• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Eksekusi terhadap Barang Jaminan Tidak bergerak yang dibeli berdasarkan Lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Eksekusi terhadap Barang Jaminan Tidak bergerak yang dibeli berdasarkan Lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP BARANG JAMINAN

TIDAK BERGERAK YANG DIBELI BERDASARKAN LELANG

PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA

DAN LELANG (KPKNL) MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ELMAN SIMANGUNSONG 097005048/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

(LEMBAR PENGESAHAN)

NAMA : ELMAN SIMANGUNSONG

NIM : 097004050

PROGRAM STUDI : MAGISTER HUKUM

JUDUL TESIS : PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP BARANG

JAMINAN TIDAK BERGERAK YANG DIBELI BERDASARKAN LELANG PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) MEDAN

MENYETUJUI KOMISI PEMBIMBING

K e t u a

Prof. Dr.Bismar Nasution, S.H., M.H

Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum.

Anggota Anggota

Dr.Mahmul Siregar, S.H, M.Hum.

Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Dekan Fakultas Hukum

(3)

Telah diuji pada

Tanggal 10 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI .

Ketua 1. Prof. DR.BISMAR NASUTION, S.H., M.H 2. Prof. DR. SUNARMI, S.H., M.Hum.

(4)

ABSTRAK

Prinsip Undang-undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dinyatakan bahwa ciri khas Hak Tanggungan adalah kuat, mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji.

Pelaksanaan Lelang Eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak dilaksanakan berdasarkan Parate Eksekusi dan atau Title Eksekutorial berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf a dan b jo Pasal 6 beserta penjelasan jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26 Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, merupakan pelaksanaan title eksekutorial dari Sertifikat Hak Tanggungan yang memuat irah-irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” yang mempunyai kekuatan sama dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dimana obyek barang jaminan dijual melalui pelelangan umum menurut Vendu reglement Stbl.1908 Nomor 189 dan Vendu instruct Stbl.1908 Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940 No.56 jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ( KPKNL).

Metode yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah yuridis normative, yang disebut dengan penelitian doctrinal (Doktrinal Research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis dalam buku (Law as it written in the book ), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan ( Law it is decided by the judge through Judical Process). Maka pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk menggambarkan semua gejala dan fakta dan menganalisa permasalahan yang ada. Metode penelitian hukum dalam penyusunan tesis ini dilakukan dengan pendekatan yang bersifat kualitatif dengan memperhatikan kualitas data yang diperoleh, dilihat dari pendekatannya penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris bertitik tolak dari permasalahan dengan melihat kenyataan dilapangan dan mengaitkannya dengan perundang-undangan yang berlaku.

(5)

adanya gugatan perbuatan melanggar hukum dan atau perlawanan dari debitur atau pihak ketiga terhadap lelang eksekusi barang jaminan dan maupun terhadap pengosongan barang jaminan tersebut.

Melalui penelitian ini disarankan untuk menjamin Kepastian Hukum Pelaksanaan Lelang Eksekusi Barang Jaminan dan Perlindungan Hukum bagi Pemenang Lelang Eksekusi Barang Jaminan yang dibeli berdasarkan lelang maka saatnya menjadi pedoman atau diundangkan Rumusan Evaluasi Hasil Rakernas Mahkamah Agung RI di Makassar tanggal 2 sampai dengan 6 September 2007 Bidang Perdata yang merumuskan bahwa walaupun Pasal 200 ayat (11) HIR / 218 (2) RBg apabila ditafsirkan secara sistematis berkaitan dengan eksekusi putusan pengadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 195 dst., maka terhadap eksekusi hak tanggungan apabila barang yang telah di lelang itu tidak dengan sukarela diserahkan maka pihak pemenang lelang dapat mengajukan permohonan pengosongan berdasarkan Pasal 200 (11) HIR/218 (2) RBG. Disarankan juga saatnya Undang-undang Hak Tanggungan nomor 4 tahun tahun 1996 direvisi dan disempurnakan dengan membuat ketentuan hukum acara tersendiri tentang ketentuan perlawanan debitur/pihak ketiga dengan hukum acara cepat dengan tenggang waktu tertentu dan setiap putusan pengadilan tingkat pertama dimaksud tidak ada upaya banding tapi langsung kasasi dengan maksud agar tenggang waktu dapat lebih pendek untuk mendapat putusan yang berkekutan tetap.

(6)

ABSTRACT

Principles of the Law of the Republic of Indonesia Act No. 4 of 1996 regarding Mortgage stated that the hallmark of Mortgage is a powerful, easy, and certainly in the implementation of its execution, if the debtors default.

Implementation of the Auction execution against immovable collateral held by Parate Executions and or Title Eksekutorial pursuant to Article 20 Paragraph (1) letters a and b in conjunction with Article 6 and explanation jo Article 11 jo of Article 14 and Article 26 of Law Mortgage conjunction with Article 224 HIR or 258 RBG, an implementation of the Certificate of Mortgage Title Eksekutorial containing Irah -Irah "FOR THE SAKE OF JUSTICE UNDER THE ONE ALMIGHTY GOD" who has the same power with the decision of the judges who already have permanent legal force where the object of the collateral is sold through public auction by Vendu Reglement Stbl.1908 No. 189 and No. 190 Stbl.1908 Vendu instruct. Amended by Regulation jo Stbl 1940 56 Minister of Finance No. 93/PMK.06/2010 dated 23th April 2010 on Guidelines for the Implementation Regulation of the Minister of Finance in conjunction Auction Number 102/PMK.01/2008 About the Organization and Administration of the Directorate General of Intellectual Vertical Institutions State Office of State Property and Auction (KPKNL).

The method used in the writing of this thesis is a normative juridical, who called doctrinal studies (Doctrinal Research), which is a study that analyzed the law both written in the book (Law as it written in the book), and the law decided by judges through the process court (Law it is decided by the judge through Judical Process). Then the approach taken by the approach of legislation (the Statute approach) and conceptual approaches (conceptual approach). Judging from the nature of this research is descriptive analytical, ie to describe all the symptoms and facts and analyze the existing problems. Legal research methods in the preparation of this thesis are done with a qualitative approach with attention to the quality of the data obtained, judging from this research approach using empirical juridical approach starts from the problem by looking at the reality of the field and relate it to the laws and regulations.

(7)

it is sold only 49 objects or 11.5 percent of the auction object, means execution proves that the auction is not easy and not simple even often there is no certainty law, in addition to the length of the procedure adopted is also due to the existence of barriers that the lawsuit against the law and or resistance from the debtor or a third party against collateral and execution of auctions and to the emptying of the collateral.

Through this research is recommended to ensure the implementation of Legal Certainty Auction Goods Execution Guarantee and Legal Protection for Auction Winner Execution Guarantee Goods are purchased by auction then it is time to be guidelines or a formula enacted Conggress Evaluation of the Supreme Court in Makassar on 2th to 6 th September 2007 Private Sector who formulated that although Article 200 paragraph (11) HIR / 218 (2) RBg if interpreted systematically related to the execution of a court decision as provided for in Article 195 etc., then against the execution of the mortgage if the goods have been in the auction were not voluntarily submitted then the winning bidder can apply for a discharge under Section 200 (11) HIR/218 (2) RBG. Time also suggested Mortgage Law No. 4 year 1996, revised and refined by making a separate provision of procedural law concerning the provision of resistance debtor / third party with a legal proceeding with a certain period of time and every decision of the court of first instance there is no appeal but directly appeal with the intention that the grace period may be shorter to get a verdict that berkekutan fixed.

