• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kerangka Berpikir

Kehidupan masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang tinggi dengan sumberdaya alam. Potensi perairan yang melimpah menjanjikan mendatangkan kehidupan ekonomi yang baik bagi penduduk sekitarnya. Potensi sumberdaya perairan yang besar belum dimanfaatkan secara optimal. Keterbatasan sumberdaya manusia dalam mengelola sumberdaya perairan menyebabkan mereka mendapatkan sedikit manfaat ekonomi. Hasil kajian menunjukkan bahwa sumberdaya manusia khususnya pembudidaya perikanan dan kelautan memiliki karakteristik yang rendah seperti rendahnya tingkat pendidikan formal dan non formal, rendahnya permodalan dan pemilikan lahan, rendahnya budaya menabung, lambannya menerima inovasi teknologi, belum memiliki etos kerja untuk maju (Syafiuddin 2008; Dahuri 2010). Oleh karena itu, untuk memaksimalkan manfaat ekonomi dari potensi sumberdaya perairan tambak yang ada maka diperlukan kualitas sumberdaya manusia yang mampu mengelola sumberdaya perairan tambak secara optimal, lestari, inovatif dan kreatif.

Kegiatan penelitian berawal dari suatu kondisi masyarakat pembudidaya ikan dan udang yang belum memiliki pengetahuan, ketrampilan yang cukup untuk mengoptimalkan diversifikasi tambak dengan komoditas rumput laut. Pembudidaya perikanan bila membudidaya rumput laut bersama-sama dengan komoditas perikanan maka akan memberikan keuntungan ganda seperti budidaya rumput laut mudah diadopsi, prosfek pasar tinggi, dapat memperbaiki ekosistem perairan tambak, membantu pertumbuhan komoditas perikanan lainnya. Seringkali pembudidaya perikanan dan rumput laut belum mampu mengatasi persoalan hama penyakit, rusaknya tanaman, membusuknya tanaman sebelum dijual, sedikitnya produksi yang dihasilkan, rendahnya mutu produk mereka. Hal ini berpengaruh pada rendahnya pendapatan yang diterima. Beberapa kesulitan yang dialami para pembudidaya disebabkan kurangnya informasi penanganan teknis dan penanganan non teknis, dukungan kelembagaan, kurangnya keterlibatan dalam proses belajar sosial. Selain itu pihak eksternal yang memiliki wewenang mengintervensi program pemberdayaan belum mampu menyediaakan/memfasilitasi pengembangan

kompetensi yang intensif dan berkelanjutan. Adanya keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki penyuluhan menyebabkan sulitnya mendidik dan mengembangkan kompetensi pembudidaya rumput laut untuk menjadi sosok yang tangguh dan professional, serta dalam mempertahankan eksistensi diri diantara pergerakan pasar.

Penelitian menjawab secara deduktif atas pertanyaan penelitian yaitu sejauhmana kompetensi pembudidaya rumput laut, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, sejauhmana produktivitas dan pendapatan mereka dan faktor apa saja penyebabnya. Kerangka pikir deduktif diperoleh dari hasil kajian teoritik tentang kompetensi, proses belajar melalui kelompok, produktivitas dan pendapatan, penyuluhan dan kelembagaan budidaya rumput laut. Selanjutnya model deduktif dilakukan pengujian berdasarkan data-data empiric yang diperoleh untuk dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Berdasarkan hasil temuan kuantitatif dan didukung dengan temuan kualitatif maka selanjutnya disusun suatu model pengembangan kompetensi pembudidaya rumput laut dalam mengelola usahanya.

