1
ANALISIS TRANSMISI KEUANGAN GLOBAL TERHADAP VARIABEL EKONOMI MAKRO DI ASEAN-4 :
PENDEKATAN FINANCIAL SHOCKS
SKRIPSI
Oleh Maziatun Ni’mah NIM 1208010101103
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER
i
ANALISIS TRANSMISI KEUANGAN GLOBAL TERHADAP VARIABEL EKONOMI MAKRO DI ASEAN-4 :
PENDEKATAN FINANCIAL SHOCKS
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ekonomi Pembangunan (S1)
dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Maziatun Ni’mah NIM 120810101103
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER
ii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur yang tak terhingga kepada
Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ibunda Syari’ah dan almarhum Ayahanda Achmad Ma’shum tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini;
2. Kakakku Khotibul Umam, yang telah memberikan motivasi, dukungan moral,
dan semua pengorbanan selama ini;
3. Guru-guru sejak Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi terhormat, yang
telah memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran; dan
iii
MOTTO
Tanpa pertumbuhan terus-menerus dan kemajuan, kata-kata seperti perbaikan,
prestasi, dan keberhasilan tidak memiliki makna.
(Benjamin Franklin, 1706-1790)
Kesempurnaan hidup ada pada ilmu yang dimiliki,
ilmu adalah cahaya nurani, dan
ruh dalam kehidupan.
(Dr. Aidh Al Qarni)
Kesuksesan di masa yang akan datang dibungkus dari
suatu optimis dan keyakinan saat ini.
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Maziatun Ni’mah
NIM : 120810101103
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: ”Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan
Financial Shocks” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada
institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung
tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 9 Mei 2016
Yang menyatakan,
Maziatun Ni’mah
v
SKRIPSI
ANALISIS TRANSMISI KEUANGAN GLOBAL TERHADAP
VARIABEL EKONOMI MAKRO DI ASEAN-4 :
PENDEKATAN
FINANCIAL SHOCKS
Oleh
Maziatun Ni’mah
NIM 120810101103
Pembimbing
Dosen Pembimbing I : Adhitya Wardhono, SE., M.Sc., Ph.D
vi
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul Skripsi : Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan Financial Shocks Nama Mahasiswa : Maziatun Ni’mah
NIM : 120810101103
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi : Ekonomi Moneter Tanggal Persetujuan : 9 Mei 2016
Mengetahui, Ketua Jurusan
Dr. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes NIP. 196411081989022001 Pembimbing I
Adhitya Wardhono, SE., M.Sc., Ph.D NIP. 19710905 199802 1 001
Pembimbing II
vii
PENGESAHAN
Judul Skipsi
ANALISIS TRANSMISI KEUANGAN GLOBAL TERHADAP
VARIABEL EKONOMI MAKRO DI ASEAN-4 :
PENDEKATAN
FINANCIAL SHOCKS
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Maziatun Ni’mah NIM : 120810101103
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal:
20 Mei 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Susunan Panitia Penguji
1. Ketua : Dr. Lilis Yuliati, SE., M.Si (...) 196907181995122001
2. Sekretaris : Drs. Sunlip Wibisono, M.Kes (...) 195812061986031003
3. Anggota : Dr. Herman Cahyo Diarto, SE., MP (...) 197207131999031001
Mengetahui/Menyetujui, Universitas Jember
Fakultas Ekonomi Dekan,
Dr. Moehammad Fathorrazi, M.Si NIP. 19630614 199002 1 001 Foto 4 X 6
viii
Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan Financial Shocks
Maziatun Ni’mah
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember
ABSTRAK
Negara ASEAN-4 yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand merupakan negara-negara yang menerapkan sistem perekonomian terbuka, sehingga perekonomian domestik dipengaruhi oleh kondisi perekonomian eksternal. Guncangan keuangan yang terjadi di perekonomian global akan memberikan efek spillovers terhadap ekonomi kawasan tersebut melalui berbagai saluran transmisi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel ekonomi makro yang menjadi saluran utama transmisi keuangan global terhadap perekonomian ASEAN, dengan menggunakan metode vector autoregression exogenous (VARX).
Hasil analisis VAR menunjukkan bahwa guncangan keuangan yang berasal dari krisis global AS dan krisis utang Uni Eropa memberikan efek melalui saluran perdagangan, yang terbukti dengan kontribusi besar dari variabel ekspor terhadap guncangan variabel domestik. Akan tetapi dampak yang diberikan tidak terlalu besar terhadap kawasan tersebut. Sedangkan pada guncangan dari indeks VIX disalurkan melalui saluran keuangan maupun permintaan dan penawaran, terbukti dengan pengaruh signifikan antara variabel indeks VIX dengan variabel domestik yang memiliki nilai alfa dibawah 0,05.
Implikasi kebijakan yang tepat untuk hasil penelitian yaitu strategi kebijakan diversifikasi ekspor dan penguatan IFSN, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kembali krisis yang memberikan dampak spillovers negatif terhadap perekonomian suatu negara.
ix
Analysis of Global Financial Transmission toward Macroeconomic Variables in ASEAN-4: A Financial Shock Approach
Maziatun Ni’mah
Department of Economics and Development Study, Faculty ofEconomics, University of Jember
ABSTRACT
Four ASEAN countries, namely Indonesia, Malaysia, the Philippines, and Thailand, are the countries that implement open economy, so that the domestic economy is influenced by external economic conditions. Financial shocks occurred in global economy will give a spillover effect to the economy in those regions through various transmission channels.
This research intended to determine the macroeconomic variables that become the major transmission channels of the global financial ASEAN economy, using vector autoregression exogenous (VARX) method.
VAR analysis showed that the financial shocks that came from the global crisis of the US and the EU debt crisis led to an effect through the trade channels, indicated by the large contribution of export variable to domestic variable shocks. However, the impacts given were not too large to the region. Meanwhile, the shocks of VIX index were transmitted through financial channels as well as supply and demand. This was evidenced by the significant effect of the variable of index VIX on domestic variables which have an alpha value below 0.05.
The appropriate policy for the research results is the policy strategy of export diversification and IFSN strenthening, in purpose of avoid the recurrence of crises that have a negative spillover effect on the economy of a country.
x
RINGKASAN
Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan Financial Shocks;Maziatun Ni’mah, 120810101103; 2016; 158 halaman; Program Studi Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Univesitas Jember.
Liberalisasi ekonomi saat ini menyebabkan kegiatan ekonomi semakin
terintegrasi di semua sektor, yang ditandai dengan meningkatnya peran asing di suatu
perekonomian negara. Namun, hal tersebut tidak hanya dapat memberikan dampak
positif terhadap perekonomian. Hilangnya kontrol dalam suatu sistem keuangan akan
menyebabkan ketidakseimbangan yang berpotensi mengakibatkan krisis ekonomi.
Krisis yang terjadi pada perekonomian AS 2008 dan krisis utang Uni Eropa pada
tahun 2011 merupakan suatu kondisi yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam
sistem keuangan pada wilayah tersebut. Dua kawasan tersebut merupakan kawasan
yang termasuk perekonomian terbesar di dunia, krisis yang terjadi pada negaranya
akan memengaruhi perekonomian secara global. Tanpa pengecualian empat negara
ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand yang merupakan negara
dengan sistem perekonomian terbuka, sehingga kondisi perekonomian domestik
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi eksternal. Implikasi yang dapat dijelaskan bahwa
krisis yang terjadi di perekonomian global akan memberikan dampak terhadap
perekonomian domestik di Negara ASEAN-4. Krisis AS 2008 ataupun krisis Uni
Eropa tersebut dapat memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung,
dengan cara melalui berbagai saluran, saluran terebut dapat melalui saluran
perdagangan dikarenakan hubungan yang erat pada kerjasama perdagangan, atau
dengan melalui sektor keuangan yang diakibatkan dari terintegrasinya sistem
keuangan yang terdapat disetiap negara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan variabel ekonomi
makro yang dapat mentransmisikan efek dari guncangan keuangan global yang
xi
dalam penelitian ini adalah variabel gross domestic product (GDP), total ekspor, suku bunga dan total kredit swasta. Penelitian ini menggunakan dua kelompok variabel,
yaitu variabel domestik dan variabel asing. Variabel domestik adalah variabel yang
berasal dari empat negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand.
