• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Structure-Conduct Performance Model

Pendekatan Structure, Conduct, and Performance (SCP) adalah pendekatan organisasi pasar atau pelaku pasar yang mencakup atau

mengkombinasikan semua aspek dari sistem tataniaga, yaitu S (market structure/struktur pasar), C (market conduct/perilaku pasar), dan P (market performance/keragaan pasar). SCP merupakan tiga kategori utama yang digunakan untuk melihat kondisi struktur pasar dan persaingan yang terjadi di

pasar. Sistem analisis ini pertama kali diperkenalkan oleh Joe Bain dalam

bukunya “Industrial Organization” yang menjelaskan mengenai hubungan yang dapat diramalkan antara struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar (Joe

Bain dalam Asmarantaka, 2008).

Struktur pasar akan mempengaruhi perilaku pasar dalam pasar yang secara bersama-sama menentukan keragaan pasar secara keseluruhan. Penelitian tentang

kompleksitas masalah sistem pemasaran dapat menimbulkan kerancuan tanpa

adanya sistem atau organisasi yang mengarahkan penelitian, sehingga apa yang menjadi dasar pemikiran dan apa latar belakangnya tidak menjadi jelas. Oleh

sebab itu, pendekatan yang dilakukan pada dasarnya adalah pendekatan deskriptif,

yaitu pendekatan SCP untuk mengevaluasi sistem pemasaran dan memberikan

saran perbaikan.

Satu pendekatan penting dalam studi market performance, antara lain adalah studi organisasi melalui analisis struktur pasar, yang menunjukkan

para pelaku pasar dan dalam hal ini berpengaruh pada keragaan pasar (Dessalegn

et al. 1998). Diantara karakteristik struktur yang terbesar dari pasar adalah tingkat konsentrasi, yaitu jumlah para pelaku pasar, ukuran distribusinya, dan kasus

kesulitan relatif untuk para pelaku untuk amannya masuk pasar. Pelaku pasar

merujuk pada kebiasaan atau strategi yang mereka gunakan sehubungan dengan

penentuan harga, pembelian, penjualan dan lain-lainnya yang mungkin

menggunakan bentuk informal kerjasama atau kolusi.

Beberapa pendekatan dapat digunakan dalam studi pemasaran (Purcell, 1979; Kohls dan Uhl, 2002) adalah :

1. Pendekatan produk (the commodity approach). Pada pendekatan ini, ditelaah atau dibahas segala aspek barang atau komoditi mulai dari titik produksi

sampai ke titik konsumsi, misalnya tentang sifat-sifat khas dari barang,

lembaga yang mentransfer, sumber-sumber permintaan dan penawaran,

fasilitas pemasaran serta peraturan pemerintah yang berhubungan dengan

barang yang bersangkutan.

2. Pendekatan fungsi (the functional approach). Pada pendekatan ini, pemasaran ditelaah dari sisi fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan. Beberapa fungsi

pemasaran tersebut adalah: (1) fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan),

(2) fungsi fisik (penyimpanan, transportasi dan prosessing), dan (3) fungsi fasilitas (standarisasi, keuangan/modal, resiko, dan penelitian pasar).

3. Pendekatan institusi (the institutional approach). Pada pendekatan ini, evaluasi pemasaran dilakukan dengan mempelajari perantara dan struktur

bisnis yang membentuk proses pemasaran. Dalam pendekatan serba fungsi

18

pendekatan institusi difokuskan pada siapa yang mengerjakan fungsi

pemasaran.

4. Pendekatan perilaku (the behavioral systems approach). Dalam pendekatan ini, yang dianalisis adalah kegiatan yang ada dalam proses pemasaran, seperti

perubahan dan perilaku lembaga pemasaran.

Institusi pemasaran merupakan organisasi bisnis atau pelaku pasar yang

membangun kegiatan proses pemasaran. Dalam pendekatan ini elemen

manusianya mendapatkan penekanan. Pendekatan institusional dapat membantu untuk memahami mengapa ada perantara dalam industri. Pendekatan fungsional

dan institusional sangat berguna untuk menganalisis keberadaan aktivitas

pemasaran.

