• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEORI

2.1.Kerangka Teori

2.1.1.Pengertian Pemasaran dan Pemasaran Jasa 2.1.1.1. Pengertian Pemasaran

Pengertian pemasaran tidak mempunyai perbedaan walaupun terdapat variasi-variasi dalam strategi dan taktik yang digunakan. Defenisi pemasaran menurut Nurlela dan Sugiarto (2000: 121) adalah “suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertaruhkan produk dan nilai dengan pihak lain”.

Lamb, Hair dan McDaniel (2001: 6) mengatakan pemasaran adalah “suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep harga, promosi dan distribusi, sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi”.

Pemasaran atau Marketing, menurut Kotler dalam (Laksana, 2008: 4), yaitu suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Dari defenisi diatas, dapat diterangkan bahwa arti pemasaran jauh lebih luas daripada arti penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang perlu dipuaskan, menentukan

produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran.

2.1.1.2. Pengertian Pemasaran Jasa

Lam, hair dan McDaniel (2001: 482) mendefenisikan jasa sebagai hasil dari usaha penggunaan manusia dan mesin terhadap sejumlah orang atau objek. Jasa meliputi suatu perbuatan, suatu kinerja, atau suatu upaya yang tidak bisa diproses secara fisik.

Kotler dalam (Tjiptono, 2005: 16) menyatakan bahwa jasa sebagai salah satu bentuk produk dapat didefenisikan sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud) dan tidak menghasilkan kepemilikan tertentu.

Menurut Valarie A. Zeithaml dan Marry Jo Bitner dalam (Lupiyoadi, 2001: 5) pemasaran jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konsturksi yang memberikan nilai tambah seperti kenyamanan, hiburan, kesenangan atau pemecahan masalah yang dihadapi konsumen.

Menurut penulis sendiri pemasaran jasa adalah semua aktivitas ekonomi di bidang jasa yang tidak berwujud dan tidak bisa dikembalikan ataupun dijual dikemudian hari yang memberikan nilai tambah seperti kenyamanan, hiburan, kesenangan atau pemecahan masalah yang dihadapi konsumen.

2.1.2.Tujuan Perusahaan dalam Pemasaran

Tujuan perusahaan memasarkan sesuatu produk, baik perusahaan dagang ataupun jasa selalu berpatokan kepada apa yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan dalam memasarkan produknya ini dapat bersifat jangka pendek atau jangka panjang.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003: 66), secara khusus dalam aspek pemasaran bahwa tujuan perusahaan untuk memasarkan produknya ataupun jasa dapat diketegorikan sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan penjualan dan laba

Artinya tujuan perusahaan dalam hal ini adalah bagaimana cara memperbesar omset penjualan dari waktu ke waktu. Dengan meningkatnya omset penjualan, maka diharapkan keuntungan atau laba juga dapat meningkat sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

2. Untuk menguasai pasar

Untuk perusahaan jenis ini jelas tujuannya bagaimana caranya menguasai pasar yang ada dengan cara memperbesar market share untuk wilayah-wilayah tertentu. Peningkatan market share dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan cara mencari atau menciptakan peluang baru atau merebut market share pesaing yang ada.

3. Untuk mengurangi persaingan

Tujuan perusahaan model ini adalah dengan cara menciptakan produk sejenis dengan mutu yang sama tetapi harga lebih rendah dari pesaing produk utama. Tujuannya adalah untuk mengurangi saingan dan antisipasi

terhadap kemungkinan pesaing yang akan msuk kedalam persaingan produk tersebut.

4. Untuk menaikkan prestise produk tertentu di pasaran

Dalam hal produk tertentu, terutama untuk produk kelas tinggi. Maka tujuan perusahaan memasarkan adalah untuk meningkatkan prestise produk di depan pelanggannya dengan cara promosi atau cara lainnya. Cara lainnya juga dilakukan dengan meningkatkan mutu, selera yang sesuai dengan keinginan konsumen.

