• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Berpikir

Dalam dokumen ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTA (Halaman 37-71)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Kerangka Berpikir

Pada hakikatnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mengadakan perubahan dalam dirinya berupa pengalaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku sebagai akibat dari latihan serta interaksi dengan lingkungan. Untuk mencapainya siswa melakukan aktivitas belajar dengan cara dan kemampuan masing-masing. Hasil yang diperoleh dari

proses belajar ini adalah hasil belajar. Hasil belajar menurut Rifa’i (2009:85) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Sedangkan menurut Suprijono (2010:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Menurut H. W Arndt dan Gerardo P Sicat dalam Sumaadmadja (2001), ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan.

Menurut Suryabrata (2012:297) mengartikan bahwa hasil belajar ekonomi sebagai nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan atau hasil belajar ekonomi siswa selama waktu tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ekonomi adalah proses perubahan tingkah laku pada seseorang akibat adanya interaksi dalam lingkungannya dan pengalaman yang telah dilaluinya dalam hal pengukuran atau perumusan akhir oleh guru yang terkait dengan mata pelajaran ekonomi dalam periode tertentu.

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) diantaranya adalah faktor jasmaniah/fisiologi yang terdiri dari kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan gangguan kesehatan. Selain faktor jasmaniah/fisiologis terdapat juga faktor psikologis siswa. Faktor psikologis adalah kondisi jiwa/batin siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Faktor psikologis ini berkaitan dengan inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan. Faktor dari dalam diri siswa yang

lain menurut Slameto (2010:59) adalah faktor kelelahan. Kelelahan terbagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan rohani.

Selain faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal), terdapat juga faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Faktor dari luar siswa dibagi menjadi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

SMA Negeri 2 Semarang adalah sekolah unggulan yang sangat selektif dalam penyaringan siswa sehingga hanya siswa berprestasi yang diterima di sekolah ini.. Berdasarkan batas tuntas klasikal sekolah dikatakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil jika sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan siswa telah tuntas. Standar isi mata pelajaran Ekonomi pada SMA terdiri dari 60% teori dan 40% praktik. Pada semester 1, kelas XI IPS di SMA ruang lingkup mata pelajaran Ekonomi adalah perekonomian, ketenagakerjaan, APBN dan APBD, dan Perkoperasian. Sedangkan pada semester 2 baru diajarkan mengenai Akuntansi dan Manajemen. Sedangkan dikatakan lulus jika siswa dapat menguasai minimal 75% dari seluruh materi pembelajaran dan pembelajaran dikatakan berhasil jika minimal 85% dari jumlah seluruh siswa di kelas mendapatkan nilai lebih dari batas tuntas. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di SMA N 2 Semarang mempunyai kemungkinan besar berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di sekolah lain yang telah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu, sangat penting diadakan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS

di SMA N 2 Semarang sehingga dapat ditemukan solusi untuk mengoptimalkan hasil belajar akuntansi siswa tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, secara lebih detail kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor internal terbagi menjadi tiga faktor utama yaitu faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a. Faktor Fisiologis

Fisiologis adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik siswa. Indikator faktor fisiologis adalah :

 Kesehatan Jasmani

Kesegaran jasmani ialah keadaan kardiovaskuler baik, memiliki kekuatan otot, daya tahan dan kelentukan yang baik serta perbandingan lemak tubuh seimbang. Hal yang sama dikemukakan oleh Lutan (2002: 7) bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Kesehatan jasmani adalah aspek-aspek kemampuan fisik yang menunjang kesuksesan seseorang dalam melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupannya.

Jadi, siswa yang mempunyai kesehatan jasmani yang baik akan lebih sering berangkat sekolah dan berpotensi lebih dapat menguasai bahan pelajaran sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih baik daripada

siswa yang sering tidak masuk dikarenakan sakit atau mengalami kesehatan jasmani yang buruk.

 Kesehatan Rohani

Kesehatan rohani adalah faktor dari diri siswa yang berkaitan dengan kesehatan batin, kenyamanan dan ketenangan siswa dalam keseharian siswa terutama dalam belajar pada khususnya. Siswa yang memiliki kesehatan rohani yang baik akan lebih tenang dalam menghadapi kesulitan belajar dan berusaha untuk mencari jalan keluar dengan baik dan siswa tersebut berpotensi untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang sering merasa gelisah dan panik dalam proses belajar maupun pengambilan nilai hasil belajar.

