konsum si pangan. Data

sekunder m eliputi gam baran um um sekolah tem pat penelitian berlangsung.

Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 J enis data, variabel, cara pengumpulan data, dan alat bantu

J enis

Data Variabel Dan Data

Karakteristik contoh 1. Nam a

2. Alam at 3. J enis kelam in 4. Usia

Cara

Pengum pulan Data Alat Bantu

Pengisian kuesioner

oleh ibu con toh Kuesioner

5. Berat badan Pengukuran langsung

(BB, TB)

Tim bangan injak,

6. Tinggi badan

Karakteristik keluarga contoh

M icrotoise

1. Besar Keluarga 2. Pendidikan

3. Pendapatan Keluarga

Pengisian kuesioner oleh ibu con toh

Kuesioner

Pengisian kuesioner m etode pencatatan 4. Pekerjaan

Prim er Aktivitas fisik contoh dikom bin asikan dengan 2x24 jam oleh ibu an ak Kuesioner

Waktu m en onton televisi

wawancara

Lam a waktu dalam sehari

Pengisian kuesioner m etode pencatatan 2x24 jam oleh ibu an ak dikom bin asikan dengan

Kuesioner

Konsum si zat gizi

wawancara

1. J enis pan gan Pengisian kuesioner

oleh ibu anak dengan Kuesioner

2. J um lah konsum si

Status Kesehatan

m etode recall 2x24 jam

1. J enis penyakit 2. Lam a sakit (hari) 3. Tem pat berobat

Pengisian kuesioner

oleh ibu anak Kuesioner

Karakteristik sekolah

4. J enis penyem buhan

1. Nam a 2. Alam at

Sekunder 3. J um lah kelas

4. J um lah m urid 5. J um lah guru

Kerjasam a den gan pihak sekolah

(21)

Pengum pulan data primer diperoleh melalui alat bantu kuesioner.

Pengisian kuesioner dikombinasikan dengan metode wawancara. Kuesioner

penelitian diberikan dan diisi oleh ibu/ pengasuh contoh. Kuesioner meliputi

pertanyaan/ formulir tentang karakteristik contoh, karakteristik keluarga, keadaan

kesehatan, serta konsum si pangan dan aktivitas fisik hari ke-1 diberikan kepada

ibu contoh pada hari pertama penelitian. Pada hari kedua penelitian, enumerator

melakukan wawancara kepada ibu/ pengasuh contoh mengenai pengisian

kuesioner hari ke-1 untuk memverifikasi dan mengecek kelengkapan kuesioner,

serta memberikan form ulir konsumsi pangan dan aktivitas fisik hari ke-2. Hari

ketiga dilakukan penim bangan berat badan dan pengukuran tinggi badan contoh,

melakukan wawancara mengenai pengisian kuesioner hari ke-2, serta

pengumpulan kuesioner oleh enumerator. Metode wawancara dikombinasikan

dengan observasi agar diperoleh inform asi yang lengkap.

Data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperoleh dari pengukuran

langsung menggunakan tim bangan injak digital (bathscale) dan m ikrotoise. Alat

yang digunakan telah dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.

Data konsum si pangan contoh diperoleh m elalui m etode record yang

dikombinasi dengan recall 2x24 jam , sedangkan data aktivitas fisik dan waktu

menonton televisi diperoleh m elalui metode pencatatan 2x24 jam. Data

pencatatan aktivitas fisik dan recall konsumsi pangan dilakukan pada hari yang

sama. Data status kesehatan diperoleh m elalui metode pencatatan berdasarkan

jenis penyakit dan lama sakit dalam satu bulan terakhir sebelum penelitian,

tem pat berobat, serta jenis pengobatan.

Pe n go lah an d an An alis a D ata

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan

menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for W in dow s versi 16,0 .

Pengolahan data meliputi verifikasi, coding, entri, cleanin g, dan selanjutnya

dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk m engecek konsistensi informasi yang

diperoleh. Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data.

Selanjutnya dilakukan entri data, kemudian dilakukan clean ing data untuk

memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik

contoh, karakteristik keluarga, aktivitas fisik, waktu menonton televisi, tingkat

(22)

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase, nilai minim um dan

maksim um, nilai rata-rata dan standar deviasi. Data dianalisis m enggunakan

korelasi Rank Spearm an dan Pearson. Analasis data digunakan untuk m elihat

hubungan antara variabel penelitian.

