• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten

Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Mangarabombang merupakan salah satu sentra produksi rumput laut terbesar di Sulawesi Selatan.

Pembudidayaan rumput laut jenisEuchema cottonidilakukan di sepanjang pesisir pantai laut Flores dan teluk. Penelitian dilapangan dilakukan selama tiga bulan

yaitu dari bulan April sampai bulan Juni 2009 dengan menggunakan data musim

panen periode bulan April sampai bulan Juni 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, dalam bentuk datacross section maupun datatime series. Data primer diperoleh langsung dari nelayan dan pelaku pemasaran rumput laut dengan

menggunakan metode wawancara langsung melalui pengisian daftar pertanyaan (kuisioner). Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Departemen Kelautan

dan Perikanan, Departemen Perdagangan, Badan Pusat Statistik, dan

lembaga-lembaga terkait lainnya.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten

merupakan salah satu daerah sentra produksi rumput laut di Kabupaten Takalar.

Sasaran penelitian adalah nelayan/petani rumput laut dan pedagang rumput laut,

sampel nelayan/petani rumput laut terdapat di lima desa antara lain Desa Laikang,

Desa Punaga, Desa Pattoppakang, Desa Bontoparang dan Desa Panyangkalang

Kecamatan Mangarabombang. Pemilihan desa dilakukan secara sengaja

(purposive) karena produksi dari lima desa tersebut relatif lebih tinggi dan jumlah nelayan/petani rumput laut lebih banyak dari desa lain. Penentuan sampel

diharapkan dapat menggambarkan dan mewakili keadaan pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang. Kecamatan Mangarabombang dipilih juga

karena kecamatan ini adalah kecamatan dengan akses yang paling baik dan paling

dekat dengan Kota Makassar sebagai lokasi para eksportir.

Populasi nelayan/petani rumput laut menurut data Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Takalar tahun 2008, di Kecamatan Mangarabombang

terdapat 1 500 rumahtangga nelayan/petani rumput laut. Parel et al. (1973), mengemukakan beberapa acuan yang dapat dipertimbangkan menyangkut ukuran

pengambilan sampel berkaitan dengan ragam populasi, yaitu: (1) jika populasi

besar, sampel dapat diambil dengan persentase kecil dan jika populasi kecil dapat

diambil persentase besar, (2) ukuran sampel sebaiknya tidak kurang dari 30

satuan, dan (3) jumlah sampel disesuaikan dengan kemampuan biaya.

Berdasarkan uraian di atas dan pertimbangan keterbatasan yang ada dari

peneliti, maka rumahtangga petani yang menjadi sampel diambil dengan teknik

quota sampling untuk memastikan bahwa beberapa karakteristik populasi terwakili dalam contoh yang akan terpilih (Juanda, 2009). Dari hasil survei yang

masing-40

masing desa yang dipilih. Dari sampling masing-masing desa, diperoleh

responden 103 rumahtangga nelayan/petani di Desa Laikang, 35 rumahtangga

nelayan/petani di Desa Punaga dan 12 rumahtangga nelayan/petani di Desa

Pattoppakang, Bontoparang dan Panyangkalang.

Pengambilan sampel nelayan/petani rumput laut adalah stratified random sampling atau sampel acak terstratifikasi. Proses stratifikasi dilakukan karena luas lahan kepemilikan lahan dan jumlah siklus tanam yang heterogen. Adapun faktor

pendukung lain dalam penggunaan metode sampel acak terstratifikasi adalah ketersediaan daftar anggota nelayan/petani rumput laut atau sampel frame dari

populasi nelayan/petani di Kecamatan Mangarabombang. Populasi dibagi menjadi

5 strata berdasarkan jumlah bentangan masing-masing nelayan/petani rumput laut.

Nelayan/petani rumput laut yang menjadi responden adalah nelayan/petani rumput

laut penggarap dan pemilik lahan budidaya pesisir. Proporsi sampel dipilih secara

acak dari setiap strata sesuai keragaman sampel. Ada lima strata berdasarkan

jumlah bentangan, yaitu: (1) 160 bentang ganda sebanyak 37 responden, (2) 200

bentang tunggal dan ganda sebanyak 40 responden, (3) 240 bentang tunggal dan

ganda sebanyak 30 responden, (4) 400 bentang tunggal dan ganda sebanyak 22

responden, dan (5) 440 bentang tunggal dan ganda sebanyak 21 responden.

Pengambilan sampel pedagang menggunakan metode snow ball sampling. Metode tersebut digunakan untuk mengambil sampel pedagang berdasarkan aliran

produk, mulai dari nelayan/petani rumput laut sampai eksportir. Pengambilan

sampel dilakukan secara berantai, mulai dari ukuran sampel terkecil sampai

terbesar. Jumlah sampel pedagang pengumpul sebanyak 23 responden, pedagang

4.4. Metode Analisis

4.4.1. AnalisisStructure-Conduct Performance Model

Dalam penelitian ini analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Pada penelitian ini, unit analisis yang digunakan adalah nelayan/petani rumput

laut, lembaga pemasaran dan eksportir. Berikut ini penjelasan metode analisis

mengenai struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar.