Penelitian ini menggunakan teori dasar sebagai landasan penyusunan kerangka pemikiran. Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori pembelajaran sosial. Menurut Robert Sears bahwa pengalaman dan pembelajaran menentukan kualitas perilaku seseorang. Interaksi sosial yang terjalin diantara berbagai pihak maka masing-masing akan memberi dampak satu sama lainnya (Salkind 2009). Seseorang akan memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan baru diperolehnya dari hasil hubungan interakasi aktif dengan berbagai pihak serta didukung pengalaman pribadi sebagai subjek pelaku pengembangan diri. Sejalan dengan paradigma baru penyuluhan yang tersirat dalam UU SP3K No. 16 Tahun 2006 bahwa petani tambak adalah sebagai pelaku utama dalam pembangunan masyaarakat perikanan dan kelautan. Manusia dipandang sebagai aktor aktif penentu keputusan terbaik bagi kehidupan pribadinya dan masa depannya berdasarkan minat dan kebutuhannya.

Kerangka pemikiran diuraikan secara skematis menggunakan bagan alur berfikir dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem memandang persoalan dimulai dari unsur masukan (input), proses, dan hasil (output). Tujuanya agar diperoleh manfaat (outcomes) dan dampak (impact). Pendekatan sistem ini

HASIL (out put)

DAMPAK (impact)

digunakan untuk mempermudah menguraikan alur model pengembangan pengembangan kompetensi dari dimulai faktor masukan (input), menentukan proses, hasil, manfaat dan dampak yang diperoleh dari model pengembangan tersebut. Ilustrasi alur berfikir model pengembangan kompetensi dengan pendekatan sistem yaitu dimulai dari input karakteristik pribadi, dukungan kelembagaan yang kondusif disertai suatu proses intervensi eksternal penyuluhan partisipatif dan proses internal pembudidaya yang terlibat dalam proses belajar maka akan dicapai suatu hasil (output) tingkat kompetensi yang tinggi. Harapannya akan diperoleh suatu dampak jangka pendek terjadinya peningkatan produktivitas dan pendapatan dan dalam jangka panjangnya adalah diharapkan pembudidaya mencapai suatu kesejahteraan. Alur berpikir penelitian tercantum pada Gambar 5.

Gambar 5. Kerangka Berfikir Konseptual Penelitian

Selain itu, berdasarkan kajian teoritik yang ada maka tersusunlah kerangka pikir penelitian yang meliputi proposisi bahwa variabel bebas (dependent) kompetensi pembudidaya rumput laut yang tinggi karena didukung oleh variabel terikat karakteristik pembudidaya, dukungan kelembagaan, proses belajar pembudidaya, penyuluhan partisipatif. Proposisi selanjutnya bahwa produktivitas

MASUKAN (input) PROSES (Process) Karakteristik pembudidaya Penyuluhan partisipatif Dukungan kelembagaan n Kompetensi Pembudidaya a Produktivitas Pendapatan Kesejahteraan Proses belajar pembudidaya

Kondisi dan Situasi :

- Masalah dan kendala dalam Keterbatasan potensi SDM, Sosial Ekonomi, sumberdaya alam

- Potensi meliputi Pasar, Teknologi, Sumberdaya alam, kelestarian lingkungan

dan pendapatan pembudidaya sebagai variabel bebas ditentukan oleh kompetensi sebagai variabel terikatnya. Keterkaitan antara variabel bebas dan variabel terikat tercantum pada Gambar 6.

Keterangan : : Hubungan langsung : Hubungan tidak langsung

Gambar 6. Hubungan antar Variabel yang Terkait dengan Pengembangan Kompetensi Mengelola Usaha Budidaya Rumput Laut

Hipotesis Penelitian

(1) Kompetensi pembudidaya rumput laut secara nyata dipengaruhi oleh karakteristik pembudidaya, tingkat efektivitas penyuluhan, proses belajar pembudidaya dan dukungan kelembagaan budidaya rumput laut.