Data aktivitas fisik yang diperoleh adalah jenis kegiatan dan alokasi waktu

setiap kegiatan. J enis kegiatan contoh dikelompokkan menjadi beberapa

kegiatan yaitu tidur, sekolah (termasuk mengerjakan PR dan m engaji), kegiatan

ringan, kegiatan sedang, dan kegiatan berat (Hardinsyah & Martianto 1992).

Masing-masing alokasi waktu dari jenis kegiatan akan dikalikan dengan nilai

Phy sical Activity Ratio (PAR). Nilai PAR tiap jenis kegiatan tersebut dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai PAR menurut jenis kegiatan dan jenis kelamin

J enis Kegiatan Laki-laki Perem puan

Tidur 1.0 1.0

Sekolah 1.6 1.5

Kegiatan rin gan 1.6 1.5

Kegiatan sedan g 2.5 2.2

Kegiatan Berat 6.0 6.0

Sum ber : FAO/ WH O/ UNU (198 5) dalam H ardinsyah & Martianto (1992)

Aktivitas fisik diukur dengan m enggunakan Phy sical Activity Level (PAL).

Aktivitas fisik anak prasekolah digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu ringan

(1,45), sedang (1,60 ), dan berat (1,90 ). Nilai PAL diperoleh dengan menghitung

Nilai PAR dikalikan dengan alokasi waktu (jam) untuk setiap jenis kegiatan, lalu

dibagi dengan jumlah waktu dalam satu hari (24 jam )

Angka kebutuhan energi yang ditentukan dengan men ghitung angka

pengeluaran energi aktual yaitu tingkat aktivitas fisik dikalikan dengan angka

metabolisme basal pada anak usia prasekolah sebesar 55 kkal/ kg BB/ hari dalam

PERSAGI (1990 ). Rumus an gka kebutuhan energi sebagai berikut

(FAO/ WHO/ UNU 20 0 1) :

Angka kebutuhan en ergi = tingkat aktivitas fisik x an gka m etabolism e basal

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) konsum si m akanan pada

tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan ke dalam bentuk energi,

protein, lemak, vitam in dan m ineral per orang per hari. Data konsumsi pangan

(23)

zat gizi dengan m enggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan

Daftar Kandungan Gizi Makanan J ajanan (DKGJ ). Konversi dapat dihitung

dengan rum us sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994) :

KGij = Bj/ 10 0 x BDDj/ 10 0 x Gj

Keterangan :

KGij = Kandun gan zat gizi dari bahan m akanan j yang dikon sum si dengan berat B (g)

Bj = Berat bahan m akanan j yang dikonsum si (g)

Gj = Kandun gan zat gizi dalam 10 0 g BDD bahan m akanan

BDDj = Persen bahan m akanan j yang dapat dim akan (% BDD)

Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan

menggambarkan tingkat kecukupan individu. Tingkat kecukupan energi dan

protein dihitung dengan memban dingkan jum lah energi dan protein yang

dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan protein contoh. Perhitungan tingkat

kecukupan energi dan protein dapat dilihat pada rumus berikut :

Tin gkat kecukupan E,P = Konsum si E.P x 10 0 %

Angka kebutuhan E,P

Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibandingkan terhadap

kecukupan protein, vitamin dan mineral. Angka kecukupan protein, vitamin dan

mineral yan g digunakan berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi

(1998 ) dalam Supariasa (20 0 1) adalah 460 RE vitamin A, 45 m g vitamin C, 10 µg

vitamin D, 50 0 µg kalsium, dan 9 mg zat besi. Perhitungan tingkat kecukupan

vitamin dan m ineral dapat Kandungan dilihat pada rum us berikut:

Tin gkat kecukupan zat gizi = Konsum si zat gizi x 10 0 % Angka

kecukupan zat gizi

Penentuan status gizi berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan

(BB/ TB) dengan m en ggunakan standar baku WHO-NCHS. Status gizi

dikategorikan m enjadi gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Penentuan

status kesehatan berdasarkan jenis penyakit dan lama sakit dalam satu bulan

terakhir sebelum penelitian. Kategori pengukuran berdasarkan variabel

(24)

