ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BEI
TESIS
Oleh :
FATIMA ANUM 157017007/Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BEI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
FATIMA ANUM 157017007/Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
Telah Diuji Pada
Tanggal : 18 Mei 2017
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA Anggota : Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, CA
Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Fatima Anum
DATA PRIBADI
2. Alamat : Jl.Bilal, Gg. Tanjung No.5B, Kec. Medan Timur 3. Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 11 Agustus 1992
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Pekerjaan : Administrator di PT. Garuda Indonesia Medan
6. Agama : Islam
7. Status Perkawinan : Belum Menikah 8. Orang Tua
a. Bapak : Alm. Maimekar Hasibuan b. Ibu : Hj. Seriati Lubis
Tahun 2015 – 2017 : Program Magister Akuntansi Fakultas RIWAYAT PENDIDIKAN
Ekonomi dan Bisnis (S2) Universitas Sumatera Utara
Tahun 2010 – 2014 : Program Ekonomi Akuntansi (S1) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Tahun 2007 – 2010 : Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan Tahun 2004 – 2007 : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11
Medan
Tahun 1998 – 2004 : Sekolah Dasar (SD) Swasta AL-Ihsan Medan
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul : “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di BEI”adalah hasil karya saya sendiri belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu peneliti bersedia menerima sanksi pencabuatan gelar akademik yang peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, April 2017 Peneliti,
Fatima Anum
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal secara simultan maupun parsial dan untuk menguji dan menganalisis ukuran perusahaan dapat memoderasi hubungan antara profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis dengan struktur modal. Objek penelitian ini adalah perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian tahun 2012-2015. Jenis penelitian ini adalah kausalitas.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015 berjumlah 33 perusahaan.
Metode pengambilan sampel adalah sensus, sehingga jumlah unit analisis sebanyak 132 observasi. Metode analisis data melalui analisis regresi linear berganda dan uji residual. Hasil pengujian hipotesis pertama secara simultan menunjukkan bahwa variabel independen profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnisberpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas dan operating leverage berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas dan resiko bisnistidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak dapat memoderasi hubungan antara profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis dengan struktur modal pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 - 2015.
Kata Kunci : Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aset, Likuiditas, Operating Leverage, Resiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal
ABSTRACT
The objective of this research was to examine and to analyze the influence of profitability, sales growth, asset structure, liquidity, operating leverage, and business risk on capital structure simultaneously and partially and whether firm size could moderate the correlation of profitability, sales growth, asset structure, liquidity, operating leverage, and business risk with capital structure. The research objects were consumer goods companies listed in BEI (Indonesia Stock Exchange) in the period of 2012-2015. The research used causality method. The population and the samples were 33 so that there were 132 observation units. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis and residual analysis. The result of the first hypothesisshowed that simultaneously the independent variables (profitability, sales growth, asset structure, liquidity, operating leverage, and business risk) had significant influence on capital structure. Partially, sales growth, asset structure, liquidity, and operating leverage had significant influence on capital structure, while profitability and business risk did not have any significant influence on capital structure. The result of the second hypothesis showed that firm size could not moderate the correlation of profitability, sales growth, asset structure, liquidity, operating leverage, and business risk with capital structure in consumer goods companies listed in BEI in the period of 2012-2015.
Keywords: Profitability, Sales Growth, Asset Structure, Liquidity, Operating Leverage, Business Risk, Firm Size, Capital Structure
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T pemilik jiwa ini karena atas rahmatnya penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan judul
“Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di BEI”. Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai Strata Dua (S-2) pada Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dorongan dari semua pihak baik secara langsung membimbing penulisan tesis ini, maupun secara tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan serta perhatiannya hingga selesainya tesis ini dengan hasil yang baik.
4. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus komisi pembanding dalam penelitian tesis ini yang telah banyak memberikan saran-saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini . 5. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, CA selaku anggota Komisi
Pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan serta perhatiannya hingga selesainya tesis ini dengan hasil yang baik.
6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA selaku komisi pembanding dalam penelitian tesis ini yang telah banyak memberikan saran-saran dan masukan
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA selaku komisi pembanding dalam penelitian tesis ini yang telah banyak memberikan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
8. Seluruh Dosen dan Staf pada Program Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kemudahan, ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
9. Ibunda Hj. Seriati Lubis dan Ayahanda (Alm) Maimekar Hasibuan yang telah banyak memberikan dorongan semangat, motivasi dan dukungan materil maupun moril serta senantiasa berdoa agar dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan hasil yang terbaik.
10. Saudariku Meutia Hasibuan, SH yang menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
11. Pihak manajemen PT.Garuda Indonesia (Persero) Medan terutama di unit MESAA yang sangat mendukung penulis selama proses pendidikan pascasarjana ini.
12. Teman-teman seangkatan Magister Ilmu Akuntansi angkatan 2014 dan 2015 khususnya (Ami, Bang Yugo, Faldi, Fikar, Furi dan Wahyu) serta semua sahabat penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memotivasi penulis.
Semoga Allah S.W.T senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan banyak bantuan dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai pada penyusunan dalam tesis ini. Penulis menyadari bahwa keterbatasan yang dimiliki untuk menjadikan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diperlukan dalam tesis ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi penelitian berikutnya.