(8)

K A T A P E N G A N T A R

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tesis dengan judul: “Pelaksanaan Eksekusi terhadap Barang Jaminan Tidak bergerak yang dibeli berdasarkan Lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan”.

Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Di dalam menyelesaikan Tesis ini , penulis banyak memperoleh bantuan baik berupa pengajaran dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat para pembimbing : Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., Ketua Komisi Pembimbing ; Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum, Pembimbing II dan Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, Komisi Pembimbing III. Dimana di tengah kesibukan beliau masih tetap meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan Tesis ini . Penulis menyadari sepenuhnya, Tesis ini tidak akan tersusun dengan baik dan selesai pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak pendukung.

Perkenankanlah juga Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, CTM (K), Sp.A (K).

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.sc, atas pemberian kesempatan menjadi mahasiswia di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.Hum., yang juga sebagai Penguji, telah memberikan petunjuk serta saran yang bermanfaat dan sangat mendukung dalam penyelesaian Tesis ini.

4. Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan, petunjuk dan saran yang sangat bermanfaat bagi saya dalam menyelesaikan penelitian Tesis ini.

5. Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum, Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan telah banyak memberikan bantuan berupa motivasi, bimbingan, petunjuk, saran dan arahan, dalam menyelesaikan penelitian Tesis ini.

(9)

penulisan, serta memberikan sumbang saran, arahan dan petunjuk, dalam penelitian Tesis ini.

7. Ibu Dr.T.Keizerina Devi Azwar,SH,CN.MHum, selaku Anggota Komisi Penguji.

8. Ibu Dr.Utary Maharany,SH,M.Hum, selaku Anggota Komisi Penguji.

9. Bapak/Ibu dosen pengajar pada Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa menyumbangkan Ilmunya yang sangat berarti bagi masa depan saya,Staf Administrasi Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan bantuan Administrasi, Informasi mengenai perkuliahan, dan jadwal ujian.

10.Bapak Alm. Dr.TD Pardede; Bapak Johnny Pardede dan Herna JC Pardede, LLB.LLM.

11.Bapak Drs.H.Panusunan Harahap,SH,MH Ketua Pengadilan Negeri Medan. 12.Bapak Edy Nasution,SH MH Kepala Panitera Pengadilan Negeri Medan dan

staf.

13.Bapak Burhanuddin H Damanik,SH Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan.

14.Ibu Batiah Sinuraya, SE Kepala Seksi Pelayanan Lelang KPKNL Medan dan staf.

15.Bapak Sejahtera Sitepu , SE Ak , Kepala Seksi Informasi dan Hukum KPKNL Medan.

16.Bapak Hendra Halim selaku Wakil Presiden Direktur PT. Bank Mestika Dharma.

17.Bapak Harun Ansary Kepala Devisi Operasional PT. Bank Mestika Dharma Medan.

18.Bapak Ramuji Kepala Bagian Remedial (Penyelesaian Kredit Macet ) PT. Bank Mestika Dharma Medan.

19.Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Orangtua tercinta ayahanda Almarhum K.Simangunsong dan Ibunda Almarhumah Nelly boru Panjaitan yang telah melahirkan, membesarkan, dan segala jerih payah dan pengorbanannya yang tiada terhingga dalam mengasuh, mendidik, membimbing penulis, serta senantiasa mengiringi penulis dengan doa yang tiada putus. Dan juga kepada Bapak Mertua Almarhum JH Sibuea dan Ibu Mertua L boru Hutabarat dan saudara-saudara terkasih, atas segala dukungan moril yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

20.Teristimewa kepada :

(10)

terhingga, sehingga menjadi motivasi sangat berarti baik untuk keberhasilan anak-anak dan untuk keberhasilan studi Penulis.

21.Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana yang tidak dapat disebut satu persatu dan seluruh keluarga dan juga semua pihak yang telah turut membantu dalam proses penyelesaian Tesis ini.

Penulis menyadari pula, bahwa substansi Tesis ini tidak luput dari berbagai kekhilafan, kekurangan dan kesalahan, dan tidak akan sempurna tanpa bantuan, nasehat, bimbingan, arahan, kritikan. Oleh karenanya, apapun yang disampaikan dalam rangka penyempurnaan Tesis ini, penuh sukacita Penulis terima dengan tangan terbuka.

Semoga Tesis ini dapat memenuhi maksud penelitiannya, dan dapat bermanfaat bagi semua pihak, sehingga Ilmu yang telah diperoleh dapat dipergunakan untuk kepentingan bangsa.

Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati dan melindungi, serta memberikan anugerahnya bagi kita semua, mahkluk hidup yang disayangiNya. Amin.

Medan, September 2011.

(11)

Tesis ini kupersembahkan untuk :

Almamaterku Universitas Sumatera Utara

Isteriku Dra Sorta Mariany Sibeua dan

anak-anakku tercinta Dinar Inggrid

Elisabeth Amd, Alm Gloria Dame

Wirayanty, Ruth Trisna Margareth SP.,

Hendrick Amsal Hasudungan, Victoria

Febrina Romauli, yang setia menemani

(12)

In Memoriam :

Putriku tercinta Alm Gloria Dame Wirayanty .S.

Korban kecelakaan lalulintas di Jalan Raya

Wonosobo Jawa Tengah, Rombongan KKN

Mahasiswa-i Institut Seni Indonesia Yogyakarta

dalam perjalanan menuju Purwokerto pada hari Jumat,

(13)

RIWAYAT HIDUP

B.Riwayat Pekerjaan : 1. Tahun 1975 s/d 1985 Pegawai Rumah Sakit St Elisabet Medan

2. Tahun 1983 s/d 1988 Assisten Pengacara 3. Tahun 1988 s/d 1994 Staf Biro Hukum TD

Pardede Holding Company Medan

Nama : Elman Simangunsong

Tempat/Tanggal Lahir : Sigumpar, 12 November 1955

Jenis Kelamin : Pria.

Agama : Kristen Protestan

Jabatan/ Pekerjaan : Advokat

Alamat : Jl Takwa Gg Guruh No. 10. Medan - Sunggal.

A.Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri II Sigumpar Tobasa, Lulus Tahun 1968.

2. ST Negeri I, Laguboti Tobasa, Lulus Tahun 1971.

3. STM Dwiwarna Medan, Lulus Tahun 1974.

4. Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Universitas Darma Agung, Lulus Tahun 1988.

(14)

4. Tahun 1988 s/d 1994 Dosen Fakultas Hukum Universitas Dharma Agung Medan.

5. Tahun 1995 Lulus Ujian Advokat sampai saat ini aktif ber Acara

6. Tahun 1990 s/d 1993 Staf Legal PT. Bank Surya Nusantara

7. Tahun 1991 sampai dengan sekarang Staf Legal Yayasan Pendidikan Swa Bina Karya

8. Tahun 1994 s/d 1999 Staf Legal PT. Bank Arya Panduarta

9. Tahun 2000 Staf Legal BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional )

10. Tahun 2001 s/d 2008 Staf Legal TD Pardede Holding Company

11. Tahun 2007 s/d 2010 Staf Legal Yayasan Pendidikan Teladan

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Keaslian Penelitian ... 15

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 15

G. Metode Penelitian ... 31

BAB II. PENGATURAN TATA CARA LELANG EKSEKUSI JAMINAN TIDAK BERGERAK ... 37

A. Dasar Hukum Lelang ... 37

(16)

C. Pengaturan Tata Cara Lelang Eksekusi Barang Jaminan Tidak

Bergerak ... 47

D. Lelang Eksekusi Putusan Pengadilan ... 55

BAB III. PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI BARANG JAMINAN TIDAK BERGERAK PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) MEDAN .... 62

A. Pelaksanaan Lelang Eksekusi Atas Putusan Pengadilan ... 62

B. Proses Pelaksanaan Lelang Eksekusi Sertifikat Hak Tanggungan Berdasarkan Parate Eksekusi ... 75

C. Proses Lelang Eksekusi Sertifikat Hak Tanggungan Berdasarkan Title Eksekutorial ... 101

BAB IV. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI BARANG JAMINAN TIDAK BERGERAK ... 108

A. Dasar Gugatan Perbuatan Melawan Hukum ... 108

B. Perlawanan Terhadap Lelang dan atau Sita Eksekusi ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 132

(17)

ABSTRAK

Prinsip Undang-undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dinyatakan bahwa ciri khas Hak Tanggungan adalah kuat, mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji.