Variabel asing adalah variabel yang berasal dari negara Amerika Serikat yang
merupakan negara yang menyebabkan krisis 2008, dan Jerman merupakan salah satu
negara yang menyebabkan krisis utang Uni Eropa pada tahun 2011. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode vector autoregression exogenous (VARX).Tujuan digunakannya metode ini adalah terdapat variabel yang dianggap
sebagai variabel weakly exogenity yaitu variabel asing. Asumsi dari penelitian ini adalah variabel asing tersebut keberadaannya memengaruhi variabel domestik dan
tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Sehubungan dengan hal itu metode
tersebut untuk mengestimasi adanya pengaruh yang diberikan oleh guncangan
keuangan global yang berasal dari AS dan Uni Eropa ke perekonomian ASEAN-4.
Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya guncangan keuangan global yang
disebabkan oleh kredit macet AS 2008 memberikan dampak negatif terhadap
perekonomian Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand dengan melalui saluran
perdagangan. Terbukti dengan hasil dari variance decomposition kontribusi besar variabel ekspor baik variabel ekspor domestik maupun variabel ekspor asing terhadap
guncangan variabel domestik di empat negara ASEAN tersebut dan juga terbukti
dengan penurunan tajam pada tahun 2009 yaitu -14,30%. Proses dan karakteristik
penyaluran efek guncangan hampir sama di negara-negara tersebut, yaitu dengan
melalui penurunan permintaan global serta penurunan harga komoditas dunia yang
berdampak pada kegiatan produksi dan aktifitas produksi dalam negeri yang
menurun. Kondisi selanjutnya mengakibatkan penurunan ekspor dan menurunkan
pendapatan nasional.
Guncangan keuangan global yang terjadi di Uni Eropa juga disalurkan melalui
kegiatan perdagangan dengan proses yang sama, seperti penyaluran dampak ketika
xii
besar variabel ekspor baik variabel ekspor domestik maupun variabel ekspor asing
terhadap guncangan variabel domestik di empat negara ASEAN tersebut dan juga
terbukti dengan penurunan tajam pada tahun 2012 sebesar -6,10%. Akan tetapi
guncangan ini tidak terlalu berpengaruh besar seperti krisis AS 2008 terhadap
perekonomian ASEAN-4, namun tetap memberikan dampak diakarenakan Eropa
merupakan salah satu kawasan dengan perekonomian terbesar di dunia. Disisi lain
penurunan ekonomi yang dialami empat negara tersebut disebabkan oleh kondisi
internal negara itu sendiri dan kondisi eksternal lainnya.
Guncangan keuangan yang ketiga yaitu dari pergerakan indeks VIX.
Guncangan yang diberikan oleh fenomena indeks tersebut merupakan peningkatan
angka indeks. Guncangan yang dihasilkan dari indeks VIX memberikan dampak
terhadap perekonomian ASEAN-4 melalui saluran penawaran dan permintaan untuk
negara Filipina dan Thailand, sedangkan saluran keuangan bagi negara Indonesia dan
Malaysia dengan nilai probabilitas di bawah 0,05. Peningkatan angka tersebut
merupakan sebuah tanda peningkatan risiko. Hal ini akan memengaruhi produktifitas
suatu negara dalam hal berproduksi yang nantinya juga akan memengaruhi kegiatan
perdagangan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Dess et al. (2005) dan Kriljenko, et al., (2014) yang menyatakan bahwa saluran perdagangan merupakan saluran utama yang mentransmisikan efek dari sebuah guncangan keuangan untuk
kasus krisis. Dampak yang disebabkan oleh guncangan keuangan global terhadap
empat negara ASEAN tersebut, yang memberikan dampak besar adalah melalui
kegiatan perdagangan. Hal ini mengartikan bahwa hubungan perdagangan
internasional sangat berpengaruh terhadap perekonomian dan memberikan efek
spillovers bagi negara yang meskipun tidak memiliki hubungan secara langsung dengan negara yang bersangkutan atau negara yang menciptakan guncangan
keuangan. kasus yang terjadi pada guncangan keuangan global pada peningkatan
indeks VIX disalurkan melalui saluran permintaan dan penawaran, sesuai dengan
xiii
Implikasi kebijakan yang dapat diterapkan untuk mengantisipasi adanya
guncangan keuangan global kembali dimasa mendatang yang secara tidak langsung
besar pengaruhnya terhadap perdagangan khususnya ekspor. Hal ini diperlukan
adanya pengembangan diversifikasi ekspor untuk menghindari dampak yang lebih
mendalam terhadap perekonomian domestik suatu negara. Strategi yang dapat
dilakukan yaitu dengan diversifikasi produk ekspor maupun diversifikasi pasar
ekspor. Diversifikasi tersebut dikarenakan akan memberikan keuntungan dapat
menurunkan ketidakstabilan di pendapatan ekspor, khususnya bagi negara yang
mengkhususkan ekspor produk primer, memperluas pendapatan ekspor, memperluas
tujuan negara ekspor, meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pertumbuhan
melalui banyak saluran, yaitu: (i) peningkatan kemampuan teknologi melalui
pelatihan ilmiah dan teknis yang luas serta belajar dengan melakukan ( learning-by-doing), fasilitas di depan dan keterkaitan ke belakang dalam output beberapa kegiatan yang kemudian menjadi input dari beberapa kegiatan lainnya; (ii) peningkatan
kecanggihan dari pasar, skala ekonomi dan eksternalitas, dan substitusi komoditas
dengan tren harga positif bagi mereka dengan penurunan tren harga.
Implikasi kebijakan yang kedua yaitu penguatan jaringan keamanan keungan
internasional (IFSN). Kebijakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kembali
krisis di suatu negara yang mengakibatkan dampak spillovers negatif ke perekonomian global, dengan melakukan tindakan international reserve, prudential management dan sound economy policy. Sebuah strategi kebijakan diversifikasi ekspor juga dapat mendukung dari penguatan IFSN ini, karena dengan meningkatnya
kinerja ekspor maka akan lebih banyak cadangan devisa yang nantinya akan dimiliki.
Sehingga, dengan dilakukannya dua kebijakan tersebut diharapkan mampu mengatasi
permasalahan ekonomi khususnya menghindari adanya krisis yang memberikan
xiv
PRAKATA
Segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang mana atas limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam tetap terlimpah curahkan
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW atas petunjuk kebenaran, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Transmisi Keuangan Global Terhadap Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4: Pendekatan Financial Shocks”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunandi Fakultas
Ekonomi Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik itu berupa
motivasi, nasehat, saran maupun kritik yang membangun. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati dan tidak menghilangkan rasa hormat yang tulus, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Adhitya Wardhono, SE., M.Sc., Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang
selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, kritik
dan pengarahan dengan penuh keikhlasan, ketulusan dan kesabaran kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga ketika masih dalam masa
perkuliahan, serta semua inspirasi, motivasi, dukungan, yang diberikan sebagai
perjalanan menuntut ilmu dengan nuansa dan konsep dalam menuntut ilmu yang
sesungguhnya, dan juga terimakasih telah memberikan pemahaman dalam arti
kehidupan yang sebenarnya, dan bagaimana bisa untuk menjadi seseorang yang
peduli bagi sesama;
2. Bapak Dr. Moehammad. Fathorrazi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang
telah bersedia membimbing, memberikan saran dan kritik, serta arahan kepada
penulis dengan penuh kesabaran, keihklasan, dan ketulusan dalam menyusun
skripsi ini;
3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
xv
4. Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Jember;
5. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jember;
6. Bapak M. Abd. Nasir SE., M.Sc., terimakasih atas inspirasi, motivasi, bantuan,
dan dukungan yang tidak dapat diperhitungkan banyaknya, sehingga penulis
dapat memperoleh pengalaman dan pemahaman dengan variasi bangku akademis
yang berbeda;
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf karyawan di lingkungan Fakultas
Ekonomi Universitas Jember serta Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan
Perpustakaan Pusat;
8. Ibunda Syari’ah dan almarhum Ayahanda Achmad Ma’shum, terima kasih yang tak terhingga ananda ucapkan atas doa, kasih sayang, kerja keras, kesabaran, dan
semua pengorbanan yang diberikan selama ini untuk dapat memberikan
penghidupan yang terbaik kepada penulis;
9. Kakakku Khotibul Umam, terima kasih atas motivasi, nasihat, dan semua
pengorbanan selama ini.
