• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Konseptual

Keterbukaan ekonomi masa kini mengakibatkan saling ketergantungan antar negara, hal ini juga menyebabkan liberalisasi aliran modal yang semakin meningkat dengan semakin terintegrasinya ekonomi menyebabkan aliran modal keluar/masuk di suatu wilayah semakin tidak terkontrol, hal ini juga disebabkan semakin meningkatnya pula liberalisasi keuangan. Dalam kaitannya, adanya liberalisasi keuangan ini memberikan dampak positif dan juga dampak negatif terhadap perekonomian (Bekaert et. al., 2001; Mishkin dan Eikins, 2012; Rejeb dan Boughrara, 2015). Dampak positif dari adanya liberalisasi keuangan yaitu arus dana akan mengalir ke tempat yang lebih produkif dan menguntungkan bagi investor sehingga nanti secara tidak langsung dan melalui spillover effect akan berefek pada pertumbuhan perekonomian, karena meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi global, dan juga memperlihatkan pengembangan keuangan yang semakin maju dan mendorong suatu sistem keuangan beroperasi dengan baik.

Dampak negatif yang diberikan dari liberalisasi keuangan yaitu mengakibatkan guncangan terhadap kondisi pasar keuangan. Guncangan ini dapat berbentuk guncangan positif yang mampu memberikan efek positif terhadap perekonomian, namun juga dapat memberikan efek negatif terhadap perekonomian. Guncangan finansial yang terjadi di suatu negara diakibatkanole tidak stabilnya pada sektor keuangan dan hilangnya kontrol aliran investasi portofolio (Hlavata, 2006; Romain et. al., 2006). Adanya guncangan finansial disuatu negara akan memberikan efek menular terhadap negara lain secara langsung maupun tidak langsung. Adanya efek menular ini juga selain dari semakin bebasnya aliran modal internasional, tapi juga semakin terintegrasinya sektor keuangan internasional. Penyebaran efek guncangan secara tidak langsung dapat ditransmisikan dengan melalui berbagai saluran transmisi yang biasanya disalurkan dari negara mitra kerjasama.Beberapa saluran transmisi yang menjadi penyebab utama dalam menyalurkan efeknya ke negara-negara disekitar guncangan, ataupun ke negara-negara yang jauh dari jangkauan namun mereka mendapatkan efek spilloversnya.

Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa hubungan perdagangan merupakan saluran transmisi yang paling mudah menyebarkan efek dari suatu guncangan (Alpanda dan Aysun, 2013; Kriljenko, et. al., 2014 dan Yamamoto, 2014). Mereka beranggapan bahwa, hal ini terjadi karena sektor keuangan merupakan sektor yang rentan terhadap guncangan, ketika guncangan terhadap keuangan terjadi maka tidak hanya akan memberikan dampak buruk terhadap sektor keuangan saja, melainkan juga akan memberikan dampak ke sektor yang lainnya.Suatu guncangan keuangan disuatu negara terjadi, ini akan menyebabkan ketidakstabilan pada kondisi pasar keuangan, yangselanjutnya memberikan ketidakpastian terhadap investor karena ketidakpastian ini akan memberikan risiko kepada investor. Risiko ini tidak hanya memengaruhi pada investasi portofolio, namun juga pada investasi lainnya. Keadaan ini terjadi karena ketika ketidakpastian pada pasar keuangan terjadi dan risiko-risiko berdatangan, maka investor akan berfikir dua kali dalam meminjam dana untuk membiayai proyeknya. Saluran transmisi melalui perdagangan bisa disebabkan dari negara pengimpor maupun negara pengekspor itu sendiri seperti yang dijelaskan sebelumnya. Bagi negara pengimpor disebabkan karena ketika suatu krisis memberikan dampak signifikan terhadap negara pengimpor maka akan memberikan efek pula terhadap negara mitra dagang, karena mereka akan mangalami penurunan permintaan sehingga produktifitas mereka juga menurun yang berimbas ke pendapatan.

Lembaga keuangan juga merupakan salah satu yang dapat menyebarkan dampak dari adanya suatu guncangan melalui kegiatan perbankan internasional (Alpanda dan Aysun, 2014 dan Allen et. al, 2014). Efek tersebut menyebar dengan melalui berbagai kegiatan kerjasama bank yang dilakukan antar negara. Salah satu kegiatan bank tersebut adalah melalui investasi portofolio (Hubrich dan Tetlow, 2014). Hal ini disebabkan karena investasi portofolio merupakan investasi jangka pendek yang rentan akan penarikan kembali oleh pemiliknya. Sehingga ini akan memberikan ketidakpastian pada pasar keuangan. Disisi lain dari kegiatan investasi portofolionya, saluran transmisi dari perbankan yang dapat menyalurkan efek

guncangan yaitu dari keberadaan cabang bank asing disuatu negara. Beberapa penelitian Jeon et al., (2013); Allen et al., (2014); Alpanda dan Aysun (2014) mengemukakan bahwasannya hal yang mendasar penyebabnya adalah karena ketergantungan dari cabang bang tersebut terhadap kondisi dana internal di bank induknya.Pada saat guncangan keuangan global terjadi yang menerpa negara bank induk, kondisi tersebut akan menular ke anak perusahaannya. Bank induk akan meminimalisir risiko akibat guncangan keuangan tersebut dengan mengurangi kegiatan pinjaman antar bank, sehingga dana internal bank induk akan menurun, hal ini akan memperngaruhi dana yang dimiliki anak perusahaannya yang juga akan menurun, sehingga penyaluran kredit akan menurun dan itu akan menyebabkan kondisi perekonomian negara tuan rumah akan mengalami penurunan.

