• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka Konsep Penelitian

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden

Keluarga Bersuku Minangkabau ... 40 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan

Keluarga Suku Minangkabau dalam Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga (n=41)... 41 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan

Keluarga Suku Minangkabau dalam Mengambil Keputusan untuk Melakukan Tindakan yang Tepat bagi Keluarga (n=41)... 43 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan

Keluarga Suku Minangkabau dalam Memberikan Perawatan Anggota Keluarga yang Sakit atau yang Tidak Dapat Membantu Dirinya Sendiri karena Cacat atau Usianya yang Terlalu Muda

(n=41) ... 44 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan

Keluarga Suku Minangkabau dalam Mempertahankan Suasana Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan

Kepribadian Anggota Keluarga (n=41)... 45 Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Suku Minangkabau dalam

Mempertahankan Hubungan Timbal Balik antara Keluarga dan Lembaga Kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (n=41)... 46 Tabel 5.12. Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Minangkabau di Kelurahan Tegal Sari III Kecamatan Medan Area

Nama Mahasiswa : Mona Santi Nainggolan

NIM : 061101054

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep )

Tahun : 2010

========================================================== Abstrak

Setiap keluarga mempunyai tugas kesehatan yang tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Ada lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga dengan baik. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga ini tidak terlepas dari faktor budaya yang dimiliki oleh keluarga tersebut, seperti pada suku Minangkabau yang menganut sistem matrilineal.

Penelitian ini betujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Minangkabau. Populasi pada penelitian ini adalah keluarga bersuku Minangkabau di Kelurahan Tegal Sari III Kecamatan Medan Area. Sampel yang diperoleh adalah sebesar 10% dari populasi yaitu 41 keluarga bersuku Minangkabau asli. Dari hasil penelitian yang diperoleh, secara umum pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Minangkabau dalam kategori baik, secara rinci dalam hal mengenal masalah kesehatan keluarga 85,4% dengan kategori baik, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat 87,8% dengan kategori baik, memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda 85,4% dengan kategori baik, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga 65,9% dengan kategori baik, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) 80,5% dengan kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan kurang tergali lebih dalam tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Minangkabau. Untuk itu, peneliti selanjutnya ditujukan untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Minangkabau.

__________________________________________________________________ Kata Kunci : Tugas kesehatan keluarga, Suku Minangkabau.

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan bersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membangun kebudayaan yang sehat. Sehingga keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga lain atau bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya (Setiadi, 2006).

Menurut Friedman (1998) secara umum ada lima fungsi dasar keluarga yaitu : fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, fungsi reproduksi dan fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.

Di zaman sekarang ini secara perlahan-lahan tetapi pasti telah terjadi erosi terhadap fungsi keluarga, makin sedikitnya waktu bagi orangtua untuk anak dan keluarga, serta meningkatnya angka perceraian. Sikap keluarga yang tidak peduli terhadap kebutuhan tumbuh kembang anak-anak dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan dan kesehatan anak (Suryanto, 2008). Berdasarkan Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI Angka kematian Bayi mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 25,9 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian ibu maternal cenderung menurun dari 5,1 per 1000 kelahiran hidup (2002) menjadi 2,0 per

adalah 46 per 1000 kelahiran hidup (hasil SDKI). Pada tahun 2006 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit yang terbanyak adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 9,32 %, diikuti hipertensi esensial 4,67%. Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap terbanyak adalah diare dan gastroenteritis 7,95%, diikuti demam berdarah dengue 3,64%, demam tifoid dan paratifoid 3,26% (Indonesia, 2007). Angka penemuan kasus baru tuberculosis (TBC) di Sumatera Utara mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 kasus TBC diperkirakan berkisar 160/100.000 penduduk.

Masalah-masalah kesehatan di atas dapat diatasi jika keluarga dapat menjalankan tugasnya dalam bidang kesehatan, seperti mengenal gangguan perkembangan dan gangguan kesehatan setiap anggotanya. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada yang sakit, cacat atau usia yang terlalu muda. Mempertahankan suasana rumah yang harmonis dan menguntungkan untuk perkembangan kepribadian anggota keluarga, serta memanfaatkan dan mempertahankan hubungan yang baik dengan unit pelayanan kesehatan yang ada (Suryanto, 2008).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pada bagian kedua yang mengatur tentang kesehatan keluarga, menjelaskan bahwa setiap keluarga melakukan dan mengembangkan kesehatan keluarga dalam keluarganya (Pasal 18). Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat, kecil, bahagia, dan sejahtera yang meliputi kesehatan suami istri, anak, dan anggota keluarga lainnya.