10. Teman hidup yang selalu setia Ryan Sulistyo Hadi atas pengertian, perhatian doa
dan dukungan serta bersedia menemani dan menjadi tempat keluh kesah penulis;
11. Sahabat-sahabatku tercinta, Rany dan Mike serta teman-teman kos Jawa 4D No.1
Zahro, Windy, Mbak Ika, Mbak Naomi, Mbak Omy, Mbak Nunung, Mbak
Kurin, dan semuanya, terimakasih atas segala yang diberikan selama ini, dan
telah bersedia menemani dalam keadaan apapun, semua yang pernah penulis
alami bersama kalian tidak akan pernah terlupakan;
12. Teman-teman seperjuangan konsentrasi moneter Uksin, Widya, Ariz, Novi, Putri,
Dwi dan seluruh teman-teman di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan,
terima kasih atas diskusi, sharing ilmu, dan perjuangan bersama yang sulit untuk dapat dijelaskan dengan kata-kata;
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang
xvi
Akhir kata, penulis menyadari bahwa didunia ini tidak ada sesuatu yang
sempurna, dan masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu,
penulis berharap atas kritik dan saran yang membangun penulis demi penyempurnaan
tugas akhir ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan bagi penulisan karya tulis selanjutnya.
Jember, 3 Mei 2016
xvii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii
HALAMAN MOTO ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v
HALAMAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi
HALAMAN PENGESAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
RINGKASAN ... x
PRAKATA ... xiv
DAFTAR ISI ... xvii
DAFTAR TABEL ... xx
DAFTAR GAMBAR ... xxiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat penelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Landasan Teori ... 11
2.1.1 Sistem Keuangan Global ... 11
xviii
2.1.3 Konsep Spillovers Effect ... 19
2.1.4 Teori Financial Shocks ... 21
2.2 Penelitian Terdahulu ... 24
2.3 Kerangka Konseptual ... 32
2.4 Hipotesis Penelitian ... 38
2.5 Asumsi Penelitian ... 38
2.6 Limitasi Penelitian ... 39
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Jenis dan Sumber Data ... 40
3.2 Desain Penelitian ... 41
3.3 Spesifikasi Model Penelitian ... 44
3.4 Metode Analisis Data ... 45
3.4.1 Model Dinamis Vector Autoregressive (VAR) ... 45
3.4.2 Model Dinamis Vector Autoregressive Exogenous (VARX)47 3.5 Definisi Variabel Operasional dan Pengukuran ... 52
BAB 4. PEMBAHASAN ... 55
4.1 Gambaran Umum Perekonomian ASEAN-4 dan Fenomena Guncangan Keuangan Global ... 55
4.1.1 Dinamika Parameter Fundamental Ekonomi Makro di ASEAN-4 ... 56
4.1.2 Hubungan Kerjasama antara ASEAN dengan Amerika Serikat dan Eropa ... 60
4.1.3 Fenomena Guncangan Keuangan Global dan Efek Spillovers ke Negara ASEAN-4 ... 66
4.2 Analisis Model Transmisi Keuangan Globa di ASEAN ... 70
xix
4.2.2 Hasil Estimasi Model Vector Autoregression
Exogenous (VARX) ... ..74
4.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 122
4.3 Preskripsi Transmisi Keuangan Global Terhadap Fundamental Variabel Ekonomi Makro di ASEAN-4 ... 125
4.3.1 Diskusi Hasil Analisis Transmisi Keuangan Global di ASEAN-4 dengan Model Vector Autoregression Exogenous (VAR) ... 125
4.3.2 Implikasi Kebijakan Ekonomi Makro Terhadap Adanya Efek Guncangan Keuangan Global ke dalam ASEAN-4 ... 135
4.3.3 Prognosa Terhadap Efek Guncangan Keuangan Global ke Perekonomian ASEAN-4 ... 140
BAB 5. PENUTUP ... 144
5.1 Kesimpulan ... 144
5.2 Saran ... 145
DAFTAR BACAAN ... 147
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan penelitian terdahulu ... 30
Tabel 4.1 Daftar Nama Bank Asing yang Beroperasi di ASEAN-4 ... 65
Tabel 4.2 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart Deviasi dari Variabel-variabel Negara Indonesia ... 71
Tabel 4.3 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart Deviasi dari Variabel-variabel Negara Malaysia ... 72
Tabel 4.4 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart Deviasi dari Variabel-variabel Negara Filipina ... 73
Tabel 4.5 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart Deviasi dari Variabel-variabel Negara Thailand ... 73
Tabel 4.6 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart Deviasi dari Variabel-variabel Negara AS ... 74
Tabel 4.7 Nilai Mean, Median, Maximum, Minimum, Standart Deviasi dari Variabel-variabel Negara Jerman ... 74
Tabel 4.8 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk Variabel Asing ... 77
Tabel 4.9 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk Variabel Domestik Model Negara Indonesia ... 77
Tabel 4.10 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk Variabel Domestik Model Negara Filipina ... 78
Tabel 4.11 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk Variabel Domestik Model Negara Malaysia ... 78
Tabel 4.12 Hasil Uji Akar-akar Unit Augmented-Dickey Fuller untuk Variabel Domestik Model Negara Thailand ... 78
xxi
Tabel 4.14 Hasil Uji Johanson-Cointegration Model Negara Malaysia ... 79
Tabel 4.15 Hasil Uji Johanson-Cointegration Model Negara Filipina .... 80 Tabel 4.16 Hasil Uji Johanson-Cointegration Model Negara
Thailand ... 80
Tabel 4.17 Hasil Uji Optimum Lag Model Negara Indonesia ... 81 Tabel 4.18 Hasil Uji Optimum Lag Model Negara Malaysia ... 82 Tabel 4.19 Hasil Uji Optimum Lag Model Negara Filipina... 82 Tabel 4.20 Hasil Uji Optimum Lag Model Negara Thailand ... 83 Tabel 4.21 Hasil Estimasi VARX Model Negara Indonesia ... 84
Tabel 4.22 Hasil Estimasi VARX Model Negara Malaysia ... 89
Tabel 4.23 Hasil Estimasi VARX Model Negara Filipina ... 93
Tabel 4.24 Hasil Estimasi VARX Model Negara Thailand ... 98
Tabel 4.25 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Indonesia Model 1 ... 114
Tabel 4.26 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Indonesia Model 1 ... 115
Tabel 4.27 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Indonesia Model 2 ... 115
Tabel 4.28 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Indonesia Model 2 ... 116
Tabel 4.29 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Malaysia Model 1 ... 116
Tabel 4.30 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Malaysia Model 1 ... 116
Tabel 4.31 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Malaysia Model 2 ... 117
xxii
Tabel 4.33 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Filipina Model 1 ... 118
Tabel 4.34 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Filipina Model 1 ... 119
Tabel 4.35 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Filipina Model 2 ... 119
Tabel 4.36 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Filipina Model 2 ... 120
Tabel 4.37 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Thailand Model 1 ... 121
Tabel 4.38 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Thailand Model 1 ... 121
Tabel 4.39 Hasil Variance Decomposition of EXP Negara Thailand Model 2 ... 122
Tabel 4.40 Hasil Variance Decomposition of TKS Negara Thailand Model 2 ... 122