Medan, April 2017
Fatima Anum
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRAC ... ii
KATA PENGANTAR………... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LatarBelakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
1.5 Originalitas ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1 Landasan Teori... 14
2.1.1 Struktur Modal ... 14
2.1.2 Profitabilitas ... 22
2.1.3 Pertumbuhan Penjualan ... 27
2.1.4 Struktur Aset ... 28
2.1.5 Likuiditas ... 29
2.1.6 Operating Leverage ... 33
2.1.7 Resiko Bisnis ... 34
2.1.8 Ukuran Perusahaan……….. 35
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... ... 36
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 45
3.1 Kerangka Konsep ... 45
3.2 Hipotesis Penelitian ... 51
BAB IV METODE PENELITIAN ... 52
4.1 Jenis Penelitian ... 52
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52
4.3 Populasi dan Sampel ... 52
4.4 Metode Pengumpulan Data ... 54
4.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 54
4.6 Teknik Analisis Data ... 59
4.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 60
4.6.1.1 Uji Normalitas ... 61
4.6.1.2 Uji Multikolinearitas ... 62
4.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 63
4.6.1.4 Uji Autokolerasi ... 63
4.6.2 Uji Statistik Deskriptif ... 63
4.6.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda………. 63
4.6.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 64
4.6.3.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 64
4.6.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) 65 4.6.4 Pengujian Hipotesis II ... 65
4.6.4.1 Uji Residual ... 66
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
5.1 Statistik Deskriptif ... 68
5.2 Uji Asumsi Klasik ... 72
5.2.1 Uji Normalitas ... 72
5.3 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi ... 74
5.3.1 Uji Normalitas ... 74
5.3.2 Uji Multikolinearitas ... 75
5.3.3 Uji Heteroskedastisitas... 75
5.3.4 Uji Autokolerasi ... 77
5.4 Uji Hipotesis Pertama ... 77
5.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 77
5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 78
5.4.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 79
5.5 Uji Hipotesis Kedua ... 82
5.5.1 Uji Residual (Uji Variabel Moderating) ... 82
5.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
5.6.1 Hasil Uji Simultan (F) ... 83
5.6.2 Hasil Uji Parsial (t) ... 84
5.6.2.1 Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Struktur Modal ... 84
5.6.2.2 Pengaruh Pertumbuhan Penjualanterhadap Struktur Modal……… . 86
5.6.2.3 Pengaruh Sruktur Aset terhadap terhadap Struktur Modal ... 87
5.6.2.4 Pengaruh Likuiditas (Current Ratio) terhadap Struktur Modal ... 89
5.6.2.5 Pengaruh Operating Leverage terhadap Struktur Modal ... 90
5.6.2.6 Pengaruh Resiko Bisnis terhadap Struktur Modal ... 92
5.6.3 Hasil Uji Residual ... 93
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 96
6.1 Kesimpulan………. 96
6.2 Keterbatasan Penelitian……….. 96
6.3 Saran……….. 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
DAFTAR LAMPIRAN………. 102
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 3.1 Kerangka Konseptual ... 45 5.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Setelah Transformasi... 76
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 1.1 Data debt to equity ratio perusahaan consumer goods 2012-2015 4
1.2 Originalitas Penelitian………. 13
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 42
4.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 53
4.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 57
5.1 Statistik Deskriptif ... 68
5.2 One- Sample Kolmogorov- Smirnov Test………. . 73
5.3 One- Sample Kolmogorov Smirnov TestSetelah Transformasi . 74 5.4 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi……… .. 75
5.5 Hasil Uji Glesjer Setelah Transformasi……… 76
5.6 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Transformasi ... 77
5.7 Koefisien Determinasi ... 78
5.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 79
5.9 Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) …… 80
5.10 Hasil Regresi Linear Berganda (Moderasi) ... 82
5.11 Hasil Uji Residual ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Jadwal Penelitian 101
Lampiran 2 Data ROA Perusahaan Consumer Goods 2012-2015 102 Lampiran 3 Data Pertumbuhan Penjualan Perusahaan Consumer
Goods 2012-2015 103
Lampiran 4 Data Struktur Aset Perusahaan Consumer Goods
2012-2015 104
Lampiran 5 Data Current Ratio Perusahaan Consumer Goods
2012-2015 105
Lampiran 6 Data Operating Leverage Perusahaan Consumer Goods
2012-2015 106
Lampiran 7 Data Resiko Bisnis Perusahaan Consumer Goods
2012-2015 107
Lampiran 8 Data Debt to Equity Ratio Perusahaan Consumer Goods
2012-2015 108
Lampiran 9 Data Ukuran Perusahaan Perusahaan Consumer Goods
2012-2015 109
Lampiran 10 Hasil Pengolahan SPSS 110
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam zaman dengan tingkat teknologi yang semakin berkembang diiringi dengan semakin meningkat permintaan pasar terhadap suatu produk atau jasa dari waktu ke waktu, perusahaan dituntut untuk bisa berkembang lebih baik bahkan bisa mengikuti era bisnis yang kompetitif karena semakin banyaknya perusahaan pesaing yang semakin berkembang. Perusahaan dituntut harus bisa mencapai profit yang maksimum agar bisa mengungguli para pesaingnya. Untuk meraih profit maksimum tersebut, manajemen perusahaan harus memahami dan menentukan keputusan pendanaan atau struktur modal yang baik dalam mendukung perkembangan perusahaan diantara para competitor dan dalam menghadapi situasi khusus seperti krisis moneter dan lain sebagainya. Keputusan pendanaan tersebut harus merupakan keputusan pendanaan dengan biaya modal yang efisien yang harus ditanggung perusahaan. Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer. Jika manajer menggunakan dana internal maka efek dari penggunaannya akan menimbulkan opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan.
Penggunaan hutang bertujuan sebagai alat bantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dalam merebut persaingan pasar.
Perusahaan akan kesulitan merebut pasar atau melakukan ekspansi usaha jika perusahaan hanya mengandalkan modal sendiri. Namun ketika manajer
menggunakan hutang, jelas biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur sehingga dalam penggunaan hutang tersebut harus dikontrol dengan baik oleh manajemen perusahaan, jangan sampai terjadi hutang berlebih yang melebihi kapasitas modal (ekuitas) yang dimiliki perusahaan.
