• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proposisi-proposisi yang telah diuji kebenarannya, karena tiori dapat menjelaskan aneka gejala sosial yang dihadapi, memberikan pengarahan pada aktifitas yang dijalankan,dan memberikan taraf pemahaman tertentu9

1. Kerangka Teori

, sedangkan konsepsi (conseptio, bahasa latin, begrip, bahasa Belanda) atau pengertian, merupakan hal yang dimengerti, maka dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum

“Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.”10

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. “Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain tergantung pada metodologi aktivitas penelitian dan imajinitas sosial sangat ditentukan oleh Teori”.11

Menurut Soerjono Soekanto, “Teori adalah rangkaian pernyataan logis dan konsisten mengenai gejala-gejala tertentu yang mencakup semua semua

9

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI Pers 2008) halaman 6

10

M. Solly Lubis. Filsafat Ilmu dan Penelitian. (Bandung;:Mandar Majur, 1994). halaman. 80

11

interrelasi, dalam semua unsur gejala yang menjadi ruang lingkupnya, serta kebenaraannya dapat diuji.”12

Dalam teori system yang dikemukakan Maryam Darus Badrulzaman, bahwa system adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu yang merupakan landasan di atas mana dibangun tertib hukum.

.

13

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sunaryati Hartono, bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas14

Dengan demikian, pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut.

.

15

Apabila dicermati asas-asas dan nilai filosofi lahirnya UU Hak Tanggungan sebagai hukum yang mengatur kegiatan ekonomi, diketahui baik dalam pertimbangan hukum maupun penjelasannya sangat mengedapankan tentang kepastian hukum untuk melindungi Kreditur dari pada pihak-pihak yang berpekentingan lainnya.16

12

Soerjono Soekanto, op.cit halaman 121

13

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung:Alumni 1983), halaman. 15.

14

C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, 1991), halaman. 56

15

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni 1986), hal. 15

16

Asas-asas dan penjelasan UU Hak Tanggungan

a. Lembaga hak jaminan yang kuat dan mampu memberi kepastian hukum bagi pihak-pihak

yang berkepentingan (pertimbangan huruf a)

b. Pentingnya kedudukan dana perkreditan tersebut dalam proses pembangunan, sudah

semestinya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan yang dapat pula memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan (penjelasan point 1 butir 4)

c. timbulnya perbedaan pandangan dan penafsiran mengenai berbagai masalah dalam

pelaksanaan hukum jaminan atas tanah, misalnya mengenaipencantuman titel eksekutorial, pelaksanaan eksekusi dan lain sebagainya,sehingga peraturan perundang-undangan tersebut

Oleh karena itu penulisan tesis ini adalah dalam kajian subjek hukum bisnis (hukum ekonomi) maka teori hukum yang menjadi alat analisis bertitik tolak dari teori kepastian hukum yang dipadukan dengan tiori hukum ekonomi dan sesuai dengan tuntutan perkembangan dengan perubahan maka digunakan tiori hukum “Law as tool of social engineering”

Teori kepastian hukum merupakan pradigma teori positivistik sebagai these dari Teori hukum alam, sejak Socretes hingga Francois Geny, tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Teori Hukum Alam mengutamakan “the search for justice”.17 Positivisme yuridis telah dipelopori oleh aliran hukum Humanisme antara lain Jean Bordin dengan idenya tentang kedaulatan raja. Menurut ajaran ini satu- satunya sumber hukum adalah pembentukannya oleh Negara18

Teori Kepastian Hukum yang juga dipelopori oleh Aguste Comte yang mengatakan pada dasarnya kaidah hukum itu sendiri tanpa melibatkan kaidah-kaidah diluar non hukum (Etika), hukum tidak lagi dikonsepsi sebagai azas moral

dirasa kurang memberikan jaminan kepastian hukum dalam kegiatan perkreditan (penjelasan point 2)

d. lembaga hak jaminan atas tanah yang kuat dengan ciri-ciri:

a). memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya; b). selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapa pun obyek itu berada;

c). memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

d). mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.(penjelasan point 3)

e. Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan

eksekusinya, jika debitor cidera janji. Walaupun secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentangeksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yangDiperbarui (Het Herziene) (penjelasan point 9)

17

Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam lintasan sejarah, (Yogyakarta :Kanisius, 1995) Cetakan ke VIII halaman . 196.