Tabel 6 Variable dan kategori data

No. Variabel Kategori

1. Kecil (≤ 4 orang)

1. Besar keluarga 2. Sedan g (5-6 orang)

1. PNS

3. Besar (≥ 7 orang)

2. Pekerjaan oran gtua

3. Pendidikan orangtua

4. Tin gkat aktifitas fisik

(Sjostrom et al 20 0 5)

5. Tin gkat pen dapatan keluarga

(Rp/ kapita/ bulan)

6. Waktu m enonton televisi

(Dunstan et al 20 10 )

7. Tin gkat Kecukupan Energi

dan Protein (Depkes 1996)

8. Tin gkat kecukupan vitam in

dan m in eral (Gibson 20 0 5)

9. Status gizi (WH O)

2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta

4. Tidak bekerja/ Ibu rum ah tangga

1. SD 2. SMP 3. SMA

4. Akadem i / sarjana 5. Pasca sarjana

1. Sangat rin gan (<1,45) 2. Ringan (1,45-1,59) 3. Sedang (1,60 -1,89) 4. Berat (1,90 )

1. Rum ah tan gga tidak m iskin (> garis kem iskinan)

2. Rum ah tan gga m iskin (≤ garis kem iskinan)

1. Ringan (<2 jam per hari),

2. Sedan g (≥2 sam pai <4 jam per hari),

3. Berat (≥4 jam per hari).

1. Defisit tingkat berat (<70 % angka

kebutuhan)

2. Defisit tin gkat sedang (70 -79% angka kebutuhan)

3. Defisit tin gkat ringan (80 -89% angka kebutuhan)

4. Norm al (90 -119% an gka kebutuhan)

5. Kelebihan (≥120 % an gka kebutuhan)

1. Kurang (<77% angka kecukupan)

2. Cukup (≥77% angka kecukupan)

1. BB/ U 2. TB/ U 3. BB/ TB

10 . Status kesehatan 1. J enis penyakit

2. Lam a sakit

D e fin is i Op e ras io n al

As u p an e n e rgi d an za t gizi adalah jumlah energi (kkal), protein (g), karbohidrat

(g), lem ak (g), vitam in A (RE), vitamin C (mg), vitam in D (µg), kalsium (µg) dan

zat besi (m g) bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi contoh

dalam sehari.

Aktivitas fis ik adalah kegiatan contoh selama 24 jam yang meliputi tidur,

(25)

Be s ar ke lu arga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

dan satu dapur serta bergantung pada sumber penghidupan yang sama.

Co n to h adalah anak usia prasekolah yang berasal dari TKA Plus Ihsan Mulya

Cibinong yang berusia 4-6 tahun (usia kurang dari 6 tahun 6 bulan

dikategorikan dalam kelom pok usia 6 tahun), dalam keadaan sehat, bersedia

menjadi subyek penelitian, dan tidak memiliki penyakit bawaan sejak lahir.

Ko n s u m s i p an gan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh

dalam sehari.

Pe n d id ikan o ran gtu a adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai oleh

orangtua (ayah dan ibu) contoh.

Pe n ge lu aran e n e rgi adalah jum lah energi yang dikeluarkan berdasarkan

perhitungan angka metabolism e basal dan tingkat aktivitas fisik selama 1x24

jam .

Statu s gizi adalah kondisi fisik anak yang diakibatkan oleh konsumsi,

penyerapan dan penggunaan zat gizi yang diukur dengan dengan cara z-skor

menggunakan indeks antropometri BB/ U, TB/ U dan BB/ TB.

Statu s ke s e h atan adalah keadaan kesehatan (riwayat sakit) anak dalam satu

bulan terakhir yang meliputi status sakit, jenis penyakit, frekuensi sakit

(berapa kali sakit) dan lama sakit (dalam hari).

Tin gkat aktivitas fis ik adalah intensitas kegiatan contoh yang dinyatakan

dengan nilai PAL (phy sical activ ity lev el).

Tin gkat ke cu ku p an adalah total konsumsi zat gizi aktual berdasarkan metode

recall 2 x 24 jam yang dibandingkan dengan angka kebutuhan zat gizi sehari

anak dan dinyatakan dalam persen.

Tin gkat p e n d ap atan ke lu arga adalah tingkat ekonomi rum ah tangga yang

dilihat dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi jumlah anggota

keluarga (per kapita).