Tabel 4.41 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 123
xxiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perbandingan total kredit swasta domestik antara
ASEAN-4 dengan negara AS dan Jerman ... 3
Gambar 1.2 Perkembangan Investasi Portofolio ASEAN tahun
2000-2014 ... 5
Gambar 1.3 Pertumbuhan Indeks Harga Saham ASEAN-4 tahun
2000-2014 ... 6
Gambar 1.4 Perkembangan nilai tambah pada industri pada tahun
2000-2013 ... 7
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Konseptual ... 37
Gambar 3.1 Gambar Desain Penelitian ... 43
Gambar 4.1 Perkembagan Pertumbuhan Ekonomi ASEAN-4 tahun
1990-2014 ... 57
Gambar 4.2 Tingkat pertumbuhan ekspor dan GDP ASEAN-4 ... 58
Gambar 4.3 Peta Trade Patner NegaraIndonesia ... 62 Gambar 4.4 Peta Trade Patner NegaraMalaysia... 62 Gambar 4.5 Peta Trade Patner NegaraFilipina ... 63 Gambar 4.6 Peta Trade Patner NegaraThailand ... 63 Gambar 4.7 Perkembangan investasi portofolio ASEAN dan Indeks
CBOE VIX ... 67
xxiv
Gambar 4.16 Perkembangan ekspor Negara Indonesia dan AS ... 127
Gambar 4.17 Perkembangan ekspor NegaraMalaysia dan AS ... 129
Gambar 4.18 Alur Transmisi Keuangan Global di ASEAN ... 134
xxv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Data Variabel Domestik dan Asing... 160
Lampiran B. Statistik Deskriptif ... 164
Lampiran C. Hasil Uji Akar-Akar Unit ... 167
Lampiran D. Hasil Uji Kointegrasi... 187
Lampiran E. Hasil Uji Optimum Lag ... 198 Lampiran F. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 200
Lampiran G. Hasil Estimasi VAR ... 213
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi merupakan sebuah kondisi yang memicu terjadinya
peningkatan keterbukaan ekonomi yang ditandai dengan adanya perubahan struktural
dari perekonomian negara secara bertahap (Bhalotra, 2002). Salah satu aktifitas
ekonomi yang menerima dengan cepat atas keterbukaan ekonomi dan mengalami
perkembangan adalah sektor keuangan. Liberalisasi keuangan merupakan sebuah
fenomena keterbukaan bebas atas arus modal yang bergerak secara masif dari suatu
negara.Kondisi tersebut menunjukkan dalam jangka panjang akan meningkatkan
efisiensi dan pertumbuhan ekonomi global, sedangkan dalam jangka pendek
keterbukaan ini dapat menimbulkan risiko yang mengancam kestabilan kondisi
perekonomian suatu negara (Departemen Perdagangan RI, tanpa tahun; Bekaert et al., 2001; Mishkin dan Eakins, 2012; Rejeb dan Boughrara, 2015). Peningkatan efisiensi
dan pertumbuhan ekonomi global disebabkan karena pengembangan keuangan yang
semakin maju dan mendorong suatu sistem keuangan beroperasi dengan baik. Namun
dalam jangka pendek menyebabkan ketidakstabilan karenadipicu oleh meningkatnya
informasi asimetris dan moral hazard serta akumulasi besar suatu dana yang terdapat di posisi asing. Hal ini memberikan kontribusi secara signifikan dalam memperkuat
transmisi internasional pada volatilitas dan risiko penularan.
Perkembangan sektor keuangan saat ini ditandai dengan adanya teknologi
yang mampu memfasilitasi aktifitas keuangan, sehingga hal tersebut secara jelas
dapat melakukan transaksi dengan waktu yang relatif singkat dengan cakupan
wilayah lebih luas.Hal ini memberikan kontribusi yang baik bagi pertumbuhan
volume investasi portofolio di dunia, peningkatan pesat pada volume investasi
yang terjadi di pasar valuta asing mencapai hampir 1 triliun US$ setiap harinya
(Hlavata dan Feranec, 2006; Curtin, 2009).Data tersebut merupakan bukti bahwa
globalisasi ekonomi dengan teknologi yang lebih maju dapat meningkatkan volume
dari kegiatan di sektor keuangan. Hal tersebut karena membuka peluang bagi sektor
keuangan untuk saling berinteraksi dari berbagai wilayah global dengan waktu yang
relatif singkat dan memang bahwasanya era globalisasi mengharuskan suatu negara
untuk melaksanakan aktivitasnya tidak hanya di wilayah nasional namun juga di luar
batas wilayah nasional.
Peningkatan volume transaksi yang semakin besar di pasar keuangan akan
mengakibatkan kondisi pasar keuangan yang tidak terkendali dalam perekonomian
dunia dan menyebabkan hilangnya kontrol dalam sistem keuangan global yang pada
akhirnya akan menuju kondisi imbalance pada pasar keuangan internasional, dan selanjutnya akan berpotensi menjadi sebuah krisis ekonomi (Hlavata dan Feranec,
2006; Romain et al., 2006). Ketidakseimbangan tersebut berasal dari akumulasi volume investasi portofolio yang berbeda di setiap negara, sebagai contoh AS
merupakan negara yang memiliki volume portofolio terbesar di dunia. Penarikan
modal secara tiba-tiba yang terjadi di setiap negara dipicu oleh perubahan sentimen
pada investor, sehingga akan menyebabkan guncangan dalam jangka pendek, yang
mana hal ini merupakan biaya (ongkos) dari sebuah keterbukaan sistem keuangan
(World bank, 1999/2000; Stiglitz, 2000; Agenor, 2003). Ketidakseimbangan yang terjadi pada sektor keuangan dapat memberikan dampak ke sektor lain, karena
keuangan merupakan bagian penting yang memengaruhi kondisi suatu perekonomian.
Ketidakseimbangan pada sistem keuangan akan menyebabkan guncangan
keuangan yang berdampak negatif terhadap perekonomian suatu negara. Dampak
negatif dari adanya ketidakseimbangan pada sektor keuangan disuatu wilayah dapat
dikategorikan dalam dua mekanisme yaitu dapat dengan secara langsung ataupun
dengan secara tidak langsung. Dampak secara tidak langsung dapat dari efek
saluran yang dapat mentransmisikan efek guncangan terhadap perekonomian
(Eickmeier et al., 2011 dan Kriljenko et al., 2014). Pendapat yang didasarkan dari literatur empiris lainnya Khiaonarong, 2013; Jeon, et al., 2013; Allen et al., 2014; Kane et al., 2014 menyebutkan bahwa saluran utama dalam menstransmisikan dampak guncangan keuangan tersebut adalah melalui lembaga keuangan khususnya
sektor perbankan multinasional. Dampak tersebut disalurkan melalui anak perusahaan
(cabang bank) yang berada di negara tuan rumahnya, sehingga dampak tersebut
mudah disalurkan ke negara-negara yang menjadi tuan rumah dari cabang bank asing
tersebut. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pemberian kredit yang secara tiba-tiba
mengalami ketidakstabilan, sehingga memberi pengaruh terhadap aktifitas sektor riil
maupun di sektor keuangan itu sendiri (Alpanda dan Aysun, 2014 dan Paltalidis et al., 2015). Dua saluran tersebut dapat memberikan hubungan yang saling berkolerasi, artinya meskipun salah satu dari saluran-saluran tersebut merupakan sebagai saluran
utama namun tetap memberikan pengaruh terhadap sektor lainnya, sebagai contoh
sektor riil.
Gambar 1.1 Perbandingan total kredit swasta domestik antara ASEAN-4 dengan negara AS dan Jerman (Sumber: World Bank, 2016, diolah)
Perkembangan total kredit swasta merupakan salah satu indikator yang dapat
menunjukkan perkembangan sektor keuangan yang dimiliki olehsuatu negara.