Menurut Gonarsyah (2003), analisis mengenai struktur pasar meliputi

konsentrasi penjual dan pembeli, halangan untuk keluar masuk pasar serta tingkat

diferensiasi produk yang dihasilkan. Sementara analisis perilaku pasar dapat

dilihat bagaimana kebijakan penetapan harga, kompetisi non-harga yang muncul

serta pengeluaran untuk iklan menyangkut produk yang dihasilkan. Dan dari

analisis perilaku pasar, maka dapat dianalisis keragaan pasar yang tercermin dari

tingkat harga yang ditetapkan suatu industri, tingkat keuntungan yang

diperolehnya, investasi dan kegiatan riset dan pengambangannya.

Pada Gambar 2 menunjukkan hubungan SCP, dimana dalam struktur pasar

terdapat tiga elemen pokok yaitu pangsa pasar (market concentration) dan hambatan-hambatan untuk masuk pasar (barrier to entry). Perilaku pasar terdiri dari kebijakan-kebijakan yang diadopsi oleh pelaku pasar dan juga pesaingnya,

dikelompokkan menjadi perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi

produk dan perilaku dalam strategi promosi. Kinerja industri biasanya dipusatkan

pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan

dalam distribusi. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku pasar merupakan

tingkah laku lembaga pemasaran pada struktur pasar tertentu dalam melaksanakan

strateginya dan kemampuannya dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Sedangkan keragaan pasar adalah gabungan antara struktur pasar dan perilaku

pasar yang pada kenyataannya terjadi interaksi antar struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar yang tidak selalu linier, tetapi terkadang bersifat kompleks dan

saling mempengaruhi.

Sumber: Firdauset al. 2008

Gambar 2. PendekatanStructure Conduct Performance

Tipikal analisis model SCP untuk mengkaji keragaan pasar yang

umumnya berdasarkan:

1. Apakah margin pemasaran dari beberapa perilaku dalam sistem pemasaran

konsistensi dengan biayanya.

2. Apakah tingkat konsentrasi pasar cukup rendah (dan jumlah

perusahaan-perusahaan yang melakukan operasional dalam suatu pasar cukup besar)

umumnya diasumsikan bahwa suatu pasar dikatakan bersaing jika: (1) banyak

pembeli dan penjual dalan satu pasar, (2) tidak satupun dari pelaku pasar yang

ada memiliki kekuatan yang dominan untuk menekan pesaingnya, (3) tidak

20

satupun yang membuka atau menyembunyikan keterlibatan diantara para

pelaku pasar terkait dengan penentuan harga dan keputusan-keputusan

pemasaran lainnya, (4) tidak ada pembatasan yang dapat menghalangi dalam

mengakses sumberdaya, (5) para pembeli dan penjual bebas masuk pasar tanpa

ada perlakuan khusus terhadap kelompok tertentu atau individu tertentu, dan

(6) produk yang ada homogen, sehingga para konsumen merasa tidak beda

diantara barang yang ditawarkan dari berbagai jalur alternatif, untuk menjamin

kompetisi, yang asumsinya dapat menyebabkan penurunan biaya sampai pada taraf terendah (Dessalegnet al. 1998).

Struktur pasar merupakan tipe atau jenis pasar yang sangat penting untuk

diketahui karena akan mempengaruhi pembentukan harga suatu komoditas pada

tiap lembaga pemasaran. Oleh karena itu harga yang diterima produsen dan harga

yang dibayar oleh konsumen akhir akan menentukan seberapa besar marjin

pemasarannya. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), struktur pasar adalah suatu

dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun

industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut

berbagai ukuran seperti ukuran dan konsentrasi, deskripsi produk dan difersifikasi

produk, syarat-syarat kemudahan memasuki pasar dan sebagainya.

Struktur pasar dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan Indeks Herfindahl untuk melihat derajat konsentrasi penjual atau pembeli pada pasar

rumput laut yang berada pada satu wilayah yang akan menunjukkan bentuk dari

pasar pada wilayah tersebut. Martin (1993) dalam Andriyanty (2005),

menggunakan ukuran Indeks Herfindahl untuk mengukur derajat konsentrasi

ini hanya menunjukkan kecenderungan struktur pasar, apakah pasar mengarah

pada bentuk pasar yang monopolistik atau bentuk pasar yang bersaing sempurna.