Pelaksanaan Lelang Eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak dilaksanakan berdasarkan Parate Eksekusi dan atau Title Eksekutorial berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf a dan b jo Pasal 6 beserta penjelasan jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26 Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, merupakan pelaksanaan title eksekutorial dari Sertifikat Hak Tanggungan yang memuat irah-irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” yang mempunyai kekuatan sama dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dimana obyek barang jaminan dijual melalui pelelangan umum menurut Vendu reglement Stbl.1908 Nomor 189 dan Vendu instruct Stbl.1908 Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940 No.56 jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ( KPKNL).

Metode yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah yuridis normative, yang disebut dengan penelitian doctrinal (Doktrinal Research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis dalam buku (Law as it written in the book ), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan ( Law it is decided by the judge through Judical Process). Maka pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk menggambarkan semua gejala dan fakta dan menganalisa permasalahan yang ada. Metode penelitian hukum dalam penyusunan tesis ini dilakukan dengan pendekatan yang bersifat kualitatif dengan memperhatikan kualitas data yang diperoleh, dilihat dari pendekatannya penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris bertitik tolak dari permasalahan dengan melihat kenyataan dilapangan dan mengaitkannya dengan perundang-undangan yang berlaku.

(18)

adanya gugatan perbuatan melanggar hukum dan atau perlawanan dari debitur atau pihak ketiga terhadap lelang eksekusi barang jaminan dan maupun terhadap pengosongan barang jaminan tersebut.

Melalui penelitian ini disarankan untuk menjamin Kepastian Hukum Pelaksanaan Lelang Eksekusi Barang Jaminan dan Perlindungan Hukum bagi Pemenang Lelang Eksekusi Barang Jaminan yang dibeli berdasarkan lelang maka saatnya menjadi pedoman atau diundangkan Rumusan Evaluasi Hasil Rakernas Mahkamah Agung RI di Makassar tanggal 2 sampai dengan 6 September 2007 Bidang Perdata yang merumuskan bahwa walaupun Pasal 200 ayat (11) HIR / 218 (2) RBg apabila ditafsirkan secara sistematis berkaitan dengan eksekusi putusan pengadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 195 dst., maka terhadap eksekusi hak tanggungan apabila barang yang telah di lelang itu tidak dengan sukarela diserahkan maka pihak pemenang lelang dapat mengajukan permohonan pengosongan berdasarkan Pasal 200 (11) HIR/218 (2) RBG. Disarankan juga saatnya Undang-undang Hak Tanggungan nomor 4 tahun tahun 1996 direvisi dan disempurnakan dengan membuat ketentuan hukum acara tersendiri tentang ketentuan perlawanan debitur/pihak ketiga dengan hukum acara cepat dengan tenggang waktu tertentu dan setiap putusan pengadilan tingkat pertama dimaksud tidak ada upaya banding tapi langsung kasasi dengan maksud agar tenggang waktu dapat lebih pendek untuk mendapat putusan yang berkekutan tetap.

(19)

ABSTRACT

Principles of the Law of the Republic of Indonesia Act No. 4 of 1996 regarding Mortgage stated that the hallmark of Mortgage is a powerful, easy, and certainly in the implementation of its execution, if the debtors default.

Implementation of the Auction execution against immovable collateral held by Parate Executions and or Title Eksekutorial pursuant to Article 20 Paragraph (1) letters a and b in conjunction with Article 6 and explanation jo Article 11 jo of Article 14 and Article 26 of Law Mortgage conjunction with Article 224 HIR or 258 RBG, an implementation of the Certificate of Mortgage Title Eksekutorial containing Irah -Irah "FOR THE SAKE OF JUSTICE UNDER THE ONE ALMIGHTY GOD" who has the same power with the decision of the judges who already have permanent legal force where the object of the collateral is sold through public auction by Vendu Reglement Stbl.1908 No. 189 and No. 190 Stbl.1908 Vendu instruct. Amended by Regulation jo Stbl 1940 56 Minister of Finance No. 93/PMK.06/2010 dated 23th April 2010 on Guidelines for the Implementation Regulation of the Minister of Finance in conjunction Auction Number 102/PMK.01/2008 About the Organization and Administration of the Directorate General of Intellectual Vertical Institutions State Office of State Property and Auction (KPKNL).

The method used in the writing of this thesis is a normative juridical, who called doctrinal studies (Doctrinal Research), which is a study that analyzed the law both written in the book (Law as it written in the book), and the law decided by judges through the process court (Law it is decided by the judge through Judical Process). Then the approach taken by the approach of legislation (the Statute approach) and conceptual approaches (conceptual approach). Judging from the nature of this research is descriptive analytical, ie to describe all the symptoms and facts and analyze the existing problems. Legal research methods in the preparation of this thesis are done with a qualitative approach with attention to the quality of the data obtained, judging from this research approach using empirical juridical approach starts from the problem by looking at the reality of the field and relate it to the laws and regulations.

(20)

it is sold only 49 objects or 11.5 percent of the auction object, means execution proves that the auction is not easy and not simple even often there is no certainty law, in addition to the length of the procedure adopted is also due to the existence of barriers that the lawsuit against the law and or resistance from the debtor or a third party against collateral and execution of auctions and to the emptying of the collateral.

Through this research is recommended to ensure the implementation of Legal Certainty Auction Goods Execution Guarantee and Legal Protection for Auction Winner Execution Guarantee Goods are purchased by auction then it is time to be guidelines or a formula enacted Conggress Evaluation of the Supreme Court in Makassar on 2th to 6 th September 2007 Private Sector who formulated that although Article 200 paragraph (11) HIR / 218 (2) RBg if interpreted systematically related to the execution of a court decision as provided for in Article 195 etc., then against the execution of the mortgage if the goods have been in the auction were not voluntarily submitted then the winning bidder can apply for a discharge under Section 200 (11) HIR/218 (2) RBG. Time also suggested Mortgage Law No. 4 year 1996, revised and refined by making a separate provision of procedural law concerning the provision of resistance debtor / third party with a legal proceeding with a certain period of time and every decision of the court of first instance there is no appeal but directly appeal with the intention that the grace period may be shorter to get a verdict that berkekutan fixed.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bertambah meningkatnya pembangunan nasional yang bertitik berat pada

bidang ekonomi, dibutuhkan penyediaan dana yang cukup besar, sehingga

memerlukan lembaga hak jaminan yang kuat dan mampu memberi kepastian hukum

bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat mendorong peningkatan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang

sejahtera, adil, dan makmur .1

Bertitik tolak dari rangkaian kegiatan Pembangunan Nasional dan

Pembangunan Ekonomi yang berkelanjutan demi tercapainya kesejahteraan umum

selain memerlukan dana yang cukup besar, juga memerlukan aturan-aturan hukum

untuk mengatur dan menjamin tata-tertib pelaksanaan kegiatan ekonomi baik oleh

Pemerintah maupun swasta. Aturan-aturan dimaksud antara lain bagaimana aturan-

aturan agar dana yang dikucurkan dengan pemberian kredit oleh sektor perbankan

kepada para pelaku ekonomi tersebut dapat dijamin pengembaliannya oleh debitur.

Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang

Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah

menggantikan Hypotheek sebagaimana diatur dalam Buku II Kitab Undang-Undang

1

(22)

Hukum Perdata Indonesia sepanjang mengenai tanah, dan ketentuan mengenai

Credietverband dalam Staatsblad 1908-542 sebagaimana telah diubah dengan

Staatsblad 1937-190, dipandang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan kegiatan

perkreditan, sehubungan dengan perkembangan tata ekonomi Indonesia;

Kepastian hukum pelaksanaan eksekusi barang jaminan, apabila debitur cidera

janji, lelang eksekusi dapat dilaksanakan berdasarkan Pasal 20 Undang-undang Hak

Tanggungan, merupakan perujudan dari kemudahan yang diatur oleh

Undang-Undang ini bagi para kreditor pemegang Hak Tanggungan dengan melakukan

eksekusi.melalui pelelangan umum.2

Ciri khas Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan

eksekusinya, jika debitor cidera janji sebagaimana dalam penjelasan umum point 9

Undang-undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang

Hak Tanggungan.3

2

Pasal 20 Undang-undang Hak Tanggungan berbunyi: (1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:

a. hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau

b. titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.

3

Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji. Walaupun secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentang eksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yangDiperbarui (Het

Herziene Indonesisch Reglement) dan Pasal 258 Reglemen AcaraHukum Untuk Daerah Luar Jawa dan

(23)

Pelaksanaan eksekusi sebenarnya tidak diperlukan, apabila pihak yang

dikalahkan dengan sukarela mentaati bunyi putusan. Akan tetapi dalam kenyataannya

tidak semua pihak mentaati bunyi putusan dengan sepenuhnya. Oleh karena itu

diperlukan suatu aturan bilamana putusan tidak ditaati dan bagaimana cara

pelaksanaannya.4

Pengertian eksekusi yang dikemukakan tidak terbatas pada eksekusi oleh pengadilan (putusan hakim), juga dieksekusi menurut hukum acara yang berlaku HIR dan Rbg yang juga dapat dieksekusi adalah salinan atau grosse akta yang memuat irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa” yang berisi kewajiban untuk membayar sejumlah uang.5

Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan memberikan kewenangan kepada

pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas

kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya

dari hasil penjualan tersebut. Apabila debitor cidera janji, tanpa perlu meminta

Penetapan Ketua Pengadilan Negeri setempat. Cukuplah apabila pemegang Hak

Tanggungan mengajukaan permohonan kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan

Ketuhanan yang Maha Esa", untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.

4

Ateng Affandi, Wahyu Affandi, Tentang Melaksanakan Putusan Hakim Perdata, (Bandung : Alumni, 1983), halaman 32.

5

(24)

Negara dan Lelang (KPKNL) tempat dimana barang jaminan untuk pelaksanaan

pelelangan umum dalam rangka eksekusi objek hak tanggungan tersebut.6

Sertifikat Hak Tanggungan sebagai bukti adanya hak tanggungan memuat

irah-irah dengan kata-kata ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Sertifikat Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan

putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai

pengganti Grosse Acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah, sehingga

apabila debitur cidera janji, barang jaminan yang diikat dengan hak tanggungan siap

dieksekusi seperti halnya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap sesuai dengan peraturan hukum acara (pasal 14 ayat 2 dan 3 dan

penjelasan UU Hak Tanggungan/Pasal 224 Reglemen Indonesia yang diperbarui (Het

Herziene Indonesisch Reglement) dan pasal 258 reglemen acara hukum untuk daerah

luar jawa dan madura (Reglement tot Regeling van he tRechtswezen in de Gewesten

Buiten Java en Madura).

Setelah adanya Penetapan Lelang Ekskekusi oleh Ketua Pengadilan negeri maka Putusan tersebut digunakan sebagai dasar untuk melakukan pelelangan ke

KPKNL.7

Di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, lelang sudah diatur dalam

perundang-undangan sejak 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu reglement Stbl.1908

Nomor 189 dan Vendu instruct Stbl.1908 Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940

6

St. Remy Sjahdeni, Hak Tanggungan, Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok dan Masalah

yangDihadapi oleh Perbankan, (Bandung:Alumni, 1999), halaman 165 7

(25)

No.56 dan sampai saat ini merupakan Peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga

sekarang.

Pelelangan barang jaminan yang dilaksanakan Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang (KPKNL) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ;

93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

Sesuai pasal 1 poin 4 dinyatakan bahwa Lelang Eksekusi adalah lelang untuk

melaksanakan putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang

dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang selanjutnya dalam

keputusan ini disebut KPKNL adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan

Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor

Wilayah. Menurut Pasal 30 KPKNL mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di

bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara, dan lelang. Menurut Pasal 29

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Menurut pasal 31

menyatakan”

(26)

Menurut Sunarmi, Pemegang Hak Jaminan karena sifatnya pemilik suatu hak

yang dilindungi secara “super” preferen dapat mengeksekusi seolah-olah tidak terjadi

kepailitan, karena dianggap separatis (berdiri sendiri) sesuai pasal 55 ayat 1 UU

Nomor 37 tahun 2004, sekalipun dalam pasal 56 ayat 1 menentukan, pelaksanaan

eksekusi tersebut di tangguhkan untuk paling lama 90 hari sejak tanggal putusan

pailit diucapkan.8

Apabila Lelang Ekseksusi terhadap barang jaminan berjalan dengan lancar

dan hasil lelang diserahkan KPKNL kepada Kreditur untuk melunasi kewajiban

Debitur, dan Pemenang lelang dapat menikmati barang jaminan yang telah dibeli

berdasarkan lelang eksekusi tersebut, maka apa yang uraikan dalam penjelasan pasal

20 ayat 1 sangat efisien dan efektif dan kepastian hukum atas pelaksanaan lelang

eksekusi hak tanggungan terbukti ampuh.

Akan tetapi kenyataannya tidak selalu demikian. Lelang Eksekusi Barang

Jaminan merupakan ”momok” yang sangat menakutkan sebagai upaya paksa

penyelesaian kewajiban debitur terhadap kreditur. Debitur dalam beberapa

permasalahan, tidak dengan secara sukarela menerima pelaksanaan lelang eksekusi

barang jaminan yang diberikan hak tanggungan kepada kreditur dan apabila lelang

telah terlaksana tidak bersedia bersedia mengosongkan obyek Hak Tanggungan, baik

pada saat obyek Hak Tanggungan tersebut akan dieksekusi, sebelum pelelangan

maupun setelah pelelangan dilaksanakan, dengan cara debitur mengajukan gugatan

8

(27)

atas adanya perbuatan melawan hukum terhadap lelang eksekusi barang jaminan atau

membuat perlawanan (verzet) kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat dengan

maksud untuk menunda atau membatalkan lelang eksekusi barang jaminan.

Dari literatur dan penelitian penulis pada PT Bank Mestika Dharma Medan

dan dari data informasi yang diperoleh dari Kantor KPKNL di kota Medan serta

Pengadilan Negeri Medan diketahui berbagai hambatan dalam pelaksanaan lelang

eksekusi barang jaminan tidak bergerak dan sebagai upaya dari Debitur dengan

mengajukan gugatan perbuatan melanggar hukum atau mengajukan perlawan

menuntut pembatalan lelang dan atau menunda lelang eksekusi barang jaminan yang

dilaksanakan baik berdasarkan pasal 6 UU Hak Tanggungan, yang berbunyi :

Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

Ataupun pelelangan barang jaminan melalui titel eksekutorial yang terdapat

dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)

yang berbunyi, Sertifikat Hak Tanggungan memuat irah-irah dengan kata-kata

"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANANYANG MAHA ESA", obyek

Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak

Tanggungan dengan hak mendahului dari pada kreditor-kreditor lainnya.