Gambar 1.1 memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa ketika krisis global tahun
2008 yang disebabkan oleh hancurnya sistem keuangan AS memberikan dampak
terhadap negara-negara di kawasan ASEAN. Penurunan total kredit swasta domestik
AS tahun 2008 juga dialami oleh empat negara kawasan ASEAN tersebut yaitu
Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. Namun,berbeda dengan tiga negara
ASEAN lainnya, Indonesia merupakan negara di kawasan ASEAN yang memiliki
pertahanan cukup kuat pada saat krisis. Setelah krisis AS mereda, untuk
periode-periode selanjutnya diiringi dengan perbaikan pada sektor keuangan di empat negara
ASEAN tersebut, sehingga perekonomian mengalami peningkatan sampai pada tahun
2014.
Gambar 1.2 menunjukkan perkembangan investasi portofolio di ASEAN dalam
kurun waktu 15 tahun terakhir. Kondisi investasi portofolio di ASEAN cukup
fluktuatif, sebab mayoritas investasi di kawasan ASEAN merupakan bentuk investasi
jangka pendek, sehingga aliran modal mudah keluar dan mudah masuk. Fluktuasi
investasi portofolio di kawasan ASEAN akibat dari keluar dan masuknya dana
dengan waktu yang relatif singkat disebabkan karena adanya liberalisasi aliran modal
dan sektor keuangan yang semakin terintegrasi.
Penurunan tajam pada investasi portofolio di negara Malaysia pada tahun 2008
dan 2009 yaitu sebesar US$ 25586 miliar dan US$ 505 miliar. Penyebab penurunan
tersebut adalah terjadinya krisis keuangan Amerika Serikat, yang berdampak pada
pasar keuangan global termasuk negara Malaysia. Hal ini konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Khoon dan Hui (2010) dan Majid dan Kasim (2009)
yang mengungkapkan bahwa dampak dari krisis keuangan yang terjadi di AS
menularkan dampak negatif pada kondisi keuangan negara berkembang ASEAN
terutama di pasar saham, arus dana keluar yang relatif cepat menyebabkan pasar
saham di beberapa negara ASEAN turun lebih dari 50 persen. Pergerakan investasi
Thailand memiliki pergerakan yang sama dengan rata-rata investasi portofolio di
ASEAN secara keseluruhan.
Gambar 1.2 Perkembagan investasi portofolio ASEAN tahun 2000-2014 (Sumber: World Bank, 2016, diolah)
Hasil penelitian tersebut menunjukkan hal yang sama dengan data pada Gambar
1.3yaitu indeks harga saham di Malaysia mengalami penurunan sebesar 49 persen,
yang awalnya pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 37 persen. Tidak hanya
Malaysia, Filipina juga mengalami penurunan dengan angka yang besar, yaitu 71
persen. Kondisi serupa juga dialami oleh negara lain di kawasan ASEAN yang
mengalami penurunan, meskipun angka penurunannya tidak terlalu besar
dibandingkan dua negara tersebut. Krisis utang Uni Eropa secara tidak langsung juga
memberikan pengaruh terhadap harga saham di kawasan ASEAN. Pada tahun 2011
dan 2012 nilai saham menurun meskipun tidak sampai ke angka minus. Gambar 1.3
juga menunjukkan perkembangan pertumbuhan indeks harga saham di beberapa
Gambar 1.3 Pertumbuhan indeks harga saham ASEAN-4 tahun 2000-2014 (Sumber: Asian Development Bank, 2016, diolah)
Krisis Amerika Serikat pada tahun 2008 juga tidak hanya memengaruhi sektor
keuangan saja, namun juga berpengaruh terhadapkegiatan sektor riil (Pongpattananon
dan Tansuwanarat, tanpa tahun; Yamamoto, 2014). Penurunan pada sektor riil juga
dapat dilihat dari pergerakan total kredit swasta domestik pada Gambar 1.1, ketika
total kredit menurun maka akan menurunkan produktifitas dalam negeri, sebagai
akibat dari menurunnya dana untuk berproduksi. Pada masa sebelum krisis keuangan
pada tahun 2008, ekspor negara ASEAN rata-rata mengalami kenaikan 13,5 persen
yaitu dari tahun 2007 yang mencapai angka sebesar US$ 494.635 naik menjadi US$
561.510 pada tahun 2008. Namun, kondisi ini berubah pada tahun 2009 total ekspor
beberapa negara ASEAN mengalami penurunan menjadi sebesar US$ 464979 yaitu
turun sebesar 5,9 persen.Perkembangan nilai tambah industri juga mengalami
kemerosotan pada tahun 2009 akibat dari krisis AS tahun 2008, yang ditampilkan
pada Gambar 1.4. Hal ini menandakan bahwa adanya krisis keuangan AS pada tahun
2008 mengakibatkan perekonomian global mengalami penurunan produksi,
Gambar 1.4 Perkembangan nilai tambah pada industri pada tahun 2000-2013 (Sumber: World Bank, 2016, diolah)
Berbeda dengan negara lainnya, Indonesia mengalami perkembangan nilai
tambah industri yang menurun pada tahun 2010 begitu pula pada tahun 2009, saat
semua negara mengalami kondisi yang sama Indonesia dapat mempertahankan
produksinya. Bukti menunjukkanbahwa angka yang dimiliki Indonesia pada tahun
tersebut merupakan angka tertinggi dari ke enam negara yang tertera pada gambar
1.4, masing masing angka yang dimiliki negara tersebut yaitu Indonesia 47.65 persen,
Malaysia 40.54 persen, Filipina 31.71 persen, Thailand 38.73 persen, Jerman 27.81
persen dan AS 20.15 persen yang merupakan angka terendah. Hal ini dapat diartikan
bahwa Indonesia mampu mengatasi krisis yang terjadi dilihat dari kinerja
perekonomiannya yang tergolong dalam kategori baik.
Selain krisis subprime mortgage tahun 2008 di Amerika Serikat, pada tahun 2011 terjadi kembali guncangan finansial yang berasal dari kawasan Uni Eropa yang
disebabkan dari krisis utang bilateral beberapa negara kawasan Eropa. Krisis di Uni
Eropa memang tidak memberikan pengaruh besar seperti krisis Amerika, namun
dampak krisis utang Eropa signifikan terhadap perekonomian ASEAN karena Eropa
merupakan mitra ekonomi penting bagi ASEAN, selain menyerap porsi yang
signifikan dari ekspor di wilayah ini, Uni Eropa telah menjadi sumber utama investasi
langsung asing dan arus modal lainnya ke wilayah tersebut (Lee et. al., 2013). Beberapa negara Uni Eropa juga merupakan negara-negara dengan perekonomian
terbesar di dunia, sehingga adanya krisis yang melanda wilayah tersebut akan
memberikan dampak terhadap perekonomian global, termasuk ke empat negara
ASEAN.
Dampak yang ditimbulkan dari guncangan finansial global,yaitu dampak dari
krisis keuangan global seperti krisis AS tahun 2008 dan krisis utang Eropa tahun
2011 memberikan gambaran bahwa guncangan lokal dapat menyebar dengan cepat ke
negara-negara lain dan akhirnya melanda ke perekonomian global, yang tidak hanya
memberi pengaruh terhadap sektor keuangan melainkan juga kondisi sektor riil
melalui berbagai mekanisme saluran seperti melalui transmisi moneter ataupun
perdagangan (Dess et. al., 2005; Yamamoto, 2014; Feldkircher dan Huber, 2015). ASEAN merupakan salah satu kawasan ekonomi yang terintegrasi, terjadinya sebuah
kondisi buruk dalam perekonomian suatu negara akan dengan mudah menyebarkan
dampakterhadap negara lain sebagai negara mitra kerjasamanya.
1.2 Rumusan Masalah
Liberalisasi keuangan saat ini semakin meningkat yang ditandai dengan
semakin tingginya arus modal yang bergerak di pasar keuangan internasional.