 Gangguan Kesehatan

Learning disabilities involve a wide range of problems with oral and written language, reading, and mathematics. This can include problems with speech, reading, writing, spelling, mathematical calculations, and

comprehension thinking, and reasoning. Gangguan kesehatan terkait

dengan sejumlah masalah dengan kemampuan bicara dan menulis, membaca dan matematik. Termasuk masalah dengan pidato, membaca, menulis, mengeja, perhitungan matematik dan kemampuan berpikir dan menyatakan alasan ( Levin, 2008)

Gangguan kesehatan disini yang dimaksud adalah bukan gangguan kejiwaan atau gangguan mental. Melainkan gangguan pada kesehatan jasmani maupun rohani siswa yang berpotensi menurunkan hasil belajar siswa. Gangguan kesehatan jasmani contohnya adalah berkurangnya kemampuan melihat dan kemampuan mendengar siswa, cacat tubuh yang kemungkinan dimiliki siswa. Gangguan kesehatan tersebut dapat membuat siswa merasa terganggu sehingga tidak maksimal dalam proses

belajar maupun pengambilan nilai hasil belajar. Selain itu, gangguan kesehatan juga berkaitan dengan catatan kehadiran siswa. Semakin sering siswa tidak mengikuti pelajaran karena sakit atau gangguan kesehatan maka siswa akan semakin tertinggal dalam pelajaran dan akan berakibat buruk bagi hasil belajar yang didapatkan siswa.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari kondisi kejiwaan individu. Faktor psikologis meliputi: inteligensi, minat, motivasi, perhatian, kesiapan, kematangan, cara belajar dan kelengkapan buku catatan.

 Inteligensi

Slameto (2010:56) menyatakan inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. Purwanto (2007:52) menyatakan intelijensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.. Selanjutnya Slameto (2010:56) berpendapat bahwa seseorang yang mempunyai tingkat inteligensi lebih tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi rendah.

 Minat

Slameto (2010:180) menyatakan bahwa minat suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Sedangkan menurut Syah (2008:136) minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Slameto (2010:57) menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki minat yang tinggi memiliki kecenderungan untuk memperhatikan suatu objek, hal, maupun kegiatan yang diikuti oleh perasaan senang dan terdapat kepuasaan pada saat melakukan.

Jadi berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui minat adalah kecenderungan atau penggerak seseorang untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan kepuasan pada dirinya setelah melakukan. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu akan membuat siswa tersebut senang dan puas jika melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, siswa yang memiliki minat terhadap mata pelajaran Ekonomi Akuntansi mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yng tidak memiliki minat pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi tersebut. Dikarenakan siswa yang memiliki minat yang pada pelajaran Ekonomi Akuntansi tersebut, semakin menghadapi soal yang sangat sulit dan membingungkan siswa tersebut justru akan semakin tertantang untuk menyelesaikan soal tersebut dan puas jika sudah selesai dan menemukan jawaban yang tepat sehingga siswa terpacu untuk belajar dan belajar lagi pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi.

 Motivasi

Menurut Mc. Donald dalam Yamin (2007:217) mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi mencapai tujuan. Sartai dalam Purwanto (2007:61) mendefinisikan motivasi sebagai suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Menurut Suryabrata (2012:70) motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Menurut Yamin (2007:219) motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.

Motivasi dibagi menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari diri sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya baik lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun teman sebaya. Motivasi yang paling baik adalah motivasi yang berasal dari diri sendiri (intrinsik) karena jika sudah memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu maka seseorang tersebut akan mengusahakan dengan segala cara untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu yang diinginkan.

Siswa yang memiliki motivasi untuk dapat menguasai Ekonomi Akuntansi akan belajar lebih keras agar bisa menguasai mata pelajaran tersebut. Menguasai bukan hanya menghafal tetapi juga memahami dan mengingat dalam pikiran dengan benar agar tidak hilang. Siswa yang memiliki motivasi ini berpeluang untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi di mata pelajaran Ekonomi Akuntansi tersebut.

 Perhatian

Perhatian menurut Suryabrata (2012: 14) perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Menurut Slameto (2010: 105) perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Perhatian berdasarkan intensitasnya dibagi menjadi dua yaitu (1) Perhatian Intensif dan (2) Perhatian Tidak Intensif. Perhatian intensif yaitu perhatian yang banyak dikuatkan oleh banyaknya rangsang atau keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman batin. Sedangkan perhatian tidak intensif adalah perhatian yang kurang diperkuat oleh rangsangan atau beberapa keadaan yang mnyertai aktivitas.

Berdasarkan penjelasan di atas, perhatian mempunyai arti pemusatan konsentrasi dari aktivitas yang dilakukan individu yang berhubungan dengan rangsangan dari lingkungannya.

 Kesiapan

Slameto (2010: 113) yang mendefinisikan kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidaktidaknya tiga aspek yaitu: (1) kondisi fisik, mental dan emosional, (2) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, (3) keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari. Menurut Dalyono (2007: 52), “Kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara

kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan”. Sedangkan menurut Hamalik (2008:94) kesiapan adalah tingkatan atau keadaaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional.

