KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan penjelas sementara gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan tentang hubungan antar variabel yakni variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) serta variabel moderating yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan (Sugiyono, 2011). Pengaruh antara variabel independen (Profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset ,likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis), variabel moderating (ukuran
perusahaan) terhadap variabel dependen struktur modal) digambarkan dalam kerangka konseptual pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1.
Kerangka Konsep
3.1.1. Pengaruh Profitabilitas (Diproksi dengan ROA) Terhadap Struktur Modal
Profitabilitas mempunyai pengaruh yang terhadap struktur modal yaitu dimana perusahaan yang memilki tingkat pengembalian yang tinggi atas asset yang dimilki maka akan mempengaruhi manajemen dalam mengambil keputusan pendanaan perusahaannya. Brigham dan Houston (2011) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi
Profitabilitas (X1)
Pertumbuhan Penjualan (X2) Struktur Aset (X3)
Likuiditas (X4) Operating Leverage (X5)
Struktur Modal (Y)
Ukuran Perusahaan (Z) Resiko Bisnis (X6)
laba di tahan dari hasil aktivitas operasi perusahaan sehingga perusahaan akan mendahulukan dana internal tersebut untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan sebelum menggunakan dana eksternal sebagai dana tambahan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asyik dan Zuliani (2014), Resino dan Wijaya (2014), Chen dan Chen (2011), Hardanti dan Gunawan (2010) Marpaung (2010) menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Alnajjar (2015) dan Anita (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
3.1.2. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang meningkatcenderung membutuhkan dana yang lebih besar untuk bisa menyesuaikan dengan semakin banyaknya volume penjualan. Dalam hal kondisi seperti ini, perusahaan akan membutuhkan dana eksternal untuk pembiayaan seluruh operasionalnya. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang semakin besar akan membutuhkan penambahan aset guna mendukung pertumbuhan penjualan sehingga perusahaan memilih menggunakan hutang yang lebih banyak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marpanung (2010), Chen dan Chen (2011) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Resino dan Wijaya (2014), Asyik dan Zuliani (2014) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signfikan terhadap struktur modal.
3.1.3. Pengaruh Struktur Aset Terhadap Struktur Modal
Struktur aset mempunyai pengaruh terhadap struktur modal yaitu dimana semakin tinggi struktur aktiva yang dimiliki perusahaan maka akan semakin tinggi struktur modalnya. Hal ini dikarenakan semakin besar aset yang dapat dijadikan jaminan oleh perusahaan dalam memperoleh pinjaman. Perusahaan yang struktur asetnya memiliki perbandingan aset tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena aset tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang (Brigham dan Houston, 2011). Semakin tinggi jaminan yang diberikan perusahaan kepada kreditur, akan semakin besar pula jumlah hutang yang dapat diberikan oleh kreditur kepada perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan Margaretha (2014) menunjukkan bahwa struktur aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Asyik dan Zuliani (2014), Chen dan Chen (2011) menunjukkan bahwa struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
3.1.4. Pengaruh Likuiditas (Diproksikan dengan Current Ratio) Terhadap Struktur Modal
Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang karena mempunyai dana yang besar untuk pendanaan internalnya. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan “kekuatan membayar” dari perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan yang banyak menggunakan aset lancar berarti perusahaan tersebut memiliki dana internal yang besar untuk membiayai aktivitas operasi dan
investasinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kajananthan dan Achchuthan (2013), Resino dan Wijaya (2014), Damitri (2013) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Hardanti dan Gunawan (2010) menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
3.1.5. Pengaruh Operating Leverage Terhadap Struktur Modal
Operating Leverage timbul sebagai suatu akibat dari adanya beban-beban tetap yang ditanggung dalam operasional perusahaan. Beban-beban tetap operasional tersebut misalnya biaya depresiasi / penyusutan atas aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Operating leverage menggambarkan struktur biaya perusahaan yang dikaitkan dengan keputusan manajemen dalam menentukan kombinasi aset perusahaan. Penggunaan aset tetap yang relatif tinggi akan menimbulkan proporsi biaya tetap yang relatif tinggi terhadap biaya variabel.
Perubahan volume penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan yang sifatnya sensitif sehingga laba menjadi berfluktuasi sehingga menimbulkan ketidakpastian.
Ketidakpastian ini yang akan meningkatkan risiko (Kartikasari,2007). Menurutt Brigham dan Houston (2011) jika sebagian besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap, perusahaan ini dinyatakan memiliki operating leverage yang tinggi. Operating leverage merupakan salah satu yang mempengaruhi resiko perusahaan, semakin besar DOL perusahaan semakin besar risiko perusahaan.
Dengan kebijakan mempertahankan struktur modal maka perusahaan bisa meminimalisir akan penggunaan hutang yang terkait dengan resiko yang akan dialami oleh perusahaan. Dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat operating leverage (DOL), maka akan semakin rendah tingkat hutang dan juga
struktur modal perusahaan tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abimanyu dan Wirasedana (2015) menunjukkan bahwa operating leverage berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Marpaung (2010) menunjukkan bahwa operating leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
3.1.6. Pengaruh Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal
Resiko bisnis dapat meningkat ketika perusahaan menggunakan hutang yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya Dalam teori agensi dikatakan bahwa manajer lebih cenderung tidak menyukai resiko karena terdapat suatu ketidakpastian. Perusahaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi cenderung menghindari penambahan pendanaan melalui modal asing dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat resiko yang rendah. Hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan kabangkrutan. Resiko timbul seiring dengan munculnya beban atas pinjaman yang dilakukan perusahaan. Semakin besar biaya yang harus ditanggung maka semakin risiko yang dihadapi perusahaan juga semakin besar (Brigham dan Houston,2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alnajjar (2015) menunjukkan bahwa resiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan Hardanti dan Gunawan (2010) menunjukkan bahwa resiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
3.1.7. Ukuran Perusahaan dapat Memoderasi Hubungan antara Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aset, Likuiditas, Operating Leverage, Resiko Bisnis dengan Struktur Modal
Ukuran memainkan peran penting dalam struktur modal Hussain dan
eksternal keuangan hanya jika sumber internal tidak mencukupi. perusahaan kecil mencoba untuk memenuhi pembiayaan keuangan mereka membutuhkan dana dengan urutan laba ditahan, hutang dan penerbitan ekuitas baru. Dari paparan diatas, secara tidak langsung ukuran perusahaan akan mempengaruhi profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis yang akan dicapai oleh sebuah perusahaan. Dimana perusahaan berukuran besar akan mampu mencapai profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan berukuran kecil. Selain itu, perusahaan berukuran besar akan lebih diminati oleh kreditur dan investor karena dianggap mampu bertahan dalam mengantisipasi resiko bisnis yang tinggi. sehingga banyak institusi-institusi yang tertarik untuk memiliki saham dari perusahaan tersebut. Perusahaan besar kurang rentan terhadap krisis keuangan bahkan kebangkrutan karena perusahaan besar cenderung lebih beragam dan memiliki banyak aset dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu, biaya kebangkrutan diharapkan lebih rendah memungkinkan perusahaan besar untuk mengambil hutang lagi. Perusahaan-perusahaan yang lebih besar dapat mengurangi tingkat asimetri informasi di pasar dan memperoleh sumber keuangan yang lebih mudah (Padron et al. 2005). Jika dua perusahaan dengan profitabilitas yang sama, perusahaan yang lebih besar akan mendapatkan lebih banyak pembiayaan eksternal. Hal ini berarti ukuran perusahaan akan dapat memoderasi (memperkuat) hubungan profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage, resiko bisnis dengan struktur modal.