• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENGATURAN TATA CARA LELANG EKSEKUSI JAMINAN

D. Lelang Eksekusi Putusan Pengadilan

1. Jenis Lelang Putusan Pengadilan Negeri dalam putusan perdata

a. Suatu perkara yaitu adanya gugatan yang kemudian keluar putusan namun pihak yang dikalahkan tidak memenuhi isi putusan hakim, kemudian pihak yang dimenangkan mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk melaksanakan isi putusan. Maka setelah pihak yang terkalahkan tersebut diberikan peringatan untuk melaksanakan isi putusan hakim tidak mau juga memenuhi putusan maka pengadilan mengeluarkan penetapan sita/lelang yang amarnya menyatakan barang yang disita jaminan dijual secara lelang.

b. Adanya suatu permohonan dari Kreditur suatu Bank Swasta yang piutangnya atau kredit yang telah diberikan kepada Debitur dan telah diikat hipotik/crediet verband hak tanggungan macet berdasarkan Pasal 224 HIR dan juga di dalam Rbg. Atas permohonan tersebut, setelah Debitur diberikan anmaning, Pengadilan Negeri kemudian mengeluarkan penetapan bahwa barang jaminan yang telah disita eksekusi dijual secara lelang. Lelang Pengadilan Negeri yang kedua ini sebenarnya adalah untuk melaksanakan grosse akta hipotik/crediet verband.

2. Sumber Hukum Eksekusi atas Putusan Perdata

Sumber hukum untuk melaksanakan eksekusi yang dijadikan sebagai landasan terwujudnya penegakan hukum dalam pelaksanaan putusan pengadilan dalam bidang keperdataan antara lain diatur dalam :

a. Pasal 195 sampai dengan Pasal 244 HIR. (Herziene Inlandsch Reglemen) berlaku bagi daerah Jawa dan Madura. Sedangkan dalam RBg dalam Pasal 206 sampai dengan Pasal 258 RBg (Rechtsreglemen Voor de Buitengewesten). berlaku bagi daerah luar Jawa dan Madura. Menurut Pasal 195 Ayat 1 HIR atau Pasal 206 Ayat 1 RBG eksekusi dilaksanakan atas perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri (op last en onder leiding van den voorzitter van den landraad), yakni Ketua Pengadilan Negeri yang dulu memeriksa dan memutuskan perkara itu dalam tingkat pertama.

b. Pasal 18 No. 48 Tahun 2009, tentang kekuasaan kehakiman, menentukan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya pengadilan dalam lingkungan peradilan umum. Dalam Pasal 54 ayat (2) Undang-undang No. 48 Tahun 2009 ditentukan, bahwa pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh panitera dan jurusita dipimpin oleh Ketua Pengadilan.

3. Pengertian Eksekusi

Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa putusan pengadilan dengan bantuan kekuatan hukum apabila pihak yang kalah (tereksekusi atau pihak tergugat) tidak mau menjalankan secara sukarela60

60

Harahap, M. Yahya Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta; PT. Gramedia, 1989), halaman. 20

R. Subekti mengatakan, Eksekusi adalah upaya dari pihak yang dimenangkan dalam putusan guna mendapatkan yang menjadi haknya dengan bantuan kekuatan hukum, memaksa pihak yang dikalahkan untuk melaksanakan bunyi putusan61

Selanjutnya menurut Subekti pengertian Eksekusi atau pelaksanaan putusan, mengandung arti bahwa pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan putusan tersebut secara sukarela, sehingga putusan itu harus dipaksakan padanya dengan bantuan kekuatan hukum. Dengan kekuatan hukum ini dimaksudkan pada polisi, kalau perlu polisi militer (Angkatan Bersenjata).

.

62

Menurut Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata: Eksekusi adalah upaya paksa yang dilakukan terhadap pihak yang kalah yang tidak mau secara sukarela menjalankan putusan pengadilan, dan bila perlu dengan bantuan kekuatan hukum.”63

Sudikno Mertokusumo mengatakan, pelaksanaan putusan hakim atau eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi dari pada kewajiban pihak yang bersangkutan untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan tersebut.64

Dari pendapat para ahli tersebut pada prinsipnya, hanya putusan yang berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yaitu putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum seperti verzet, banding dan kasasi yang dapat dilaksanakan putusannya.

61

Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung; Bina Cipta, 1989), halaman. 128

62

Ibid. halaman 13

63

Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Penelitian tentang Perlindungan

Hukum Eksekusi Jaminan Kredit, (Jakarta; Badan Pembina Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1995) halaman. 20

64

4. Bentuk-Bentuk Eksekusi Menurut Mertokusumo65

a. Membayar sejumlah uang, diatur pada Pasal 196 HIR yang berbunyi membagi jenis eksekusi dalam tiga kelompok, yaitu:

Jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai memenuhi keputusan itu dengan baik, maka pihak yang dimenangkan mengajukan permintaan kepada ketua pengadilan negeri tersebut pada pasal 195 ayat (1), baik dengan lisan maupun dengan surat, supaya keputusan itu dilaksanakan. Kemudian ketua itu akan memanggil pihak yang kalah itu serta menegurnya, supaya ia memenuhi keputusan itu dalam waktu yang ditentukan oleh ketua itu, selama-lamanya delapan hari. (Rv. 439, 443; IR. 94, 113, 130.) yo dan Pasal 208 Rbg yang berbunyi. b. Melaksanakan suatu perbuatan berdasarkan Pasal 225 HIR yang

berbunyi ;

(1) Jika seseorang yang dihukum untuk melakukan suatu perbuatan tidak melakukan perbuatan itu dalam waktu yang ditentukan hakim, maka pihak yang menang perkara boleh meminta kepada pengadilan negeri dengan perantaraan ketuanya, entah dengan syarat, entah dengan lisan, supaya keuntungan yang sedianya akan didapatnya jika keputusan itu dilaksanakan, dinilai dengan uang yang banyaknya harus diberitahukannya dengan pasti; permintaan itu harus dicatat jika diajukan dengan lisan. (TR. 118 dst.)