Terdapat efek positif dan negatif dari adanya sistem keuangan yang bebas. Beberapa
penelitian Bekaert, et al., (2001) dan Rejeb dan Boughrara (2015) mengemukakan
bahwa liberalisasi akan meningkatkan kinerja perekonomian, karena sektor keuangan
yang berkembangke arahyang lebih produktif dan dapat memperlihatkan
pengembangan sektor keuangan sehingga sistem keuangan dapat beroperasi lebih
baik dan efisien. Pendapat lain mengungkapkan liberalisasi keuangan memberikan
dampak negatif yang nantinya akan menghasilkan kondisi disekuilibrium pada sektor
Guncangan yang diberikan dari aktifitas keuangan global akan memberikan
pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap sektor keuangan dan
sektor riil, pengaruh tidak langsung dapat disalurkan melalui berbagai saluran
transmisi, misalnya melalui perdagangan, kebijakan moneter negara lain, dan lain
sebagainya.Guncangan-guncangan ekonomi yang terjadi selama tahun 2000-2014
memberikan kondisi ketidakpastian pada sektor keuangan global dan menyebar ke
aktifitas-aktifitas ekonomi lainnya.Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditarik
rumusan masalah yaitu, variabel ekonomi makro manakah yang menjadi saluran
utama dalam mentransmisikan efek guncangan keuangan global ke dalam
perekonomian di ASEAN-4?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian
ini untuk mengetahui variabel ekonomimakro yang menjadi saluran utama dalam
mentransmisikan dampak dari guncangan keuangan global terhadap perekonomian
empat negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka
terdapat beberapa manfaat yang akan diambil dan diharapkan dapat memberikan
sumbangsih kepada pihak terkait maupun masyarakat mengenai bahasan dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. memberikan informasi mengenai saluran transmisi keuangan global ke dalam
perekonomian negara ASEAN-4;
b. dapat digunakan sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi lembaga
2. Manfaat Teoritis
a. memberikan informasi memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya
yang akan meneliti di bidang yang sama;
b. memberikan wawasan ilmiah dan dapat menjadi sarana pengembangan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 berisikan tentang tinjauan pustaka yang mengkaji teori yang berkaitan
dengan pengaruh aktifitas dari keuangan global dan efek dari liberalisasi keuangan
terhadap aktifitas ekonomi lainnya yang ditelaah dalam konsep teoritis. Pada bagian
subbab 2.1 akan dipaparkan mengenai landasan teori yaitu sistem keuangan global,
paradigma teori saluran transmisi sektor riil dan sektor keuangan, konsep spillovers effect, dan teori financial shock. Selanjutnya, pada subbab 2.2 yaitu tentang penelitian sebelumnya tentang transmisi keuangan global. Subbab 2.3 dijelaskan mengenai
kerangka konseptual yang menjadi alur penelitian, dan subbab 2.4 menjelaskan
hipotesis sebagai dugaan atas hasil yang akan diperoleh, dan yang terakhir yaitu
subbab 2.5 dijelaskan asumsi yang perlu diberikan dalam penelitian ini
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsepsi Sistem Keuangan Global
Sistem keuangan global adalah salah satu penciptaan terpenting dalam
masyarakat modern, dengan tugas utamanya adalah untuk memindahkan dana dari
masyarakat yang kelebihan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana lebih
yang digunakan untuk melakukan konsumsi atau untuk sebuah bisnis, dimana
mendukung struktur pasar dalam melakukan transaksinya dengan melintasi batas
nasional (Mishkin dan Eakins, 2012; Adam, tanpa tahun). Sistem keuangan juga
diartikan sebagai sesuatu yang berperan penuh atas besaran bunga harga atau return aset dalam suatu kegiatan di pasar keuangan, dan juga sebagai sarana dalam mengalokasikan sumber daya untuk tujuan pembangunan perekonomian global yang
berkelanjutan (Fosler, 2011; Report of the Secretary-General, 2014).Sehubungan dengan hal itu, suatu sistem keuangan yang baik merupakan sebuah kunci dari
keberlangsungan sebuah perekonomian yang maju dan efisien.
dalam melaksanakan kegiatan ekonomi,untuk selanjutnya hambatan perdagangan dan
investasi sedikit demi sedikit menghilang, serta aliran internasional semakin
meningkat.Perkembangan ekonomi saat ini, berbagai macam pasar untuk barang dan
jasa akan menjadi terintegrasi, dengan berbagai manfaat yang diperoleh dari hal
tersebut. Perdagangan bebas dan pasar umum merupakan sarana yang diciptakan
untuk memberikan fasilitas dalam berinovasi. Aktifitas dunia yang tanpa hambatan
akan membantu mendistribusikan kekayaan lebih merata dari orang kaya kepada
orang miskin (Curtin, 2009; Hlavata dan Feranec, 2006). Adanya kebebasan ini
memberikan kontribusi terhadap perekonomian dari aktifitas pertukaran antara
domestik dan asing yang saling memenuhi kebutuhannya.
Trend globalisasi yang paling jelas dalam perekonomian global adalah pasar keuangan internasional. Di tandai dengan layanan keuangan yang telah berhasil
mengglobal. Hal ini dilihat pada perkembangan yang pesat dalam pasar keuangan
dari tahun ke tahun, terutama karena liberalisasi dan deregulasi proses ekonomi, yang
didukung oleh kemajuan ilmiah dan teknis yang cukup besar dalam bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Berbagai pembatasan nasional termasuk pembatasan
pemerintah telah dihapuskan pada sebagian besar pusat-pusat keuangan utama, dan
telah mendorong pihak asing untuk berinvestasi.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat dalam memberikan sarana dan
fasilitas pada sistem keuangan dapat meningkatkan kinerja sektor keuangan.
Berdasarkan yang telah dijabarkan oleh Curtin (2009) dalam Journal USA, Wall Street dan pusat-pusat keuangan lainnya menjadi lebih meningkat kinerja dalam menjalankan aktifitasnya. Para pelaku di pasar saham pun memperoleh kepuasan
yang maksimal karena mereka dapat bertransaksi dengan kecepatan yang maksimal
pada tahun pertengahan 1990-an. Pusat-pusat keuangan lainnya yaitu New York Stock Exchange (NYSE) dan NationalAssociation of Securities Dealers Automated Quotations (NASDAQ) juga meninggalkan metode lamanya dalam melakukan aktifitas di pasar saham, yang mengutip harga saham difraksi dan mengadopsi sistem
lama juga tidak mampu memberikan layanan dengan kecepatan yang maksimum.
Perkembangan teknologi ini memberikan kontribusi yang sangat menakjubkan.
Terbukti dengan volume di NYSE meningkat dari rekor 2 milyar saham pada tahun
2001 menjadi 8 milyar pada tahun 2008, volume di pasar valuta asing mencapai
triliunan dolar setiap hari.
Sistem keuangan merupakan sebuah pengendali utama dalam perekonomian,
kondisi sistem keuangan yang baik dan stabil akan memberikan pengaruh yang baik
terhadap perekonomian secara keseluruhan (Borio et. al., 2014). Perkembangan ekonomi yang diimbangi dengan perkembangan teknologi memberikan fasilitas yang
mempermudah berbagai aktifitas ekonomi, sehingga dapat lebih cepat dan efisien.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perkembangan teknologi memberikan efek
signifikan terhadap kegiatan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal yang
mengalami peningkatan. Menurut penelitian Hagen dan Ho (2006); Zistler (2010)
mengemukakan bahwa krisis yang sering terjadi pada perekonomian global selama
ini merupakan hasil dari kondisi sistem keuangan yang buruk. Berbagai strategi yang
dilakukan oleh badan internasional semata hanya untuk mengamankan sistem
keuangan global dan mencegah terjadinya krisis global kembali.
