• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul pratugas pendamping desa kompetensi umum 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modul pratugas pendamping desa kompetensi umum 2017"

Copied!
293
0
0

Teks penuh

  • Penulis:
    • Wahjudin Sumpeno
    • Nur Kholis
    • Rony Budi Sulistyo
    • Naeni Amanulloh
    • Zaini Mustakin
    • Arbit Manika
    • M. Sabri
    • Achmad Maulani
    • Arief Yudansa
    • Zulkarnaen
    • Ahmad Waidl
    • Iis Hadiman
    • Yose Dapa Billi
    • Herawati
    • Ihsan Hajar
    • Y. Susilo
    • Fajar Argojati
  • Pengajar:
    • Eko Putro Sanjoyo
    • Ahmad Erani Yustika
  • Sekolah: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
  • Mata Pelajaran: Pemberdayaan Masyarakat
  • Topik: Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa (Kompetensi Umum)
  • Tipe: modul
  • Tahun: 2016
  • Kota: Jakarta Selatan

I. Panduan Pelatih

Panduan pelatih dalam modul ini berfungsi sebagai acuan bagi fasilitator dalam menyampaikan materi pelatihan. Hal ini mencakup pemahaman tentang dinamika kelompok serta teknik pengorganisasian peserta. Fasilitator diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan interaktif, dimana peserta merasa nyaman untuk berpartisipasi aktif. Penggunaan metode yang bervariasi sangat dianjurkan untuk menjaga keterlibatan peserta, serta untuk menyesuaikan dengan beragam karakteristik peserta yang ada. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efektivitas pembelajaran, tetapi juga dapat meningkatkan hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan pelatihan.

II. Pokok Bahasan 1: Dinamika Kelompok dan Pengorganisasian Peserta

Bagian ini menjelaskan pentingnya memahami dinamika kelompok dalam proses pelatihan. Fasilitator harus mampu menciptakan suasana yang mendukung interaksi antar peserta, serta memfasilitasi perkenalan dan kontrak belajar. Dengan memahami karakteristik peserta, pelatih dapat menyesuaikan metode pengajaran sehingga lebih efektif. Selain itu, penting untuk mengidentifikasi harapan peserta agar pelatihan dapat diarahkan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Proses ini melibatkan diskusi terbuka dan penetapan aturan main yang disepakati oleh semua pihak, sehingga pelatihan dapat berlangsung dengan lancar.

2.1. Bina Suasana, Perkenalan dan Kontrak Belajar

Dalam sub-bagian ini, dijelaskan tentang cara membangun suasana yang mendukung pembelajaran melalui perkenalan antar peserta. Kontrak belajar menjadi penting untuk menyepakati tujuan dan harapan dari pelatihan. Fasilitator perlu menggali harapan peserta dan menyesuaikannya dengan materi yang akan disampaikan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan keterlibatan peserta dan memotivasi mereka dalam mengikuti pelatihan.

III. Pokok Bahasan 2: Prespektif Undang-Undang Desa

Pokok bahasan ini mengupas tentang perubahan mendasar yang terjadi dalam regulasi desa melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 2014. Perubahan ini menandai pergeseran dari paradigma lama ke paradigma baru yang lebih menekankan pada pemberdayaan desa sebagai entitas yang mandiri dan demokratis. Pemahaman yang mendalam tentang kewenangan desa dan hak-hak masyarakat desa menjadi kunci dalam implementasi undang-undang ini. Hal ini juga berimplikasi pada bagaimana tenaga pendamping desa harus berperan dalam mendukung kebijakan ini.

3.1. Perubahan Mendasar Desa

Perubahan mendasar yang dimaksud adalah pengakuan terhadap desa sebagai subyek dalam pembangunan dan pemerintahan. Undang-Undang ini memberikan kewenangan yang lebih besar kepada desa untuk mengatur urusan pemerintahan dan pembangunan secara mandiri. Hal ini menuntut adanya pemahaman yang kuat dari pendamping desa mengenai regulasi dan kebijakan yang berlaku.

3.2. Memahami Desa

Memahami desa dalam konteks Undang-Undang ini berarti mengenali potensi dan tantangan yang ada di masyarakat desa. Pendamping desa diharapkan mampu menganalisis kondisi lokal dan merumuskan strategi yang tepat untuk memberdayakan masyarakat. Ini termasuk penguatan kapasitas sumber daya manusia dan pengelolaan aset desa.

IV. Pokok Bahasan 3: Tata Kelola dan Kelembagaan Desa

Bagian ini membahas tentang pentingnya kelembagaan desa dan tata kelola yang baik dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Musyawarah desa diangkat sebagai mekanisme demokratisasi yang memungkinkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Hal ini menjadi sangat penting untuk membangun kepercayaan antara pemerintah desa dan masyarakat, serta untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil sesuai dengan kebutuhan lokal.

4.1. Kelembagaan Desa

Kelembagaan desa berfungsi sebagai struktur yang mengatur berbagai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Pendamping desa perlu memahami bagaimana kelembagaan ini bekerja dan berinteraksi dengan masyarakat. Penguatan kelembagaan menjadi salah satu fokus utama dalam upaya meningkatkan efektivitas pelayanan publik di desa.