Struktur modal (capital structure) menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas total liabilities dan modal sendiri. Struktur modal sangat penting bagi keberlangsungan hidup perusahaan karena struktur modal perusahaan merupakan cerminan dari kondisi financial perusahaan tersebut baik mengenai risiko yang akan dihadapi maupun dengan tingkat pengembalian yang diharapkan perusahaan. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham beserta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston,2011). Resiko keuangan tersebut meliputi kemungkinan ketidakmampuan perusahaan dalam membayar keseluruhan kewajibannya dan kemungkinan tidak tercapainya tingkat laba yang diharapkan perusahaan.
Berdasarkan alasan inilah perusahaan harus mempunyai manajemen yang tepat dan baik dalam menentukan keputusan pendanaan atau struktur modal. Menurut Harmono (2011) umumunya struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER).
Dalam penelitian ini, struktur modal diproksikan dengan debt to equity ratio (DER). Alasan peneliti memilih DER karena rasio ini menggambarkan sumber pendanaan perusahaan yakni merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri (Riyanto,2009). Menurut Kasmir (2012) DER
mampu memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan, guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depan.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini yakni perusahaan Consmer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 – 2015. Alasan peneliti memilih perusahaan consumer goods sebagai objek dalam penelitian ini karena pada perusahaan consumer goods memiliki volume penjualan yang besar sehingga membutuhkan modal yang besar pula. Selain itu, perusahaan pada sektor consumer goods juga mempunyai potensi dalam mengembangkan produknya secara lebih cepat yaitu dengan melakukan berbagai inovasi produk dan cenderung mempunyai ekspansi pasar yang lebih luas dibandingkan perusahaan sektor lainnya. Hal ini terlihat semakin bertambahnya industri consumer goods di negara kita khususnya semenjak memasuki krisis berkepanjangan. Karena dalam kondisi krisis ataupun tidak, produk consumer goods ini tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Berikut ini disajikan tabel 1.1 perihal data struktur modal di beberapa perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015.
Tabel 1.1 Nilai DER (Dalam %)
Perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di BEI Company
Code 2012 2013 2014 2015 Rata - Rata
SCPI 2.448 7.083 (3.104) 1.398 3.508
AISA 90 113 105 128 109
ICBP 48 60 66 62 59
MYOR 171 147 151 118 147
LMPI 99 107 103 98 102
UNVR 202 214 211 226 213
INDF 74 104 108 113 100
RMBA 260 947 (834) (502) 636
INAF 83 119 111 159 118
Sumber :www.idx.co.id diakses 9 November 2016 (data diolah)
Pada tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai debt to equity ratio (DER) mengalami perubahan dan menunjukkan fluktuasi naik turun di setiap tahun yang berbeda pada perusahaan consumer goods. Hal ini menunjukkan fenomena yang sama di setiap tahunnya. Jika dilihat pada tabel 1.1 pada tahun 2015, nilai debt to equity ratio menunjukkan fenomena kenaikan walaupun ada menunjukkan penurunan nilai debt to equity ratio dari tahun 2012-2014 seperti LMPI dan ICBP. Kondisi DER pada beberapa perusahaan yang ditampilkan pada tabel 1.1 mengalami kecenderungan fluktuasi seperti SCPI, AISA, MYOR, UNVR, INDF, RMBA dan INAF. Selain itu, berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat diketahui juga bahwa beberapa perusahaan di perusahaan Consumer Goods memiliki rata – rata nilai DER diatas 100% periode 2012-2015 kecuali pada perusahaan ICBP. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.
169/PMK.010/2015 bahwa batas maksimum nilai debt to equity ratio yang diperkenankanuntuk sebuah perusahaan adalah sebesar 400% artinya maksimum total debt sebesar 4 kali lebih besar dari total ekuitasnya. Berdasarkan tabel 1.1
menunjukkan bahwa nilai DER pada beberapa perusahaan consumer goods tersebut termasuk tinggi bahkan nilai DER untuk SCPI dan RMBA lebih besar dari 400% (batas yang diperkenankan Kemenkeu RI). Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang persentase hutangnya tidak melebihi ekuitas perusahaan sehingga struktur modal yang optimal tersebut akan meningkatkan pertumbuhan laba dan memaksimalkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2011). Nilai DER lebih dari 100% menunjukkan bahwa tingkat total hutang yang dimiliki perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan total ekuitasnya. Hal ini mengakibatkan perusahaan akan menanggung biaya modal yang lebih besar sebanding dengan resiko yang akan dihadapi perusahaan. Bahkan terlihat pada tabel 1.1 ada dua perusahaan memiliki ekuitas negatif di tahun 2014 dan 2015 yakni RMBA dan tahun 2014 pada SCPI.
Ketidakstabilan nilai DER tersebut merupakan cerminan baik buruknya kondisi manajemen perusahan consumer goods dalam mengelola struktur modal.
Fenomena yang terjadi di perusahaan Indonesia ini menggambarkan bahwa dalam jangka panjang pendanaan perusahaan untuk aktivitas operasi sangat bergantung dengan hutang, kondisi yang tidak cukup bagus ketika ekonomi sedang turun, tentu akan memiliki resiko likuiditas yang besar bagi perusahaan. Peningkatan hutang tersebut memberikan dampak bagi perusahaan yaitu dimana perusahaan harus membayar beban bunga yang diakibatkan oleh hutang sehingga semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi beban bunga yang harus dibayar. Hal tersebut sangat mempengaruhi besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dimana laba yang diperoleh menjadi tidak maksimal bahkan menurun.