Lelang eksekusi barang jaminan berdasarkan Eksekusi putusan Pengadilan

(28)

barang jaminan selain panjangnya prosedur yang ditempuh juga karena adanya

upaya- upaya perlawanan dari debitur atau pihak ketiga terhadap eksekusi barang

jaminan tersebut.

Berbagai dalih dan alasan yang dikemukakan dalam gugatan maupun

perlawanan terhadap lelang eksekusi barang jaminan dimaksud antara lain

mempertahankan hak milik atau menyatakan bahwa objek gugatan bukan sebagai

objek janiman, mempertahankan hak sewa, atau jumlah kewajiban (hutang pokok

tambah bunga) menurut debitur tidak proporsional (pasal 3 UU Hak Tanggungan),

harga limit barang jaminan yang terlalu rendah, atau pihak Kreditur (Bank) yang

kurang professional menjalankan fungsinya dalam hal pemberian kredit tersebut, dan

alasan-alasan lainnya yang menyatakan bahwa Kreditur atau Kantor Lelang telah

melakukan perbuatan melanggar hukum. Sebagai upaya hukum untuk menuntut

pembatalan lelang eksekusi barang jaminan tidak bergerak tersebut yang

dimungkinkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mengenai Pembatalan dan Penundaan Lelang Eksekusi diatur dalam Surat

Edaran Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Urusan Piutang dan Lelang

Negara Nomor : SE-23/PN/2000 tanggal 22 Nopember 2000 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan point 3 berbunyi :

(29)

Menurut pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010

tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Pengganti Peraturan Menteri Keuangan

Nomor; 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang berbunyi, lelang

yang akan dilaksanakan hanya dapat dibatalkan dengan permintaan penjual atau

Penetapan Provisionil atau putusan dari lembaga peradilan umum.

Diluar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 pembatalan

dilakukan oleh pejabat lelang antara lain dalam hal menurut pasal 27 berbunyi :

Pembatalan lelang sebelum pelaksaan lelang:

1. Terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan dari pihak lain selain debitur/suami atau isteri debitur/tereksekusi

2. Penjual tidak menguasai secara fisik barang bergerak yang dilelang

Sebenarnya dalam Pasal 11 ayat (2) j UU Hak Tanggungan telah diatur tentang

pengosongan barang jaminan yang menyatakan: “Janji bahwa pemberi Hak

Tanggungan akan mengosongkan obyek Hak Tanggungan pada waktu eksekusi Hak

Tanggungan”. Namun pasal ini tidak serta merta dapat dilaksanakan secara memaksa.

Akan tetapi, Kepala KPKNL hanya melaksanakan pelelangan dimuka umum

tidak mempunyai kewenangan untuk melaksanakan eksekusi, atau tidak ada kekuatan

eksekutorial.

Kelemahan ketentuan ini diakui sebagaimana dalam Pasal 26 UU Hak

Tanggungan berbunyi: ”Selama belum ada peraturan perundang-undangan yang

(30)

eksekusi hypotheek yang ada pada mulai berlakunya Undang-Undang ini, berlaku

terhadap eksekusi Hak Tanggungan”

.

Di lain pihak berdasarkan putusan MA No. 3021 K/Pdt/1984 tertanggal 30

Januari 1986, pengadilan tidak membenarkan penjualan objek hipotik oleh kreditur

melalui lelang tanpa ada fiat dari pengadilan negeri setempat.

Hambatan terhadap pelaksanaan lelang eksekusi Barang Jaminan yang

dilaksanakan melalui KPKNL telah mengakibatkan kerugian terhadap Kreditur

karena tidak dapat memperoleh sesegera mungkin pengembalian kredit yang

diberikan kepada debitur juga akan mengeluarkan biaya tinggi dan waktu yang sangat

lama melalui proses pengadilan disebabkan adanya gugatan perlawan tersebut, mulai

tingkat pertama, banding, kasasi bahkan peninjauan kembali, bisa bertahun-tahun

lamanya.

Demikian juga Pemenang lelang akan mengalami kerugian apabila tidak dapat

menikmati barang jaminan yang dibeli berdasarkan lelang eksekusi karena debitur

tidak bersedia mengosongkan barang jaminan tersebut, bahkan menjadi pihak

Tergugat di Pengadilan dengan segala konsekwensinya.

Dengan demikian jaminan kepastian hukum yang telah ditentukan dalam

Undang-undang Hak Tanggungan sebagai ciri yang kuat, mudah dan pasti dalam

pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji, sering hanya sebatas peraturan saja

(31)

Sehingga timbul pertanyaan apakah Undang-undang Hak Tanggungan telah

memenuhi kepastian hukum dan standard “predictability”, artinya telah memberikan

jaminan bagi para pelaku ekonomi dalam meprediksi kegiatan usahanya dan

kepentingannya, standar “procedural capability“, maksudnya bagaimana kemampuan

hukum menyelesaikan sengketa secara cepat, sederhana dan biaya ringan); standard

“stability” (balance) apakah Undang-undang Hak Tanggungan telah menciptakan

keseimbangan dan “fairness”, apakah Undang-undang Hak Tanggungan telah

memberikan keadilan bagi pihak terkait, yaitu Pemberi Kredit (Perbankan), Penerima

Kredit (Debitur), Pemenang Lelang dan pihak terkait lainnya misalnya penjamin.

Kelemahan UU Hak Tanggungan tidak mengatur secara rinci tentang

pelaksanaan eksekusi hak tanggungan sebagaimana diakui menurut Pasal 26 UU Hak

Tanggungan bahkan tidak memprediksi hambatan terhadap pelaksanaan lelang

eksekusi barang jaminan.

Misalnya diperlukan aturan atau ketentuan yang mengatur apabila terjadi

gugatan perlawanan terhadap lelang eksekusi melalui Pengadilan cukup diputuskan

ditingkat Pengadilan Negeri saja, langsung berkekuatan hukum yang tetap dan pasti

dan dapat dieksekusi, secara khusus tidak ada upaya banding, kasasi atau peninjauan

kembali.

Apabila Pengadilan memutuskan bahwa proses lelang eksekusi barang

jaminan tidak melanggar hukum maka Pengadilan harus konsekwen memberikan

Penetapan Eksekusi pengosongan barang jaminan sehingga pemenang lelang dapat

(32)

Pengadilan memutuskan bahwa jumlah hutang Debitur tidak proporsional atau harga

limit barang jaminan terlalu rendah atau disebabkan adanya perbuatan melanggar

hukum lainnya, maka lelang eksekusi barang jaminan harus dibatalkan dan uang

pembelian barang jaminan dan biaya-biaya lain yang telah dibayarkan Pemenang

Lelang harus dikembalikan. Kreditur dalam hal ini pihak Bank harus menghitung

kembali hutang debitur secara proporsional dan atau menentukan harga limit barang

jaminan secara proporsional atau dengan segera memperbaiki segala sesuatu menurut

pengadilan tingkat pertama ada kesalahan dalam pelaksanaan lelang eksekusi

tersebut, baru diperkenankan memohon kembali lelang eksekusi.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

masalah tersebut diatas dengan menyusun Tesis berjudul

:

Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Barang Jaminan Tidak Bergerak yang dibeli

berdasarkan lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)

Medan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar-belakang sebagaimana diuraikan diatas dan agar dalam

membahas tulisan ini lebih terfokus, sehingga pembahasan tepat sasaran, maka

disusun bebarapa permasalahan;

1. Bagaimanakah pengaturan tata cara lelang eksekusi terhadap barang jaminan

(33)

2. Bagaimanakah pelaksanaan eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak

yang dibeli berdasarkan lelang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL) Medan?