5. Untuk memenuhi permintaan pihak-pihak tertentu

Tujuan ini biasanya lebih diarahkan untuk memenuhi permintaan pihak-pihak tertentu dengan jumlah yang biasanya terbatas, misalnya permintaan pemerintah, atau lembaga tertentu.

Sedangkan tujuan kegiatan pemasaran suatu produk baik barang maupun jasa secara umum menurut Kasmir dan Jakfar (2003: 66) adalah sebagai berikut:

1. Memaksimumkan konsumsi, atau dengan kata lain memudahkan dan

merangsang konsumsi.

2. Memaksimumkan kepuasan konsumen.

3. Memaksimumkan pilihan (ragam produk).

4. Memaksimumkan mutu hidup (kualitas, kuantitas, ketersediaan, harga

pokok barang, mutu lingkungan fisik, dan mutu lingkungan kultur). 5. Meningkatkan penjualan produk baik barang atau jasa.

6. Ingin menguasai pasar dan menghadapi pesaing.

8. Memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu produk baik barang maupun jasa.

Adapun tujuan utama permberian suatu kredit menurut Kasmir (2008: 100) adalah sebagai berikut:

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank terus menerus mengalami kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal usaha kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan berbagai sektor.

2.1.3.Pengertian Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan. Secara defenitif dapat dikatakan bahwa strategi pemasaran mengacu pada panduan startegi produk, distribusi, promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju (lamb, et, al, 2001: 55).

Paulus (2000: 128) mengatakan bahwa strategi pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling menunjang satu sama lain keberhasilan perusahaan dibidang pemasaran didukung oleh keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran distribusi yang baik dan promosi yang efektif.

Strategi pemasaran tersebut merupakan alat yang dapat dipergunakan oleh pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya agar konsumennya dapat menjadi kenal kemudian menyenangi dan melakukan transaksi pembelian serta akhirnya konsumen itu menjadi puas. dapat digambarkan dalam skema dibawah ini.

Cakupan kegiatan pemasaran ditentukan oleh konsep pemasaran yang disebut Bauran Pemasaran (marketing mix). Elemen-elemen bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang bisa dikontrol perusahaan dalam komunikasinya dengan dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen sasaran.

2.1.4.Strategi Bauran Pemasaran Jasa

Pemasar menggunakan alat untuk mendapatkan tanggapan yang di inginkan dari pasar sasaran. Alat-alat itu membentuk suatu bauran pemasaran.

Menurut Sunarto (2006: 9), bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran. Jadi bauran pemasaran merupakan tool atau alat bagi marketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses (Lupiyoadi, 2001: 58).

Bauran Pemasaran pada produk barang yang kita kenal selama ini berbeda

dengan marketing mix untuk produk jasa. Hal ini terkait dengan perbedaan

karakteristik jasa dan barang. Marketing mix produk barang mencakup 4P:

product, price, place, dan promotion, sedangkan untuk jasa keempat hal tersebut masih dirasa kurang mencukupi. Para ahli pemasaran menambahkan tiga unsur

lagi: people, process, dan customer service. Jadi dengan demikian elemen

marketing mix jasa terdiri dari tujuh hal, yaitu Product, Price, Promotion, Place, People, Process, Customer Service (Lupiyoadi, 2001: 58):

Sumber: Lamb, et, al (2001:55) Gambar 1. Strategi Pemasaran

Produk

Harga Promosi

Tempat Konsumen

2.1.4.1. Strategi Produk

Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai dan manfaat pada konsumen (Lupiyoadi, 2001: 58). Produk menurut Gitosudarmo (2000: 7) adalah suatu yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia atau organisasi.

Produk terdiri dari dua jenis yaitu berkaitan dengan fisik atau benda berwujud seperti buku, meja kursi, rumah, mobil, dan lain-lain, dan tidak berwujud. Produk yang tidak berwujud biasanya merupakan jasa. Jasa dapat disediakan dalam berbagai wahana seperti pribadi, tempat, kegiatan, organisasi, dan ide-ide (Kasmir & Jakfar, 2003: 106).