W aktu m e n o n to n te le vis i adalah lama waktu yang dihabiskan untuk menonton

(26)

H AS IL D AN P EMB AH AS AN

Ke a d aan U m u m TK

TKA Plus Ihsan Mulya merupakan taman kanak-kanak Al-Quran yan g

berdiri pada tahun 20 0 2. Sekolah ini terletak di J l. Raya Al-Falah No.9,

Kelurahan Harapan J aya. Cibinong. J um lah seluruh siswa di TKA Plus Ihsan

Mulya sebanyak 87 siswa. Siswa yang menjadi contoh dalam penelitian ini

berjum lah 32 siswa, yaitu kelas A terdiri dari 7 siswa, kelas B1 terdiri dari 12

siswa, serta kelas B2 terdiri dari 13 siswa. J umlah guru di TKA Plus Ihsan Mulya

berjum lah 6 orang.

Kegiatan belajar m engajar dilm ulai pukul 8 .30 hingga 10 .30 . Kegiatan

belajar mengajar dilaksanakan hari senin hingga kamis untuk kelas A,

sedangkan kelas B dilaksanakan hari senin hingga jumat.

Sarana dan prasarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya cukup

memadai. Sarana yang terdapat di TKA Plus Ihsan Mulya terdiri dari tam an

berm ain dan tiga ruang kelas yang digunakan untuk kelas A, B1 dan B2.

Fasilitas yang terdapat di setiap ruang kelas adalah m eja siswa, kursi siswa, 1

buah m eja guru, 2 buah kursi guru, 1 buah papan tulis, dan 1 buah jam dinding.

Dinding kelas dihiasi oleh lukisan hasil karya siswa. J um lah meja dan kursi yang

terdapat disetiap kelas disesuaikan dengan jumlah m urid.

U s ia

Karakte ris tik Co n to h

Gam bar 2 menunjukkan sebaran usia contoh. Sebagian besar contoh

berusia 5 tahun (47%), dan sisanya berusia 6 tahun (31%) serta 4 tahun (22%).

Faktor umur menjadi penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan

umur akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah (Supariasa et al

20 0 2)

(27)

Je n is Ke lam in

Berdasarkan klasifikasi jenis kelam in, dapat diketahui bahwa sebagian

besar contoh berjenis kelamin perempuan (53%) dan sisanya adalah laki-laki

(47%) seperti yang terlihat pada Gambar 3. J enis kelamin adalah salah satu

faktor penentu kebutuhan dan pengeluaran energi contoh. Kebutuhan energi

seorang sehari ditaksir dari angka metabolisme basal (AMB), aktivitas fisik, dan

pengaruh dinam ika khusus makanan. AMB dipengaruhi oleh um ur, jenis

kelamin, berat badan dan tinggi badan (Almatsier 20 0 3).

Gam bar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Be rat Bad an

Berdasarkan Tabel 7, rata-rata berat badan contoh laki-laki dan

perempuan berada diatas berat badan ideal. Rata-rata berat badan contoh

perempuan lebih besar dibandingkan contoh laki-laki. Rata-rata berat badan

contoh kelom pok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 17,7 kg dan

perempuan sebesar 20 ,1 kg. Rata-rata berat badan contoh kelom pok usia 5-6

tahun adalah laki-laki sebesar 19,9 kg dan perempuan sebesar 21,4 kg.

Berdasarkan kelom pok usia, berat badan contoh laki-laki dan perempuan

menunjukkan bahwa sem akin bertambahnya usia maka berat badan juga

semakin besar.

Tabel 7 Rata-rata berat badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin

Berat Badan (rata-rata±SD) Berat Badan Ideal

Usia

Laki-laki Perem puan Laki-laki Perem puan

4-<5 tahun 17,7 ± 0 20 ,1 ± 7,5 17,6 16,7

(28)

Berat badan yang besar akan m empunyai AMB yang lebih tinggi

dibandingkan berat badan yang kecil. Berat badan sangat berpengaruh terhadap

angka m etabolism e basal. Berat badan dapat m enggambarkan komposisi tubuh.

Pada m asa bayi dan balita, berat badan digunakan untuk m elihat laju

pertumbuhan fisik maupun status gizi (Almatsier 20 0 3).