Penambahan modal seharusnya juga dapat meningkatkan laba, tetapi hal itu tidak
terjadi pada sebahagian perusahaan consumer goods yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, pada beberapa perusahaan justru penambahan hutang setiap tahunnya membuat perolehan laba perusahaan menurun bahkan mengalami kerugian. Komposisi struktur modal yang didominasi oleh hutang menunjukkan bahwa penambahan sumber dana internal dapat dikatakan lebih kecil dari total hutangnya.
Permasalahan yang dihadapi oleh manajer adalah adanya kesulitan dalam menentukan faktor – faktor yang harus dipertimbangkan untuk mencapai struktur modal optimal, hal tersebut muncul berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang tidak konsisten. Penelitian ini tidak meneliti semua faktor yang mempengaruhi struktur modal. Dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi struktur modal, hanya beberapa faktor yang akan diteliti diantaranya profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis. Faktor pertama yakni profitabilitas. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi (profitabilitas) menggunakan hutang yang relatif kecil (Brigham dan Houston,2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh oleh Asyik dan Zuliani (2014), Resino dan Wijaya (2014), Chen dan Chen (2011), Hardanti dan Gunawan (2010) Marpaung (2010) menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Alnajjar (2015) dan Anita (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi struktur modal yakni pertumbuhan penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang digunakan untuk pembiayaan pertumbuhan penjualan semakin besar (Brigham dan Houston,2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marpanung (2010), Chen dan Chen (2011) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Resino dan Wijaya (2014), Asyik dan Zuliani (2014) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signfikan terhadap struktur modal.
Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi struktur modal yakni struktur aset. Berdasarkan trade off theory bahwa aset berwujud biasanya memberikan jaminan nilai relatif tinggi terhadap aset tidak berwujud yang menunjukkan bahwa aset-aset tersebut mendukung lebih banyak perolehan hutang untuk memperbesar struktur modal perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan Margaretha (2014) menunjukkan bahwa struktur aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Asyik dan Zuliani (2014), Chen dan Chen (2011) menunjukkan bahwa struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Perusahaan dengan likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan memilih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang ataupun penerbitan saham baru. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Kajananthan dan Achchuthan (2013), Resino dan Wijaya (2014), Damitri (2013) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Hardanti dan Gunawan (2010) menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Faktor selanjutnya yakni operating leverage merupakan variabel yang dapat mempengaruhi struktur modal . Jika sebagian besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap, perusahaan ini dinyatakan memiliki operating leverage yang tinggi. Dengan mengunakan operating leverage, perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang lebih besar (Brigham dan Houston, 2011).
Perusahaan yang memiliki jumlah leverage operasi yang besar maka akan memiliki resiko bisnis yang tinggi akibat pengaruh yang sensitif dari fluktuasi penjualan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abimanyu dan Wirasedana (2015) menunjukkan bahwa operating leverage berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan penelitian oleh Marpaung (2010) menunjukkan bahwa operating leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Faktor yang terakhir yang dapat mempengaruhi struktur modal adalah resiko bisnis. Risiko timbul seiring dengan munculnya biaya atas pinjaman yang dilakukan perusahaan. Semakin besar biaya yang harus ditanggung maka risiko yang dihadapi perusahaan juga semakin besar (Brigham dan Houston,2011).
Sebagai dampaknya, perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih rendah dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alnajjar (2015) menunjukkan bahwa
resiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan Hardanti dan Gunawan (2010) menunjukkan bahwa resiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Ukuran perusahaan memainkan peran penting dalam struktur modal . Ukuran perusahaan bisa dilihat pada aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan penjualan dan laba lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan perusahaan ukuran kecil. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar dana yang dimiliki perusahaan.
Teori pecking order dapat dengan mudah diterapkan di perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan kecil meminjam kebutuhan investasi mereka dalam upaya untuk mencapai struktur modal yang optimal (Psillaki dan Daskalakis, 2008).
Perusahaan dengan ukuran besar lebih mudah untuk mendapatkan sumber dana eksternal seperti hutang dibandingkan perusahaan dengan ukuran kecil. Kreditur akan mudah mengalirkan dana ke perusahaan apabila perusahaan tersebut memiliki ukuran perusahaan yang besar. Oleh karena itu, peneliti mempertimbangkan ukuran perusahaan untuk menjadi moderator yang akan berinteraksi dengan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dalam model empiris.
Berdasarkan paparan di atas dan masih terdapat ketidakkonsistenan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai struktur modal, maka peniliti tertarik untuk menguji kembali faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut dengan judul “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan maupun parsial?
2. Apakah ukuran perusahaan dapat memoderasi hubungan antara profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis dengan struktur modal pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi latar belakang masalah yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan maupun parsial.
2. Untuk menguji dan menganalisis bahwa ukuran perusahaan dapat memoderasi hubungan antara profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis dengan
struktur modal pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:
1. Bagi Manajemen Perusahaan
Sebagai masukan yang dapat dijadikan tolak ukur dalam penyusunan suatu struktur modal yang optimal, dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan harapan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2 . Bagi Investor
Sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputsan investasi pada peruusahaan yang akan ditanamkan dananya dengan melihat struktur modal perusahaaan tersebut.
4. Bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya
Menambah referensi bukti empiris bagi pembaca sebagai rekomendasi penelitian yang dilakukan di Indonesia di masa yang akan datang. Serta memberikan manfaat kepada pihak lain yang terkait dengan keputusan struktur modal dan menyesuaikan segala kepentingannya.