Menurut (Lupiyoadi, 2001:58) dalam bukunya Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik, yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli benefit dan value dari produk tesebut yang disebut “the offer.” Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen.

Yang dimaksud dalam pembahasan produk jasa di sini adalah Total Produk. Total Produk terdiri dari (Lupiyoadi, 2001:73):

1. Produk utama/inti (Core Product), yaitu manfaat yang sebenarnya

dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk. Terdiri dari jasa dasar, seperti tempat tidur pada jasa kamar hotel.

2. Produk Harapan (Expected Product), yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal diharapkan dan disepakati untuk dibeli.

3. Produk tambahan (Augmeted Product), yakni berbagai atribut produk yang

dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk bersaing.

4. Produk Potensial(Pottential Product), yaitu segala macam tambahan dan

perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.

Menurut Kasmir & Jakfar (2003: 106) strategi produk yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengembangkan suatu produk adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Logo dan Motto

Logo merupakan ciri khas suatu produk, sedangkan Motto merupakan serangkaian kata-kata yang berisikan misi dan visi perusahaan dalam melayani masyarakat. Baik logo maupun motto harus dirancang dengan benar. Petimbangan pembuatan logo dan motto adalah sebagai berikut: • Logo dan motto harus memiliki arti ( dalam arti positif)

• Logo dan moto harus menarik perhatian

• Logo dan motto harus mudah diingat.

2. Menciptakan Merek

Merek merupakan suatu hal penting bagi konsumen untuk mengenalkan barang atau jasa yang ditawarkan. Pengertian merek sering diartikan

sebagai nama, istilah, simbol, disain atau kombinasi dari semuanya. Agar mereka mudah dikenal masyarakat, maka penciptaan merek harus mempertimbangkan faktor-faktor, antara lain:

• Mudah diingat

• Terkesan hebat dan modern

• Memiliki arti (dalam arti positif) • Menarik perhatian.

3. Menciptakan Kemasan

Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Penciptaan kemasan pun harus memenuhi berbagai persyaratan, seperti kualitas kemasan, bentuk, warna dan persyaratan lainnya.

4. Keputusan label

Label merupakan sesuatu yang diletakan pada produk yang ditawarkan dan merupakan bagian dari kemasan. Di dalam label harus menjelaskan siapa yang membuat, dimana dibuat, kapan harus dibuat, cara menggunakannya, waktu kadaluarsa, dan informasi lainnya.

Pemilihan jenis produk yang akan dihasilkan dan dipasarkan akan menentukan kegiatan promosi yang dibutuhkan, serta penentuan harga dan cara penyalurannya. Tujuan utama suatu strategi produk adalah untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju dengan meningkatkan kemampuan bersaing atau mengatasi persaingan.

Menurut Lupiyoadi (2001: 72), ada empat karakteristik produk jasa yaitu: 1. Intangibility: jasa bersifat abstrak dan intangible (tidak berwujud)

2. Heterogenity/variability: jasa bersifat non-standar dan sangat variabel 3. Inseparability: jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang

bersamaan dengan partisipasi konsumen dalam prosesnya.

4. Perishability: jasa tidak mungkin disimpan dalam bentuk inventori.

2.1.4.2. Strategi Harga

Menurut Laksana (2008: 105) harga merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa, dengan demikian maka suatu harga haruslah dihubungkan dengan bermacam-macam barang dan/atau jasa, yang akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan jasa. Sedangkan, menurut Kasmir dan Jafar (2003: 108) harga merupakan salah satu penyebab laku atau tidaknya produk dan jasa yang ditawarkan, salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk dan jasa yang ditawarkan dan berakibat tidak lakunya produk dan jasa tersebut di pasar.

Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dan mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Pricing juga berhubungan dengan pendapatan dan turut mempengaruhi supply atau marketing channels. Akan tetapi, yang paling penting adalah keputusan dalam pricing harus konsisten dengan strategi pemasaran secara keseluruhan.

Menurut Lupiyoadi (2001: 61) dalam memutuskan strategi dalam pricing harus diperhatikan tujuan dari pricing. Dimana tujuan pricing tersebut antara lain:

1. Survival

Merupakan usaha untuk tidak melaksanakan tindakan-tindakan untuk

meningkatkan profit ketika perusahaan dalam kondisi pasar yang tidak

menguntungkan. Usaha tersebut cenderung dilakukan untuk bertahan. 2. Profit Maximization

Penentuan harga bertujuan untuk memaksimumkan profit dalam periode tertentu.

3. Sales Maximization

Penentuan harga bertujuan untuk menbangun pangsa pasar (market share) dengan melakukan penjualan pada harga awal yang merugikan.

4. Prestige

Tujuan penentuan harga disini adalah untuk memposisikan jasa perusahaan tesebut sebagai jasa yang eksekutif.

5. ROI

Tujuan penentuan harga didasarkan atas pencapaian return on investment yang diinginkan (ROI).

Menurut Laksana (2008: 117) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Demand for the product, perusahaan perlu memperhatikan permintaan terhadap produk yang merupakan langkah penting dalam penetapan harga sebuah produk.

2. Target share of market, yaitu market share yang ditargetkan oleh perusahaan.

3. Competitive reactiones, yaitu reaksi dari pesaing.

4. Use of creams-skimming pricing of penetration pricing, yaitu mempertimbangkan langkah-langkah yang perlu diambil pada saat perusahaan memasuki pasar dengan harga yang tinggi atau dengan harga yang rendah.

5. Other parts of the marketing mix, yaitu perusahaan perlu mempertimbangkan kebijakan marketing mix (kebijakan produk, kebijakan promosi dan saluran distribusi).

6. Biaya untuk memproduksi atau membeli produk.

7. Product Line Pricing, yaitu penetapan harga terhadap produk yang saling berhubungan dalam biaya, permintaan maupun tingkat persaingan.

8. Berhubungan dengan permintaan:

a. Cross elasticity positip (elastisitas silang yang positif), yaitu kedua macam produk merupakan barang subtitusi atau pengganti.

b. Cross elasticity negatip (elastisitas silang yang negatif), yaitu kedua macam produk merupakan barang komplamenter atau hubungan satu sama lain.

c. Cross elasticity Nol (elastisitas silang yang nol), yaitu kedua macam produk tidak saling berhubungan.

9. Berhubungan dengan biaya: penetapan harga dimana kedua macam produk

mempunyai hubungan dalam biaya. Contohnya: biaya produk minyak kelapa turun maka biaya produksi bungkil naik.

10.Mengadakan penyesuaian harga: a. Penurunan harga, dengan alasan:

1) Kelebihan kapasitas 2) Kemerosotan pangsa pasar

3) Gerakan mengejar dominasi dengan biaya lebih rendah. b. Mengadakan kenaikan harga, dengan alasan:

1) Inflasi biaya yang terus-terusan di bidang ekonomi 2) Permintaan yang berlebihan.

Sedangkan menurut Kasmir (2004: 154) faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga dalam perbankan antara lain:

1. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana (jumlah simpanan sedikit), sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank untuk menutupi agar kekurangan dana tersebut cepat dipenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan demikian kebutuhan dana dapat dipenuhi. Sebaliknya, jika bank kelebihan dana, dimana simpanan banyak akan tetapi permohonan kredit sedikit, maka bank akan menurunkan bunga simpanan sehinngga mengurangi minat nasabah untuk menyimpan. Atau dengan cara menurunkan juga bunga kredit sehingga permohonan kredit meningkat.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama yaitu pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.

Dalam arti jika untuk bunga simpanan, pesaing rata-rata 16% pertahun, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas bunga pesaing, misalnya 17% pertahun. Namun sebaliknya, untuk bunga pinjaman harus berada dibawah bunga pesaing, meskipun margin laba mengecil.

