• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

LABOR BATU BARA DISTRICT

THESIS

By

DIAN AULIA LUBIS 087019169 / IM

POST GRADUATE SCHOOL NORTH SUMATERA UNIVERSITY

(2)

KINERJA PEGAWAI DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BATU BARA

TESIS

Oleh :

DIAN AULIA LUBIS NIM.087019169/IM

   

       

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

KABUPATEN BATU BARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

DIAN AULIA LUBIS NIM.087019169/IM

       

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

TERHADAP KINERJA PEGAWAI

DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BATU BARA Nama Mahasiswa : Dian Aulia Lubis

Nomor Pokok : 087019169

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof.Dr. Paham Ginting, MS) (Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr. Paham Ginting, MS) (Prof.Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(5)

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof.Dr. Paham Ginting, MS.

Anggota : 1. Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc.

2. Prof. Dr. Rismayani, MS.

(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan dipergunakan telah dinyatakan

secara jelas dan benar.

Medan, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,

(7)

Prof.Dr. Paham Ginting, MS (Ketua), Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc (Anggota).

ABSTRAK

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas harus mampu memimpin pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengarahkan bawahannya untuk menghasilkan kinerja yang diharapkan oleh pegawai akan didukung oleh kondisi iklim organisasi. Iklim organisasi harus dapat mendukung persepsi pegawai untuk menghasilkan kinerja dalam mencapai tujuan organisasi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara dan sejauhmana pengaruh komunikasi pegawai dan komitmen pegawai terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh komunikasi pegawai dan komitmen pegawai terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kepemimpinan dan iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara dan komitmen pegawai berpengaruh terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda untuk hipotesis pertama dan hipotesis kedua.

Pada hipotesis pertama hasil penelitian menunjukan bahwa secara serempak kepemimpinan dan iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Uji persial menunjukan bahwa kepemimpinan lebih berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. dibandingkan dengan iklim organisasi. Pada hipotesis kedua hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak komunikasi pegawai dan komitmen pegawai berpengaruh terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Uji persial menunjukan bahwa komunikasi pegawai lebih berpengaruh signifikan terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. dibandingkan dengan komitmen pegawai.

(8)

Employees on the Performance of Department of Labor Batu Bara District, Under the guidance of Prof.Dr. Paham Ginting, MS (Chairman), Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc (Member).

ABSTRACT

Department of Labor Batu Bara which isled by a Head On duty have to able to lead all officers to increase their performance. The succes of a leader in instructing her subordinate to yield the performance which is expected by officer will be supported by organizational climate condition. Organizational climate have to able to officer support the officer perception to yield the performance in reaching organizational target.

The formulation of this research is how far the influence of organizational climate and leadership to the performance of department of labor Batu Bara officer and how far the influence of communication and comitment of the officer to organizational climate at deparment of labor Batu Bara. The research target is to know and to analyse the influence of organizational climate and leadership to the performance of deparment of labor Batu Bara officer and also to know and to analyse the influence communication and commitment of officer to organizational climate at Department of labor Batu Bara.

Hypothesis in this research is organizational climate and leadership have an effect on the performance of department of labor Batu Bara officer and the the commitment of officer have an effect on organizational climate at department of labor Batu Bara.

Data which is used in this research is the primary data and the secondary data. Primary data was obtained through quetionnaire distribution to the officer of department of labor Batu Bara. Research method which is used is quantitative descriptive by using doubled linear regression for the first and second hypothesis.

The first hypothesis result of research show that simultaneously leadership and organizational climate have an effect on the performance of department of labor Batu Bara officer. The partial test show that leadership is more influential significantly to the performance of Department of labor Batu Bara officer. Than organizational climate the secondary hypothesis result of research indicates that simultaneously communications and commitment of officer have an effect on organizational climate at Department of labor Batu Bara. The partial test show that officer communications is more influential significantly to organizational climate at Department of labor Batu Bara is than officer commitment..

Keyword : Leadership, Organizational Climate and Performance.

(9)

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan

petunjuk-Nya kepada penulis dalam masa proses menuntut ilmu dan menyelesaikan

penelitian ini yang merupakan tugas akhir pada Program Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian tesis ini adalah

“Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Terima kasih yang tulus

dan tidak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda Ir. Indra Mulia Lubis, Ibunda

Hj. Lisdawati Dalimunthe, Kakak tersayang drg. Lira Fasyamuju Lubis dan Adik

tersayang Andri Anata Lubis, SH serta Istri tercinta dr. Ade Hariza Harahap yang

telah menjadi sumber semangat bagi penulis untuk terus bekerja dan menatap masa

depan dengan optimis dan kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, Msc (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(10)

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua

Komisi Pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan

sampai selesainya penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan sampai selesainya penulisan

tesis ini.