4.2. Musyawarah Desa sebagai Demokratisasi Desa

Musyawarah desa menjadi sarana untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Dalam konteks ini, pendamping desa harus mampu memfasilitasi musyawarah yang inklusif, sehingga semua suara masyarakat dapat didengar dan dipertimbangkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program desa.

V. Pokok Bahasan 4: Pembangunan Desa

Pembangunan desa diuraikan dalam kerangka indeks desa membangun, yang menjadi alat ukur untuk menilai kemajuan desa. Fasilitasi evaluasi rencana pembangunan desa sangat penting untuk memastikan bahwa program yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Pendamping desa harus memiliki keterampilan dalam mengelola proses evaluasi dan memberikan umpan balik yang konstruktif.

5.1. Dimensi Pembangunan dalam Kerangka Indeks Desa Membangun

Indeks desa membangun memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi desa dari berbagai aspek, termasuk sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pendamping desa perlu memahami bagaimana menggunakan indeks ini untuk merumuskan kebijakan dan program yang tepat sasaran.

5.2. Fasilitasi Evaluasi Rencana Pembangunan Desa (instrumen penilaian)

Fasilitasi evaluasi rencana pembangunan desa memerlukan keterampilan analitis dan komunikasi yang baik. Pendamping desa harus mampu mengidentifikasi indikator keberhasilan dan melakukan penilaian secara partisipatif bersama masyarakat, sehingga hasil evaluasi dapat diterima dan dijadikan acuan untuk perbaikan di masa mendatang.

VI. Pokok Bahasan 5: Fasilitasi Kerjasama Antar Desa

Bagian ini membahas tentang pentingnya kerjasama antar desa dalam meningkatkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat. Pendamping desa diharapkan mampu memfasilitasi kerjasama yang saling menguntungkan antar desa, serta menjalin kemitraan dengan pihak ketiga untuk pengembangan desa yang lebih baik.

6.1. Fasilitasi Kerjasama Antar Desa

Kerjasama antar desa dapat menciptakan sinergi dalam pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan program pembangunan. Pendamping desa perlu mengidentifikasi potensi kerjasama yang ada dan memfasilitasi proses negosiasi antara desa-desa yang terlibat.

6.2. Fasilitasi Kerjasama dengan Pihak Ketiga

Kerjasama dengan pihak ketiga, seperti LSM atau sektor swasta, dapat memberikan dukungan tambahan dalam pelaksanaan program desa. Pendamping desa harus mampu menjalin hubungan yang baik dan mengelola kerjasama ini agar memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

VII. Pokok Bahasan 6: Pemberdayaan Masyarakat Desa

Pemberdayaan masyarakat menjadi fokus utama dalam pembangunan desa. Pendamping desa perlu memahami hakekat pemberdayaan dan bagaimana menguatkan kapasitas kader pemberdayaan masyarakat desa. Ini termasuk keterampilan dalam mengorganisir dan memfasilitasi proses pemberdayaan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

7.1. Hakekat Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses yang melibatkan masyarakat dalam merumuskan dan melaksanakan program yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pendamping desa harus mampu menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam setiap tahap pembangunan.

7.2. Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

Penguatan kader pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk menciptakan agen perubahan di tingkat desa. Pendamping desa perlu memberikan pelatihan dan dukungan kepada kader agar mereka mampu menjalankan peran mereka dengan efektif.

VIII. Pokok Bahasan 7: Pengasrusutamaan Inklusi Sosial

Inklusi sosial menjadi isu penting dalam pembangunan desa, terutama dalam konteks pemberdayaan perempuan, kelompok miskin, dan berkebutuhan khusus. Pendamping desa harus memahami konsep dan indikator inklusi sosial, serta strategi untuk mencapainya dalam konteks lokal.

8.1. Konsep Dasar dan Indikator Inklusi Sosial

Konsep inklusi sosial mencakup upaya untuk memastikan bahwa semua kelompok masyarakat, terutama yang terpinggirkan, memiliki akses yang sama terhadap sumber daya dan kesempatan. Pendamping desa perlu memahami indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat inklusi sosial di desa.

8.2. Inklusi Sosial di Desa

Implementasi inklusi sosial di desa memerlukan pendekatan yang sensitif terhadap konteks lokal. Pendamping desa harus mampu merancang program yang mencakup semua kelompok masyarakat, sehingga tidak ada yang tertinggal dalam proses pembangunan.

IX. Pokok Bahasan 8: Pendampingan Desa

Pendampingan desa menjadi kunci dalam implementasi Undang-Undang Desa. Pendamping desa harus memahami kebijakan, tugas, dan etika kerja mereka dalam mendukung masyarakat. Hal ini termasuk menciptakan kerangka kerja yang jelas untuk pelaksanaan tugas pendampingan.

9.1. Pokok-Pokok Kebijakan Pendampingan Desa

Kebijakan pendampingan desa harus jelas dan terukur, sehingga pendamping desa dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Pendamping desa perlu memahami kebijakan yang berlaku dan bagaimana mengimplementasikannya di lapangan.