1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi yang mengacu pada penelitian Zuliani dan Asyik (2014) yang melakukan penelitian struktur modal dengan judul
“Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aset dan Tingkat
Pertumbuhan terhadap Struktur Modal (Studi empiris pada perusahaan Garmen dan Tekstil yang terdaftar di BEI)”.Penelitian dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut berbagai penelitian terdahulu maupun teori yang ditelaah, penelitian ini direplikasi
dengan perbedaan yaitu menambah variabel independen likuiditas,operating leverage dan resiko bisnis, menambah variabel moderating yakni ukuran perusahaan,objek penelitian adalah perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di BEI periode 2012-2015. Selain itu, penelitian ini juga merupakan replikasi dari penelitian oleh Kajananthan dan Achchuthan (2013) dengan judul “Liquidity and Capital Structure”. Adapun perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian tersebut adalah menambah variabel independen profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, operating leverage dan resiko bisnis, menambah variabel moderating yakni ukuran perusahaan, objek penelitian adalah perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di BEI periode 2012-2015 sedangkan objek penelitian tersebut adalah Sri Lanka Telkom Plc. Berikut secara ringkas perbedaan penelitian terdahulu yang di replikasi dengan penelitian ini :
Berikut ini ikhtisar review originalitas penelitian yang menjadi pembanding peneliti dalam melakukan penelitian tercantum pada tabel 1.2.
Tabel 1.2.
Originalitas Penelitian Keteranga
n
Penelitian Terdahulu
Penelitian Sekarang
Objek Penelitian
Sri Lanka Telkom Plc, Perusahaan Garmen dan Tekstil yang terdaftar di BEI
Perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di BEI
Variabel Penelitian
Independen : Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aset dan Tingkat Pertumbuhan
Dependen:
Struktur Modal
Independen : Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan,
StrukturAset,Likuiditas,Operating Leverage dan Resiko Bisnis
Dependen : Struktur Modal
Moderating : Ukuran Perusahaan
Teknik Analisis Data
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda dan Uji Residual
Hasil Penelitian
Likuditas dan Profitabilitas Berpengaruh terhadap struktur modal sedangkan Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aset dan Tingkat Pertumbuhan tidak berpengaruh
terhadap struktur modal
-
Sumber : Penelitian Terdahulu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1. Struktur Modal
Struktur modal merupakan point yang penting bagi keberlangsungan keuangan perusahaan. Struktur modal yang baik atau buruk akan mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri, modal asing yaitu modal yang diperoleh perusahaan dari pihak luar perusahaan (Riyanto,2009). Modal asing tersebut dapat berupa pinjaman yang diberikan kreditur kepada perusahaan.
Sedangkan modal sendiri yaitu modal yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa struktur modal dapat diperoleh dari sumber pendanaan ekternal yaitu berupa hutang dan sumber pendanaan internal yaitu berupa modal saham. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian sehingga memaksimalkan harga saham perusahaan. Struktur modal yang baik adalah struktur modal dengan tingkat hutang yang tidak melebihi modal sendiri atau dengan kata lain maksimal besarnya hutang sama dengan modal sendiri. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai perusahaan yang baik dan untuk meningkatkan laba maka perusahaan harus dapat mencari bauran pendanaan yang tepat agar tercapai struktur modal yang optimal (Sutrisno, 2001).
2.1.1.1 Teori Struktur Modal
Beberapa teori berikut ini yang menjelaskan perihal struktur modal perusahaan. Bagaimana menciptakan struktur modal yang baik, sehingga
mengoptimalkan nilai perusahaan. Teori struktur modal bertujuan untuk memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal bagi perusahaan. Beberapa teori yang menjelaskan mengenai struktur modal diantaranya pecking order theory dan trade off theory.
a. Pecking Order Theory
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Myers dan Maljuf dalam Pecking order theory (POT) pada tahun 1984. Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Pecking order theory menitikberatkan struktur modal pada dana internal perusahaan yang bersumber dari laba ditahan.
Perusahaan akan lebih baik mengurangi hutang dari pada menambah hutang dalam struktur modalnya.
Teori pecking order merupakan teori yang menjelaskan bahwa manajemen secara sistematis mendahulukan pendanaan investasi dengan menggunakan dana internal (laba ditahan) daripada penggunaan dana eksternal dan mendahulukan dana internal daripada ekuitas jika pendanaan eksternal dibutuhkan. Dalam pandangan pecking order, perusahaan sebaiknya menggunakan dana internal sebanyak mungkin untuk mendanai proyek baru. Apabila dana internal tidak mencukupi maka hutang atau sekuritas yang paling aman lebih didahulukan daripada sumber dana eksternal lainnya (Sartono,2010). Secara singkat urut- urutan pendanaan menurut pecking order theory yaitu (Brealey dan Myers, 1991), (1) Perusahaan lebih menyukai internal financing,perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang (2) Perusahaan menyesuaikan target dividendpayout ratio terhadap
peluang investasi mereka, sementara mereka menghindari perubahan dividen secara drastis, (3) Kebijakan dividen yang “sticky” ditambah fluktuasi profitabilitas dan peluang investasi yang tidak dapat diprediksi, berarti bahwa terkadang aliran kas internal melebihi kebutuhan investasi namun terkadang kurang dari kebutuhan investasi, (4) Jika pendanaan eksternal diperlukan, pertama-tama perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi (utang), convertible bond, alternative yang paling akhir adalah sekuritas.
.b. Trade off Theory
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Modigliani dan Miller tahun 1958. Trade off theory menggambarkan bahwa struktur pendanaan yang optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan manfaat penggunaan hutang (perlakuan pajak yang menguntungkan) dan biaya kebangkrutan. Teori ini berusaha menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan.
Secara ringkas trade off theory terdapat hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaaan. Implikasi trade-off theory menurut Brealey dan Myers (1991) adalah : (1) Perusahaan dengan resiko bisnis besar harus menggunakan lebih kecil utang disbanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan utang yang semakin besar akan meningkatkan beban bunga, sehingga akan semakin mempersulit keuangan perusahaan, (2) Perusahaan yang dikenai pajak tinggi pada batas tertentu
sebaiknya menggunakan banyak utang karena adanya tax shield, (3) Target rasio utang akan berbeda antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lain.
Perusahaan yang profitable, dan tangible asset mempunyai target rasio utang lebih tinggi. Perusahaan unprofitable dengan risiko tinggi dan intangibleassets mempunyai rasio utang lebih rendah dan lebih mengandalkan pada ekuitas.Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa teori trade off mengindikasikan setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum. Teori trade offjuga menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan finansial dari penambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan hutang di trade off (saling tukar antara satu sama lain). Tekanan finansial biasanya terjadi hanya pada perusahaan yang memiliki hutang, perusahaan yang bebas dari hutang biasanya tidak mengalami tekanan financial.
2.1.1.2 Manfaat Struktur Modal
Struktur modal yang baik akan meningkatkan sumber dana perusahaan untuk meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh, dengan melalui hutang yang diberikan oleh pihak eksternal, namun demikan juga dengan begitu perusahaan juga harus mampu membayar bunga dan pajak yang diakibatkan oleh hutang, sehingga melalui hutang tersebut tidak menjadi kendala dalam perputaran operasi perusahaan sehingga perusahaan akan tetap dalam keadaan likuid, sedangkan melalui penambahan modal sendiri dari pemegang saham sebagai
sumber pendanaan perusahaan harus meningkatkan tingkat laba perusahaan agar tidak hanya para pemegang saham saja yang menanamkan modal nya tersebut sebagai penambahan sumber modal perusahaan, melainkan para investor yang lain akan menanamkan modalnya keperusahaan kaluau seandainya investor sudah percaya kepada pihak perusahaan, sehingga dengan begitu modal didalam perusahaan akan tidak mengalami kekurangan karena adanya investasi yang diberikan oleh para investor. Kegunaan dari struktur modal itu sendiri juga untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan melalui leverage perusahaan.
Manfaat struktur modal yang optimal adalah untuk membantu para manager untuk memahami bagaimana kombinasi modal yang dipilih untuk mempengaruhi nilai perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan yang diharapkan (Sundjaja, 2002). Informasi struktur modal dalam teori keagenan mewakili hubungan antara pihak manajeman dengan kreditor and investor (Harmono, 2011).
Oleh karena itu, model penelitian yang memanfaatkan hubungan antar pihak yang berkepentingan ini dapat dibangun melalui hubungan fungsi struktur modal dengan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.Dalam hal ini, mengindikasikan sejauh mana manajeman menentukan struktur modalnya melalui pemupukan laba berupa laba ditahan atau justru membagikan laba sebagai deviden dengan harapan para investor mau membeli saham perusahaan.Besarnya komposisi struktur modal juga mengindikasikan sejauh mana manajeman mampu mengolah struktur modal optimal dengan mempertimbangkan rata-rata biaya modal yang efesien.
2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Faktor - faktor yang mempengaruhi struktur modal itu sendiri antara lain stabilitas penjualan, struktur aset, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal persuahaan, fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston,2011).
1. Stabilitas Penjualan; perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak dana asing dari kreditur dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil,hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang digunakan untuk pembiayaan pertumbuhan penjualan semakin besar
2. Struktur Aset; perusahaan yang asetnya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan hutang,
3. Leverage Operasi; perusahaan dengan leverage operasi lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena akan mempunyai resiko bisnis lebih kecil,
4. Tingkat Pertumbuhan; perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang cepat akan mampu meyakinkan kreditur untuk memberikan pinjaman, sehingga perusahaan lebih mengandalkan diri pada modal eksternal,
5. Profitabilitas; perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan memungkinkan perusahaan tersebut membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal,
6. Pajak; perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi akan memperoleh manfaat yang tinggi jika memiliki beban bunga sebagai pengurang besarnya pajak untuk tujuan perpajakan,
7. Kendali; perusahaan akan mempertimbangkan situasi pengendalian perusahaan jika posisi manajemen sangat rawan.
8. Sikap Manajemen; perusahaan yang memiliki pihak manajemen yang bersikap konservatif akan cenderung menggunakan jumlah hutang yang lebih kecil mengingat resiko yang akan ditanggung.
9. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Peringkat; perusahaan sering kali mempertimbangkan sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat pada saat menentukan keputusan struktur modal,
10. Kondisi Pasar; kondisi dipasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal perusahaan yang optimal,
11. Kondisi Internal Perusahaan; perusahaan pada suatu saat perlu menanti waktu yang tepat untuk mengeluarkan saham atau obligasi tergantung dari kondisi internalnya menyangkut tentang keputusan pendanaan perusahaan,
12. Fleksibilitas Keuangan; mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai untuk melakukan pinjaman sehingga para manajer harus mampu mempertimbangkan berbagai alternatif dalam keputusan pendanaan.
2.1.1.4 Indikator Struktur Modal
Menentukan komposisi struktur modal yang optimal, indikator struktur modal yang umum digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER),Debt to Asset
Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER (Harmono, 2011).
Variabel dependen (stuktur modal) dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER).Alasan peneliti memilih DER karena rasio ini menggambarkan sumber pendanaan perusahaan yakni merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri (Riyanto,2009). Debt to equity ratio mampu memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan, guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depan (Kasmir, 2012).
a. Debt to Assets
Debt to assets dihitung dengan membagi total hutang (liability) dengan total asset. Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa besar aset yang dibiayai dengan hutang. Menurut Kasmir (2012) standar DAR yang baik untuk sebuah perusahaan adalah sebesar 35%. Semakin tinggi rasio, berarti semakin besar aset yang dibiayai dengan hutang dan hal itu semakin beresiko bagi perusahaan.
Adapun rumus dari debt to assetsadalah :
Debt To Assets = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇
X 100%
b. Long Term Debt to Equity
Long term debt to equity dihitung dengan membandingkan total hutang jangka panjang dengan total modal.Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri dijadikan jaminan hutang jangka panjang.
Adapun rumus dari long term debt to equityadalah :
Long Term Debt To Equity = 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐷𝐷𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐿𝐿𝑇𝑇𝐸𝐸
X100%
c. Debt to Equity
Debt to Equity yaitu perbandingan antara total hutnag yaitu jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen dan hutang jangka panjang dengan total ekuitas (modal sendiri) yaitu saham preferen dan sahm biasa. Menurut Kasmir (2012) standar struktur modal yang diproksikan dengan DER yang baik untuk sebuah perusahaan adalah sebesar 90%. Adapun rumus dari debt to equityadalah :
Debt To Equity = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐿𝐿𝑇𝑇𝐸𝐸 X 100%
Penelitian ini akan membahas beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal (diproksikan DER) diantaranya profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, likuiditas, operating leverage dan resiko bisnis.
2.1.2. Profitabilitas
Tujuan yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba yang maksimal. Dalam mengukur tingkat laba suatu perusahaan, digunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas memiliki hubungan yang erat dengan struktur modal. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan mempengaruhi manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan pendanaannya. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi (profitabilitas) menggunakan hutang yang relatif kecil (Brigham dan Houston,2011). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan hutang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang
menggunakan pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian hutang (Sartono, 2010).
2.1.2.1. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan (profit) selama periode tertentu. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Harmono, 2011). Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz (2005) menyatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan. profitabilitas terdiri dari dua rasio yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasiuo yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas dapat menggambarkan bagaimana tingkat kinerja suatu perusahaan yang dilihat dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh keuntungan baik yang dihasilkan dari penjualan ataupun pendapatan investasi.
2.1.2.2. Manfaat Profitabilitas
Rasio profitabilitas memiliki manfaat tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Profitabilitas memiliki beberapa manfaat informasi bagi sebuah perusahaan diantaranya
untukmengetahui besarnya tingkat laba, posisi laba dan perkembangan laba perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui produktivitas manajemen perusahaan atas keseluruhan dana yang digunakan baik modal asing maupun modal sendiri (Kasmir, 2012).
2.1.2.3. Pengukuran Profitabilitas
Profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secra keseluruhan sebagaiman ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitabilitas dapat diukur dengan rasio-rasio seperti gross profit margin (GPM), operating profit margin (OPM), net profit margin (NPM), return on asset (ROA)dan return on equity (ROE). Penelitian ini menggunakan retur on asset (ROA) sebagai proksi rasio profiabilitas dengan alasan karena ROAdalam analisis manajemen keuangan, mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang akan digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir, 2004).
a. Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan persenatse dari laba kotor (sales-cost of goods sold) dibandingkan dengan penjualan (Syamsuddin, 2011). Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of goods sold relatif rendah dibandingkan dengan sales. Demikian
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semkain kurang baik operasi perusahaan. Gross profit margin dapat dihitung dengan rumus :
Gross Profit Margin = 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
𝑃𝑃𝐿𝐿𝐿𝐿𝑃𝑃𝐸𝐸𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿 X100%
b. Operating Profit Margin
Operating profit margin menggambarkan profit murni yang diterima atas setiap penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2011). Semakin tinggi rasio operating profit marginakan semakin baik pula operasi perusahaan. Operating profit margin dapat dihitung dengan rumus :
Operating Profit Margin = 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿
𝑃𝑃𝐿𝐿𝐿𝐿𝑃𝑃𝐸𝐸𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿 X100%
c. Net profit Margin
Net profit margin adalah merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangiu seluruh biaya dibandingkan dengan penjualan (Syamsuddin, 2011). Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin dapat dihitung dengan rumus :
Net Profit Margin = 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ𝑆𝑆𝐿𝐿𝐿𝐿𝐸𝐸𝑆𝑆𝑇𝑇 ℎ𝐿𝐿𝑇𝑇𝑃𝑃𝑇𝑇𝑝𝑝
𝑃𝑃𝐿𝐿𝐿𝐿𝑃𝑃𝐸𝐸𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿 X100%
d. Return On Assets
Return on aseet (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2011). Semakin tinggi nilai return on assets maka semakin baik keadaan perusahaan.
Return on asset menunjukkan hasil (return) atas jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. Dengan kata lain retun on assets juga merupakan suatu ukuran efektivitas manjemen dalam mengelola investasinya.Return on
asset merupakan indikator dalam mengukur tingkat pengembalian terhadap asset yang dimilki perusahaan memiliki banyak kegunaan diantaranya return on asset mampu memberikan informasi yang sifatnya menyeluruh karena dapat mengukur tingkat efisiensi penggunaan aset perusahaan yang dilihat dari seberapa besar tingkat pengembalian (laba) yang diperoleh perusahaan, mengukur efesiensi tindakan tindakan yang dilakukan divisi dengan mengalokasikan semua biaya dan modal kedalam bagian yang bersangkutan sehingga mendorong manajemen perusahaan dalam mengambil tindakan yang efektif dalam pengelolaan modalnya (Munawir,2004).
Dengan diketahui kegunaan kegunaan dari analisis return on asset maka nantinya akan memudahkan setiap penggunaannya untuk menerapkan setiap penggunaannya dalam lingkungan perusahaan, sehingga akan diketahui bagaimana kinerja perusahaan pada saat ini dan nantinya. Standar ROA untuk sebuah perusahaan adalah sebesar 30% (Kasmir, 2012). Menurut Syamsuddin (2011) return on asset dapat dihitung dengan rumus :
Return on Assets = 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐸𝐸𝑆𝑆𝑇𝑇 ℎ𝐿𝐿𝑇𝑇𝑃𝑃𝑇𝑇𝑝𝑝
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇 X100%
e. Return On Equity
Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2011). Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Return on equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham. Selain itu dengan
dilakukannya analisa return on equity (ROE), maka nantinya akan sangat jelas diketahui gambaran tentang keuntungan yang diperoleh dari komponen komponen penjualan. Dengan diketahuinya komponen komponen penjualan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan maka akan memudahkan pihak perusahaan untuk menganalisa lebih mendalam bagi komponen komponen trersebut yang memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan keuntungan untuk perusahaan. Menurut Syamsuddin (2011) return on equity dapat dihitung dengan rumus :
Return on Equity = 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐸𝐸𝑆𝑆𝑇𝑇 ℎ𝐿𝐿𝑇𝑇𝑃𝑃𝑇𝑇𝑝𝑝
𝑀𝑀𝑇𝑇𝑆𝑆𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑆𝑆𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿 X100%
2.1.3. Pertumbuhan Penjualan
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya (Kasmir, 2012). Demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam mengembangkan usahanya yang tercermin dari perkembangan tingkat penjualannya dalam waktu satu tahun.
Pertumbuhan merupakan indikator bagi maju atau tidaknya suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi kecenderungan perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Perusahaan dengan penjualan yang
relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang digunakan untuk pembiayaan pertumbuhan penjualan semakin besar (Brigham dan Houston, 2011).
2.1.4. Struktur Aset
Struktur aset dalam perusahaan mempunyai pengaruh terhadap sumber- sumber pembiayaan. Besarnya aset tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aset tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman. Perusahaan yang struktur asetnya memiliki perbandingan aset tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena aset tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang (Brigham dan Houston, 2011). Maka dapat dikatakan struktur aset dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar hutang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh terhadap penentuan besarnya struktrur modal. Komposisi aset yang dapat dijadikan jaminan perusahaan memengaruhi pembiayaannya dan seorang investor akan lebih mudah memberikan pinjaman bila disertai jaminan yang ada.
2.1.4.1. Pengertian Struktur Aset
Aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalm operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis
aset yaitu aset lancar dan aset tetap. Kedua unsur aset tersebut akan membentuk struktur aset. Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing- masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap Syamsudin, 2011).Struktur aset adalah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antar aset lancar dan aset tetap (Riyanto, 2009). Maksud dari artian absolut yaitu perbandingan dalam bentuk nominal, sedangkan artian relatif yaitu perbandingan dalam bentuk presentase.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa struktur aset merupakan perbandingan antara aset tetap dan total aset yang dapat menentukan besarnya alokasi dana untuk masing-masing komponen aset.
2.1.4.2. Pembagian Struktur Aset
Struktur aset mencerminkan dua komponen aset secara garis besar dalam komposisinya yaitu aset lancar dan aset tetap. Aset lancar adalah uang kas dan aset-aset lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi dalam suatu periode akuntansi yang normal. Sedangkan aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimasukan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa (Seftianne dan Handayani, 2011). Struktur aset merupakan perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dan total aset (Brigham dan Weston, 2005).
2.1.5. Likuiditas
Ketidakmampuan perusahaan atau ketidaksanggupan perusahaan untuk membayar seluruh atau sebagian hutang (kewajibannya) yang sudah jatuh tempo saat di tagih, akan mempengaruhi hubungan baik antara perusahaan dengan para
kreditor atau distributor. Dalam jangka panjang hal ini juga akan berdampak kepada para konsumen. Penyebab utama kekurangan atau ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibanya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya dan hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba. Sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah tidak mampu lagi karena nilai hutangnya lebih tinggi dari harta lancarnya.
Likuiditas erat kaitannya dengan struktur modal. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan “kekuatan membayar” dari perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan yang tingkat likuiditasnya tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki dana internal yang lebih besar, ini berarti perusahaan lebih memilih dana internalnya digunakan terlebih dahulu dalam membiayai investasi.
Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebihdahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang.
2.1.5.1. Pengertian Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sumber daya jangka pendek (atau lancar)
yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (Horne dan Wachowicz, 2005).
Likuiditas merupakan hal yang penting bagi sebuah perusahaan, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.
2.1.5.2. Manfaat Rasio Likuiditas
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini adalah beberapa tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas (Kasmir,2012)antara lain mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih, Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan, Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang, mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan, mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang, sebagai alat perencanaan ke depan terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan hutang, melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan menbandingkannya untuk beberapa periode, melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan hutang lancar, menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
2.1.5.3. Pengukuran Rasio Likuiditas
Jenis-jenis rasio likuiditas yang umum digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan membayar current liabilities adalah rasio lancar (current
ratio), rasio cepat (quick ratio) dan rasio kas (cash ratio). Dalam penelitian ini, proksi rasio likuiditas adalah rasio lancar (current asset) karena current asset dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan.
Berbeda dengan kedua rasio lainnya yaitu cash ratio yang tidak terkandung akun piutang dan persediaan di dalamnya, sedangkan quick ratio tidak memperhitungkan akun persediaan untuk memenuhi kewajiban angka pendeknya (Sari,2016).
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Kasmir (2012) rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio adalah sebagai barikut :
Current Ratio = 𝐶𝐶𝐸𝐸𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇
𝐶𝐶𝐸𝐸𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇 𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿
𝑋𝑋 100%
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Menurut Kasmir (2012) rasio cepat (quick ratio)merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi, membayar kewajiban atau hutang lancar (hutang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Rumus untuk mencari rasio cepat (quick ratio) dapat digunakan sebagai berikut :
Quick Ratio = 𝐶𝐶𝐸𝐸𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇 −𝐼𝐼𝐿𝐿𝐼𝐼𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐸𝐸
𝐶𝐶𝐸𝐸𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇 𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