Y1. Kompetensi

Pembudidaya Rumput Laut Polikultur

Y1.1.Tingkat pengetahuan Y1.2. Pengembangan usaha Y1.3. Ketrampilan non teknis Y1.4. Ketrampilan teknis Y1.5. Motif berusaha Y1.6. Pemecahan Masalah Y1.7 Adaptasi lingkungan X3.Proses Belajar

Pembudidaya

X3.1 Tingkat kemampuan belajar X3.2 Akses sumber informasi X3.3 Intensitas interaksi pembu-

didaya dengan sumber informasi

X3.4 Dukungan fasilitas belajar X3.5 Akses materi pembelajaran

Y2.TingkatProdukt ivitas

Y2.1Jumlah produksi Y2.2 Mutu produk Y2.3 Diversifikasi usaha Y3. Tingkat Pendapatan Usaha Budidaya Rumput Laut X1.Karakteristik Pembudidaya X1.1 Umur

X1.2 Tingkat pendidikan formal X1.3 Tingkat pendidikan non formal X1.4 Pengalaman berusaha

X1.5 Jumlah anggota keluarga X1.6 Luas lahan

X1.7 Motivasi

X2.Efektivitas Penyuluhan

X2.1. Keberfungsian penyuluhan X2.2. Ketepatan program penyu-

luhan

X2.3. Ketepatan tujuan penyuluhan X2.4. Konvergensi model komuni-

kasi

X2.5. Kesesuaian peran tenaga pe- nyuluh

X2.6. Ketepatan orientasi penyu- luhan

X4.Dukungan Kelembagaan

X4.1 Lembaga penyedia sarana produksi Budidaya rumput laut X4.2 Lembaga penyedia modal X4.3 Lembaga penyedia informasi X4.4 Lembaga pemasaran hasil X4.5 Kebijakan daerah

(2) Produktivitas rumput laut dipengaruhi secara nyata oleh kompetensi dan karakteristik pembudidaya rumput laut, tingkat efektivitas penyuluhan, proses belajar pembudidaya, dukungan kelembagaan pembudidayaan rumput laut. (3) Pendapatan pembudidaya rumput laut dipengaruhi secara nyata oleh

produktivitas rumput laut.

Tingkat Efektivitas Penyuluhan

Berdasarkan hasil dari beberapa pendapat para ahli seperti Mikkelson (1999), Slamet (2003 dan 2007), Blum (2007), Swanson (2008), Sumardjo (2010), Zhou (2010), Frans (2010) disarikan bahwa efektivitas penyuluhan adalah terselenggaranya kegiatan penyuluhan menghasilkan perubahan perilaku yang lebih baik berupa perilaku yang penuh kesadaran, memiliki pemikiran, memiliki ketrampilan untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi, keluarga dan masyarakat. Hal ini karena didukung oleh adanya kontribusi penyuluh memerankan peran-peran baik yang fasilitatif, konsultatif, mendidik maupun yang sifatnya membantu pembudidaya rumput laut sehingga berhasil mencapai keadaan sosial ekonomi yang lebih baik sesuai tuntutan perubahan lingkungan masyarakat. Hal ini merupakan dukungan kelembagaan penyuluhan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang manfaat dan sesuai kebutuhan masyarakat lokal terkini.Selaras dengan upaya reinventing of extention maka peningkatan kompetensi pembudidaya rumput laut dapat didekati dengan pendekatan atau cara-cara seperti mendorong mencapai market (bisnis komersial), produksi pangan (ketahanan pangan), mengelola usaha, menguasai teknik-teknik inovasi baru, pengembangan produk baru (diversifikasi), pengembangan usaha baru, pengelolaan sumberdaya alam sesuai potensi lokal yang prospektif dan lestari.

Dalam pandangan penyuluhan partisipasitif menempatkan pembudidaya rumput laut sebagai aktor berpartisipasi aktif dengan sukarela terhadap pada keseluruhan kegiatan penyuluhan dari sejak merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan memonitoring, dan memanfaatkan hasil pembangunan. Penyelenggaraan penyuluhan partisipatif bertujuan mengembangkan kemampuan dan kemandirian pembudidaya yang dilaksanakan secara egaliter, komunikatif, dan dialogis.

