• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Berpikir

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 43-48)

1. Perbedaan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Antara yang Diajar dengan Menggunakan Metode Mengajar Inquiry dan Two Stay Two Stray

Metode mengajar kontekstual adalah metode mengajar yang sangat baik digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada kemampuan menulis cerita pendek. Metode mengajar ini dilengkapi dengan komponen konstruktivisme yang mengarahkan siswa untuk menghubungkan pembelajaran yang didapat di sekolah dengan pengalaman yang dialami siswa sendiri di lingkungan dan masyarakat. Pembelajaran bersifat konstruktivisme juga membimbing siswa untuk menemukan pengetahuan baru dari beberapa pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Hal tersebut akan membuat siswa

menjadi lebih fleksibel dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah. Tentunya hal ini akan sangat bemanfaat bagi siswa dalam memecahkan masalah pada tugas-tugas yang diberikan oleh guru maupun masalah yang terkadang dihadapi oleh siswa dalam kehidupan nyata di luar lingkungan sekolah. Hal-hal yang telah diungkapkan dapat pula menjadi bahan siswa untuk dituangkan menjadi ide penulisan cerita pendek.

Metode mengajar inquiry adalah metode mengajar yang menciptakan situasi ditandai dengan adanya individu maupun kelompok yang merumuskan masalah secara seksama untuk kemudian mencari pemecahan masalah yang ada. Masalah yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh siswa akan lebih mudah untuk dicarikan solusi paling tepat dalam penyelesaiannya. Fleksibilitas antara pemecahan masalah secara individu maupun berkelompok membuat siswa menjadi lebih leluasa dalam memutuskan dan mencari pemecahan masalah yang ditemui. Sifat leluasa ini akan menjadikan pilihan apakah siswa akan bekerja secara individu maupun kelompok. Perumusan masalah dan pemecahannya merupakan hal yang paling penting dari metode mengajar inquiry.

Jenis metode mengajar kooperatif sering juga disebut pembelajaran bersama. Dengan belajar bersama siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit agar menjadi lebih mudah dipahami, karena setiap siswa mengutarakan ide-idenya dalam bentuk potongan-potongan atau pecahan-pecahan masalah yang apabila digabung (dikonstruksikan) melalui diskusi akan ditemukan pemecahan masalahnya. Dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil 4-6 orang siswa dengan latar belakang jenis kelamin, suku, agama, ras, sosial dan kepribadian yang beranekaragam. Selama belajar bersama, tugas kelompok dibebankan kepada setiap kelompok secara merata (adil) dan bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan.

Masalah dalam metode mengajar kooperatif muncul ketika ada kebebasan dari siswa dalam mengeksplorasi sisi sosial untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas namun disalahgunakan terutama pada jam pelajaran sebagai wadah untuk membahas hal lain selain materi yang diajarkan. Akibatnya, pembahasan dapat meluas dan tidak terkendali. Selain itu dalam pembelajaran menggunakan metode mengajar kooperatif, muncul kecenderungan siswa yang merasa lebih baik kemampuannya dalam pembelajaran

mendominasi siswa lain dalam kelompok yang dibuat. Hal tersebut terjadi akibat siswa yang memiliki nilai akademis tinggi biasanya tidak ingin nilai kelompok mereka kurang atau kalah dari kelompok lain akibat intervensi siswa lain dari kelompoknya. Akibatnya, siswa tersebut mendominasi kelompok sehingga memunculkan sifat pasif dari siswa yang ia anggap kurang dalam hal nilai akademis. Kekurangan-kekurangan ini tentunya menjadi hambatan dalam menggunakan metode mengajar two stay two stray.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat diduga keterampilan menulis cerita pendek siswa yang diajar dengan menggunakan metode mengajar inquiry lebih baik hasilnya daripada siswa yang diajar dengan menggunakan metode mengajar kooperatif two stay two stay.

2. Perbedaan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Antara yang Memiliki Minat Membaca Tinggi dan Minat Membaca Rendah

Minat membaca merupakan sebuah dorongan pada diri seseorang untuk melakukan kegiatan membaca. Dorongan pada minat dipicu oleh motivasi seseorang yang pada akhirnya seseorang akan melakukan kegiatan tersebut. Selain motivasi, faktor yang berpengaruh pada minat membaca seseorang yaitu, kebutuhan, kesenangan, dan ketertarikan terhadap aktifitas membaca. Semua faktor yang ada akan menunjukkan apakah seorang anak memiliki minat membaca yang tinggi ataupun sebaliknya. Semakin tinggi minat membaca, maka akan semakin tinggi pula intensitas dalam melakukan kegiatan baca.