Tin ggi Bad an

Tabel 8 menunjukkan rata-rata tinggi badan contoh laki-laki lebih tinggi

dibandingkan anak perem puan. Rata-rata tinggi badan contoh baik laki-laki

maupun perempuan berada diatas tinggi badan ideal, nam un pada kelom pok

usia 4-<5 tahun berada dibawah tinggi badan ideal. Rata-rata tinggi badan

contoh kelompok usia 4-<5 tahun adalah laki-laki sebesar 10 5,5 cm dan

perempuan sebesar 10 5 cm. Rata-rata tinggi badan contoh kelom pok usia 5-6

tahun adalah laki-laki sebesar 113,3 cm dan perempuan sebesar 111,6 cm.

Semakin bertambahnya usia, maka tinggi badan juga m eningkat. Pada keadaan

normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan usia (Supariasa et al

20 0 2).

Tabel 8 Rata-rata tinggi badan contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin

Tin ggi Badan (rata-rata±SD) Tin ggi Badan Ideal

Usia

Laki-laki Perem puan Laki-laki Perem puan

4-<5 tahun 10 5,5 ± 0 10 5,0 ± 6,5 10 6.2 10 4.8

5-6 tahun 113,3 ± 4,8 111,6 ± 3,9 113.1 111.5

Tinggi badan dapat menggambarkan status gizi seseorang. Tinggi badan

pada dasarnya merupakan hasil pengukuran terhadap jaringan tulang tubuh.

Tinggi badan merupakan gabungan dari pengukuran kom ponen-kom ponen tubuh

seperti kaki, pelvis, punggung, dan kepala. Tinggi badan relatif kurang sensitif

terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi

zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama

(J ellife & J ellife 198 9).

Pe n d id ikan Oran gtu a

Karakte ris tik Ke lu arga

Pendidikan orangtua contoh dapat dilihat pada Tabel 9. Rata-rata

(29)

rata pendidikan ibu contoh adalah SMA sebesar 53%. Berdasarkan Tabel 8

dapat diketahui bahwa pendidikan tertinggi ayah contoh adalah S2/ S3 (3,1%)

dan pendidikan tertinggi ibu contoh adalah akadem i/ S1 (15,6%). Pendidikan

terendah baik ayah maupun ibu contoh adalah SD (masing-masing 3,1% dan

6,3%).

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua

Ayah Ibu

Pendidikan

n % n %

SD 1 3.1 2 6.3

SMP 4 12.5 8 25.0

SMA 12 37.5 17 53.1

Akadem i/ S1 14 43.8 5 15.6

S2/ S3 1 3.1 0 0 .0

Total 32 10 0 32 10 0

Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap pola asuh anak term asuk pemberian makan, pola

konsum si pangan dan status gizi. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi

akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan

anak (Rahmawati 20 0 6).

Pe ke rjaan Oran gtu a

Tabel 10 menunjukkan sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai

pegawai swasta (50 %), sedangkan lainnya bekerja sebagai pegawai PNS

(18,8 %), wiraswasta (31,3%) dan tidak ada ayah contoh yang tidak bekerja.

Sebagian besar ibu contoh m erupakan ibu rum ah tangga (59,4%) dan lainnya

bekerja sebagai swasta (3,1%), wiraswasta (15,6%) dan PNS (21,9%).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orangtua

J enis pekerjaan Ayah Ibu

n % n %

PNS 6 18.8 7 21.9

Swasta 16 50 .0 1 3.1

wiraswasta 10 31.3 5 15.6

Tidak bekerja/ ibu rum ah tangga 0 0 .0 19 59.4

(30)

Pekerjaan term asuk ke dalam salah satu sum ber pendapatan dalam

keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga

tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. J ika keluarga tidak mem iliki

pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat

dipastikan (Khom san 20 0 7).

Be s ar Ke lu arga

Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar keluarga.

Sebagian besar keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil (8 1,3%).

Konsumsi pangan dalam suatu keluarga berkaitan dengan jumlah anggota

keluarga. Sem akin besar suatu keluarga, maka pangan yang untuk setiap anak

berkurang. Keluarga akan lebih m udah memen uhi kebutuhan akan makanannya

jika jumlah anggota keluarga yang harus diberi makan lebih sedikit (Suhardjo

20 0 3).