Penyuluhan sesuai perundang-undangan UUSP3K No. 16/2006, dan mengikuti pendapat Slamet (2007) bahwa suatu amanah dari UUSP3K penyuluhan yang sistemik adalah berfungsinya komponen-komponen penyuluhan seperti proses pembelajaran, fasilitasi informasi teknologi, pengembangan manajerial dan kewirausahaan, pengembangan kelembagaan, fasilitasi konsultasi, pembinaan sadar lingkungan, pelembagaan nilai-nilai. Hal ini merupakan amanah yang patut direspon positif untuk digunakan sebagai konsep penelitian. Tujuannya dapat memperkaya norma-norma penyuluhan partisipatif bangsa yang dikembangkan dengan kajian-kajian ilmiah.

Keberfungsian penyuluhan melihat masyarakat pembudidaya sebagai partisipan. Partisipasi pembudidaya pada kegiatan penyuluhan merupakan bentuk kesukarelaan berpartisipasi aktif atau bersedia memanfaatkan beberapa kegiatan penyuluhan yang mengimplementasikan fungsi-fungsi yang memberdayakan.

Tabel 10. Paradigma Hipotetik Efektivitas Penyuluhan Partisipatif dan Non Partisipatif tentang Pengelolaan Usaha Budidaya Rumput Laut

No. Aspek Penyuluhan partisipatif Penyuluhan non partisipatif

1. Keberfungsiannya penyuluhan sesuai UUSPK No.16/ 2006 pasal 4, meliputi: a) Proses pembelajaran b) Fasilitasi informasi teknologi c) Pengembangan kelembagaan d) Pembinaan sadar lingkungan

Efektifnya kegiatan penyuluhan dalam memberdayakan pembudidaya untuk kompeten mengelola usaha.

a) Penyuluhan mengembangkan partisipasi pembudidaya me- ngelola usaha budidaya rum-put laut polikultur melalui kegiatan pembelajaran, mensti-mulasi pembudidaya mendapatkan pembelajaran yang maksimal b) Penyuluhan menstimulasi tim-

bulnya kebutuhan informasi (teknik budidaya polikultur, komoditas baru yang memiliki toleransi tinggi terhadap lingkungan), menyediakan informasi penjelas yang praktis menurut sasaran.

c) Penyuluhan menstimulasi pembudidaya melalui pengem- bangan dan pengorganisasian kelompok serta penguatan kohesivitasan.

d) Penyuluhan membimbing

pembudidaya memiliki kepedulian pada pelestarian lingkungan.

Ketidakefektifan dalam kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan oleh penyuluh/pemberdaya. a) Penyuluhan tidak mampu

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara meluas hingga tidak dapat dijangkau sasaran.

b) Pembudidaya tidak dilibatkan dalam penentuan informasi yang ditetapkan oleh penyuluh.

c) tidak mementingkan peran kelompok dalam mengembangkan usaha budidaya rumput laut. d) Sumberdaya alam

dianggap sebagai sumber kekayaan untuk

Tabel 10. Lanjutan

No Aspek Penyuluhan partisipatif Penyuluhan non partisipatif

e) Pelembagaan nilai-nilai

e) Penyuluhan mengukuhkan nilai- nilai kearifan dalam pengelolaan usaha budidaya rumput laut polikultur.

e) Nilai-nilai diperku-at untuk kepenting-an kelompok pemilik modal 2 Ketepatan program penyuluhan : (a)Perencanaan (b)Pelaksanaan (c)Monitoring dan evaluasi (d)Pemanfaatan hasil

(a)Perencanaan program pembangu- nan/ pemberdayaan ditentukan berdasarkan aspirasi pembudidaya mengenai prioritas masalah dan kesesuaian sasaran.

(b)Pembudidaya diberi kesempatan yang sama untuk berperan dalam ke-giatan

penyuluhan/pemberdayaan. Pembudidaya melaksanakan secara mandiri dalam membuat

keputusan-keputusan dan mampu menyumbang dana, tenaga dan pikiran.