A. Struktur Pasar 1. Pangsa Pasar

Analisis ini dilakukan untuk melihat pangsa pasar yang menggambarkan

keuntungan yang diperoleh oleh lembaga pemasaran dari hasil penjualannya.

Setiap lembaga pemasaran memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda berkisar

antara 0 – 100 persen dari total penjualan seluruh pasar (Firdaus et al, 2008).

Dimana :

Si

Stot

dimana :

Msi = Pangsa pasar lembaga pemasaran i (%) Si = Penjualan lembaga pemasaran i

Stot = Penjualan total seluruh lembaga pemasaran (Rp)

2. Konsentrasi Pasar

= = 4 1 S 4 CR i j i dimana :

Sij = Pangsa pasar empat pedagang rumput laut yang terbesar di Kecamatan Mangarabombang

CR4 = Rasio konsentrasi pasar rumput laut 4 pedagang pengumpul terbesar di Kecamatan Mangarabombang

x 100% Market share (Msi) =

42

Setelah mengetahui pangsa pasar pada masing-masing tingkatan pelaku

pemasaran, maka dapat menghitung konsentrasi rasio empat pedagang terbesar

(CR4). Penghitungan nilai CR4 dilakukan pada empat pedagang pengumpul

rumput laut pada tingkat dusun dan desa di Kecamatan Mangarabombang. Nilai

output keempat pedagang pengumpul pada masing-masing tingkatan kemudian

dikelompokkan. Dengan demikian rasio konsentrasi diperoleh dengan mengukur

besarnya output yang dihasilkan oleh empat pedagang pengumpul terbesar

terhadap total volume rumput laut di Kecamatan Mangarabombang. Jika nilai CR4 yang diperoleh, maka indikatornya sebagai berikut :

33 % : competitive market structure 33 – 50 % : weak oligopsonist market structure > 50 % : strongly oligopsonist market structure

3. Hambatan-Hambatan untuk Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar dianalisis dengan menggunakanMinimum Efficiency Scale (MES). Menurut Jaya (2001), jika nilai MES lebih besar dari 10 persen mengindikasikan bahwa hambatan masuk dalam usaha pemasaran rumput laut di

Kecamatan Mangarabombang tinggi. Analisis ini dilakukan untuk melihat

banyaknya lembaga pemasaran yang dapat masuk untuk bersaing merebut pangsa

pasar. Salah satu yang menjadi hambatan dalam memasuki pasar adalah

keberadaan pedagang pengumpul yang telah ada dalam usaha pemasaran rumput

laut. Nilai MES diperoleh dari penjualan pedagang pengumpul terbesar dibagi

dengan total produksi rumput laut Kecamatan Mangarabombang.

bang Mangarabom Kec. di Laut Rumput oduksi Pr Terbesar Pedagang Penjualan MES =

B. Perilaku Pasar

Perilaku pasar rumput laut di Kecamatan Mangarabombang dianalisis

secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh informasi perilaku lembaga

pemasaran dalam pemasaran rumput laut. Adapun perilaku yang diamati adalah:

(1) praktek penjualan dan pembelian yaitu, bagaimana proses penjualan dan

pembelian tersebut berlangsung, (2) penentuan dan pembentukan harga yaitu,

pada tingkat lembaga manakah yang lebih dominan dalam penentuan harga, (3)

sistem pembayaran yaitu, apakah sistem pembayarannya secara tunai atau kredit, praktek pembelian dan penjualan, (4) adanya kerjasama antara lembaga-lembaga

pemasaran yaitu, bentuk kerjasama yang terjalin antar lembaga pemasaran, dan

(5) praktek fungsi-fungsi pemasaran yaitu, pelaksanaan fungsi pertukaran, fungsi

fisik, dan fungsi fasilitas. Analisis ini segaja dilakukan karena variabel yang

mencerminkan perilaku bersifat kualititif yang sulit dikualitatifkan.

C. Keragaan Pasar

Keragaan pasar rumput laut di Kecamatan Mangarabombang dianalisis

dengan menggunakan marjin pemasaran, analisis keuntungan lembaga pemasaran,

analisis bagian keuntungan dan biaya pemasaran lembaga pemasaran, dan analisis

bagian yang diterima oleh nelayan, serta menggunakan analisis elastisitas transmisi harga. Analisis ini dilakukan untuk melihat efisiensi system pemasaran

rumput laut di Kecamatan Mangarabombag.

1. Analisis Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh

44

Untuk menganalisis margin pemasaran dalam penelitian ini, data harga yang

digunakan adalah data harga di tingkat nelayan/petani rumput laut dan data harga

di tingkat eksportir, sehingga dalam perhitungan margin pemasaran digunakan

rumus sebagai berikut :

Mm = Pe – Pf

Sedangkan marjin pada setiap tingkat lembaga pemasaran dapat di hitung dengan

cara menghitung selisih antara harga jual dengan harga beli pada setiap tingkat

lembaga pemasaran. Dengan demikian perhitungan marjin pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran sebagai berikut :

Mmi = Pji – Pbi

dimana :

Mm = Marjin pemasaran Pe = Harga ditingkat eksportir Pf = Harga ditingkat nelayan

Mmi = Margin pemasaran di tingkat lembaga pemasaran ke-i. Pji = Harga jual di tingkat lembaga pemasaran ke-i.