Concentration Ratio (CR) juga merupakan metode untuk mengukur derajat konsentrasi pasar. Cara penghitungan melalui CR terbagi atas CR1, CR2, CR3,

CR4 dan lainnya, tergantung kebutuhan dan kondisi struktur pasar yang akan

dinilai. Angka 1, 2 dan seterusnya mengindikasikan jumlah share perusahaan yang akan dinilai CR-nya. Rasio konsentrasi merupakan akumulasi share perusahaan utama dalam industri, atau persentase dari total output masing-masing perusahaan yang mendominasi industri atau pendapatan penjualannya, dibagi

dengan total output atau penjualan keseluruhan industri (rasio pangsa pasar relatif

dari total output industri). Sementara perilaku dan keragaan pasar dianalisis

melalui indikator marjin pemasaran di antara lembaga-lembaga pemasaran rumput

laut di Sulawesi Selatan. Dimana, indikator ini didasarkan pada konsep efisiensi

pemasaran yang menekankan pada kemampuan meminimkan biaya-biaya untuk

melakukan fungsi-fungsi pemasaran.

Perilaku pasar merupakan tingkah laku dari lembaga pemasaran dalam

menghadapi struktur pasar tertentu dalam rangka mendapatkan keuntungan

tertentu. Menurut Purcell (1979), kriteria untuk mengidentifikasi perilaku pasar

adalah penetapan kebijakan harga, tingkat persaingan non harga, kegiatan periklanan, dan kegiatan dalam mengubah pangsa pasar. Perilaku pasar

menggambarkan tingkah laku kegiatan pembeli dan penjual, penentuan harga, dan

siasat pasar seperti potongan harga, perilaku curang dalam menimbang atau kolusi

22

Pada Tabel 2, sisi ekstrim pasar bersaing sempurna adalah pasar monopoli

atau monopsoni. Pasar monopoli ciri utamanya adalah pembeli tunggal. Oligopoli

adalah pasar dengan beberapa penjual, sedangkan oligopsoni adalah dengan

beberapa pembeli. Pasar monopolistik adalah situasi diantara pasar bersaing

sempurna dan oligopoli, yaitu terlalu banyak perusahaan namun pasar tidak cukup

kriteria tersebut menjadi pasar bersaing sempurna. Pada umumnya struktur pasar

hasil-hasil pertanian di pedesaan adalah pasar monopsoni atau oligopsoni. Pasar

tersebut ditandai oleh banyaknya penjual. Pada hakekatnya pedagang-pedagang yang beroperasi di dalam pasar dikuasai oleh satu orang atau beberapa cukong

saja. Timbulnya pasar tersebut karena kurangnya persaingan diantara para

pedagang yang jumlahnya sedikit. Para pedagang dikuasai oleh satu atau

beberapa pedagang tertentu sehingga terbentuk persekongkolan yang pada

akhirnya akan menciptakan pembeli tunggal.

Tabel 2. Perbandingan Struktur Pasar Bersaing Sempurna, Monopolistik, Oligopoli dan Monopoli

Keterangan Bersaing Sempurna

Monopolistik Oligopoli Monopoli Jumlah penjual Sangat banyak Banyak Sedikit Satu Kesamaan produk Identik homogen Berbeda beberapa variasi Sama atau berbeda Unik, tidak memiliki produk subtitusi Kemudahan perusahaan baru masuk Mudah/tidak ada rintangan

Relatif mudah Sulit/ada rintangan signifikan Sulit/ada hambatan Kemampuan mempengaruhi harga

Tidak dapat Sedikit, tapi dibatasi oleh adanya barang subtitusi Mampu tapi memperhitungkan perilaku pesaing Mampu, kecuali ada regulasi Sumber: Kohls dan Uhl, 2002

Struktur pasar dapat diketahui dengan menganalisis karakteristik dari

resultan atau saling mempengaruhi dari perilaku pasar dan keragaan pasar.