3. Bagaimana hambatan-hambatan pelaksanaan eksekusi terhadap barang jaminan

tidak bergerak yang dibeli berdasarkan lelang Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang (KPKNL) Medan?

C. Tujuan Penelitian

Setelah merumuskan masalah-masalah tersebut diatas maka yang menjadi

tujuan penelitian tesis ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalis aturan-aturan pelaksanaan Lelang Eksekusi

Barang Jaminan tidak bergerak berdasarkan Undang-undang Hak Tanggungan.

2. Untuk mengetahui dan menganalis faktor-faktor hambatan penguasaan barang

jaminan tidak bergerak yang dibeli berdasarkan Lelang di Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalis kepastian hukum dan perlindungan hukum

bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik Kreditur maupun Debitur dan

Pembeli Lelang Barang Jaminan yang dibeli berdasarkan lelang pada Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan. Memberikan solusi

atau masukan untuk penyempurnaan penyusunan peraturan pelaksanaan eksekusi

(34)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan penambahan wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam

bidang pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang Hukum Perdata khususnya Hukum Jaminan mengenai

pelaksanaan lelang eksekusi obyek Hak Tanggungan Bagi kalangan

perbankan, baik perbankan pemerintah maupun perbankan swasta, hasil

penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi penentuan prosedur

eksekusi obyek hak tanggungan yang mempunyai dasar hukum kuat, sehingga

dapat mencegah atau paling tidak mengurangi munculnya risiko yuridis.

2. Kegunaan Praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat

berharga bagi masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan yaitu Pemberi

Kredit (Kreditor), Penerima Kredit (Debitor)dan Pemenang Lelang Barang

Jaminan dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)

Medan dalam melaksanakan lelang eksekusi barang obyek Hak Tanggungan

serta hambatan-hambatannya. Bagi kalangan perbankan, baik perbankan

pemerintah maupun perbankan swasta, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dimanfaatkan bagi penentuan prosedur eksekusi obyek hak tanggungan yang

mempunyai dasar hukum kuat, sehingga dapat mencegah atau paling tidak

(35)

advokat/pengacara maupun konsultan hukum) hasil penelitian diharapkan

dapat dijadikan masukan dalam menjalankan profesi mereka masing-masing.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, penelitian mengenai “Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Barang Jaminan Tidak Bergerak yang dibeli berdasarkan lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan”. Pada dasarnya belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian yang pernah dilakukan sebagai berikut ;

1. Pelaksanaan Eksekusi Barang Jaminan Hak Tanggungan Terhadap Kredit

Macet pada Bank Pemerintah di Jambi. Asuan 082105002

2. Aspek Hukum Eksekusi Hak Tanggungan atas Kredit Macet

Maruapdogmatiga P.027005064.

Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh para peneliti tersebut

diatas tidak sama dengan penelitian ini baik dari segi judul maupun pokok

permasalahan yang di bahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat

dipertanggung-jawabkan.

(36)

Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proposisi-proposisi yang telah diuji kebenarannya, karena tiori dapat menjelaskan aneka gejala sosial yang dihadapi, memberikan pengarahan pada aktifitas yang dijalankan,dan memberikan taraf pemahaman tertentu9

1. Kerangka Teori

, sedangkan konsepsi (conseptio, bahasa latin, begrip, bahasa Belanda) atau pengertian, merupakan hal yang dimengerti, maka dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum

“Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.”10

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. “Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain tergantung pada metodologi aktivitas penelitian dan imajinitas sosial sangat ditentukan oleh Teori”.11

Menurut Soerjono Soekanto, “Teori adalah rangkaian pernyataan logis dan konsisten mengenai gejala-gejala tertentu yang mencakup semua semua

9

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI Pers 2008) halaman 6

10

M. Solly Lubis. Filsafat Ilmu dan Penelitian. (Bandung;:Mandar Majur, 1994). halaman. 80

11

(37)

interrelasi, dalam semua unsur gejala yang menjadi ruang lingkupnya, serta kebenaraannya dapat diuji.”12

Dalam teori system yang dikemukakan Maryam Darus Badrulzaman, bahwa system adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu yang merupakan landasan di atas mana dibangun tertib hukum.

.

13

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sunaryati Hartono, bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas14

Dengan demikian, pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut.

.

15

Apabila dicermati asas-asas dan nilai filosofi lahirnya UU Hak Tanggungan sebagai hukum yang mengatur kegiatan ekonomi, diketahui baik dalam pertimbangan hukum maupun penjelasannya sangat mengedapankan tentang kepastian hukum untuk melindungi Kreditur dari pada pihak-pihak yang berpekentingan lainnya.16

12

Soerjono Soekanto, op.cit halaman 121

13

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung:Alumni 1983), halaman. 15.

14

C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, 1991), halaman. 56

15

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni 1986), hal. 15

16

Asas-asas dan penjelasan UU Hak Tanggungan

a. Lembaga hak jaminan yang kuat dan mampu memberi kepastian hukum bagi pihak-pihak

yang berkepentingan (pertimbangan huruf a)

b. Pentingnya kedudukan dana perkreditan tersebut dalam proses pembangunan, sudah

semestinya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan yang dapat pula memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan (penjelasan point 1 butir 4)

c. timbulnya perbedaan pandangan dan penafsiran mengenai berbagai masalah dalam

(38)

Oleh karena itu penulisan tesis ini adalah dalam kajian subjek hukum bisnis

(hukum ekonomi) maka teori hukum yang menjadi alat analisis bertitik tolak dari

teori kepastian hukum yang dipadukan dengan tiori hukum ekonomi dan sesuai

dengan tuntutan perkembangan dengan perubahan maka digunakan tiori hukum “Law

as tool of social engineering”

Teori kepastian hukum merupakan pradigma teori positivistik sebagai these

dari Teori hukum alam, sejak Socretes hingga Francois Geny, tetap mempertahankan

keadilan sebagai mahkota hukum. Teori Hukum Alam mengutamakan “the search for

justice”.17 Positivisme yuridis telah dipelopori oleh aliran hukum Humanisme antara

lain Jean Bordin dengan idenya tentang kedaulatan raja. Menurut ajaran ini

satu-satunya sumber hukum adalah pembentukannya oleh Negara18

Teori Kepastian Hukum yang juga dipelopori oleh Aguste Comte yang

mengatakan pada dasarnya kaidah hukum itu sendiri tanpa melibatkan kaidah-kaidah

diluar non hukum (Etika), hukum tidak lagi dikonsepsi sebagai azas moral

dirasa kurang memberikan jaminan kepastian hukum dalam kegiatan perkreditan (penjelasan point 2)

d. lembaga hak jaminan atas tanah yang kuat dengan ciri-ciri:

a). memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya; b). selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapa pun obyek itu berada;

c). memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

d). mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.(penjelasan point 3)

e. Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan

eksekusinya, jika debitor cidera janji. Walaupun secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentangeksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yangDiperbarui (Het Herziene) (penjelasan point 9)

17

Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam lintasan sejarah, (Yogyakarta :Kanisius, 1995) Cetakan ke VIII halaman . 196.