5. Ibu Prof.Dr. Rismayani, MS, Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA dan

Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Komisi Pembanding yang banyak

memberikan masukan dan saran dalam mengarahkan penulis untuk

menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu penulis dalam

mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

7. Bapak H. Marah Anda, SH, selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu

Bara yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

8. Arri Swasuandy Sembiring, Hasbel Karo Sekali dan Rizki Zati serta seluruh

teman-teman mahasiswa angakatan XVI atas kekompakan dan saling membantu

serta saling memotivasi sehingga mendorong penulis untuk menyelesaikan

perkuliahan dengan baik.

(11)

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena

itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan hidayah kepada kita. Amin.

Medan, Agustus 2011 Penulis

Dian Aulia Lubis

(12)

Dian Aulia Lubis, dilahirkan di Medan pada tanggal 17 April 1984, anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Ir. Indra Mulia Lubis dengan

Ibunda Hj. Lisdawati Dalimunthe. Pada bulan Februari tahun 2011 menikah dengan

dr. Ade Hariza Harahap.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Generasi Muda Indonesia di Medan,

tamat dan lulus tahun 1997. Menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di Perguruan

Jenderal Sudirman di Medan, tamat dan lulus pada tahun 2000. Menyelesaikan

Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 8 Medan, tamat dan lulus tahun 2003.

Melanjutkan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Medan Area di Medan,

tamat dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, melanjutkan pendidikan di

Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bulan Februari tahun 2009 sampai dengan sekarang bekerja sebagai Pegawai

Negeri Sipil Organik di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Batu

Bara.

(13)

Halaman

ABSTRAK ………....…... i

ABSTRACT ……….…….... ii

KATA PENGANTAR ……….... iii

RIWAYAT HIDUP..……….... vi

DAFTAR ISI ……….... vii

DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

I.1. Latar Belakang ……… 1

I.2. Rumusan Masalah ..,……… 4

I.3. Tujuan Penelitian ……… 4

I.4. Manfaat Penelitian ……….. 5

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ……….. 6

II.1. Penelitian Terdahulu ...……….. 6

II.2. Teori Tentang Kepemimpinan ... 8

II.2.1. Pengertian Kepemimpinan ... 8

II.2.2. Prinsip-prinsip Dasar Kepemimpinan ... 10

II.3. Teori Tentang Iklim Organisasi ... 12

II.3.1. Pengertian Iklim Organisasi ... 12

II.3.2. Dimensi Iklim Organisasi ... 13

II.4. Teori Tentang Kinerja …...………... 17

II.4.1. Pengertian Kinerja ... 17

II.4.2. Penilaian Kinerja ... 18

II.4.3. Manfaat Penilaian Kinerja ... 20

II.4.4. Jenis Pengukuran Kinerja ... 22

(14)

II.5.1. Pengertian Komunikasi Pegawai ... 25

II.5.2. Fungsi Komunikasi Pegawai ... 27

II.5.3. Gaya Komunikasi Pegawai ... 30

II.6 Teori Tentang Komitmen Pegawai …...…... 32

II.6.1. Pengertian Komitmen Pegawai ... 32

II.6.2. Komponen Komitmen Pegawai ... 34

II.6.3. Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Pegawai ... 35

II.7. Kerangka Konseptual ...………. 36

II.8. Hipotesis Penelitian ....………... 43

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……… 44

III.1. Jenis dan Sifat Penelitian ………. 44

III.1.1. Pendekatan Penelitian ... 44

III.1.2. Jenis Penelitian ... 44

III.1.3. Sifat Penelitian ... 44

III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 45

III.3. Populasi dan Sampel ...……….... 45

III.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 45

III.5. Jenis dan Sumber Data ………. 46

III.6. Operasionalisasi Variabel ... 46

III.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……….. 51

III.7.1. Uji Validitas Instrumen ………...….. 51

III.7.2. Uji Reliabilitas Instrumen ………...….. 56

III.8. Metode Analisis Data ………... 59

III.8.1. Metode Analisis Data Hipotesis Pertama …….... 59

III.8.2. Metode Analisis Data Hipotesis Kedua ....…….. 63

(15)

III.9.2. Uji Multikolinieritas ...….……….... 66

III.9.3. Uji Heteroskedastisitas ...……….... 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN... 69

