• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Mengajar Menemukan (Inquiry)

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 31-34)

Metode mengajar menemukan (inquiry) merupakan metode mengajar yang berpusat pada kemampuan siswa dalam mengeluarkan kemampuan berpikir yang kritis dan analitis sebagai usaha memecahkan masalah yang ada. Schlenker dalam Joyce, Weil, dan Calhoun (2000: 176) pada laporan penelitiannya mengemukakan bahwa metode mengajar menemukan (inquiry) dapat menambah pemahaman berpikir ilmiah, produktivitas dalam berpikir kreatif, serta kemampuan dalam mengumpulkan maupun menganalisa informasi. Berpikir ilmiah, berpikir kreatif, serta kemampuan mengumpulkan dan menganalisa informasi sangat diperlukan guna menganalisa suatu masalah dan mencari beberapa alternatif pemecahan masalah. Metode mengajar menemukan (inquiry) diharapkan dapat menjadi bekal bagi siswa dalam menyelesaikan semua masalah yang dihadapi pada materi pembelajaran lain ataupun ketika terjun ke masyarakat.

Metode mengajar inquiry selanjutnya diungkapkan oleh Majid (2013: 221-222) yang menyatakan bahwa metode mengajar inquiry menekankan pada proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran oleh siswa. Hal tersebut menggantikan fungsi utama guru sebagai penyampai informasi dalam materi pelajaran yang utama menjadi fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Terkadang siswa salah dalam memahami informasi yang ia dapatkan, maka di sana peran guru dalam meluruskan pemahaman yang didapat oleh siswa. Pada akahirnya hal tersebut akan menjadikan kelas sebagai wahana tanya jawab sebagai indikator pembelajaran yang dinamis dan aktif.

Riyanto (2010: 171) mengungkapkan langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) terdiri atas beberapa tahap. Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) antara lain: (1) merumuskan masalah, (2) mengamati dan melakukan observasi. (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainnya, serta (4) mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, dan audiensi lainnya.

Sementara itu, sebuah rencana pengajaran kegiatan menemukan (inquiry lesson plan) dapat dibuat seperti yang ditunjukkan oleh Ornstein dan Lasley (2000: 157-158) melalui langkah-langkah berikut ini: (1) Guru menyiapkan topik materi yang akan diajarkan. (2) Guru menuliskan materi yang akan disampaikan di papan tulis untuk membangkitkan keingintahuan dan minat siswa. (3) Setelah materi disampaikan, siswa mencari informasi sebanyak mungkin tentang materi yang akan dilaksanakan. (4) Masalah yang dihadapi oleh siswa akan coba dipecahkan sendiri melalui buku-buku bacaan beserta materi tambahan yang didapat siswa dari proses pencarian yang dilakukan. Guru berperan sebagai fasilitator guna mengarahkan dan mendorong siswa yang membutuhkan masukan. Guru diperbolehkan membentuk kelompok-kelompok untuk bekerja sama memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. (5) Siswa akan lebih baik jika dapat menemukan jawaban dari pertanyaan mereka sendiri melalui bahan-bahan maupun informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya. Guru dapat membantu siswa atau kelompok siswa tersebut jika mereka ragu dengan bahan yang mereka miliki. Hal yang paling penting dari metode menemukan (inquiry) terletak pada bagian ini, di mana siswa harus menemukan dan mengikuti ide dan kesimpulan mereka sendiri. (6) Sebagai bagian akhir dari pembelajaran, guru memberikan ringkasan dari semua pertanyaan maupun pekerjaan yang telah didiskusikan dan dibahas.

Berdasarkan hasil uraian tersebut, sintesis metode mengajar menemukan (inquiry) ialah metode mengajar yang membimbing siswa untuk berpikir kritis dan analitis dengan merumuskan masalah yang ada untuk kemudian mencari solusi yang paling tepat dalam memecahkan masalah dengan langkah-langkah merumuskan masalah, melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, serta mengomunikasikan dan menyajikan hasil karya.

b. Metode Mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) 1) Hakikat Pendekatan Kooperatif

Suryani dan Agung (2012: 80) menjelaskan bahwa pendekatan kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan ini menekankan pada penggunaan kelompok kecil guna memunculkan interaksi lebih antar siswa khususnya dalam sebuah kelompok. Para siswa dalam sebuah kelompok dituntut untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah yang ada pada setiap pokok permasalahan dalam pembelajaran. Tujuan kerja sama tersebut guna mengurangi sifat individual pada diri siswa dan berinteraksi dengan teman sebaya di dalam kelas.

Andayani (2015: 233) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembagian kelompok dilakukan dengan berbagai cara oleh metode-metode yang ada pada pendekatan kooperatif. Jumlah pembagian kelompok berkisar antara 2-6 orang untuk setiap kelompoknya. Kelompok-kelompok tersebut bersama-sama menjalani rangkaian kegiatan belajar yang diberikan oleh guru.

Riyanto (2010: 267) menyampaikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill) sekaligus keterampilan sosial (social skill). Hal tersebut dilakukan melihat terdapat banyak siswa yang memiliki kecakapan cukup baik dalam bidang akademik namun terkesan menyendiri dan kurang bersosialisasi. Pada kasus lain, terdapat kesenjangan di mana siswa dengan nilai akademik kurang baik tidak mendapat perhatian yang cukup dari guru. Diharapkan dengan adanya pembelajaran kooperatif, siswa dapat saling bekerja sama dan membentuk interaksi sosial sebagai bahan latihan sebelum siswa terjun ke masyarakat. Siswa dengan nilai akademik kurang baik juga dapat lebih mengeksplorasi

pengetahuan dari sharing antar siswa khususnya dari siswa lain yang lebih dahulu menguasai pengetahuan tersebut.

Ornstein dan Lasley (2000: 323) memberikan penjelasan bahwa pendekatan kooperatif merupakan pendekatan yang mengarahkan siswa untuk bekerja bersama dalam kelompok kecil daripada bersaing untuk mendapatkan penghargaan maupun peringkat secara individu. Sistem kerjasama dalam pendekakatan kooperatif mengarahkan siswa untuk belajar tentang mengutamakan kepentingan umum dan interaksi sosial. Mengutamakan kepentingan umum dalam arti ketika pendapat yang dikemukakan oleh orang lain lebih baik daripada pendapat pribadi, seseorang akan belajar untuk mengakui hal tersebut dan menerima pendapat yang lebih baik demi kepentingan bersama. Interaksi sosial juga mengajarkan seseorang untuk lebih memahami sifat-sifat yang dimiliki oleh beberapa individu yang berbeda sehingga akan tercipta kedewasaan mental dari orang tersebut.

Berdasarkan paparan di atas dapat disintesiskan bahwa yang dimaksud pendekatan kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada interaksi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 31-34)

Dokumen terkait