• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1. Penelitian Terdahulu

II.7. Kerangka Konseptual

Kepemimpinan

Gambar II.1. Kerangka Konseptual

Suatu organisasi membutuhkan kinerja dari para anggotanya untuk mencapai tujuannya. Menurut Simamora (2001) kinerja merupakan suatu pencapaian

Iklim Organisasi

Kinerja Pegawai Komunikasi Pegawai

persyaratan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari out put yang dihasilkan baik kuantitas maupun kualitas.

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2000).

Menurut Stoner (2002), indikator dari kinerja terbagi atas beberapa hal, yaitu:

1. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas sesuai standar, yaitu standar yang ditetapkan oleh atasan atau perusahaan sebagai indikasi kinerja pegawai. Pencapaian standar atau melebihi standar akan membawa penilaian yang baik terhadap pegawai tersebut.

2. Kerjasama dengan rekan sekerja, yaitu setiap pegawai harus mengetahui sedikit pekerjaan dari rekan sekerja, sehingga mampu membantu masalah yang dihadapi baik oleh pegawai maupun rekan sekerjanya.

3. Produktivitas yang dicapai, produktivitas sebagai tolak ukur hasil kerja yang mencerminkan kinerja seseorang. Produktivitas yang tinggi sama dengan kinerja pegawai yang baik.

4. Tanggung jawab, yaitu ukuran dari pegawai dalam mengambil sikap dan tindakan yang bisa dipertanggung jawabkan kepada atasan.

5. Disiplin kerja, yaitu sikap dan tindakan mematuhi peraturan yang mencerminkan baiknya kinerja pegawai tersebut.

6. Kreativitas, yaitu ukuran bagi hasil kerja yang memiliki cara atau metode baru yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sebelumnya

Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja secara yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari out put yang dihasilkan baik kuantitas maupun kualitas. Adapun indikator dalam pengukuran kinerja adalah standar pekerjaan, kerjasama dengan rekan kerja, produktivitas pegawai, disiplin kerja yang selama ini diterapkan mampu meningkatkan kinerja pegawai.

Berhasil tidaknya suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan untuk meningkatkan kinerja bawahannya. Ungkapan yang menyatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan merupakan ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting. Faktor kepemimpinan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja pegawai karena kepemimpinan yang efektif memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dapat memberikan suasana kerja yang tenang dan nyaman yang dapat menciptakan iklim organisasi yang kondusif.

Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. (Hasibuan, 2003)

Siagian (2008) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah cara pemimpin yang terdapat dalam suatu organisasi untuk memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya.

Keberhasilan atau kegagalan yang dialami sebagian besar dari organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi itu. Hal ini mencerminkan betapa besar peran kepemimpinan dalam suatu organisasi, sehingga seorang pemimpin diharapkan mempunyai kemampuan untuk memotivasi, mengarahkan, mempengaruhi dan berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan organisasi itu bisa tercapai secara efektif dan effisien. Adapun indikator dalam pengukuran kepemimpinan adalah penetapan keputusan oleh pimpinan, keputusan bersama, pengawasan prilaku pegawai, kebijaksanaan pimpinan, motivasi dari pimpinan.

Iklim organisasi merupakan hal yang perlu mendapat perhatian seorang pemimpin karena faktor tersebut ikut mempengaruhi personil organisasi tersebut. Dengan demikian hendaknya organisasi yang berkembang secara dinamis akan berdampak positif bagi kelangsungan dan keuntungan organisasi.

Tagiuri dan Litwin dalam Wirawan (2003) menyatakan bahwa ”Iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi, mempengaruhi perilaku setiap anggotanya”.

Wirawan (2003) mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung kinerja anggota organisasi.

Pengaruh iklim organisasi terhadap perilaku anggota organisasi dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif, misalnya ruang kerja yang tidak baik, hubungan atasan dan bawahan yang konflik, dan birokrasi yang kaku dapat menimbulkan sikap negatif, stres kerja yang tinggi, serta motivasi dan kepuasan kerja yang rendah. Sebaliknya jika pegawai bekerja di ruangan yang nyaman dan bersih, hubungan atasan dan bawahan yang kondusif dan birokrasi yang longgar akan menimbulkan sikap positif, stres kerja rendah, serta motivasi dan kepuasan kerja yang tinggi. Adapun indikator dalam pengukuran Iklim organisasi adalah lingkungan kerja, hubungan atasan dengan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, fasilitas yang disediakan organisasi.

Begitu juga halnya dengan komunikasi yang berlangsung pada suatu organisasi yang akan mendukung untuk menciptakan iklim yang kondusif yang berguna untuk perkembangan organisasi.

Panuju (2001) dalam bukunya “Komunikasi Organisasi” mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan proses hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih untuk memberikan dan saling bertukar informasi untuk mencapai tujuan tertentu yang mempunyai andil membangun iklim organisasi yang kondusif.

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan dari lebih sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada keterampilan-

keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran informasi.

Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok tersebut merupakan mekanisme fundamental dimana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan, dan rasa puas mereka. Oleh karena itu, komunikasi menunjukkan ungkapan emosional dari perasaan dan merupakan pemenuhan terhadap kebutuhan sosial. Kepuasan atas komunikasi dapat mempengaruhi iklim organisasi yang kondusif. Setiap organisasi ingin agar hubungan komunikasi antara unit-unit yang ada dalam sebuah organisasi berjalan secara baik sehingga dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap iklim organisasi tersebut. Apabila suatu komunikasi dalam organisasi itu berjalan smoothly

dan efektif maka hal ini akan menjadi faktor penting dalam mencapai tujuan organisasi. Adapun indikator dalam pengukuran komunikasi adalah uraian tugas, komunikasi atasan dan bawahan, komunikasi dengan rekan kerja.

Selain komunikasi yang efektif, iklim organisasi juga dipengaruhi oleh komitmen para pegawai tehadap organisasi. Komitmen yang tinggi akan menciptakan iklim organisasi yang kondusif. Komitmen organisasi mengandung makna sebagai bentuk keterikatan individu terhadap organisasi, yang ditunjukkan dalam kesediaannya untuk melibatkan hubungan secara aktif dalam organisasi, sehingga memungkinkan individu tersebut memberikan segala sesuatu yang dimiliki pada dirinya untuk menunjang terealisasinya tujuan maupun kelangsungan hidup organisasi.

Komitmen merupakan tingkat sampai sejauhmana seseorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu. Komitmen organisasi juga merupakan nilai personal, yang kadang-kadang mengacu pada sikap loyal pada perusahaan atau komitmen pada perusahaan. Seringkali komitmen organisasional diartikan secara individu dan berhubungan dengan keterlibatan orang tersebut pada organisasi tersebut. Adapun indikator dalam pengukuran komitmen adalah faktor personal, karakteristik struktur, pengalaman kerja.

Gibson, (2000) berpendapat bahwa komitmen merupakan suatu keadaan atau derajat sejauh mana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dengan tujuan–tujuannya, serta memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Iklim organisasi dapat mempengaruhi orang secara potensial dan menjadi penggerak kehidupan organisasi, oleh karena itu iklim organisasi merupakan suatu konsep yang penting bagi pimpinan dan melalui iklim organisasi yang efektif pimpinan mampu mengelola komitmen anggotanya.

Komitmen organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu. Komitmen organisasi juga merupakan nilai personal, yang kadang-kadang mengacu pada sikap loyal pada perusahaan atau komitmen pada perusahaan.

Mathis dan Jackson (2000) menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah derajat yang mana pegawai percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi.

Robbins (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi.

Dokumen terkait