Jadi, kesiapan adalah kemampuan individu baik secara fisiologis maupun psikologis untuk melakukan aktivitas/kegiatan tertentu. Kesiapan siswa dalam proses belajar cukup penting dalam mempengaruhi hasil belajar Ekonomi siswa. Siswa yang memiliki kesiapan dalam proses belajar Ekonomi Akuntansi dibuktikan dengan membawa segala buku dan alat tulis yang digunakan dalam pembelajaran dan tidak ada alasan untuk tidak membawa peralatan tersebut. Kelengkapan peralatan sekolah dalam proses belajar siswa akan memudahkan siswa untuk belajar dan mempraktekkan ilmu Ekonomi Akuntansi yang didapatkan di kelas secara maksimal sehingga berpeluang untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang tidak memiliki kesiapan dalam proses belajar tersebut.

 Kematangan

Kematangan dalam bahasa Inggris disebut dengan maturation. Chaplin dalam Desmita (2009:6) menyatakan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun). Selanjutnya Davidoff menggunakan istilah kematangan (maturation) untuk menunjuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada pertumbuhan jasmani

dan kesiapan susunan saraf. Menurut Desmita (2009:7) mengartikan kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Sedangkan menurut Slameto (2010:58) kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap melakukan kecakapan baru.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan dari beberapa definisi diatas bahwa kematangan (maturation) adalah kemampuan jasmani atau fisiologis individu yang berkaitan dan perkembangan tingkah laku individu tersebut termasuk siap untuk mendapatkan kecakapan dan keterampilan baru. Siswa yang mempunyai kematangan dalam belajar, contoh sederhananya sudah menyiapkan dan mempelajari materi yang dibahas pada malam hari sebelum materi tersebut diajarkan di sekolah sehingga siswa tersebut sudah memiliki pertanyaan jika ada yang belum jelas, sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa tersebut. Semakin siswa matang dalam proses belajar maka belajarnya bukan hanya menghafal tetapi memahami materi pelajaran maka hasil belajarnya pun berpeluang mendapatkan hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang lainnya.

 Cara Belajar

Cara belajar mempengaruhi pencapaian hasil belajar seseorang. Menurut Dalyono (2007:57) belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Adapun teknik yang diperhatikan yaitu: cara membaca,

mencatat, membuat ringkasan, apa yang seharusnya dicatat, dan lain-lain. Banyak siswa yang gagal dalam mendapatkan hasil belajar yang diharapkan dikarenakan menerapkan cara belajar yang salah dan tidak efisien yaitu hanya menghapal bukan memahami. Menurut Slameto (2010:74) cara belajar yang baik harus memperhatikan beberapa hal berikut ini: (1) Kondisi internal yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, keamanan, status, self-actualisation,

mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik; (2) kondisi eksternal dan (3) strategi belajar. Cara belajar yang efisien yang berpeluang untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan adalah yang pertama dengan mencegah “cramming”. Cramming merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh siswa saat ini yaitu menumpuk tugas yang diberikan dan dikerjakan saat waktu sudah mepet. Ini jelas tidak baik karena tugas yang dikerjakan pada waktu yang minimal maka kemungkinan tugas tersebut benar dan sesuai juga kecil karena dikerjakan dengan buru-buru. Kedua, dengan membuat catatan kecil. Catatan kecil berbeda dengan catatan yang ditulis saat proses belajar mengajar. Catatan kecil ini merupakan outline atau ringkasan dari materi-materi yang telah dipelajari dan dibuat dengan tujuan lebih mudah dalam memahami dan dapat diulangi dimana dan kapan saja sehingga siswa lebih memahami materi tersebut.

Jadi, siswa yang memiliki cara belajar yang efisien dan tepat serta teratur akan berpotensi untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan karena siswa tersebut belajar bukan hanyaa saat menghadapi test saja tetapi rutin dan teratur setiap hari.

 Kelengkapan Buku Catatan

Menurut Yamin (2007:151), kesuksesan bproses pembelajaran akan ditunjang oleh beberapa faktor, diantaranya adalah (1) membuat catatan yang baik, (2) menyusun ringkasan hasil belajar yang lengkap dam (3) membuat laporan. Buku catatan yang dimiliki siswa berisi informasi yang penting mengenai materi yang telah diajarkan oleh guru dalam kelas. Buku catatan pasti dimiliki oleh setiap siswa, tetapi yang membedakan adalah kelengkapan catatan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Siswa yang rajin biasanya memiliki catatan yang lengkap dan berisi hal-hal yang penting, sebaliknya siswa yang sering hanya pura-pura diam dan mendengarkan di kelas biasanya saat buku catatannya diperiksa banyak ditemukan kekurangan dan tidak ada hal-hal penting yang seharusnya dicatat. Siswa yang memiliki catatan yang lengkap akan dapat belajar dengan baik dan aman tanpa harus membuang waktu untuk meminjam catatan teman lain, sehingga belajarnya benar-benar maksimal dan berkualitas.

c. Faktor Kelelahan

Menurut Slameto (2010:59) kelelahan dapat dibedakan menjadi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk berbaring. Kelelahan jasmani terjadi akibat kekacauan substansi sisa pembakaran dalam tubuh sehingga darah tidak lancar. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu hilang, ditandai dengan hilangnya konsentrasi dan lama-kelamaan menjadi sakit kepala.

Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa kelelahan mempengaruhi proses belajar siswa yang berakibat pada hasil belajar yang akhirnya didapatkan siswa. Sehingga harus diusahakan dengan segala cara agar siswa jangan sampai mengalam kelelahan baik jasmani dan rohani, karena jika siswa sudah mengalam kelelahan jangankan untuk berkonsentrasi dalam belajar, untuk tetap berada di kelas saja mungkin siswa sudah tidak mau dan justru memberikan siswa alasan untuk bolos dari proses belajar. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai keterampilan mengelola kelas agar tidak membuat siswa merasa mengalami kelelahan baik jasmani maupun rohani dan terus berusaha meningkatkan semangat siswa.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hasil belajar Ekonomi siswa. Faktor Eksternal terdiri dari: (a) Lingkungan Keluarga, (b) Lingkungan Sekolah dan (c) Lingkungan Masyarakat.

a. Lingkungan Keluarga

M.I. Soelaeman dalam Yusuf (2009:35) mengemukakan pendapat para ahli mengenai pengertian keluarga, yaitu:

1) F.J Brown berpendapat bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu a) dalam arti luas, keluarga meliputi senua pihak yang ada hubungan darah atau

keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clan” atau marga; b) dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak.

2) Maciver menyebutkan lima ciri khas keluarga yang umum terdapat dimana-mana, yaitu a) hubungan berpasangan kedua jenis, b) perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan tersebut, c) pengakuan akan keturunan, d) kehidupan ekonomis yang diselenggarakan dan dinikmati bersama, dan e) kehidupan berumah tangga.

Sedangkan menurut Sigelman & Shaffer dalam Yusuf (2009:36) berpendapat bahwa “keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia (universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam sisitem sosial yang lebih besar”.

Lingkungan keluarga dapat dilihat dengan indikator-indikator di bawah ini :

 Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap aktivitas anak saat proses pembelajaran dan hasil belajar yang didapatkan anak. Sutjipto dalam Slameto (2010:60) menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

Cara orang tua mendidik dapat disebutkan juga pola asuh orang tua. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) , “pola” berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan “asuh” adalahmenjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.

Menurut Yusuf (2009:39), fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.

Jadi, berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa cara orang tua mendidik sangat mempengaruhi tingkah laku baik dalam kelas maupun keseharian sehingga cara orang tua mendidik tersebut diharapkan tidak menggunakan cara otoriter karena dengan cara tersebut dapat membentuk anak menjadi pribadi yang keras dan suka memberontak. Sebaliknya, cara orang tua mendidik yang baik dan mendorong siswa dalam pendidikannya akan membuat siswa bersemangat dan terdorong untuk membanggakan oarng tuanya dengan cara mendapatkan hasil belajar yang baik.

 Relasi Antar Anggota Keluarga

Dalam keluarga harus diciptakan relasi/hubungan yang baik antar anggota keluarga sangat dibutuhkan. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri (Slameto, 2010:63)

Yusuf (2009:38) berpendapat bahwa hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek, dan keinginan untuk menumbuhkembangkan anak yang dicintai. Keluarga yang hubungan antaranggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication

dapat mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.

Berkaitan dengan hubungan orang tua dengan anak yang sudah menginjak masa remaja, Desmita (2009:218-219) mengungkapkan bahwa keterikatan orang tua dengan remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosialnya seperti tercermin dalam ciri-cirinya: harga diri, penyesuaian emosional dan kesehatan fisik.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa relasi antar anggota keluarga baik dengan orang tua dan anggota keluarga yang lain dapat membantu pengembangan emosi dan kebiasaan yang baik serta mengembangkan potensi yang dimiliki siswa yang berarti dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa di sekolah. Oleh karena itu, relasi antar anggota harus dipelihara dan dikembangkan, dengan cara pemberian kasih sayang dan dukungan pada pendidikan anak serta pemberian hukuman jika anak melakukan kesalahan sehingga sebagai pembelajaran agar anak tidak melakukan lagi. Pemberian hukuman juga harus sesuai dan dipilih jangan

Dalam dokumen ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTA (Halaman 37-71)

Dokumen terkait