18

metayuridis, yang abstrak tentang keadilan, melainkan ius yang telah mengalami positivisasi sebagai lege atau lex19

Selanjutnya John Austin selaku aliran positivisme berpendapat : “Law is A Command of the law”, hukum adalah perintah dari penguasa yang kekuasaan tertinggi dan berdaulat, aturan yang berlaku adalah aturan yang tertulis sebagai penjelmaan kehendak penguasa karenanya harus dipatuhi, jika tidak siaplah terima sanksi,bukan persoalan adil atau tidak,juga bukan soal relevan atau tidak, ia ada dan sah secara yuridis.

.

20

Hans Kelsen dalam Pure Theory of Law mengatakan penerapan hukum harus dengan pendekatan metode normative-yuridis yang bersih dari anasir-anasir seperti sosiologis, politis, historis dan etika dimana konsepsi hukum positif adalah hukum dalam kenyataan (das sollen) bukan dengan apa yang dicita-cita kan (das Sein) dan

Dalam teorinya”Stuffenbaw theory” mengatakan bahwa norma dasar suatu tata hukum adalah peraturan yang lebih dari tata hukum sebagai peraturan fundamental dari berbagai tata hukum positif.21

Menurut Mahmul Siregar keberlakuan hukum ditengah masyarakat bukan lagi untuk mencapai keadilan semata, tetapi juga harus memberikan kepastian. Kepastian hukum diharapkan untuk menjadi pedoman, baik dalam mengambil keputusan.

19

Otje Salman dan Anthon F Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka

Kembali, (Bandung :Reifika Aditama,2009) cetakan ke V halaman 80 20

Bernard L Tanya, dan Yoan. N Simanjuntak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum Strategi

Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi (Yogyakarta : Genta Publishing, 2010) Cetakan I halaman

119

21

HR.Otje Salman S,Filsafat Hukum (Perkembangan & Dinamika Masalah, (Bandung : Reifika Aditama, 2009) cetakan ke I halaman 66

Selanjutnya dikatakan bahwa kepastian hukum tidak saja meliputi kepastian substansi hukum tetapi juga penerapannya dalam putusan-putusan badan peradilan.22

Selanjutnya menurut Bismar Nasution, mengutip pendapat Leonard J Theberge, (Globalisasi Hukum Leonard J Theberge,” Law and Economic Development,” Journal of International Law and Policy vol. 9 (1980) h.232); mengatakan, mengacu pada pendekatan hukum dalam pembangunan ekonomi, maka peranan hukum harus mengandung unsur-unsur ; “predictability”, artinya apakah hukum memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi para pelaku ekonomi dalam meprediksi kegiatan usahanya dan proyeksi pengembangan ekonomi, ; “procedural capability“, maksudnya sejauh mana kemampuan hukum menyelesaikan sengketa secara cepat, sederhana dan biaya ringan); “codification of goals” (kodifikasi hukum), “education,” (pendidikan hukum) “stability” (balance) dimana hukum menciptakan keseimbangan, ”definition and clarity of status “(hukum harus mapu memberikan definisi atau batasan yang jelas) “fairness”, (Aspek keadilan persamaan didepan hukum.”accomodaty” (hukum dapat menagkomodasi kepentingan kelompok dan individu-individu.

23

Menurut Weber Hukum modern atau rasional akan dapat dilakukan pengorganisasian pembangunan ekonomi. Sebab, salah satu ciri hukum modern adalah penggunaan hukum secara aktif dan sadar untuk mencapai tujuan-tujuan

22

Mahmul Siregar, Makalah Kepastian Hukum Dalam Transaksi Bisnis Internasional dan

Implikasinya TerhadapKegiatan Investasi Di Indonesia,http://www.usu.ac.id 25 Maret 2011 23

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, (Bandung : Books Terrace & Library, Maret 2009) Cetakan ke 3 (edisi Refisi) halaman 38-39

tertentu. Cara pendekatan ini akan menciptakan penerapan keadilan dan kewajaran dan secara proporsional, dan dapat pula memberikan manfaat pada masyarakat.24

Secara normatif kepastian hukum dalam pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan diatur dalam perundang-undangan di Indonesia antara lain, aspek jaminan dalam suatu perikatan hutang-piutang adalah faktor yang sangat penting untuk terealisinya perbuatan hukum tersebut. Seorang kreditur barulah akan memberikan pinjaman kepada debitur apabila kreditur tersebut mendapatkan kepastian bahwa piutangnya tersebut akan dilunasi dikemudian hari.

25

Dalam hukum perdata Indonesia lembaga jaminan ini dibagi menjadi dua pengaturan, yaitu (1) Jaminan Umum, sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata bahwa terhadap segala harta kekayaan kreditur yang sudah maupun baru akan ada dikemudian hari menjadi jaminan bagi perikatan yang dibuat oleh debitur, dimana terhadap harta kekayaan tersebut akan dibagi pond’s pond’s kepada seluruh kreditur (dalam hal kreditur lebih dari satu); (2) Jaminan Khusus, sebagaimana diatur dalam Pasal 1132-1133 KUHPerdata bahwa diantara kreditur terdapat hak didahulukan bagi pelunasan hak tagihnya dan kemudahan terhadap pelunasan hak tagihnya karena tidak perlu menunggu pembagian secara pond’s pond’s seperti kreditur konkuren yang diatur dalam Pasal 1132 KUHPerdata, karena kreditur tersebut memegang hak istimewa atau hak-hak kebendaan yang memberikan

24

Purnama Tioria Sianturi,. Perlindungan Hukum Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak

Melalui Lelang” (Bandung: Mandar Maju 2010) halaman, 24

25

Teddy Anggoro, Hak Tanggungan Parate Eksekusi: Hak Kreditur, Yang Menderogasi Hukum

Formil (Suatu Pemahaman Dasar dan Mendalam)

jaminan, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia, yang oleh Wirjono Prodjodikoro disebut sebagai hak-hak jaminan yang bersifat perbendaan (zakelijk zekerheidsrechten)26

Menurut ST Remy Shahdeini ada 5 (lima) unsur pokok yang termuat dari Hak Tanggungan yaitu antara lain :

.

(1) Hak Tanggungan hak jaminan untuk pelunasan utang

(2) Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai sesuai Undang-undang Pokok Agraria

(3) Hak Tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah) saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu

(4) Uang yang dijamin harus suatu hutang tertentu

(5) Memberikan kedudukan yang utama kepada Kreditor tertentu terhadap lain kreditor-kreditor27

Selanjutnya menurut Adrian Sutedi, Undang-undang Hak Tanggungan menjadi hak jaminan atas tanah yang kuat atas 4 (empat) ciri-ciri :

(1). Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya (2). Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada (3).Memenuhi Azas spsialitas dan publisitas, sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan

(4)Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya28

Menurut Pasal 1238.KUH Perdata, Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan

26

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, (Jakarta: Intermasa,1986), cet. ke-5, halaman. 75.

27

ST Remy Shahdeini, ibid,halaman 11

28

lewatnya waktu yang ditentukan. (KUHPerd. 391, 413, 579, 1243, 1362, 1626, 1805, 1979; Rv. 1 dst.)

Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “wanprestatie”, artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupuan perikatan yang timbul karena undang-undang.29

Apabila terjadi Kredit Macet maka pihak bank selaku pemberi kredit dan pemegang Sertifikat Hak Tanggungan dan Akta Pemberian Hak Tanggungan dalam hal debitor atau penerima kredit tidak dapat memenuhi kewajibannya (wanprestasi) dapat mengambil tindakan sebagai berikut30

Pihak Bank menagih debitor untuk melunasi seluruh hutangnya :

1. Pihak Bank menyuruh debitor untuk mengosongkan barang jaminan yang diikat dengan hak tanggungan

2. Pihak Bank atas persetujuan debitur dapat mengalihkan piutang debitur kepada dan hak jaminannya kepada pihak lain

3. Pihak Bank memohonkan lelang eksekusi barang jaminan

Kepastian hukum pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan apabila debitur lalai atau wanprestasi diatur dalam pasal Pasal 20 Undang-undang Hak Tanggungan berbunyi:

(1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:

a. hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau

b. titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek Hak Tanggungan

29Abdul Kadir Muhammad. Hukum Perikatan.(Bandung :Citra Aditya Bakti, 1990), hlm. 20

30

dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.

Menurut penjelasan UU Hak Tanggungan point 9 menyatakan :

“Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji. Walaupun secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentang eksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yang Diperbarui (Het Herziene Indonesisch Reglement) dan Pasal 258 Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement tot Regeling van hetRechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura). Sehubungan dengan itu pada sertifikat Hak Tanggungan, yang berfungsi sebagai surat tanda-bukti adanya Hak Tanggungan, dibubuhkan irah-irah dengan kata-kata "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa", untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Lelang diatur dalam perundang-undangan sejak 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement Stbl.1908 Nomor 189 dan Vendu Instruct Stbl.1908 Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940 No.56 yang dalam pasal 1 menyatakan;

Penjualan Umum adalan Pelelangan atau penjualan barang-barang yang dilakukan kepada umum dengan harga penawaran yang meningkat atau menurun atau dengan pemasukan harga dalam sampul tertutup, atau kepada orang-orang yang diundang atau sebelumnya diberitahu mengenai pelelangan atau penjualan itu atau dijinkan untuk ikut serta dan diberi kesempatan untuk menawar harga, menyetujui harga yang ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup.

Pelaksanaan lelang eksekusi dilaksanakan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 40/PMK.07/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang jo Surat Edaran Departemen Keuangan Republik Indonesia

Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor : SE-23/PN/2000 tanggal 22 Nopember 2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Namun dalam kenyataannya kepastian hukum pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan tidak semudah yang telah ditentukan menurut undang-undang tersebut.

Adanya Gugatan dan atau Perlawanan dari Debitur maupun pihak ketiga mengakibatkan ketidak pastian baik lelang eksekusi barang jaminan maupun eksekusi pengosongan barang jaminan.

UU Hak Tanggungan RI yang mempunyai azas mudah dan pasti eksekusinya ternyata belum dapat memenuhi semua kebutuhan dan mengatasi permasalahan tentang eksekusi barang jaminan sebagaimana diakui dalam Pasal 26 UU Hak Tanggungan belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 14, peraturan mengenai eksekusi hypotheek yang ada pada mulai berlakunya Undang-Undang ini, berlaku terhadap eksekusi Hak Tanggungan

.

Artinya Undang-undang Hak Tanggungan ini mengakui belum mempunyai kekuatan eksekutorial tersendiri masih masih tergantung dengan Hukum lain terutama Hukum Acara tentang Eksekusi yang mudah diintervensi melalui perlawanan.

Saatnyalah Undang-undang Hak Tanggungan di Indonesia direvisi sebagaimana Teori Realistic Jurisprudence yang dikembangkan oleh Roscoe Pound dengan teorinya yang disebut “Law as tool of social engineering”, dimana hukum bertujuan untuk/sebagai alat perubahan masyarakat/tehnologi sosial bagi perubahan masyarakat. Pound menganalogikan hukum sebagai alat pengubah masyarakat sebagai suatu mekanik proses mekanik hukum. Untuk dapat memenuhi perannya sebagai alat tersebut, Pound lalu membuat penggolongan atas kepentingan- kepentingan yang harus di lindungi hukum, salah satunya antara lain : Kepentingan masyarakat (social interest) yang terdiri dari kepentingan akan kedamaian dan ketertiban; perlindungan lembaga-lembaga sosial; pencegahan kemerosotan akhlak; pencegahan pelanggaran hak dan kesejahteraan social.31

Teori ini sangat popular di Indonesia yang dikembangkan Kusuma Atmaja, dalam bukunya Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan yang memodofikasi “Law as tool of social engineering”, menjadi hukum sebagai sarana pembangunan.

32

2. Kerangka Konsepsi

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Jika masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian. “Konsep sebenarnya adalah defenisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala. Maka konsep

31

Pound Roscou,Pengantar Filsafat Hukum”(Jakarta: Bhratara,1996), halaman 51

32

merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, menentukan antara variabel-variabel yang lain, menentukan adanya hubungan empiris.33

a. Eksekusi

Eksekusi adalah sebagai tindakan hukum tindakan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan atau tata cara lanjutan proses pemeriksaan perkara.

b. Barang jaminan

Adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atastanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain;34

c. Putusan Pengadilan,

Putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan (eksekusi) adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht vangewijsde) yaitu putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum seperti verzet, banding dan kasasi

d. Parate Eksekusi

33

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997), hal. 21.

34

e. Suatu keputusan yang mempunyai kekuatan tetap atau daya laku eksekutorial tanpa keterlibatan penetapan pengadilan (hakim) dalam perkara perdatasesuai pasal 1178 ayat (2) KUH Perdata.yo berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, jo Pasal 6 beserta penjelasan,jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26 UUHT

f. Title eksekutorial Tata Cara Pelaksanaan Lelang Eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak berdasarkan berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, jo Pasal 6 beserta penjelasan,jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26, apabila dalam APHT tidak dimuat janji sebagaimana pada Pasal 6 jo Pasal 11 ayat (2) huruf e UUHT

g. Fiat Eksekusi :

Suatu keputusan yang mempunyai kekuatan tetap atau daya laku eksekutorial dengan keterlibatan penetapan pengadilan (hakim) dalam perkara perdata. Pasal 224 HIR atau Pasal 258 RBG

h. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang(KPKNL)

Adalah instansi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. Menurut Pasal 30 KPKNL mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan 44 negara, penilaian, piutang, dan lelang.

i. Lelang

Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun

untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.35

j. Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

k. Pejabat Lelang

Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang.36

l. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan jasa perbankan yang ada.

m. Kredit

Penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain

35

Pasal 1 point 1 Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010

36

Pasal 1 point 14 Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutannya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.37

n. Perjanjian kredit bank

Perjanjian dimana kreditor (bank) memberikan kepada nasabah (kreditor) sebagai pinjaman sejumlah uang atau barang yang habis dipakai (dana) dengan syarat bahwa debitor harus mengembalikan dana yang sama jumlahnya berikut bunganya sesuai yang diperjanjikan. Perjanjian kredit bank dapat dilakukan setelah adanya suatu keputusan permohonan atas kredit yang dilakukan oleh pejabat bank yang berwenang memutuskan untuk menyetujui atau mengabulkan permohonan kredit calon debitor.38

o. Wanprestasi

Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “wanprestatie”, artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupuan perikatan yang timbul karena undang-undang.39

p. Pembatalan Lelang eksekusi

Terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan dari pihak lain selain debitur/suami

37

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

38

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

39

atau isteri debitur/tereksekusi dan atau Penjual tidak menguasai secara fisik barang bergerak yang dilelang40

q. Gugatan Perlawanan terhadap lelang eksekusi

Gugatan Perlawanan yang diajukan melalui Pengadilan Negeri setempat dengan alasan terjadinya tindakan perbuatan melanggar hukum dalam proses lelang eksekusi.

Dokumen terkait