Kegiatan membaca sejatinya akan menambah informasi dan pengetahuan seseorang dalam berbagai aspek yang ada dalam bahan bacaan. Informasi dan pengetahuan dibutuhkan oleh seseorang ketika akan melakukan kegiatan menulis khususnya cerita pendek. Beberapa hal yang ada pada bahan bacaan terkadang menjadi tambahan ide cerita bagi pengarang. Selain itu, semakin sering membaca maka akan menambah khazanah seseorang mengenai seluk-beluk cerita pendek yang baik mulai dari unsur intrinsik sampai dengan penggunaan bahasa sebagai pengantar cerita pendek.

Siswa yang mempunyai minat membaca tinggi akan memiliki kesempatan lebih besar untuk menulis cerita pendek dengan baik dikarenakan pembelajaran menulis cerita

pendek memerlukan kecakapan dalam hal menulis. Bahan bacaan dapat menjadi media yang tepat sebagai tambahan gagasan dan ide agar siswa dapat menentukan topik dan tema cerita. Selanjutnya, menganalisa hasil dari rumusan masalah tentang apa saja yang diperlukan dalam membuat cerita pendek bergantung pada gagasan dan ide yang telah ditentukan. Selain itu, bahan bacaaan juga diperlukan saat cerita pendek melalui proses editing untuk memperbaiki struktur penggunaan bahasa yang ada.

Siswa yang mempunyai minat membaca rendah akan memiliki hambatan dalam menemukan gagasan dan ide penulisan cerita pendek yang akan ia mulai. Kesukaran dalam menemukan akan ide akan berdampak pada sulitnya menemukan rumusan masalah atau hal-hal yang perlu dituliskan dalam merancang alur cerita yang ingin dibuat. Terlebih lagi masalah akan muncul ketika sebuah cerita pendek berusaha untuk dibuat namun penggunaan bahasa masih kurang baik serta variasi dan gaya bahasa yang minim sehingga turut mengurangi kualitas cerita pendek yang dibuat. Oleh karena hal tersebut, diketahui sumbangsih minat membaca dalam kemampuan menulis cerita pendek cukup besar.

Berdasarkan beberapa hal yang diuraikan di atas, dapat diduga keterampilan menulis cerita pendek siswa yang memiliki minat membaca tinggi lebih baik hasilnya daripada siswa yang memiliki minat membaca rendah.

3. Interaksi antara Metode Mengajar Inquiry dan Minat Membaca dalam Mempengaruhi Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa

Interaksi didefiniskan sebagai gejala yang berbeda dari perlakuan jika variabel-variabel utama diintervensi oleh variabel-variabel lain. Pada penelitian ini akan dilihat gejala yang berbeda dari metode mengajar inquiry dengan minat membaca tinggi dan minat membaca rendah. Seberapa besar perbedaan di antara semua kelompok siswa yang terdiri dari kelompok siswa yang memiliki minat membaca tinggi dengan metode mengajar inquiry dan kelompok siswa yang memiliki minat membaca rendah dengan metode mengajar inquiry.

Adanya perbedaan latar belakang kebiasaan dan perilaku antar siswa membuat guru harus memikirkan metode mengajar yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Pada pembelajaran menulis cerita pendek, akan lebih baik hasilnya jika siswa mampu

berpikir analitis dan kritis dalam merumuskan masalah untuk kemudian mencari pemecahan masalah yang diperlukan disesuaikan dengan masalah yang ada. Kemampuan siswa dalam berinteraksi memang dibutuhkan sebagai media bertukarpikiran guna menumbuhkan ide, namun terkadang hal tersebut disalahgunakan oleh siswa yang mendominasi teman-temannya. Akhirnya akan terjadi pembicaraan yang keluar dari materi yang diharapkan pada pembelajaran terutama oleh siswa yang kurang mendapatkan tempat dalam kelompok untuk membicarakan hal lain selain materi yang dilaksanakan dalam pembelajaran.

Keberhasilan penggunaan metode mengajar sangat dipengaruhi oleh minat membaca siswa. Minat tersebut ditentukan oleh dorongan dan motivasi siswa dalam melihat bahan bacaan yang ada sehingga memunculkan perasaan ingin membaca dan akan menambah pengetahuan siswa. Pengetahuan tersebut sangat diperlukan dalam merumuskan gagasan dan ide awal menulis cerita pendek. Oleh karena itu, terdapat hubungan timbal balik antara metode mengajar dan minat membaca terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Kefektifan penggunaan metode mengajar kontekstual akan lebih besar terlihat pada proses belajar mengajar dengan siswa yang mempunyai minat membaca tinggi. Sebaliknya, penggunaan metode mengajar inquiry tidak akan berbeda secara substansial dengan menggunakan metode mengajar two stay two stray dalam proses belajar mengajar yang siswanya mempunyai minat membaca rendah. Dengan demikian, baik metode mengajar maupun minat membaca diduga secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap keterampilan menulis cerita pendek. Dengan kata lain, diduga terdapat pengaruh interaksi antara metode mengajar dan minat membaca dengan keterampilan menulis cerita pendek.

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 43-48)

Dokumen terkait