(c)Pembudidaya mampu membuat penilaian atas kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan.

Pembudidaya diberikan

kesempatan untuk menyampaikan hasil penilaian kegiatan/program. (d) Masyarakat pembudidaya

berkesempatan memperoleh manfaat/hasil dari kegiatan penyuluhan

(a)Perencanaan ditentukan dari pemerintah tanpa melibatkan atau-pun mengumpulkan aspirasi masyarakat terlebih dahulu.

(b)Partisipasi masyarakat ter- batas pada saat berlang- sungnya implementasi pro- gram.

(c)Masyarakat tidak dilibatkan dalam penyusunan Monito- ring dan evaluasi

(d)Masyarakat idak merasakan manfaat dari kegiatan penyuluhan.

3 Ketepatan tujuan penyuluhan

Penyuluhan dapat melakukan perubahan cara pandang pembudidaya, perubahan nilai/semangat berusaha, sesuai sasaran yang diberdayakan dalam mencapai kebutuhannya.

Penyuluhan ditujukan hanya untuk memenuhi target proyek yang telah ditentukan oleh pusat pemerintahan.

4 Konvergensi model komunikasi

Pembudidaya berkomunikasi secara dialogis (dua arah), bottom up dengan para pelaku pemberdaya.

Sasaran komunikasi lebih terbatas, cara berkomunikasi tidak merakyat

5 Kesesuaian peran tenaga penyuluhan

Tenaga penyuluhan memerankan peran-peran yang memberdayakan pembudidaya, yaitu : berperan sebagai change of agent

Tenaga penyuluhan dalam menjalankan pekerjanya hanya mengutamakan pengembangan diri pribadi dibandingkan tugas pengabdian

6 Ketepatan orientasi penyuluhan (reinvent-ting of extention)

Ketepatan nilai-nilai yang dikembangkan dalam penyuluhan untuk mengem-bangkan kompetensi pembudidaya agar mampu memasuki masa depan. Orienta-si/nilai

penyuluhan meliputi :

(1) mengembangkan kearifan lokal (2) menjalin kerjasama dengan

stakeholder

Melanggengkan penyuluhan mak-na lama dengan tanpa ada peruba-han dalam pemikiran maupun praktis. Beberapa pendekatan penyuluhan lama menunjukkan :

(1) Sarat dengan transfer teknologi dari pusat (2) tidak ada koordinasi.

Proses Belajar Pembudidaya

Berdasarkan hasil kajian teoritis (Mead 1959; Boyd 1966; Rogers 1969; Havighurs 1972; Uphoff 1988; Bunch 1991; van den Ban 1999; Suparno 2000; Gillis dan English 2001; Sessa 2006) disusun suatu pengertian bahwa proses belajar pembudidaya rumput laut polikultur merupakan cara orang dewasa mengembangkan dan meningkatkan diri menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara belajar aktif, semangat dan mandiri. Pembudidaya yang pembelajar tidak menempuh cara belajar yang konvensional (pasif, ditentukan oleh otoritas, top down, searah). Pembelajar memiliki inisiatif, semangat memperoleh dan mencari pengetahuan, mengembangkan sikap dan ketrampilan yang bermanfaat untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi, meningkatkan ekonomi, membangun kehidupan yang lebih baik dan untuk selalu dapat mengikuti perubahan-perubahan, perkembangan lingkungan. Dengan demikian proses belajar adalah proses belajar terus menerus sepanjang hayat untuk mencapai suatu kematangan usaha.