International financial safety nets(IFSN) merupakan salah satu upaya dalam memproteksi perekonomian dunia, dengan berbagai alternatif strategi. Awalnya
sistem moneter internasional bersifat sentralisasi dan hanya dikendalikan oleh
organisasi Internasional IMF dan negara-negara perekonomian terbesar yaitu G-7,
kemudian dengan semakin kompleksnya permasalahan ekonomi dunia pada akhirnya
mengarah ke desentralisasi (Rana et. al., 2011; Rana, 2012). Penjelasan mengenai IFSN yang dilansirkan oleh Departemen Internasional Bank Indonesia yaitu terdapat
Bilateral Financial Safety Nets (BFSNs) kerjasama antar bank sentral, dan Regional financial Safety Nets (RFSNs) yaitu badan-badan dibawah naungan masing-masing wilayah seperti RFSN di Europe bernama European Stability Mechanism (ESM), RFSN di Asia adalah Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) dan ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), North American Framework Agreement (NAFA) untuk Amerika Utara, dan Arab Monetary Fund (AMF) untuk kawasan Timur tengah, serta Latin American Reserve untuk kawasan Amerika Latin.
Lembaga Internasional IMF yang menaungi MFSN memberikan beberapa
instrumen pinjaman yang ditujukan kepada negara-negara yang membutuhkan dana
talangan untuk melindungi dan mencegah negara tersebut dari krisis. Berdasarkan
penjabaran dalam Report of the Secretary-General (2014) instrumen-instrumen tersebut yaitu Stand-by Arrangement (SBA), Flexible Credit Line (FCL) dan Precautionary and Liquidity Credit Line (PLL), instrumen-instrumen ini ditujukan tidak hanya bagi negara yang perekonomian lemah dan sedang berada di ambang
krisis, melainkan kepada negara yang mempunyai perekonomian kuat namun kondisi
neraca pembayaranya sedang tidak baik.
2.1.2 ParadigmaTeori Saluran Transmisi Keuangan
Paradigma teori saluran transmisi menyebutkan bahwa saluran transmisi
antara sektor riil dan sektor keuangan saling memiliki pengaruh. Kondisi ekonomi riil
memengaruhi kondisi keuangan, khususnya di masyarakat (rumah tangga) dan neraca
perusahaan, dan sebaliknya. Standar teori makroekonomi mengemukakan tentang
saluran transmisi sektor riil ke sektor keuangan bahwa ketika kondisi ekonomi lemah
akan mengurangi pendapatan dan laba usaha (termasuk bank) dan juga pendapatan
masyarakat (rumah tangga). Ketika penghasilan masyarakat dan perusahaan menurun
akibatnya tidak menutup kemungkinan akan terjadi kredit macet yang ditimbulkan.
Hal ini akan menyebabkan lembaga keuangan (contohnya bank) akan mengalami
kondisi yang lemah, lemahnya kondisi lembaga keuangan akan berdampak pada
2011).Terdapat korelasi antara sektor riil dan sektor keuangan, karena segala bentuk
kegiatan ekonomi tidak lepas dari pengaruh sektor keuangan, yang mana merupakan
kunci dari perekonomian yang baik disuatu negara.
Penelitian Ozkan dan Unsal (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga saluran
transmisi yang menyalurkan dampak keuangan global ke dalam perekonomian
domestik yang melibatkan hubungan antara perdagangan dan keuangan. Pertama
yaitu spillovers keuangan, yang beranggapan bahwa persepsi investor tentang penyaluran produktifitas perusahaan asing dan domestik mempunyai keterkaitan yang
inheren. Kedua, saluran ekspor yaitu ketika krisis keuangan dalam perekonomian
asing mengurangi output, dengan demikian akan mengurangi permintaan ekspor
terhadap perekonomian asing dan juga akan mengurangi ekspor bersih di
perekonomian domestik. Ketiga yaitu melalui efek subtitusi, dengan perubahan
persepsi investor yang kurang menguntungkan dari produktifitas asing membuat
investor mencari peluang investasi alternatif, yang menyebabkan peningkatan aliran
modal masuk ke perekonomian domestik, hal ini terjadi sebagai efek dari dua saluran
transmisi sebelumnya.
Aktifitas keuangan global pada prinsipnya dapat memengaruhi perekonomian
suatu negara melalui berbagai saluran tidak langsung, tidak hanya memberikan efek
terhadap sektor keuangan, melainkan juga memengaruhi ke sektor riiltanpa terkecuali
negara maju ataupun negara berkembang (Chudik dan Fratzscher, 2010; Kriljenko et al., 2014 dan Yamamoto, 2014). Efek yang diberikan dari aktifitas tersebut kebanyakan ditularkan secara tidak langsung melaui saluran-saluran tersebut,
misalnya melalui perdagangan, kebijakan moneter negara lain, dan lain sebagainya.
Aktifitas perdagangan (ekspor dan efektifitas nilai tukar riil) dan aktifitas keuangan
(suku bunga) merupakan saluran utama yang mudah menyebarkan efek dari
guncangan keuangan, selain dari saluran melalui aktifitas lembaga keuangan bank
maupun non bank (Dees et al., 2005; Alpanda dan Aysun, 2014 dan Feldkircher dan Huber, 2015). Adanya kemungkinan bahwa efek juga dapat ditularkan secara
yang diberikan melalui saluran, akan secara tidak langsung melalui-melalui tahapan
yang nantinya akan memengaruhi berbagai variabel ekonomi.
Liberalisasi jasa keuangan, dengan penghapusan bertahap akses pasar dan
pembatasan perlakuan nasional dalam perbankan yang merupakan tempat interaksi
aktifitas pada sektor keuangan. Aktifitas dari bank internasional memengaruhi
terjadinya suatu krisis yang disebabkan oleh permasalahan pada likuiditas perbankan
dan ketidakpastian, yang merupakan saluran utama pengaruh dari adanya krisis.
Adanyakegiatan cross-border lending dan adanya guncangan di pasar pinjaman antar bank sehingga efek menular guncangan dapat menyebar dengan mudah melalui risiko
kredit sovereign dan juga melalui bank multinasionalatau cabang bank asing karena anak perusahaan bergantung pada kondisi perusahaan induknya, yang berawal dari
keterbatasan dana dari bank induk akhirnya anak bank mengurangi jumlah dana yang
disalurkan (pada saat krisis) sehingga membuat aktifitas ekonomi terhambat dan
memperburuk kondisi suatu perekonomian negara tuan rumah (Khiaonarong, 2013;
Jeon, et al., 2013; Allen et al., 2014; Kane et al., 2015; Alpanda dan Aysun, 2014 dan Paltalidis et al., 2015). Lembaga keuangan khususnya perbankan merupakan jantung perekonomian, hal ini berarti kondisi pada sistem perbankan akan
memberikan efek terhadap perekonomian secara keseluruhan baik itu sektor
keuangan itu sendiri maupun sektor riil.
Aspek utama terjadinya transmisi keuangan global dari sebuah guncangan
harga aset melalui adanya transaksi keuangan internasional adalah hubungan antara
neraca investor dan neraca suatu lembaga atau perusahaan (Nissanke, 2009; Devereux
dan Yetman, 2010). Leverage keuangan yang tinggi dan sebuah rasio tinggi dari aset sebagai modal merupakan faktor penting penyebaran dan meningkatkan krisis
keuangan.Berawal dari harga aset menurun yang menyebabkan perusahaan menjual
aset akibat dari menurunnya pendapatan dalam menghindari risiko kebangkrutan,
mengurangi pasokan dana di masa datang yang berujung pada penurunan investasi
dan perekonomian mengalami kontraksi (Ozkan dan Unsal, 2012).Hal ini dapat
disimpulkan bahwa harga aset merupakan saluran transmisi yang dapat menyebarkan
efek spillovers dari sebuah krisis keuangan global dengan menyerang pada pasar keuangan pertama (negara pertama yang mempunyai hubungan langsung dengan
negara asal krisis) dan kemudian menyebar ke negara-negara yang menjadi mitra
ekonominya.