Perilaku pasar dapat dianalisis dengan melihat perilaku partisipan, strategi atau

reaksi yang dilakukan oleh partisipan pasar baik secara individu maupun

kelompok yang saling kompetitif. Sedangkan keragaan pasar dianalisis dengan

melihat dari hasil atau pegaruh dari struktur pasar dan keragaan pasar yang dalam

kenyataan dapat terlihat dari produk atau output, harga, dan biaya pada

pasar-pasar tertentu, yaitu : efisiensi harga atau biaya produksi, biaya promosi penjualan

termasuk didalamnya nilai informasi, volume penjualan, dan efisiensi pertukaran.

3.2. Konsep Pemasaran

Definisi pemasaran produk atau komoditi pertanian yang merujuk pada

produksi produk dari tingkat usahatani ke lokasi konsumsi, hal ini disebut dengan

pendekatan gerbang pertanian (farm gate). Pemasaran adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna

tempat, dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran

dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran. Kohls dan Uhl

(2002), mendefinisikan pemasaran pertanian sebagai sistem dimana pemasaran

sebagai kegiatan bisnis yang melibatkan beberapa alur produk pangan dan

melakukan pelayanan mulai dari awal proses produksi sampai pada seluruh segmen konsumen akhir.

Lamb (2001), berpendapat dari segi ekonomi, pemasaran merupakan

tindakan atau kegiatan yang produktif, menghasilkan pembentukan kegunaan,

yaitu kegunaan waktu, bentuk, tempat, dan kepemilikan, sehingga mempertinggi

24

Limbong dan Sitorus (1987), pemasaran adalah serangkaian kegiatan atau

aktivitas yang menyalurkan barang dan jasa dari titik produsen ke titik konsumen.

Menurut Hammond dan Dahl (1977), pemasaran merupakan suatu rangkaian

kegiatan yang merupakan tahapan-tahapan fungsi yang dibutuhkan untuk

membentuk atau mengubah input atau produk mulai titik awal produksi sampai ke

titik akhir konsumen.

Berdasarkan definisi tersebut, pemasaran merupakan suatu proses

berkesinambungan dan pada akhirnya membentuk suatu sistem dimana rangkaian kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan terkoordinasi agar barang

dan jasa tersebut dapat bergulir lancar dari tangan produsen ke tangan konsumen

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen akhir. Oleh karena tujuan

dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan konsumen akan produk dan jasa

melalui pertukaran, sehingga dengan mengusahakan agar pembeli memperoleh

barang dan jasa yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat

merupakan fungsi dan peranan dari pemasaran.

Purcell (1979), Gonarsyah (1996/1997), serta Khols dan Uhl (2002),

menjelaskan bahwa analisis sistem pemasaran dapat juga dikaji melalui

pendekatan stuktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar. Dimana dikenal lima

pendekatan dalam analisis pasar yaitu pendekatan fungsi, kelembagaan, pendekatan komoditas, pendekatan system, dan pendekatan

permintaan-penawaran. Struktur pasar merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan

sebagai hubungan antara pembeli dan penjual yang secara strategi mempengaruhi

penentuan harga dan pengorganisasian pasar. Ukuran untuk melihat struktur pasar

diferensiasi produk. Perilaku pasar merupakan seperangkat strategi dalam

pemilihan yang ditempuh baik oleh penjual maupun pembeli untuk mencapai

tujuannya masing-masing. Sementara itu keragaan pasar dapat diukur dengan

beberapa ukuran, perilaku pasar diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin

serta distribusi pemasaran, jumlah komoditas yang diperdagangkan, dan elastisitas

harga.

3.3. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi sering digunakan di pertanian dalam mengukur keragaan pasar.

Peningkatan efisiensi merupakan tujuan umum dari pada nelayan/petani, lembaga

pemasaran, konsumen, masyarakat umum dan pemerintah. Semakin tinggi

efisiensi pemasaran berarti keragaan pasar semakin baik, demikian pula

sebaliknya. Secara normatif pemasaran yang efisien adalah pasar persaingan

sempurna tetapi struktur pasar ini pada kenyatannya tidak dapat ditemukan.

Ukuran efisiensi pemasaran adalah kepuasan dari konsumen, produsen maupun

lembaga-lembaga yang terlibat di dalam mengalirkan produk atau komoditas

mulai dari nelayan/petani sebagai produsen sampai ke konsumen akhir. Purcell

(1979), menyatakan efisiensi pemasaran dapat ditinjau dari input-output yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga, dimana efisiensi operasional diukur dengan marjin pemasaran, farmer s share, dan rasio keuntungan dan biaya, sedangkan efisiensi harga diukur melalui korelasi harga dan elastisitas transmisi

harga untuk komoditi yang sama pada berbagai tingkat pasar.

Menurut Rogers (1986) dalam Hukama (2003), harga yang efisien adalah

26

yang optimal, alokasi sumberdaya yang tepat dan penyaluran yang tepat. Pasar

yang tidak efisien terjadi apabila biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk

atau komoditas yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh sebab itu

efisiensi pemasaran terjadi jika: (1) biaya pemasaran dapat ditekan sehingga

keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, (2) persentase perbaikan harga yang

dibayarkan konsumen kepada produsen tidak terlalu tinggi, (3) tersedia fasilitas

fisik pemasaran, dan (4) adanya kompetisi pasar yang sehat. Belum efisiennya

pemasaran dari sistem tersebut akan menyebabakan aspek pemasaran ditentukan oleh peran lembaga-lembaga pemasaran.

Menurut Tomek dan Robinson (1982), dalam menyampaikan komoditas

hasil pertanian dari produsen ke konsumen terdapat biaya pemasaran sehingga

terdapat perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang

diterima oleh produsen. Perbedaan ini disebut marjin pemasaran. Marjin dapat

didefinisikan dengan dua cara, yaitu (1) marjin pemasaran merupakan perbedaan

antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima

nelayan/petani atau (2) marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa

pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa

pemasaran.

Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi margin pemasaran yang terdiri dari biaya dan keuntungan dari setiap aktivitas lembaga

pemasaran yang berperan aktif, serta untuk mengetahui bagian harga (farmer share) yang diterima oleh nelayan. Dengan kata lain analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi dari para pelaku pemasaran yang

pemasaran akan semakin besar dan semakin banyak lembaga pemasaran yang

terlibat dalam penyaluran pemasaran suatu komoditas, maka marjin pemasaran

akan semakin besar pula. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), pemasaran

disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik

produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan

dengan adanya aktifitas pemasaran.

Gambar 3 menjelaskan, bahwa kurva permintaan primer yang berpotongan

dengan kurva penawaran turunan membentuk harga di tingkat pengecer (Pr). Sedangkan kurva permintaan turunan berpotongan dengan kurva penawaran

primer membentuk harga di tingkat nelayan (Pf). Hubungan antara kurva

permintaan primer (Dr) dengan kurva permintaan turunan (Df) adalah pada jumlah

barang sebanyak Q, maka harga di tingkat pengecer sebesar Pr dan harga di

tingkat petani sebesar Pf. Sedangkan hubungan antara kurva penawaran primer

(Sf) dengan kurva penawaran turunan (Sr) adalah pada jumlah penawaran sebesar

Q, dengan asumsi tidak ada stok sehingga Qr dan Qf adalah sama, maka harga di

tingkat pengecer sebesar Pr dan harga di tingkat nelayan sebesar Pf.

Kohls dan Uhl (2002), menjelaskan bahwa proses pemasaran melibatkan

berbagai kegiatan dan tingkah laku manusia dalam menyalurkan produk sampai

ke tangan konsumen. Analisis margin pemasaran bertujuan untuk melihat efisiensi pemasaran yang diindikasikan oleh besarnya keuntungan yang diterima oleh

masing-masing pelaku pemasaran. Dimana, harga yang dibayarkan konsumen

adalah harga di tingkat pengecer. Semakin tinggi proporsi harga yang diterima

oleh masing-masing pelaku pemasaran relatif terhadap harga yang dibayarkan

28

pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pemasaran. Menurut Lau

dan Yotopoulus (1971), efisiensi teknis sebagai hasil produksi yang dapat dicapai

untuk suatu kombinasi faktor produksi yang diberikan, efisiensi harga (alokatif)

didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan

dengan menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi yang diberikan

dengan harga inputnya, sedangkan efisiensi ekonomis adalah gabungan antara

efisiensi teknis dan efisiensi harga.

Sumber: Hammond dan Dahl, 1977 Gambar 3. Marjin Pemasaran

Konsep marjin pemasaran sangat erat kaitannya dengan bagian harga yang

diterima nelayan (farmer s share), karena bagian harga yang diterima oleh Rp Q Qr,f 0 Pf Pr MP Df Dr Sf Sr

Nilai Marjin Pemasaran (VMM) (Pr – Pf).Qrf

Upah

Bunga

Sewa

Laba

Biaya pemasaran (pembayaran untuk faktor-faktor produksi)

Pedagang Eceran

Pedagang Grosir

Pedagang Pengolah

Pedagang Pengumpul Biaya pemasaran (pembayaran untuk lembaga pemasaran)

nelayan/petani merupakan bagian dari harga yang dibayarkan konsumen yang

dinyatakan dalam persentase. Hal ini dilakukan untuk mengetahui porporsi harga

yang berlaku di tingkat konsumen yang dinikmati nelayan, atau untuk mengetahui

bagian harga yang diterima nelayan dari harga di tingkat pedagang pengecer.

Semakin panjang rantai pemasaran maka biaya pemasaran akan semakin besar

dan semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran

pemasaran suatu komoditas, maka marjin pemasaran akan semakin besar,

sehingga bagian harga yang diterima oleh nelayan akan semakin kecil. Hal tersebut tidak hanya berkaitan dengan panjang atau pendeknya rantai pemasaran,

tetapi juga fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan, sehingga dapat

mengakibatkan dorongan untuk berproduksi menjadi kurang.

Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari sudut pandang

harga dan biaya pemasaran. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang

dibayarkan konsumen akhir dan harga yang diterima oleh produsen. Menurut

Hammond dan Dahl (1977), marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di

tingkat nelayan (Pf) dengan harga di tingkat konsumen (Pr). Marjin pemasaran

hanya diperoleh dari perbedaan harga, tidak berkaitan langsung dengan kuantitas

yang dipasarkan. Margin pemasaran yang dikalikan dengan kuantitas yang

ditawarkan adalah menghasilkan Nilai Margin Pemasaran atauValue of Marketing Margin (VMM). Menurut Atmakusuma (1984), biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pengaliran komoditi dari produsen sampai

kepada konsumen yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat

didalamnya. Biaya pemasaran pada dasarnya adalah semua biaya yang mencakup

30

pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, pajak, standarisasi, penyimpanan,

pengolahan, resiko, dan informasi pasar.

3.4. Kelembagaan Pelaku Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang melakukan

aktivitas bisnis pemasaran dalam menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen

kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau

individu lainnya. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), lembaga pemasaran merupakan badan-badan atau lembaga, baik perorangan maupun kelembagaan

yang berusaha dalam bidang pemasaran yang menggerakkan barang dari titik

produsen sampai ke titik kepada konsumen akhir melalui penjualan. Lembaga

pemasaran timbul disebabkan karena adanya keinginan konsumen untuk

memperoleh barang dan jasa yang sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk yang

diinginkan oleh konsumen. Dengan adanya lembaga pemasaran maka

fungsi-fungsi pemasaran dapat berjalan dengan baik guna memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen semaksimal mungkin. Dari jasa lembaga pemasaran tersebut

konsumen memberi balas jasa berupa margin pemasaran.

Rumput Laut merupakan komoditi ekspor yang tidak dikonsumsi

langsung oleh nelayan. Lokasi rumput laut yang tersebar mengakibatkan diperlukannya lembaga pemasaran untuk memindahkan rumput laut tersebut dari

pusat produksi ke pusat konsumsi. Tersebarnya unit-unit produksi rumput laut ini

dapat menimbulkan struktur pasar yang tidak bersaing sempurna (Anwar, 1995).

Oleh karena itu aspek kelembagaan pemasaran menjadi hal harus diperhatikan.

produk-produk perikanan sangat beragam sekali tergantung dari jenis yang dipasarkan.

Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan ada pula yang

Dokumen terkait