Tabel 11. Paradigma Proses Belajar Pembudidaya Secara Partisipatif dan Non Partisipatif

No. Aspek Pembelajaran Partisipatif Pembelajaran non partisipatif 1. Tingkat kemampuan belajar pembudidaya (learner)

(a)Mampu belajar keluar dari permasa- lahan dan tantangan untuk

memperta-hankan keber-langsungan usaha

(b)Belajar dari kesuksesan orang lain yang telah mampu meningkatkan usahanya

(c)Belajar menemukan teknik budidaya sesuai lokasi

(a) Bersikap pasif menghadapi masalah dan apatis atas tantangan yang dihadapi. (b) Cukup puas dengan

pemilikan pengetahuan yang sudah dimiliki. (c) Tidak mampu untuk

menemukan sendiri oleh karenanya wajib dibimbing 2 Akses sumber

informasi (characteristi c of teacher)

(a)Akses sumber informasi inter- personal dalam jumlah yang banyak (b)Akses sumber informasi media

massa dalam jumlah yang banyak (c)Akses sumber informasi dalam

jangkauan yang lebih luas

(a)Terbatasnya penguasaan sum- ber informasi interpersonal. (b)Rendahnya mengakses sum-

ber informasi dari media massa.

(c)sumber informasi yang dijangkau terbatas sekitar tempat tinggal 3 Interaksi antara sumber infor-masi dengan pembelajar (student- teacher of interaction)

(a)Kedudukan yang sejajar antara pembudidaya dengan sumber informasi dalam berinteraksi (b)Frekuensi interaksi dan bertemu

secara intensif

(c)Kondisi hubungan terjalin baik antara pembudidaya dengan sumber informasi

(a)Kedudukan yang saling terasing antara pembudidaya dengan sumber informasi (b)Frekuensi interaksi sedikit

(tidak intensif)

(c)Hubungan interaksi tidak mendatangkan manfaat bagi kemajuan pembudidaya

Table 11. Lanjutan

No. Aspek Pembelajaran Partisipatif Pembelajaran non partisipatif

4 Dukungan fasilitas belajar

(a)Jumlah fasilitas belajar tersedia sangat cukup untuk mendukung bagi proses pembelajaran pembudidaya

(b)Kesesuaian fasilitas dengan minat belajar pembudidaya

(a) Terbatasnya fasilitas untuk belajar budidaya rumput laut.

(b) Fasilitas yang tersedia tidak sesuai dengan minat 5 Akses materi

pembelajaran (subject matter)

(a) Akses materi dalam jumlah yang cukup

(b) mendapatkan materi pelajaran dengan frekuensi yang sering (c) Cara perolehan materi pembelajaran

(a) terbatasnya materi budidaya yang diakses pembudidaya

(b) rendahnya akses materi (c) terbatasnya cara perolehan

materi yang diakses

Dukungan Kelembagaan Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Kelembagaan pengembangan budidaya rumput laut merupakan suatu bentuk peraturan-peraturan yang dibuat secara tertulis maupun tidak tertulis. Peraturan dibuat dan diadakan oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai panduan atau standar penyelenggaraan budidaya rumput laut. Tujuannya agar masyarakat dapat melangsungkan kegiatan usaha budidaya rumput laut secara mapan di tengah- tengah perubahan lingkungan masyarakat. Selain itu, agar masyarakat pembudidaya rumput laut mampu bertahan dari berbagai tantangan, rintangan dan masalah yang dihadapi.

Tabel 12 akan diungkapkan beberapa pemikiran dukungan kelembagaan yang kondusif bagi keberlangsungan budidaya rumput laut. Dukungan kelembagaan meliputi penyedia input, penyedia informasi, lembaga keuangan, pemasaran, pengolahan hasil dan kebijakan daerah.

Tabel 12. Kekuatan dan Kelemahan Dukungan Kelembagaan Budidaya Rumput Laut

No. Kelembagaan Kekuatan Kelemahan

1 Penyedia input a. Sarana produksi tambak yaitu bibit, pupuk dan obat, peralatan panen tersedia dalam jumlah yang cukup, mudah diperoleh dan harganya cukup terjangkau. b. Kemudahan sarana transportasi

untuk mengangkut saprotan dan hasil panen rumput laut.