3. Kebijaksanaan pemerintah

Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman. Dengan ketentuan batas minimal atau maksimal bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Target laba yang diinginkan, merupakan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, pihak bank harus serius dalam menentukan persentase laba atau keuntungan yang diinginkan.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan oleh besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, maka bunga relative rendah.

6. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh dengan jaminan sertifikat deposito bunga pinjaman akan lebih rendah jika dibandingkan dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pancairan pinjaman apabila kredit yang diberika bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

7. Reputasi perusahaan

Reputasi perusahaan atau bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit juga menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil.

8. Produk yang kompetitif

Produk yang kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai kredit tersebut laku dipasaran. Untuk produk kompetitif, bunga kredit yang

diberikan relative rendah jika dibandingkan produk yang kurang

kompetitive. Hal ini disebabkan tingkat pengambilan kredit terjamin, karen produk yang dibiayai laku dipasaran.

9. Hubungan baik

Dalam praktiknya pihak bank menggolongkan nasabahnya menjadi dua, yaitu: nasabah utama (primer) dan nasabah (sekunder). Penggolongan ini

didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dari nasabah biasa.

10. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini, pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala resiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuannya membayar, nama baik maupun loyalitas terhadap bank, bunga yang dibebankan pun berbeda. Demikian pula sebaliknya, jika permintaan pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh perbankan.

Dalam Kasmir (2004:152) pada perbankan konvensional sehari-hari, ada tiga macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu:

1. Bunga simpanan (rekening)

Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah bank pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan balas jasa kepada nasabah yang menyimpan uangnya dibank. Sebagi contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.

2. Bunga pinjaman (kredit)

Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminajm tasa harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank bunga pinjaman merupakan harga jual.

3. Biaya-biaya

Biaya-biaya yang ditentukan oleh bank seperti biaya administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya-biaya lainnya yang dikenal dengan nama fee based.

Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik demikian juga sebaliknya.

2.1.4.3. Strategi Place

Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis (Lupiyoadi, 2001: 61). Lokasi yaitu keputusan yang dibuat perusahaan dimana operasi dan stafnya ditempatkan. Lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi.

Menurut Kasmir dan Jafar (2003: 112) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan penentuan lokasi adalah dengan pertimbangan sebagai berikut:

2. Kedekatan dengan lokasi perkantoran

3. Kedekatan dengan lokasi pasar

4. Kedekatan dengan pusat pemerintahan

5. Kedekatan dengan lokasi perumahan atau masyarakat.

6. Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada disuatu lokasi.

7. Sarana dan prasarana (jalan, pelabuhan, listrik, dll).

Menurut Lupiyoadi (2001: 108) ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu:

1. Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan)

Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus startegis. Penyedia jasa yang ingin mengembangkan bisnis dapat mempertimbangkan lebih dari satu tempat ketempat lokasi (multi lokasi).

2. Pemberi jasa mendatangi konsumen.

Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas. Dalam beberapa kasus penyedia jasa tidak leluasa pergi kepada konsumen karena penyedia jasa harus didahului panggilan konsumen. Contohnya: pada perusahaan reparasi lift, cleaning service. Dalam kasus-kasus lain, penyedia jasa memiliki keleluasan untuk memberikan jasa, atas inisiatif konsumen maupun dirinya sendiri.

3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung.

Service provider dan konsumen berinteraksi melalui sasaran tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua pihak dapat terlaksana.

Saluran distribusi adalah mencakup aktivitas perusahaan untuk menyediakan produk bagi konsumen sasaran (Kotler dan Amstrong, 2001:79). Sedangkan menurut Laksana (2008: 123) Saluran Pemasaran atau Saluran Distribusi adalah serangkaian organisasi yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen. Pengertian ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menggunakan lembaga atau prantara untuk dapat menyalurkan produknya kepada konsumen

Dokumen terkait