9.2. Tugas Pokok dan Fungsi Pendamping Desa

Tugas pokok pendamping desa mencakup fasilitasi, pengorganisasian, dan pemberdayaan masyarakat. Pendamping desa harus mampu menjalankan fungsi-fungsi ini secara efektif untuk mencapai tujuan pembangunan desa.

X. Pokok Bahasan 9: Membangun Tim Kerja di Kecamatan

Membangun tim kerja yang solid di tingkat kecamatan sangat penting untuk mendukung pelaksanaan program desa. Pendamping desa perlu melakukan pemetaan pemangku kepentingan dan menjalin koordinasi yang baik antar sektor untuk mencapai hasil yang optimal.

10.1. Pemetaan Pemangku Kepentingan

Pemetaan pemangku kepentingan bertujuan untuk mengidentifikasi aktor-aktor kunci dalam pelaksanaan program desa. Pendamping desa harus mampu menganalisis peran dan pengaruh masing-masing pemangku kepentingan dalam konteks lokal.

10.2. Koordinasi Sektoral SKPD/UPTD

Koordinasi antar sektor sangat penting untuk memastikan bahwa semua program berjalan sinergis. Pendamping desa perlu menjalin komunikasi yang baik dengan SKPD dan UPTD untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan desa.

XI. Pokok Bahasan 10: Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Pendamping Lokal Desa

Fasilitasi peningkatan kapasitas pendamping lokal desa menjadi salah satu prioritas dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendamping desa harus mampu mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas dan merumuskan strategi pengembangan yang sesuai.

11.1. Mengkaji Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Pendamping Lokal Desa

Mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas pendamping lokal desa adalah langkah awal untuk merumuskan program pelatihan yang tepat. Pendamping desa perlu melakukan analisis kebutuhan secara menyeluruh.

11.2. Strategi Pengembangan Kapasitas Pendamping Desa

Strategi pengembangan kapasitas harus mencakup berbagai aspek, termasuk pelatihan teknis dan peningkatan soft skills. Pendamping desa harus mampu merancang program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.

XII. Pokok Bahasan 11: Supervisi Pendamping Lokal Desa

Supervisi pendamping lokal desa menjadi penting untuk memastikan bahwa tugas dan fungsi pendamping desa dilaksanakan dengan baik. Pendamping desa harus memahami konsep supervisi dan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja mereka.

12.1. Konsep Supervisi

Konsep supervisi mencakup pengawasan dan pembinaan terhadap pendamping lokal desa. Pendamping desa perlu memahami bagaimana melakukan supervisi yang efektif untuk meningkatkan kinerja mereka.

12.2. Teknik Supervisi

Teknik supervisi yang baik dapat membantu pendamping desa dalam mengidentifikasi masalah dan mencari solusi. Pendamping desa harus mampu menerapkan teknik-teknik ini dalam konteks lokal.

XIII. Pokok Bahasan 12: Rencana Kerja Tindak Lanjut

Rencana kerja tindak lanjut menjadi penting untuk memastikan bahwa hasil pelatihan dapat diimplementasikan di lapangan. Pendamping desa perlu merumuskan rencana kerja yang jelas dan terukur untuk tindak lanjut setelah pelatihan.

13.1. Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

Evaluasi penyelenggaraan pelatihan diperlukan untuk menilai efektivitas program dan mendapatkan umpan balik dari peserta. Pendamping desa harus mampu melakukan evaluasi secara objektif.

13.2. Rencana Kerja Tindak Lanjut

Rencana kerja tindak lanjut harus mencakup langkah-langkah konkret yang akan diambil setelah pelatihan. Pendamping desa perlu memastikan bahwa rencana ini dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan.

Referensi Dokumen

  • Bimbingan Karir ( Winkel )
  • Pengendalian Counseling ( Natawijaya )

Gambar

Tabel Delapan Kecerdasan Majemuk menurut Gardner
Tabel Desa Lama Vs Desa Baru
Tabel Tipe Kepemimpinan Desa
Tabel Dimensi dan Level Pemberdayaan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan Kader Kesehatan Desa dan Pembentukan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur

Seleksi Sederhana 11 Perencanaan Teknis Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 150,000,000 Jasa Perencanaan Pekerjaan Konstruksi. Teknik

Guna menyikapi kondisi dan tantangan seperti di atas, Balai Pelatihan Konstruksi dan Peralatan Jakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan

Kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu Balita se-Desa Bodag dalam rangka fasiltasi pencegahan dan penanganan stunting serta peningkatan layanan kesehatan

1.3 Mampu mendukung dengan baik pelaksanaan tugas teknis pengelolaan arsip pelatihan ASN di unit organisasi dalam bentuk paling sederhana dengan bimbingan pihak lain, misalnya

Unit Kompetensi : Melaksanakan pengoperasian excavator sesuai dengan aplikasi dan teknik operasi yang benar untuk jenis pekerjaan konstruksi tertentu dengan waktu

Pendampingan teknis yang diberikan tim PkM dosen Prodi Teknik Sipil FT-UKI Aspek Permasalahan Permasalahan Solusi yang ditawarkan Materi bimbingan teknis yang disampaikan Potensi