Tidak tersedia saprotam (bibit, pupuk, obat, peralatan panen) dalam jumlah yang cukup, mudah diperoleh dan kejang- kauan harganyanya.

Tabel 12. Lanjutan

No. Kelembagaan Kekuatan Kelemahan

2 Keuangan Lembaga keuangan tersedia dan dapat diakses/dimanfaatkan oleh para pembudidaya rumput laut mendapatkan modal usaha.

Sangat terbatasnya lembaga keuangan untuk dijangkau dan diakses oleh pembudidaya rumput laut.

3 Penyedia informasi

Tersedianya berbagai informasi tentang teknik budidaya rumput laut Gracillaria sp, pasar, harga, penanganan hama penyakit yang disediakan oleh para narasumber rumput laut.

Tidak ada proses penyebaran Informasi aran informasi dari para narasumber informasi rumput laut sehingga pemilikan informasi menjadi terbatas di kalangan

pembudidaya. 4 Pemasaran (a)Adanya kepastian dan keterse-

diaan pasar yang mampu me- nyerap dan membeli seluruh hasil produksi pembudidaya. (b)Usaha rumput laut memberikan

insentif yang tinggi bagi pembudidaya karena rantai pemasaran hasil tidak panjang. (c)Kuatnya kedudukan pembudi-

daya dalam penentuan harga. (d)Mudahnya mendapatkan

informasi harga yang berlaku di masing-masing pelaku

pemasaran.

Tidak adanya jaminan pasar yang dapat menyerap produk rumputlaut pembudidaya dalam jumlah maupun kadar mutunya. Panjangnya rantai pemasaran sehingga insentif yang diterima pembudidaya sangat rendah. Kedudukan pembudidaya lemah dalam penentuan harga dan tidak ada keadilan (asimetris) dalam pemasaran.

5 Kebijakan daerah

Kebijakan daerah mengenai program pengembangan

kompetensi pembudidaya rumput laut polikultur dilaksanakan konsisten, dan keberlanjutan : (a)Program pembangunan

diselenggarakan secara konsisten sesuai kebijakan daerah yang sudah

direncanakan, meliputi : (1) pelestarian lingkungan, (2) penyuluhan tentang inovasi baru, (3) penguatan modal usaha, (4) pengadaan peralatan, (5) pelatihan, (6) pengembangan kelompok.

(b)Adanya ketepatan program pembangunan dengan

sasarannya dan terimplementasi secara keberlanjutan.

(c)Implementasi program pembangunan dapat

dijangkau/dimanfaatkan oleh pembudidaya

Kebijakan daerah yang mengabaikan pendayagunaan dan pemberdayaan potensi alam dan sumberdaya manusianya :

(a) Tidak terlaksananya program-program pengembangan

kompetensi pembudidaya rumput laut polikultur

(b) tidak tepatnya program pemerintah serta tidak berjalan secara keberlanjutan. (c) sangat minimnya

implementasi program pemerintah sehingga tidak dapat dijangkau khalayak pembudidaya

Kompetensi Pembudidaya Rumput Laut

Kompetensi pembudidaya rumput laut merupakan suatu kemampuan pembudidaya mengelola usaha secara professional dan prestatif yang diwujudkan melalui pemilikan karakteristik pribadi (nilai, motif), penguasaan pengetahuan, kemauan mengembangkan usaha, penguasaan ketrampilan sesuai persyaratan atau tuntutan pengelolaan usaha budidaya rumput laut polikultur yang ideal (Tabel 13).

Tabel 13. Kompetensi Pembudidaya Mengelola Usaha Rumput Laut

Aspek Berkompeten Tidak Berkompeten

Motif Dorongan untuk selalu mengem- bangkan usaha untuk mendapatkan suatu efisiensi dan efektivitas usaha, sehingga muncul performent yang ulet, prestatif, rajin mencari pasar yang lebih kompetitif.

Tidak memiliki semangat untuk meningkatkan usaha, cenderung menerima dan merasa cukup dengan apa yang sudah dicapai.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan teknis produksi budidaya rumput laut polikultur sesuai

ketentuan/rekomendasi program budidaya rumput laut yang meliputi penyiapan lahan, pembibitan, pemeliharaan, penanganan hama penyakit, pemanenan, penanganan pascapanen.

Memiliki pengetahuan non teknis seperti manajemen sumberdaya manusia, pengelolaan keuangan.

Budidaya rumput laut mudah diusahakan sehingga faktor penguasaan pengetahuan teknis dianggap tidak penting (urgen).

Sikap (a) Menyadari rumput laut sebagai penyelamat usaha dan tambah- an penghasilan.

(b) Ada kesediaan mengelola usaha rumput laut sebagai usaha uta- ma yang perlu ditunjang de- ngan sikap mental entrepre- neur, sikap serius dalam meme- lihara, pengembangan lebih lanjut hingga usahanya berhasil.

Budidaya rumput laut polikultur banyak kendalanya sehingga tidak layak untuk dijadikan usaha utama.

Ketrampilan Trampil dan mampu menerapkan teknis dan non teknis budidaya rumput laut sehingga dapat

diperoleh jumlah produksi maksimal dan bermutu.

Usaha rumput laut polikultur tidak memerlukan praktek teknis dan non teknis yang perpectionis sesu- ai ketentuan anjuran (direkomen- dasi penyuluh/swasta) karena tidak menjamin produksi yang dihasilkan dapat maksimal.

Tabel 13. Lanjutan

Aspek Berkompeten Tidak Berkompeten Motif usaha Terdorong kuat menghasilkan pro-

duk sesuai standar yang diinginkan konsumen. Terdorong kuat melaku- kan upaya memperbesar usaha, hasil kerja yang lebih baik dari teman se- kitarnya, menjalin hubungan dengan pelaku pasar yang kompetitif.

Lemahnya dorongan untuk memi- liki usaha yang lebih maju. Pasrah dengan keadaan yang ada. Hal terpenting adalah hasil panen dapat dijual dengan harga bergantung pada tengkulak. Pemecahan

masalah

Mampu mengatasi persoalan, kendala-kendala yang dihadapi dalam mempertahankan usaha rumput laut polikultur.

Tidak mampu mengatasi permasalahan karena masala/kendala dalam usaha rumput laut sulit diatasi. Adaptasi

Lingkungan

Mampu secara dinamis mengikuti perkembangan lingkungan dan mampu menghasilkan produk mengikuti sesuai permintaan standar produk konsumen.

Pasrah dengan tekanan faktor lingkungan karena tidak akan mampu menghadapinya. Rumput laut dapat dijual dan dibeli meru- pakan prioritas usaha dan menga- baikan permintaan standar mutu konsumen karena harganya tetap tidak ada perbedaan.

Produktivitas dan Pendapatan

Produktivitas menunjukkan tingkat kemampuan bekerja seseorang secara lebih baik yang ditunjukkan dengan perilaku mampu meningkatkan kuantitas (jumlah produk), meningkatkan kualitas produk dan melakukan diversifikasi usaha.

Pendapatan merupakan sejumlah pendapatan yang dterima dalam per bulan sebagai hasil dari pengelolaan usaha rumput laut.

Tabel 14. Paradigma Produktivitas

Aspek Produktivitas yang ideal Produktivitas yang tidak ideal Kuantitas Meningkatnya jumlah produksi

rumput laut yang dihasikan per panen dalam satu tahun

Tidak ada peningkatan jumah produksi rumput laut dalam satu tahun

Aspek Produktivitas yang ideal Produktivitas yang tidak ideal Kualitas Mutu produk yang dihasilkan ber-

mutu yaitu sesuai umur panen, ke- ring, rendahnya bahan pencemar,

Dokumen terkait