Krisis subprime mortgage Amerika Serikat tahun 2008 dan krisis utang Eropa tahun 2011 merupakan suatu guncangan finansial yang melibatkan banyak negara yang mendapatkan dampak limpahannya, termasuk negara-negara kawasan ASEAN.Guncangan-guncangan finansial ini dapat menyebar secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui berbagai saluran yaitu dari saluran keuangan maupun non keuangan, yang mentransmisikan efek ke suatu negara tertentu. Guncangan finansial ini tidak hanya akan memberikan efek terhadap sektor keuangan, namun tidak menutup kemungkinan akan memberikan efek terhadap sektor riil.Dan penyebarandiberbagai negara akan berbeda-beda dampak yang diterimanya.

Penjelasan yang dikemukakan Yamamoto (2014) dalam penelitiannya bahwa krisis finansial yang melanda perekonomian Amerika Serikat memberikan pengaruh negatif terhadap perekonomian Asia, baik dalam sisi perdagangan maupun pada sisi sektor keuangannya. Namun dampak terhadap sektor keuangan Asia lebih besar dibandingkan dampak pada sektor perdagangan. Karena hubungan keuangan antara Amerika Serikat dengan Asia memiliki hubungan yang erat dan terintegrasi sangat kuat, sehingga meskipun dapat dibilang setelah krisis Asia 1997/1998 perekonomian Asia sudah mulai membaik dan lebih tangguh dalam mengahadapi guncangan eksternal, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa krisis finansial Amerika Serikat

secara signifikan memberi pengaruh terhadap perekonomian Asia. Majid dan Kasim (2009) dan Nezky (2013) juga mengemukakan bahwa krisis finansial Amerika Serikat memberikan dampak besar terhadap kinerja saham di kawasan negara berkembang ASEAN yaitu Malaysia dan Indonesia, semua pasar saham yang dikaji tercatat kerugian rata-rata harian pada masa krisis dibandingkan dengan keuntungan rata-rata harian pada periode sebelum krisis. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Khoon dan Hui (2010) menemukan yaitu dampak guncangan keuangan yang terjadi di AS juga menularkan dampak negatif ke dalam kondisi keuangan Malaysia terutama pasar saham arus keluar cepat investasi portofolio membuat pasar saham di Malaysia turun lebih dari 50 persen.

Eropa merupakan salah satu kawasan mitra dagang terbesar ASEAN, volume ekspor ASEAN ke Eropa tergolong besar. Kerjasama yang dilakukan oleh kedua kawasan tersebut tidak hanya pada sisi perdagangan, namun banyak perbankan Eropa yang membuka kantor cabang bank di kawasan ASEAN, seperti Bank Deutsche, Bank Standard Chartered, dan terdapat beberapa bank lainnya. Keterikatan hubungan antara ASEAN dan Eropa ini membuat mereka saling memengaruhi satu sama lain. Sehingga adanya aktifitas dalam perekonomian di kedua wilayah tersebut akan memberikan dampak yang secara langsung maupun tidak langsung. Krisis utang yang melanda Uni Eropa pada tahun 2011 memang tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian ASEAN secara keseluruhan. Namun secara tidak langsung memengaruhi perekonomian melalui jalur perdagangan. Ekspor negara-negara ASEAN mengalami penurunan rata-rata 4 persen kecuali Filipina dan Thailand.Disisi lain beberapa negara di kawasan Eropa yang juga menyebabkan krisis pada tahun 2011 merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia, dan termasuk dalam G8.

Krisis utang Uni Eropa yang disebabkan awal oleh meningkatnya rasio utang yang dimiliki negara Yunani. Kemudian kondisi tersebut menular ke negara-negara lainnya akibat dari keterikatan hubungan antar negara di kawasan tersebut. Selanjutnya, kondisi buruk yang terjadi disalah satu negara Uni Eropa tersebut

menyebar dan menyebabkan kondisi perekonomian di negara anggota Uni Eropa lainnya mendapatkan dampak negatifnya. Negara Jerman merupakan negara yang mendapatkan dampak nyata,dikarenakan awalnya perekonomian negara Jerman merajai karena surplus pada neraca perdagangan. Namun ketika krisis terjadi, kondisi booming tersebut berbalik arah dan mengalami penurunan tajam pada saat itu. Ketika perekonomian di kawasan Uni Eropa menurun maka produktifitas dan produksi di negara-negara tersebut juga menurun. Penurunan produksi akan menurunkan ekspor yang menurunkan pendapatan negara dan juga menurunkan cadangan devisa sebagai biaya untuk melakukan impor, yang kemudian menurunkan permintaan terhadap mitra dagangnya. Hal ini juga menurunkan produksi di negara mitra dagang, yang mana produksinya menggunakan input produksi impor dari negara-negara kawasan Uni Eropa.

Proses transmisi ini akan menyebabkan pelemahan pada perekonomian global. Dampak yang diberikan tidak hanya pada negara mitra kerjasama ekonomi, melainkan juga pada negara yang tidak memiliki hubungan kerjasama ekonomi. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena akibat dari liberalisasi ekonomi yang akan memengaruhi perekonomian suatu negara tersebut secara langsung maupun tidak langsung.

Hubungan Langsung Hubungan Tidak Langsung Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pertumbuhan Ekonomi Guncangan

Finansial

Krisis Uni Eropa 2011 Krisis AS 2007/2008 Saluran Transmisi Kawasan ASEAN Negara Mitra Kerjasama Arus Portofolio Keluar Arus Portofolio Masuk Liberalisasi Keuangan Spillover effect

Dokumen terkait