Kegiatan ekonomi lainnya yang dapat menjadi saluran utama dalam
mentransmisikan sebuah guncangan keuangan global dari satu negara ke negara lain
adalah perdagangan. Massons (1998) dan Gamo et al. (2009) menjelaskan bahwa ketika krisis terjadidi suatu negara, investor yang beroperasi di negara asing akan
menilai posisinya di negara tersebut, penilaian tersebut akan menyebabkan perubahan
pada perilaku investor-investor lainnya dan hal ini yang menyebabkan penularan
krisis. Transmisi keuangan melalui saluran perdagangan (ekspor dan efektifitas nilai
tukar riil) juga dapat terjadi ketika suatu kondisi keuangan tidak stabil atau
mengalami guncangan hal ini akan memengaruhi kemampuan investor untuk dapat
menjalankan kegiatannya, kondisi finansial yang buruk akan mengurangi jatah dana
yang seharusnya mampu didapatkan oleh para investor, pada akhirnya dengan
kejadian seperti itu secara bersamaan mengurangi investasi dan konsumsi (Ozkan dan
Unsal, 2012; Kriljenko et al., 2014), sehingga hal ini dapat menurunkan output dan produktifitas suatu perusahaan. Keterbukaan perdagangan faktor utama yang
membuat krisis semakin meluas dan semakin buruk keadaannya. Semakin besar
integrasi perdagangan antar negara maka semakin besar efek spillovers yang akan diterima oleh negara tersebut sebagai efek dari guncangan keuangan global.
Efek lain dari guncangan finansial yang disalurkan melalui perdagangan yaitu
melalui mitra dagang suatu negara yang mengurangi pasokan impornya (Eickmeier et al., 2011 dan Kriljenko et al., 2014).Saluran transmisi melalui perdagangan juga dapat disalurkan secara langsung maupun tidak langsung (Gelos dan Sahay, 2001).
dampak, dan untuk yang tidak langsung yaitu dari efek kompetisi pada pasar ketiga
atau melalui harga komoditas. Kegiatan perdagangan khususnya ekspor lebih sensitif
terhadap guncangan keuangan karena risiko yang dibawa lebih tinggi dan modal kerja
yang lebih tinggi dengan persyaratan terkait dengan perdagangan internasional (Amiti
dan Weinstein, 2009). Hubungan potensial antara guncangan keuangan dengan
ekspor, akibat dari risiko yang tinggi atas modal kerja.
Terdapat perbedaan transmisi yang disalurkan ke negara berkembang dan
negara maju. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2007-2008 ditransmisikan jauh
lebih kuat dan lebih heterogen, dengan negara berkembang terpengaruh lebih kuat
secara substansial dari negara maju. Sedangkan krisis utang 2010-2011 negara
berkembang lebih tangguh dan kurang dipengaruhi, namun pada negara maju lebih
terpengaruh ditandai dengan beberapa obligasi negara maju mengalami penurunan
imbal hasil (Chudik dan Fratzsher, 2012). Khususnya bagi kawasan ASEAN, lebih
stabil ketika terkena dampak dari krisis utang Eropa karena belajar dari pengalaman
setelah mengalami dua periode krisis pada tahun 1998 dan 2008.
Keberadaan pasar keuangan negara maju sangat memengaruhi aktifitas
keuangan global pada umumnya, termasuk negara berkembang dan negara maju
lainnya.Pasar keuangan Amerika Serikat merupakan pasar keuangan terbesar di
dunia. Aktifitas pasar keuangan di negara tersebutmemengaruhi aktifias keuangan
pasar lain yang ditransmisikan melalui harga aset. Integrasi keuangan yang semakin
tinggi, volatilitas dalam pasar saham dapat berhubungan jangka panjang dan jangka
pendek dengan pasar saham lainnya akibat dari adanya efek spillover (Ehrmann et. al., 2005 dan Sarkar, 2012). Namun, pada masalah ini tidak hanya negara maju yang memengaruhi kinerja pasar keuangan negara berkembang, sebaliknya setelah adanya
krisis yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008, penting bagi para investor
Amerika Serikat dalam hal manfaat dari diversifikasi investasinya terhadap negara
dalam kegiatan di perekonomian global, sehingga menyebabkan suatu dampak dari
adanya sebuah guncangan dapat dengan mudah menyebar dengan berbagai jalur.
2.1.3 Konsep Spillovers Effect
Efek spillover yang dikemukakan oleh Frischmann dan Lemley (2006) yang berawal dengan mengibaratkan bahwa kita menanam bunga tidak bertujuan untuk
memberikan manfaat langsung kepada tetangga, seseorang mendidik anak-anak tidak
untuk memberikan pemerintah uang yang lebih banyak. Efek spilover ini merupakan sebuah manfaat yang bukan hasil dari altruisme, melainkan merupakan fenomena
ekstra yang memberikan tumpahan efek kepada yang lain dari suatu hasil keputusan
yang dibuat. Dalam hal aktifitas ekonomi internasional, sebuah spilovers effect dihasilkan dari sebuah rezim moneter dan interaksi keuangan global. Terdapat empat
saluran dimana sebuah spillovers akan terjadi menurut Caruana (2015):
1. Saluran kebijakan moneter yaitu kondisi moneter akan dengan mudah menyebar
terutama di negara maju utama dengan melalui reaksi kebijakan di negara lain
(misalnya pelonggaran untuk menolak apresiasi mata uang dan mempertahankan
daya saing).
2. Penggunaan mata uang Internasional, terutama penggunaan dolar AS atau Euro
dengan jumlah yang besar di luar wilayah pemilik mata uang tersebut disertai
dengan kebijakan wilayah tersebut akan memengaruhi kondisi keuangan di
seluruh dunia. Dolar AS diikuti dengan euro memainkan peran outsize dalam faktur perdagangan, omset devisa, cadangan resmi dan denominasi obligasi dan
pinjaman. Hal tersebut dimaksudkan adalah bahwa kredit dollar AS untuk
pinjaman non-bank di luar AS telah mencapai US$9,2 triliun, dan saham ini
memperluas kebijakan pelnggaran moneter. Bahkan hal ini telah berkembang
jauh lebih cepat di dalam perekonomian internasional dibandingkan di
perekonomian domestik AS.
3. Integrasi keuangan juga dapat memungkinkan faktor umum global yang dapat
risiko, sebagaimana tercermin dalam indikator seperti indeks VIX, memengaruhi
pasar aset dan aliran kredit di seluruh dunia. Pada fase baru dari likuiditas global
adalah dimana pasar modal yang lebih menonjol dan untuk sebuah return/yield merupakan faktor pendorong, premi risiko dan premi jangka dipasar obligasi
memiliki peran penting dalam transmisi keuangan di seluruh pasar.
4. Saluran keempat dalam hal ini yaitu berupa ketersediaan pembiayaan eksternal
secara umum: aliran modal menyediakan sumber pendanaan yang dapat
memperkuat boom dan bust kredit domestik. Leverage dan ekuitas bank global bersama-sama mendorong pinjaman lintas batas, dan apresiasi mata uang
domestik dapat mempercepat arus masuk tersebut karena memperkuat neraca
perusahaan lokal yang telah membiayai aktiva dalam mata uang lokal dengan
pinjaman dolar AS.
Liberalisasi ekonomi menyebabkan efek spillover semakin meningkat di dalam perekonomian global, hal ini disebabkan karenaadanya hubungan antar negara
yang saling keterkaitan (Gelos dan Sahay, 2001).Guncangan finansial yang terjadi
pada suatu negara akibat rentannya sistem keuangan negara tersebut tidak hanya
dirasakan oleh negara itu sendiri, melainkan akan ada dampak limpahan yang
diberikan ke negara lain.
Ekonomi yang semakin berkembang diera globalisasi saat ini menyebabkan
sistem keuangan yang semakin terintegrasi. Hal tersebut mengakibatkan saling
keterkaitan antara pasar keuangan antar negara yang nantinya akan menghasilkan
sebuah efek spillovers (Ehrmann et al., 2005 dan Yamamoto, 2014). Efek spillover yang diberikan dari adanya guncangan finansial dari suatu negara ke negara lain
dapat disalurkan melalui berbagai aktifitas ekonomi yang rentan sekali terkena
dampak dari kegiatan eksternal, misalkan perdagangan internasional, investasi asing
(foreign direct investment atau portfolio investment), cross-border lending (Gelos dan Sahay, 2001; Moriyana, 2010). Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang