• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Kerangka Konseptual

Berikut ini adalah gambar kerangka konseptual pengaruh Investment Opportunity Set terhadap kebijakan deviden dengan struktur modal sebagai variable moderating yang terlihat pada gambar 3.1 di bawah ini :

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Perusahaan yang membayar deviden tinggi mempunyai resiko yang lebih kecil dibanding yang menahannya dalam bentuk laba ditahan, pendapat tersebut mendasarkan pada bird in the hand theory. Iinvestor menyukai deviden yang diterima seperti burung di tangan (bird in the hand) yang resikonya lebih kecil dibandingkan dengan deviden yang tidak dibagikan (bird in the bush). Disisi lain kebijakan deviden juga akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan

DPR (Y) DER (Z) EPR (X1) CAPBVA (X2) VAR (X3) Investment Opportunity Set (IOS)

dimana perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi akan sulit untuk memenuhi kebutuhan investasinya.

Kesempatan investasi (Investment Opportunity Set) dalam penelitian ini diukur melalui beberapa proksi IOS berupa EPR, CAPBVA dan VAR. Investment Opportunity Set berhubungan langsung dengan DPR, dimana perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi cenderung menahan labanya sebagai pendanaan modal intern. Hal ini dikarenakan dengan aliran kas yang diterima oleh perusahaan bersumber dari laba ditahan akan lebih mudah dan cepat untuk kebutuhan pengeluaran investasi dibandingkan dengan aliran kas yang bersumber dari hutang. Dengan kata lain bahwa semakin tinggi kesempatan investasi maka semakin kecil kebijakan devidennya.

Brigham dan Weston (1999:217) yang menyatakan “Apabila suatu skedul IOS “tertentu” dari suatu perusahaan, lebih mengarah ke pertumbuhan, hal ini akan cenderung menghasilkan target rasio pembagian deviden yang rendah, dan sebaliknya jika IOS lebih mengarah penurunan, hal ini akan cenderung menghasilkan target rasio pembagian deviden yang tinggi.”

Smith and Watts (1992) menyimpulkan hubungan kebijakan investasi dan kebijakan dividen dapat diidentifikasi melalui arus kas perusahaan. Semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin kecil dividen yang diberikan, karena perusahaan yang tumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan yang free cash flow-nya rendah.

EPR yang lebih tinggi menunjukkan bahwa kesempatan investasi sebagai peluang pertumbuhan perusahaan akan semakin besar sehingga perusahaan akan

menahan labanya untuk membiayai investasi yang ada menyebabkan perusahaan akan mengurangi distribusi deviden kepada investor. Kesimpulan ini mengasumsikan bahwa proxy ini berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden perusahaan. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Guul dan Kealy (1999) yang membuktikan bahwa proxy dari IOS yaitu EPR berpengaruh negatif terhadap DPR.

Proksi CAPBVA mendeteksi adanya hubungan aliran tambahan modal saham perusahaan untuk tambahan aktiva produktif sehingga berpotensi sebagai perusahaan bertumbuh. Rasio CAPBVA yang lebih tinggi mengindikasikan belanja modal aset tetap semakin besar sehingga perolehan peluang investasi baru juga akan semakin tinggi. Peluang investasi yang tinggi inilah yang menyebabkan perusahaan akan menahan labanya sebagai cadangan modal ditahan sehingga distribusi deviden akan semakin rendah. Kesimpulan ini mengasumsikan bahwa proxy ini berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden perusahaan (Adam dan Goyal, 2007). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Guul dan Kealy (1999) yang membuktikan bahwa proxy dari IOS yaitu CAPBVA berpengaruh negatif terhadap DPR.

VAR maupun standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran variabel random diantara rata-ratanya, semakin besar penyebarannya, semakin besar varian atau standar deviasi investasi tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka semakin cepat reaksi investor terhadap pergerakan harga saham perusahaan. Dengan kata lain bahwa investor lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki peluang tumbuh ketimbang mengharapkan deviden. Perusahaan yang memiliki

peluang tumbuh yang tinggi maka akan dapat meningkatkan harga saham yang berimplikasi pada peningkatan capital gain yang bisa dimanfaatkan investor sebagai pengganti keuntungan investasi selain deviden (Adam dan Goyal, 2007).

DER merupakan pilihan pendanaan antara utang dan ekuitas. Teori yang menjelaskan hal tersebut antara lain Teori Trade-Off, Teori Pecking Order, dan Teori lainnya. Keputusan struktur modal yang diambil oleh manager tersebut tidak saja berpengaruh terhadap profitalitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap kebijakan deviden perusahaan. Perusahaan akan dapat membagikan deviden tanpa harus menganggu dana investasinya dengan cara penggunaan dana yang berasal dari hutang. Kebijakan struktur modal ini menganut Teori Trade-Off dimana penambahan hutang diperkenankan sejauh manfaat hutang lebih besar dibanding dengan kemungkinan resiko yang terjadi. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian mendistribusikan sebagian labanya untuk pemenuhan kebijakan deviden.

Barton, Hill, dan Sundaram (1989) dikutip dari Hatta (2002) menemukan bahwa untuk meningkatkan likuiditas, perusahaan dapat menurunkan rasio pembayaran deviden. Dengan pembayaran deviden yang rendah berarti perusahaan akan membutuhkan pembiayaan dari luar yang sedikit, sepanjang mereka dapat menyimpan kas secara internal (laba yang ditahan) daripada membayar deviden. Penyimpanan kas ini konsisten dengan teori pecking order dari Myers (1984).

Berbeda dengan pendapat Frank dan goyal (2000) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar akan menambah hutang untuk mendukung pembayaran dividen. Semakin tinggi tingkat hutang semakin banyak dana yang tersedia untuk membayar dividen yang lebih tinggi karena akan memberikan sinyal positif dan menyebabkan nilai perusahaan naik. Hal ini konsisten dengan teori trade off.

3.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah berdasarkan teori yang masih perlu dianalisa lebih lanjut lagi kebenarannya, dengan mengadakan analisis atau penelitian, hipotesis ini kesimpulannya dapat diterima atau tidak sebagai teori empiric. Berdasarkan beberapa teori dan kerangka konseptual maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1: Investment Opportunity Set yang diproksikan EPR, CAPBVA danVar secara

simultan berpengaruh negatif terhadap DPR.

H1: Investment Opportunity Set yang diproksikan EPR, CAPBVA danVar secara parsial berpengaruh negatif terhadap DPR

H2: Struktur modal memoderasi hubungan Investment Opportunity Set yang diproksikan EPR, CAPBVA danVar terhadap DPR.

BAB IV

Dokumen terkait