Pbi = Harga beli di tingkat lembaga pesaran ke-i.

Hal ini dilakukan untuk melihat besarnya marjin pemasaran pada masing-masing

lembaga pemasaran yang terlibat, sehingga dapat diketahui bahwa pada tingkat

lembaga manakah marjin pemasaran terbesar berada.

2. Analisis Bagian Harga yang diterima oleh Nelayan/Petani rumput laut (Farmer s Share)

Bagian harga yang diterima oleh nelayan merupakan perbandingan

harga yang diterima oleh nelayan/petani rumput laut (Pf) dengan harga di tingkat

eksportir (Pe) yang dinyatakan dalam persentasi. Persamaan yang digunakan

Pf

Pe

dimana:

Fs = Bagian harga yang diterima nelayan. Pe = Harga ditingkat industri/eksportir. Pf = Harga ditingkat nelayan.

3. Rasio Keuntungan dan Biaya

Distribusi marjin pemasaran dilihat dari persentasi keuntungan pemasaran dan biaya pemasaran terhadap harga jual ditingkat eksportir, dan untuk

masing-masing lembaga pemasaran. Selain itu, dilihat juga persentasi keuntungan

terhadap biaya yang dikeluarkan pada masing-masing saluran pemasaran.

Persamaan yang digunakan adalah :

i

Rasio Keuntungan-Biaya = x 100% Ci

dimana :

i = Keuntungan ditingkat lembaga pemasaran ke-i. Ci = Biaya pemasaran ditingkat lembaga pemasaran ke-i. 4. Analisis Elastisitas Transmisi Harga

Elastisitas transmisi merupakan rasio perubahan dari harga di tingkat

eksportir dengan perubahan harga di tingkat nelayan/petani rumput laut. Analisis

elatisitas transmisi harga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga di

tingkat eksportir dengan harga di tingkat nelayan/petani rumput laut. Perhitungan

elastisitas transmisi harga ditentukan dengan formulasi (Sudiyono, 2002):

f f P P P P ∂ ∂ e e= f P P ∂ ∂ e x e P Pf

Karena harga di tingkat nelayan/petani rumput laut (Pf) linier terhadap harga di tingkat eksportir (Pe) atau secara matematis:

x 100% Fs =

46 Pf = + Pe + sehingga : x f e P P dimana:

Et = Elastisitas transmisi harga

Pf = Harga rata-rata tingkat nelayan/petani rumput laut Pe = Harga rata-rata tingkat eksportir

Kriteria pengukuran pada analisis elastisitas transmisi harga adalah: (1) jika Et = 1, berarti perubahan harga di tingkat nelayan/petani rumput laut sama

dengan di tingkat eksportir. Dengan demikian marjin pemasarannya tidak

dipengaruhi oleh harga di tingkat eksportir. Artinya pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran merupakan pasar yang bersaing sempurna dan system

pemasaran telah efisien; (2) jika Et > 1, berarti perubahan harga di tingkat

nelayan/petani rumput laut lebih besar dari perubahan harga di tingkat eksportir.

Dengan demikian, pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran adalah pasar

bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni

sehingga dalam sistem pemasaran berlangsung tidak efisien; dan (3) jika Et < 1,

berarti perubahan harga di tingkat nelayan/petani rumput laut lebih kecil dari

perubahan harga di tingkat eksportir. Dengan demikian, pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran adalah pasar bersaing tidak sempurna, system pemasaran

berlangsung tidak efisien.

4.4.2. Identifikasi Kinerja Lembaga Penunjang Pemasaran dan Kebijakan Analisis ini dilakukan untuk melihat peran lembaga penunjang dalam

pemasaran rumput laut di Kecamatan Mangarabombang yang akan dijelaskan Et =

secara deskriptif kualitatif. Data tentang lembaga penunjang pemasaran dan

kebijakan yang telah dibuat dalam upaya pengembagan usahatani dan pemasaran

rumput laut dapat di analisis sebagai berikut:

1. Pengaturan pasar: adanya peraturan yang legal untuk menertibkan

pengkaplingan para pedagang pengumpul dalam pembelian/penjualan untuk

mengefisienkan jalur pemasaran agar dapat mengendalikan ulah negatif para

spekulan sehingga nelayan terlindungi.

2. Informasi pasar: diketahuinya harga dan flutuasi harga oleh produsen sehingga produsen dapat memasarkan produknya tepat waktu dan harga.

3. Penyuluhan dan pelatihan: meningkatnya produktivitas dan kualitas rumput

laut yang dihasilkan, karena para nelayan telah menguasai teknologinya.

4. Sumber dana: waktu pengembalian modal pinjaman lancar dan usahatani

Dokumen terkait