Pemberdayaan
A. Latar Belakang
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa memandatkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memberdayakan masyarakat Desa dengan: a) menerapkan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna, dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan pertanian masyarakat Desa; b) meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat Desa melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; dan c) mengakui dan memfungsikan institusi asli dan/atau yang sudah ada di masyarakat Desa.
Pendamping terdiri dari pendamping dari unsur pemerintah, pendamping profesional, dan pendamping organik (skala lokal Desa). Seluruh pendamping bertugas untuk melaksanakan pendampingan Desa sebagai operasionalisasi atas kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 112 ayat (4) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 129 PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dengan PP No. 47 Tahun 2015 memandatkan bahwa Pemberdayaan masyarakat Desa dilaksanakan dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten/Kota memiliki tanggungjawab pendampingan Desa dalam rangka menuju Desa mandiri. Oleh karena keterbatasan SKPD maka perlu dibantu oleh pendamping profesional di Kabupaten, Kecamatan dan Desa.
Pendamping Desa (PD) yang bertugas di Kecamatan secara umum akan bertugas untuk mendampingi pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam menjalankan tugasnya di Kecamatan, Pendamping Desa akan bekerja sama dengan Camat dan aparat pemerintahan di Kecamatan umumnya serta pelaku-pelaku pendampingan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa di Desa, seperti Pendamping Lokal Desa, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan kelembagaan masyarakat lainnya.
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi berwenang menyelenggarakan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana diamanatkan Perpres No. 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Pelaksanaan kewenangan tersebut dimandatkan kepada Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan ketentuan Pasal 105 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 6/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang bertugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pengelolaan pelayanan sosial dasar, pengembangan usaha ekonomi Desa, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tepat guna, pembangunan sarana prasarana Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan kewenangan dimaksud, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi melalui Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Ditjen PPMD) melaksanakan kebijakan pendampingan di berbagai jenjang.
B. Tujuan Pengadaan Pendamping Desa (PD)
Pengadaan Pendamping Desa bertujuan untuk membantu Pemerintah Kecamatan dalam penyelenggaraan pendampingan Desa berdasarkan ketentuan perundang undangan yang berlaku dengan mengutamakan fasilitasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan BUM Desa/BUMDes Bersama, pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat.
C. Komposisi Pendamping Desa (PD)
Pada tahun anggaran 2016, jumlah Pendamping Desa di Kecamatan ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap Kecamatan akan ditempatkan minimal 2 (dua) orang Pendamping Desa yang terdiri dari 1 (satu) orang Pendamping Desa Pemberdayaan dan 1 (satu) orang Pendamping Desa Teknik Infrastruktur;
2. Kecamatan yang memiliki jumlah Desa 1 (satu) s.d 10 (sepuluh), ditempatkan 2 (dua) orang Pendamping Desa;
3. Kecamatan yang memiliki jumlah Desa 11 (sebelas) s.d 20 (dua puluh),
ditempatkan 3 (tiga) orang Pendamping Desa;
4. Kecamatan yang memiliki jumlah Desa 21 (dua puluh satu) s.d 40 (empat puluh),
ditempatkan 4 (empat) orang Pendamping Desa;
5. Kecamatan yang memiliki jumlah Desa lebih dari 40 (empat puluh), ditempatkan 5
D. Lingkup Kerja, Tugas Pokok, Output Kerja dan Indikator
1. Lingkup kerja Pendamping Desa bertugas mendampingi pemerintah Kecamatan,
pemerintah Desa dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, kerja sama antar Desa, pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) termasuk Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDesa Bersama) dan pembangunan yang berskala lokal Desa;
2. Pendamping Desa bertugas mendampingi dan memberikan penguatan kapasitas
aparatur pemerintah Desa, Pendamping Lokal Desa (PLD) dan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya;
3. Secara garis besar rincian tugas pokok, output kerja dan Indikator Output Pendamping Desa adalah sebagai berikut:
No Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output
1) Mendampingi pemerintah Kecamatan dalam
implementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Proses Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa terlaksana dengan benar.
a) Terlaksananya sosialisasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan turunannya; b) Terfasilitasinya reviu dan
evaluasi dokumen
RPJMDes, RKPDes, APBDes dan laporan pertanggung jawaban;
2) Melakukan
pendampingan dan pengendalian PLD dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Meningkatnya kapasitas PLD dalam memfasilitasi proses pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa.
a) Terlaksananya pelatihan dan On the Job Trainning
(OJT) bagi PLD; b) Dokumentasi kegiatan
pengembangan kapasitas dan evaluasi kinerja PLD; c) Tersedianya RKTL PLD dan
laporan kegiatan; d) Terlaksananya koordinasi
yang baik antara PD dengan PLD. 3) Fasilitasi Kaderisasi
masyarakat Desa dalam rangka pelaksanaan UU Desa.
Adanya sejumlah kader pemberdayaan masyarakat Desa yang mendukung pelaksanaan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa.
a) Rencana kegiatan
kaderisasi masyarakat Desa di Desa dan/atau antar Desa;
b) Terselenggaranya
kaderisasi masyarakat Desa di Desa dan/atau antar Desa;
c) Setiap Desa memiliki kader Desa sesuai kebutuhan. 4) Fasilitasi Musyawarah Desa berjalan a) Terselenggaranya berbagai
No Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output
Musyawarah-musyawarah Desa.
sesuai aturan dan perundang-undang yang berlaku.
musyawarah Desa, musrenbang dan musyawarah antar Desa b) Masyarakat Desa
berpartisipasi aktif dalam musyawarah Desa. 5) Fasilitasi
penyusunan produk hukum di Desa dan/atau antar Desa.
Proses pelaksanaan penyusunan produk hukum Desa berjalan sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
a) Terfasilitasinya penyusunan Peraturan Desa, peraturan bersama kepala Desa dan/atau surat keputusan kepala Desa;
b) Masyarakat Desa
berpartisipasi aktif dalam penyusunan produk hukum di Desa dan/atau antar Desa.
c) Terfasilitasinya peran BPD dalam proses penyusunan produk hukum desa 6) Fasilitasi kerjasama
antar Desa dan dengan pihak ketiga dalam rangka pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
Proses fasilitasi kerjasama antar Desa dan dengan pihak ketiga dalam rangka pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa berjalan dengan baik.
a) Terfasilitasinya penyusunan rencana kerjasama antar Desa dan dengan pihak ketiga dalam rangka pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa;
b) Terfasilitasinya kerjasama antar Desa dan dengan pihak ketiga dalam rangka pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
7) Mendampingi Desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan terhadap pembangunan Desa dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
Proses pelaksanaan Pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat berjalan sesuai aturan yang berlaku.
a) Tersedianya dokumen hasil Identifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas bagi masyarakat Desa; b) Tim Penyusun RPJM Des
dan RKP Des terbentuk; c) Pelatihan Tim Penyusun RPJM Des dan RKPDes; d) Adanya dokumen proses
penyusunan RPJM Desa dan RKPDes dan memastikan dokumen tersebut diperdeskan; e) Terlaksananya evaluasi dan
monitoring oleh pemerintah dan
No Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output masyarakat Desa; f) Terselenggaranya pelatihan peningkatan kapasitas kinerja BPD. 8) Fasilitasi koordinasi kegiatan sektoral di desa dan pihak terkait
Adanya koordinasi dan sinkronisasi desa dengan sektor dan pihak terkait
Terfasilitasinya kegiatan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa dengan sektor dan pihak terkait.
9) Fasilitasi pemberdayaan perempuan, anak dan kaum
difabel/berkebutuhan khusus, kelompok miskin dan masyarakat marginal.
Meningkatnya akses dan pelayanan dasar bagi perempuan, anak dan kaum
difabel/berkebutuhan khusus, kelompok miskin dan masyarakat marginal.
Terfasilitasinya kegiatan-kegiatan pemberdayaan perempuan, anak, dan kaum
difabel/berkebutuhan khusus, kelompok miskin dan masyarakat marginal;
E. Kualifikasi Pendamping Desa Pemberdayaan
1. Latar belakang pendidikan dari semua bidang ilmu minimal Diploma III (D-III);
2. Memiliki pengalaman kerja dalam bidang pembangunan Desa dan atau
pemberdayaan masyarakat minimal 4 (empat) tahun untuk D-III dan 2 (dua) tahun untuk Strata 1 (S-1);
3. Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengorganisasi pelaksanaan
program dan kegiatan di Desa;
4. Memiliki pengalaman dalam pengembangan kapasitas, kaderisasi dan
pengorganisasian masyarakat;
5. Pengalaman dalam melakukan fasilitasi kerjasama antar lembaga kemasyarakatan
di tingkat Desa;
6. Memahami sistem pembangunan partisipatif dan pemerintahan Desa;
7. Memiliki kemampuan memberikan pelatihan dan pembimbingan mencakup
aspek fasilitasi penyelenggaraan pelatihan, fasilitasi kaderisasi dan menguasai metodologi pendidikan orang dewasa;
8. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik secara lisan dan tulisan;
9. Memiliki kemampuan dan sanggup bekerjasama dengan aparat pemerintah Desa;
10. Mampu mengoperasikan komputer minimal program Office (Word, Excel, Power Point) dan internet;
11. Sanggup bekerja penuh waktu sesuai standar operasional prosedur dan siap bertempat tinggal di lokasi tugas;
12. Pada saat mendaftar usia minimal 25 (dua puluh lima) tahun dan maksimal 50 (lima puluh) tahun; dan
13. Dilarang menjadi pengurus partai politik manapun dan/atau terlibat dalam kegiatan partai politik yang dapat mengganggu kinerja.
F. Pengaturan Kerja dan Pelaporan
1. Seluruh Pendamping Desa (PD) bekerja di Desa-Desa dan Kecamatan di bawah koordinasi Camat dengan supervisi dari TAPM kabupaten;
2. Pendamping Desa (PD) membuat laporan tugas bulanan yang diketahui Camat kepada Satker Provinsi melalui SKPD yang membidangi pendampingan desa dan dikonsolidasikan oleh TAPM Kabupaten;
3. Aturan kerja dan pelaporan secara teknis akan diatur melalui Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Pendampingan Desa.
G. Hak–Hak Pendamping Desa
1. Pendamping Desa (PD) berhak mendapatkan honorarium/gaji, biaya operasional
dan asuransi sesuai ketentuan yang berlaku; dan
2. Pendamping Desa (PD) berhak mendapatkan cuti kerja dan fasilitas lain sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
H. Kontrak Kerja dan Jangka Waktu
1. Kontrak kerja Pendamping Desa (PD) adalah kontrak individu secara langsung dengan Satker Provinsi pada BPMD Provinsi;
2. Jangka waktu kontrak individu secara normal dihitung sesuai tahun anggaran pemerintah, yakni sejak tanggal 1 Januari s.d. 31 Desember pada tahun anggaran berjalan; dan
3. Kontrak dapat diperpanjang apabila memenuhi performa kinerja yang baik
berdasarkan standar evaluasi kinerja yang dilakukan oleh Satker Provinsi.
I. Penutup
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dipergunakan sebagai panduan pengadaan dan pembiayaan Pendamping Desa. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat perubahan kebijakan atau terdapat hal-hal yang belum diatur terkait dengan kerangka acuan kerja Pendamping Desa (PD), maka kerangka acuan ini akan dilakukan revisi sesuai peraturan yang berlaku.