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar Keluarga n %

Kecil (≤ 4 orang) 26 81.3

Sedang (5-6 orang) 5 15.6

Besar (≥ 7 orang) 1 3.1

Total 32 10 0

Tin gkat Pe n d ap atan Ke lu arga

Tabel 12 m enunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan

keluarga per kapita per bulan. Sebagian besar pendapatan keluarga contoh

berada pada kategori Rp360 .0 0 0 – Rp650 .0 0 0 / kapita/ bulan (59,4%). Rata-rata

pendapatan keluarga contoh sebesar Rp 582.991/ kapita/ bulan.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan keluarga per bulan

Besar Pendapatan (Rp/ kapita/ bulan) n %

≤ Rp 350 .0 0 0 5 15.6

Rp 360 .0 0 0 - Rp 650 .0 0 0 19 59.4

> Rp 660 .0 0 0 8 25

Total 32 10 0

Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang menunjukkan

(31)

pangan dalam suatu keluarga. Pada umum nya, jika tingkat pendapatan naik,

jumlah dan jenis makanan cenderung membaik pula (Sukandar 20 0 7).

Tabel 13 m enunjukkan sebagian besar contoh berada pada kategori

rum ah tangga tidak miskin (90 ,6%) jika dibandingkan dengan garis kemiskinan di

Kabupaten Bogor. Nam un, masih terdapat contoh yang termasuk dalam kategori

rum ah tangga miskin yaitu sebesar 9,4%. Pendapatan per kapita per bulan

menunjukkan garis kemiskinan penduduk di suatu wilayah. Garis kemiskinan di

Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp 293.0 15 (BPS 20 11).

Tabel 13 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori kemiskinan

Kategori Kem iskinan n %

Rum ah tangga m iskin (≤ Rp 293.0 15) 3 9.4

Rum ah tangga tidak m iskin (> Rp 293.0 15) 29 90 .6

Total 32 10 0

Konsep dasar garis kemiskinan ditetapkan berdasarkan besarnya

pengeluaran untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seseorang agar dapat

hidup dengan layak. Hal ini menunjukkan jika suatu keluarga berada dibawah

garis kem iskinan, maka keluarga tersebut tidak mampu untuk m emenuhi

kebutuhan dari setiap anggota keluarganya. Kemiskinan di tingkat keluarga akan

menurunkan kuantitas dan kualitas konsumsi makanan dan aksesibilitas

pelayanan kesehatan (Khom san 20 0 9).

Aktivitas Fis ik An ak U s ia Pras e ko lah

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa rata-rata AMB contoh laki-laki

sebesar 977 kkal lebih besar dibanding contoh perempuan yaitu 967 kkal. Hal ini

menurut Sizer dan Whitney (20 0 0 ) dikarenakan kom posisi tubuh laki-laki yang

lebih didominasi otot dibandingkan perempuan yang lebih banyak jaringan

adiposa sehingga m empengaruhi nilai AMB. Semakin banyak jaringan otot yang

dimiliki maka akan semakin besar energi yang diperlukan untuk kerja otot. Selain

[image:31.596.116.484.685.753.2]

itu, angka m etabolism e basal perempuan lebih rendah 5% daripada laki-laki.

Tabel 14 Rata-rata angka metabolisme basal (AMB) berdasarkan jenis kelamin

J enis Kelam in Angka Metabolism e Basal(rata-rata ± SD)

Laki-laki 977 ± 8 0 ,7

Perem puan 967 ± 82,4

(32)

Tabel 15 menunjukkan rata-rata alokasi waktu (jam/ hari) berdasarkan

jenis kegiatan. Sebagian besar kegiatan anak prasekolah dihabiskan untuk tidur,

yaitu sebanyak 10 ,5 jam / hari. Selain itu, rata-rata anak prasekolah juga banyak

mengalokasikan waktu mereka untuk sekolah, berjalan dan bersepeda,

menonton televisi, bermain ringan, serta makan dan minum. Kegiatan mandi dan

berpakain memiliki alokasi waktu yang paling kecil dibanding kegiatan lainnya,

yaitu 1 jam / hari.

Tabel 15 Rata-rata alokasi waktu (jam/ hari) berdasarkan jenis kegiatan

J enis Kegiatan Rata-rata (J am / H ari)

Tidur 10 .5

Sekolah 3.7

Bem ain rin gan 1.5

Berjalan,bersepeda 3.0

Makan dan m inum 1.3

Mandi, berpakaian 1.0

Menonton tv 2.9

Total 24.0

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh berada pada

kategori tingkat aktivitas fisik (PAL) ringan (62,5 %). Adapun contoh yang berada

pada kategori tingkat sangat ringan (34,4%) um umnya contoh tersebut mem iliki

waktu tidur yang lebih banyak, tidak mengikuti aktivitas mengaji dan lebih sering

melakukan aktivitas m enonton televisi atau m elakukan kegiatan bermain ringan.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL)

Tin gkat Aktivitas Fisik n %

Sangat ringan (<1,45) 11

34,4

Ringan (1,45≤PAL≤1,59) 20

62,5

Sedang (1,60≤PAL≤1,8 9) 1

3,1

Berat (≥1,90 ) 0

0 ,0

Total 32

10 0 ,0

Min-m aks 1,35-1,60

Rata-rata ± SD 1,44 ± 0 ,0 5

Aktivitas fisik yang sangat ringan pada anak dapat berdam pak pada

kesehatan dan perkembangan anak. Usia prasekolah membutuhkan berbagai

aktivitas fisik yang menunjang bagi perkembangan fisik maupun motorik anak.

Rendahnya aktivitas fisik dapat beresiko m engalami kegem ukan atau obesitas,

(33)

Berdasarkan Tabel 17, pengeluaran energi pada contoh laki-laki lebih

besar dibandingkan pengeluaran energi pada contoh perempuan. Rata-rata

pengeluaran energi contoh laki-laki sebesar 1422 kkal, sedangkan rata-rata

pengeluaran energi contoh perempuan sebesar 1372 kkal. Hal ini disebabkan

angka metabolisme basal laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan laki-

laki cenderung lebih aktif serta lebih banyak m elakukan kegiatan berat daripada

perempuan sehingga pengeluaran energinya lebih besar pada contoh laki-laki

dibandingkan perempuan.

Tabel 17 Rata-rata pengeluaran energi contoh berdasarkan jenis kelamin

J enis kelam in Pengeluaran Energi (kkal/ hari)

Laki-laki 1422 ± 10 2,7

Perem puan 1372 ± 142,3

Rata-rata ± SD 140 0 ± 121,2

Besar energi yang dikeluarkan berkaitan dengan kejadian gizi lebih.

Energi dari konsumsi pangan yang tidak dibakar dengan aktivitas fisik akan

menjadi tumpukan lemak dalam tubuh. Ada dua cara utama tubuh

mengeluarkan energi yaitu metabolisme basal dan aktivitas fisik. Kedua hal

tersebut merupakan komponen utama dalam pengeluaran energi (Sizer &

Whitney 20 0 0 ).

W aktu Me n o n to n Te le vis i An ak U s ia Pras e ko lah

Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa sebagian besar contoh m emiliki

waktu m enonton televisi pada kategori sedang (59,4%). Berdasarkan hasil

wawancara, diketahui bahwa contoh

Gambar

Tabel 3 Klasifikasi status gizi balita
Gambar 1   Kerangka
Tabel 4 Jenis data, variabel, cara pengumpulan data, dan alat bantu
Tabel 6 Variable dan kategori data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Jarak Tanam Inang Sekunder Kayu Putih (Melaleuca leucadendron Linn.) terhadap Pertumbuhan Semai Cendana (Santalum album Linn.) Sampai Umur 4,5 Bulan di Petak

bahwa dengan adanya perubahan struktur organisasi dan ditetapkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kepegawaian, maka Peraturan Menteri

Diskusi kelas adalah sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kelompok di mana setiap kelompok mendapat tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan tema/masalah/judul

Adakah pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pada siswa. kelas V SD Negeri

3. Harap pembayaran di lakukan jika harga sudah di sepakati dan sudah kami ajukan Invoice / Faktur resmi 4. Pesanan Barang yang lunas / belum DP maka untukstok barang yang

Bagi setiap taburan ini, bilangan stesen curahan hujan yang mempunyai taburan tersebut sebagai taburan terbaik dan kedua terbaik untuk siri amaun dan keamatan

Dari hasil dan pembahasan yang sudah dijelaskan di atas, maka disimpulkan bahwa periklanan menggunakan media sosial memang terbilang cukup mudah, kita dapat membuat

Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan terima kasih.. ASTON