(2) Ketua mengajukan perkara itu dalam persidangan pengadilan negeri; sesudah debitur diperiksa atau dipanggil dengan sah, maka pengadilan negeri akan menentukan, apakah permintaan itu akan ditolak, atau perbuatan yang diperintahkan tetapi tidak dilakukan itu akan dinilai sebesar jumlah yang dikehendaki oleh peminta atau kurang dari jumlah itu; dalam hal terakhir ini, debitur itu dihukum membayar jumlah itu. (KUHPerd. 1239; IR. 228.) dan pasal 259 Rbg.

c. Eksekusi Riil berdasarkan pasal 1033 RV.

Berdasarkan amar putusan pengadilan yang bersifat kondemnatoir tersebut di atas, maka bentuk-bentuk atau klasifikasi eksekusi dapat digolongkan, yaitu :

65

a. Eksekusi riil yaitu melakukan suatu “tindakan nyata/riil” seperti menyerahkan sesuatu barang, mengosongkan sebidang tanah atau rumah, melakukan suatu perbuatan tertentu, dan menghentikan suatu perbuatan atau keadaan. Pada eksekusi riil, Ketua Pengadilan Negeri cukup mengeluarkan surat penetapan yang memerintahkan eksekusi.Cara eksekusinya sederhana. Prosesnya pun sangat mudah dengan jalan memaksa tergugat keluar meninggalkantanah tersebut. Begitu pula pada bentuk eksekusi riil yang lain66

b. Eksekusi pembayaran uang yaitu membayar sejumlah uang.

Eksekusi pembayaran sejumlah uang pada umumnya tetap melalui proses penjualan lelang terhadap harta benda kekayaan tergugat, sehingga diperlukan tata cara yang cermat dalam pelaksanaan eksekusinya, yang garis besarnya harus melalui tahap executoriale beslag dilanjutkan penjualan lelang melalui kantor lelang.

Menurut M. Yahya Harahap67

a. Menyerahkan sesuatu barang;

, putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang bersifat kondemnatoir dalam amar putusan terdapat pernyataan ”penghukuman” terhadap tergugat untuk melakukan salah satu perbuatan yaitu :

b. Mengosongkan sebidang tanah atau rumah;

c. Melakukan suatu perbuatan tertentu; (Pasal 225 HIR dan pasal 259 Rbg.)

d. Menghentikan suatu perbuatan atau keadaan;

e. Membayar sejumlah uang. (Pasal 196 HIR dan Pasal 208 Rbg.)68

66

FX Ngadijarno, Ibid, hal 5.

67

Harahap, M. Yahya Ibid, hal. 9

68

Jika diperhatikan ketentuan menjalankan putusan yang diatur dalam pasal 195 sampai 208 HIR atau pasal 206 sampai dengan pasal 240 RBG, adalah aturan tata tertib eksekusi pembayaran sejumlah uang. Dimana diatur tata cara, mulai dari somasi (peringatan), executoriale beslag, pengumuman lelang, dan penjualan lelang.

5. Pengecualian eksekusi atas putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Menurut Yahya Harahap69

a.Pelaksanaan putusan serta-merta (uitvoerbaar bij voorraad)

dikemukakan bentuk-bentuk pengecualian eksekusi dapat dijalankan sesuai dengan aturan tata cara eksekusi atas putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yaitu:

Sesuai Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 ayat (1) RBG hakim dapat menjatuhkan putusan yang memuat amar putusan dapat dilaksanakan lebih dahulu, yang lazim disebut ”putusan dapat dieksekusi serta merta”, sekalipun terhadap putusan itu dimintakan banding atau kasasi.

b. Pelaksanaan Putusan Provisi

Sesuai Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 RBG pada kalimat terakhir mengenal “gugatan provisi (provisioneele eis)”, yakni ”tuntutan lebih dahulu” yang bersifat sementara mendahului putusan pokok perkara. Apabila hakim mengabulkan gugatan atau tuntutan provisi, putusan tersebut dapat dieksekusi sekalipun perkara pokoknya belum diputus.

Laksito,dan Isti Indri Listani,”Lelang Tiori dan praktek ”,BPPK,Jakarta 2008,halaman 5

69

c.Akta Perdamaian

Bentuk pengecualian yang lain ialah akta perdamaian yang diatur dalam Pasal 130 HIR atau Pasal 154 RBG.

d. Eksekusi terhadap Grosse Akta

Menjalankan eksekusi terhadap ”grosse akta”, baik grosse hipotek maupun grosse akta pengakuan hutang, sebagaimana diatur dalam Pasal 224 HIR atau Pasal 258 RBG. Eksekusi yang dijalankan adalah memenuhi isi perjanjian yang dibuat para pihak dengan ketentuan perjanjian itu berbentuk grosse akta, karena dalam bentuk grosse akta melekat titel eksekutorial sehingga mempunyai kekuatan eksekutorial.

e. Eksekusi atas Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia

Eksekusi atas Hak Tanggungan berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan eksekusi atas Jaminan Fidusia berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia. Terhadap kedua produk ini, pihak kreditor dapat langsung meminta eksekusi atas objek barang Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia apabila debitor melakukan wanprestasi membayar utang, melalui eksekusi penjualan melalui lelang karena diperjanjikan klausul ”kuasa menjual”

Dokumen terkait