18

(39)

metayuridis, yang abstrak tentang keadilan, melainkan ius yang telah mengalami

positivisasi sebagai lege atau lex19

Selanjutnya John Austin selaku aliran positivisme berpendapat : “Law is A

Command of the law”, hukum adalah perintah dari penguasa yang kekuasaan

tertinggi dan berdaulat, aturan yang berlaku adalah aturan yang tertulis sebagai

penjelmaan kehendak penguasa karenanya harus dipatuhi, jika tidak siaplah terima

sanksi,bukan persoalan adil atau tidak,juga bukan soal relevan atau tidak, ia ada dan

sah secara yuridis.

.

20

Hans Kelsen dalam Pure Theory of Law mengatakan penerapan hukum harus

dengan pendekatan metode normative-yuridis yang bersih dari anasir-anasir seperti

sosiologis, politis, historis dan etika dimana konsepsi hukum positif adalah hukum

dalam kenyataan (das sollen) bukan dengan apa yang dicita-cita kan (das Sein) dan

Dalam teorinya”Stuffenbaw theory” mengatakan bahwa norma dasar suatu tata

hukum adalah peraturan yang lebih dari tata hukum sebagai peraturan fundamental

dari berbagai tata hukum positif.21

Menurut Mahmul Siregar keberlakuan hukum ditengah masyarakat bukan lagi

untuk mencapai keadilan semata, tetapi juga harus memberikan kepastian. Kepastian

hukum diharapkan untuk menjadi pedoman, baik dalam mengambil keputusan.

19

Otje Salman dan Anthon F Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka

Kembali, (Bandung :Reifika Aditama,2009) cetakan ke V halaman 80 20

Bernard L Tanya, dan Yoan. N Simanjuntak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum Strategi

Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi (Yogyakarta : Genta Publishing, 2010) Cetakan I halaman

119

21

(40)

Selanjutnya dikatakan bahwa kepastian hukum tidak saja meliputi kepastian substansi

hukum tetapi juga penerapannya dalam putusan-putusan badan peradilan.22

Selanjutnya menurut Bismar Nasution, mengutip pendapat Leonard J

Theberge, (Globalisasi Hukum Leonard J Theberge,” Law and Economic

Development,” Journal of International Law and Policy vol. 9 (1980) h.232);

mengatakan, mengacu pada pendekatan hukum dalam pembangunan ekonomi, maka

peranan hukum harus mengandung unsur-unsur ; “predictability”, artinya apakah

hukum memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi para pelaku ekonomi dalam

meprediksi kegiatan usahanya dan proyeksi pengembangan ekonomi, ; “procedural

capability“, maksudnya sejauh mana kemampuan hukum menyelesaikan sengketa

secara cepat, sederhana dan biaya ringan); “codification of goals” (kodifikasi

hukum), “education,” (pendidikan hukum) “stability” (balance) dimana hukum

menciptakan keseimbangan, ”definition and clarity of status “(hukum harus mapu

memberikan definisi atau batasan yang jelas) “fairness”, (Aspek keadilan persamaan

didepan hukum.”accomodaty” (hukum dapat menagkomodasi kepentingan kelompok

dan individu-individu.

23

Menurut Weber Hukum modern atau rasional akan dapat dilakukan pengorganisasian pembangunan ekonomi. Sebab, salah satu ciri hukum modern adalah penggunaan hukum secara aktif dan sadar untuk mencapai tujuan-tujuan

22

Mahmul Siregar, Makalah Kepastian Hukum Dalam Transaksi Bisnis Internasional dan

Implikasinya TerhadapKegiatan Investasi Di Indonesia,http://www.usu.ac.id 25 Maret 2011 23

(41)

tertentu. Cara pendekatan ini akan menciptakan penerapan keadilan dan kewajaran dan secara proporsional, dan dapat pula memberikan manfaat pada masyarakat.24

Secara normatif kepastian hukum dalam pelaksanaan lelang eksekusi barang

jaminan diatur dalam perundang-undangan di Indonesia antara lain, aspek jaminan

dalam suatu perikatan hutang-piutang adalah faktor yang sangat penting untuk

terealisinya perbuatan hukum tersebut. Seorang kreditur barulah akan memberikan

pinjaman kepada debitur apabila kreditur tersebut mendapatkan kepastian bahwa

piutangnya tersebut akan dilunasi dikemudian hari.

25

Dalam hukum perdata Indonesia lembaga jaminan ini dibagi menjadi dua

pengaturan, yaitu (1) Jaminan Umum, sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 dan

1132 KUHPerdata bahwa terhadap segala harta kekayaan kreditur yang sudah

maupun baru akan ada dikemudian hari menjadi jaminan bagi perikatan yang dibuat

oleh debitur, dimana terhadap harta kekayaan tersebut akan dibagi pond’s pond’s

kepada seluruh kreditur (dalam hal kreditur lebih dari satu); (2) Jaminan Khusus,

sebagaimana diatur dalam Pasal 1132-1133 KUHPerdata bahwa diantara kreditur

terdapat hak didahulukan bagi pelunasan hak tagihnya dan kemudahan terhadap

pelunasan hak tagihnya karena tidak perlu menunggu pembagian secara pond’s

pond’s seperti kreditur konkuren yang diatur dalam Pasal 1132 KUHPerdata, karena

kreditur tersebut memegang hak istimewa atau hak-hak kebendaan yang memberikan

24

Purnama Tioria Sianturi,. Perlindungan Hukum Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak

Melalui Lelang” (Bandung: Mandar Maju 2010) halaman, 24

25

Teddy Anggoro, Hak Tanggungan Parate Eksekusi: Hak Kreditur, Yang Menderogasi Hukum

Formil (Suatu Pemahaman Dasar dan Mendalam)

(42)

jaminan, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia, yang oleh Wirjono

Prodjodikoro disebut sebagai hak-hak jaminan yang bersifat perbendaan (zakelijk

zekerheidsrechten)26

Menurut ST Remy Shahdeini ada 5 (lima) unsur pokok yang termuat dari Hak

Tanggungan yaitu antara lain : .

(1) Hak Tanggungan hak jaminan untuk pelunasan utang

(2) Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai sesuai Undang-undang Pokok Agraria

(3) Hak Tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah) saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu

(4) Uang yang dijamin harus suatu hutang tertentu

(5) Memberikan kedudukan yang utama kepada Kreditor tertentu terhadap lain kreditor-kreditor27

Selanjutnya menurut Adrian Sutedi, Undang-undang Hak Tanggungan

menjadi hak jaminan atas tanah yang kuat atas 4 (empat) ciri-ciri :

(1). Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya (2). Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada (3).Memenuhi Azas spsialitas dan publisitas, sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan

(4)Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya28

Menurut Pasal 1238.KUH Perdata, Debitur dinyatakan lalai dengan surat

perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan

sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan

26

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, (Jakarta: Intermasa,1986), cet. ke-5, halaman. 75.

27

ST Remy Shahdeini, ibid,halaman 11

28

(43)

lewatnya waktu yang ditentukan. (KUHPerd. 391, 413, 579, 1243, 1362, 1626, 1805,

1979; Rv. 1 dst.)

Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “wanprestatie”,

artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik

perikatan yang timbul karena perjanjian maupuan perikatan yang timbul karena

undang-undang.29

Apabila terjadi Kredit Macet maka pihak bank selaku pemberi kredit dan

pemegang Sertifikat Hak Tanggungan dan Akta Pemberian Hak Tanggungan dalam

hal debitor atau penerima kredit tidak dapat memenuhi kewajibannya (wanprestasi)

dapat mengambil tindakan sebagai berikut30

Pihak Bank menagih debitor untuk melunasi seluruh hutangnya :

1. Pihak Bank menyuruh debitor untuk mengosongkan barang jaminan yang diikat dengan hak tanggungan

2. Pihak Bank atas persetujuan debitur dapat mengalihkan piutang debitur kepada dan hak jaminannya kepada pihak lain

3. Pihak Bank memohonkan lelang eksekusi barang jaminan

Kepastian hukum pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan apabila debitur

lalai atau wanprestasi diatur dalam pasal Pasal 20 Undang-undang Hak Tanggungan

berbunyi:

(1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:

a. hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau

b. titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek Hak Tanggungan

29Abdul Kadir Muhammad. Hukum Perikatan.(Bandung :Citra Aditya Bakti, 1990), hlm. 20

30

(44)

dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.

Menurut penjelasan UU Hak Tanggungan point 9 menyatakan :

“Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji. Walaupun secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentang eksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yang Diperbarui (Het Herziene Indonesisch Reglement) dan Pasal 258 Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement tot Regeling van hetRechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura). Sehubungan dengan itu pada sertifikat Hak Tanggungan, yang berfungsi sebagai surat tanda-bukti adanya Hak Tanggungan, dibubuhkan irah-irah dengan kata-kata "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa", untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Lelang diatur dalam perundang-undangan sejak 1908, yaitu dengan

berlakunya Vendu Reglement Stbl.1908 Nomor 189 dan Vendu Instruct Stbl.1908

Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940 No.56 yang dalam pasal 1 menyatakan;

Penjualan Umum adalan Pelelangan atau penjualan barang-barang yang dilakukan kepada umum dengan harga penawaran yang meningkat atau menurun atau dengan pemasukan harga dalam sampul tertutup, atau kepada orang-orang yang diundang atau sebelumnya diberitahu mengenai pelelangan atau penjualan itu atau dijinkan untuk ikut serta dan diberi kesempatan untuk menawar harga, menyetujui harga yang ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup.

Pelaksanaan lelang eksekusi dilaksanakan Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang (KPKNL) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ;

93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

Pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 40/PMK.07/2007 tentang Petunjuk

(45)

Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor : SE-23/PN/2000 tanggal 22

Nopember 2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan jo Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Namun dalam kenyataannya kepastian hukum pelaksanaan lelang eksekusi

barang jaminan tidak semudah yang telah ditentukan menurut undang-undang

tersebut.

Adanya Gugatan dan atau Perlawanan dari Debitur maupun pihak ketiga

mengakibatkan ketidak pastian baik lelang eksekusi barang jaminan maupun eksekusi

pengosongan barang jaminan.

UU Hak Tanggungan RI yang mempunyai azas mudah dan pasti eksekusinya

ternyata belum dapat memenuhi semua kebutuhan dan mengatasi permasalahan

tentang eksekusi barang jaminan sebagaimana diakui dalam Pasal 26 UU Hak

Tanggungan belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, dengan

memperhatikan ketentuan dalam Pasal 14, peraturan mengenai eksekusi hypotheek

yang ada pada mulai berlakunya Undang-Undang ini, berlaku terhadap eksekusi Hak

Tanggungan

.

Artinya Undang-undang Hak Tanggungan ini mengakui belum mempunyai kekuatan eksekutorial tersendiri masih masih tergantung dengan Hukum lain terutama

(46)

Saatnyalah Undang-undang Hak Tanggungan di Indonesia direvisi

sebagaimana Teori Realistic Jurisprudence yang dikembangkan oleh Roscoe Pound dengan teorinya yang disebut “Law as tool of social engineering”, dimana hukum bertujuan untuk/sebagai alat perubahan masyarakat/tehnologi sosial bagi perubahan

masyarakat. Pound menganalogikan hukum sebagai alat pengubah masyarakat sebagai suatu mekanik proses mekanik hukum. Untuk dapat memenuhi perannya sebagai alat tersebut, Pound lalu membuat penggolongan atas kepentingan-kepentingan yang harus di lindungi hukum, salah satunya antara lain : Kepentingan

masyarakat (social interest) yang terdiri dari kepentingan akan kedamaian dan ketertiban; perlindungan lembaga-lembaga sosial; pencegahan kemerosotan akhlak; pencegahan pelanggaran hak dan kesejahteraan social.31

Teori ini sangat popular di Indonesia yang dikembangkan Kusuma Atmaja, dalam bukunya Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan yang memodofikasi “Law as tool of social engineering”, menjadi hukum sebagai sarana pembangunan.

32

2. Kerangka Konsepsi

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Jika masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian. “Konsep sebenarnya adalah defenisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala. Maka konsep

31

Pound Roscou,Pengantar Filsafat Hukum”(Jakarta: Bhratara,1996), halaman 51

32

(47)

merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, menentukan antara variabel-variabel

yang lain, menentukan adanya hubungan empiris.33 a. Eksekusi

Eksekusi adalah sebagai tindakan hukum tindakan oleh pengadilan kepada

pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan atau tata cara

lanjutan proses pemeriksaan perkara.

b. Barang jaminan

Adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atastanah sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang

merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu,

yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu

terhadap kreditor-kreditor lain;34

c. Putusan Pengadilan,

Putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan (eksekusi) adalah putusan yang

sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht vangewijsde) yaitu

putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum seperti

verzet, banding dan kasasi

d. Parate Eksekusi

33

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997), hal. 21.

34

(48)

e. Suatu keputusan yang mempunyai kekuatan tetap atau daya laku eksekutorial tanpa keterlibatan penetapan pengadilan (hakim) dalam perkara perdatasesuai pasal 1178 ayat (2) KUH Perdata.yo berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, jo Pasal 6 beserta penjelasan,jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26 UUHT

f. Title eksekutorial Tata Cara Pelaksanaan Lelang Eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak berdasarkan berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, jo Pasal 6 beserta penjelasan,jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26, apabila dalam APHT tidak dimuat janji sebagaimana pada Pasal 6 jo Pasal 11 ayat (2) huruf e UUHT

g. Fiat Eksekusi :

Suatu keputusan yang mempunyai kekuatan tetap atau daya laku eksekutorial dengan keterlibatan penetapan pengadilan (hakim) dalam perkara perdata. Pasal 224 HIR atau Pasal 258 RBG

h. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang(KPKNL)

Adalah instansi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. Menurut Pasal 30 KPKNL mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan 44 negara, penilaian, piutang, dan lelang.

i. Lelang

Gambar

Gambar 1  PROSEDUR LELANGEKSEKUSI PENGADILAN NEGERI
GAMBAR
GAMBAR

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Semester Gasal Pokok Bahasan Ketenagakerjaan dan

Penelitian terkait e-Procurement (e-Proc) di Indonesia belum banyak dilakukan, sehingga penelitian yang akan dilakukan menjadi sangat signifikan untuk menemukan factor apa

Proses pemilihan dua individu sebagai orang tua biasanya dilakukan secara proporsional berdasarkan nilai-nilai fitness- nya. Salah satu metode seleksi yang umum digunakan adalah

Dan Jumlah responden yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 46 karyawan di beberapa Kantor Notaris Di Kediri dengan menggunakan Metode Sampling Insidental, dimana

STUDI KOMPARATIF PENCUCIAN ALAT MAKAN DENGAN PERENDAMAN DAN AIR MENGALIR TERHADAP JUMLAH KUMAN PADA ALAT MAKAN DI WARUNG MAKAN BU AM GONILAN.. Disusun Oleh :

penataan vegetasi pada zona I dengan tujuan memberikan kemudahan bagi pengemudi untuk melihat terkait persimpangan yang tidak bersignyal sehingga menghilangkan

[r]

Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang habis dipakai dalam sekali proses produksi, seperti biaya sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, pestisida,