Menurut Friedman, keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga. Nilai, norma dan budaya ini juga berperan pada keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan.

Di Sumatera utara khususnya di Medan, penduduknya terdiri dari beberapa macam suku, yaitu Melayu, Jawa, Mandailing, Minangkabau, Batak Toba, dan Tionghoa. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2000, jumlah penduduk yang bersuku Minangkabau di Kecamatan Medan Area sebanyak 35.016 orang dari 112.667 orang, dan jumlah penduduk bersuku Minangkabau di Kelurahan Tegal Sari III pada tahun 2007 sebanyak 9.338 orang dari 14. 245 orang.

Suku Minangkabau terutama menonjol dalam bidang pendidikan dan perdagangan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Untuk di luar wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di Malaysia (terutama Negeri Sembilan) dan Singapura.

Suku Minangkabau memiliki sistem kekeluargaan matrilineal, yaitu suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Sistem kekeluargaan ini tetap dipertahankan masyarakat suku Minangkabau sampai sekarang bahkan bagi Minang yang berada di perantauan. Bahkan selalu disempurnakan sejalan dengan usaha menyempurnakan sistem adatnya (Abidin, 2008).

Pada zaman dahulu, keluarga Minangkabau lebih memilih melahirkan dengan dibantu dukun beranak daripada pergi ke pusat kesehatan. Mereka beranggapan bahwa melahirkan dibantu dukun beranak atau paraji biayanya lebih murah. Namun sekarang ini sesuai dengan perkembangan zaman, keluarga Minangkabau lebih memilih melahirkan di bidan atau Puskesmas. (Sudiharto, 2007).

Ada beberapa jenis penyakit yang menurut masyarakat Minangkabau tidak dapat dibawa kepada pelayanan medis seperti penyakit busung, kusta atau pada suku Minangkabau dikenal dengan biriang dan patah tulang yang biasanya hanya dibawa kepada dukun patah. Menurut mereka, penyakit busung dan kusta tersebut disebabkan karena guna-guna (ulah seseorang). Penyakit busung (perut membuncit, namun badan semakin kurus) biasanya disebabkan karena seseorang tersebut terkena kutukan karena telah memakan ikan (benda) larangan, dan untuk sembuh harus berobat kepada orang yang telah membuat larangan tersebut. Hampir sebagian besar masyarakat Minangkabau sudah lebih memilih untuk berobat kepada petugas kesehatan. Kepercayaan pada fasilitas kesehatan tergantung pada individu tersebut, lebih percaya kepada petugas kesehatan atau pengobatan alternatif (Caniago, 2009).

Berdasarkan keterangan diatas, peneliti mengetahui bahwa keluarga Minangkabau memiliki keunikan dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi di dalam keluarga, maka peneliti tertarik meneliti tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Minangkabau di Kelurahan Tegal Sari III Kecamatan Medan Area.

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Minangkabau di Kelurahan Tegal Sari III Kecamatan Medan Area?

3. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Minangkabau di Kelurahan Tegal Sari III Kecamatan Medan Area.

4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak yaitu :

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai pelaksanaan tugas kesehatan yang ada pada keluarga suku Minangkabau.

2. Bagi Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian ini akan menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan pada keluarga berdasarkan suku Minangkabau sehingga ke depannya tenaga kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di keluarga khususnya kepada keluarga-keluarga suku Minangkabau.

3. Bagi Keluarga/Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat membantu keluarga selain untuk meningkatkan kesehatan keluarganya, juga dapat mengubah pandangan keluarga/masyarakat tentang masalah kesehatan yang ada.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :

1. Keluarga Defenisi Keluarga Tipe Keluarga Struktur Keluarga Fungsi Pokok Keluarga Peran Keluarga

Tugas Kesehatan Keluarga 2. Suku Minangkabau Asal Usul Suku Minangkabau Etimologi Minangkabau

Sistem Kemasyarakatan/Kelarasan Sistem Kekerabatan Suku Minangkabau Kehidupan Masyarakat Minangkabau Kebudayaan Suku Minangkabau Perilaku Kesehatan Minangkabau

1. Keluarga

1.1 Defenisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikata-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Menurut WHO (1969), keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006).

Menurut Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1994 Bab I ayat 1, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Akhmadi, 2009).

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem sosial yang hidup, terdiri dari beberapa sub-sub/komponen/sistem yaitu pasangan suami isteri, orangtua, anak, kakak adik (sibling), kakek-nenek-cucu, dan sebagainya. Semua sistem ini saling berinteraksi, saling ketergantungan, dan saling menentukan satu sama lain serta membentuk norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga tersebut (Wahini dalam Trisfariani, 2007).

1.2 Tipe Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, antara lain :

Secara tradisional, dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari suami, istri, dan anak mereka anak kandung, adopsi, atau keduanya,

b. keluarga besar (Extended Family) yang terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek/nenek, paman/bibi, dan sepupu (Friedman, 1998).

Secara Modern, dikelompokkan menjadi :

a. Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah,ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan.

b. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun dari perkawinan baru.

c. Niddle Age/Age Couple, adalah keluarga dimana suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.

d. Dyadic Nuclear, adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

e. Single Parent, adalah keluarga dimana satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

f.Dual Carrier, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang karir dan tanpa anak.

g. Commuter Married, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.

h. Single Adult, adalah keluarga dimana wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

i. Three Generation, adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

j. Institusional, adalah keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu panti.

k. Comunal, adalah keluarga yang berada dalam satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage, adalah keluarga yang di dalam satu perumahan terdiri dari orangtua dan keturunannya .

m. Unmarried Parent and Child, adalah keluarga yang terdiri dari ibu dan anak dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

n. Cohibing Coiple, adalah keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

o. Gay and lesbian family, adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Setiadi, 2006).

1.3 Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, antara lain :

Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

Matrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

Keluarga Kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Setiadi, 2006).

Menurut Friedman, struktur keluarga terdiri atas :

Pola dan Proses Komunikasi. Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik, (3) berpikiran positif, (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : (a) Karakteristik pengirim antara lain yakin dalam mengemukakan sesuatu pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas serta selalu meminta dan menerima umpan balik, (b) Karakteristik penerima

antara lain siap mendengarkan, memberikan umpan balik, dan melakukan validasi.

Struktur Peran. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.

Struktur Kekuatan. Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.

Nilai-nilai Keluarga.Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Setyowati, 2008).

1.4 Fungsi Pokok Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan sosial yang berbeda. Oleh karena itu, keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan-tuntutan dan harapan dari semua individu yang ada dalam unit tersebut.

Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar, antara lain :

Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah .

Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

Fungsi ekonomi, adalah fungsi untuk memnuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota kelurga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi (Setiadi, 2006).

Menurut Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1994 BAB I pasal 1 ayat 2, fungsi keluarga terbagi atas : fungsi cinta kasih dan fungsi melindungi. Fungsi cinta kasih yaitu dengan memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami, dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan

kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Fungsi melindungi yaitu menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga (Akhmadi, 2009).

1.5 Peran Keluarga

Peran adalah sesuatu yang menunjuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998).

Dapat dikatakan bahwa peran merupakan sesuatu yang diharapkan akan dilakukan seseorang yang kemudian akan memberikan pemenuhan kebutuhan. Jika mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan, dan perlakuan yang baik dari orang tua, sehingga anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik, biologis, maupun sosiopsikologisnya.

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998) adalah sebagai berikut :

Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

Peran anak : anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

1.6 Tugas Kesehatan Keluarga

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Berikut ini tugas keluarga menurut Freeman (1981) sebagai berikut :

Pertama, mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumberdaya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga (Suprajitno, 2004 dalam Trisfariani 2007). Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya (Setiadi, 2006).

Kedua, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga (Setiadi, 2006).

Ketiga,memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi (Setiadi, 2006).

Keempat, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998).

Kelima, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit (Friedman, 1998).

2. Suku Minangkabau

2.1 Asal Usul Suku Minangkabau

Suku Minangkabau atau Minang (seringkali disebut Orang Padang) adalah suku yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Suku ini terkenal karena adatnya yang matrilineal, walau orang-orang Minangkabau sangat kuat memeluk agama Islam.

Minangkabau dipahamkan sebagai sebuah kawasan budaya, di mana penduduk dan masyarakatnya menganut budaya Minangkabau. Minangkabau dipahamkan juga sebagai sebuah nama kerajaan masa lalu, Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyung.

Banyak ahli telah meniliti dan menulis tentang sejarah Minangkabau, dengan pendapat, analisa dan pandangan yang berbeda. Tetapi pada umumnya mereka membagi beberapa periode kesejarahan; Minangkabau zaman sebelum Masehi, zaman Minangkabau Timur dan zaman kerajaan Pagaruyung (Abidin, 2008).

Suku Minangkabau merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah Timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar

Dokumen terkait