IV.1. Hasil Penelitian ...…………...………... 69

IV.1. 1. Gambaran Umum Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara …………... 69

IV.1.2. DistribusiResponden ... 76

IV.1.3. Distribusi Pernyataan Responden Terhadap Variabel Penelitian ... 82

IV.1.4. Pengujian Hipotesis ... 89

IV.2. Pembahasan Hasil Penelitian ...………... 104

IV.2.1. Pembahasan Hasil Penelitian Hipotesis Pertama ...……... 104

IV.2.2. Pembahasan Hasil Penelitian Hipotesis Kedua ...……... 107

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 112

V.1. Kesimpulan ………...………... 112

V.2. Saran ………...……….….. 113

DAFTAR PUSTAKA ………... 115

(16)

No. Judul Halaman

III.1. Operasionalisasi Variabel ... 49

III.2. Hasil Uji Validitas Instrumen Untuk Variabel Kepemimpinan ... 52

III.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Untuk Variabel Iklim Organisasi ... 52

III.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Untuk Variabel Kinerja Pegawai ... 53

III.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Untuk Variabel Komunikasi ... 54

III.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Untuk Variabel Komitmen ... 54

III.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Untuk Variabel Iklim Organisasi ... 56

III.8. Hasil Uji Reliabilitas Untuk Variabel Kepemimpinan ... 57

III.9. Hasil Uji Reliabilitas Untuk Variabel Iklim Organisasi ... 58

III.10. Hasil Uji Reliabilitas Untuk Variabel Kinerja Pegawai ... 58

III.11. Hasil Uji Reliabilitas Untuk Variabel Komunikasi Pegawai ... 58

III.12. Hasil Uji Reliabilitas Untuk Variabel Komitmen Pegawai ... 59

III.13. Hasil Uji Reliabilitas Untuk Variabel Iklim Organisasi ... 59

IV.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 76

IV.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

IV.3. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 78

IV.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 79

IV.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 80

IV.6. Distribusi Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan ... 80

(17)

IV.8. Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Kepemimpinan... 83

IV.9. Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Iklim Organisasi... 84

IV.10.Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Kinerja Pegawai... 85

IV.11.Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Komunikasi... 86

IV.12.Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Komitmen... 87

IV.13.Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Iklim Organisasi... 88

IV.14.Hasil Uji Multikolineritas Hipotesis Pertama ... 86

IV.15.RingkasanHasil Uji Multikolineritas Hipotesis Pertama ... 91

IV.16. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Hipotesis Pertama ... 93

IV.17. Hasil Uji Serempak Hipotesis Pertama ... 93

IV.18. Hasil Uji Parsial Hipotesis Pertama ... 95

IV.19. Koefisien Determinan Hipotesis Pertama (R2) ... 95

IV.20.Hasil Uji Multikolineritas Hipotesis Kedua ... 98

IV.21.RingkasanHasil Uji Multikolineritas Hipotesis Kedua ... 98

IV.22. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Hipotesis Kedua ... 96

IV.23. Hasil Uji Serempak Hipotesis Kedua ... 101

IV.24. Hasil Uji Parsial Hipotesis Kedua ... 102

IV.25. Koefisien Determinan Hipotesis Kedua (R2) ... 103

(18)

No. Judul Halaman

II.1. Kerangka Konseptual ... 36

IV.1. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... 90

IV.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ... 92

IV.3. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 97

IV.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua ... 99

(19)

No. Judul Halaman

I Kuesioner Penelitian ... 118

II. Hasil Analisis Data Hipotesis Pertama ... 125

III. Hasil Analisis Data Hipotesis Kedua... ... 128

IV. Data Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara ... 131

V. Struktur OrganisasiDinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara ... 133

(20)

Kinerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara, dibawah bimbingan Prof.Dr. Paham Ginting, MS (Ketua), Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc (Anggota).

ABSTRAK

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas harus mampu memimpin pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengarahkan bawahannya untuk menghasilkan kinerja yang diharapkan oleh pegawai akan didukung oleh kondisi iklim organisasi. Iklim organisasi harus dapat mendukung persepsi pegawai untuk menghasilkan kinerja dalam mencapai tujuan organisasi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara dan sejauhmana pengaruh komunikasi pegawai dan komitmen pegawai terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh komunikasi pegawai dan komitmen pegawai terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kepemimpinan dan iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara dan komitmen pegawai berpengaruh terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda untuk hipotesis pertama dan hipotesis kedua.

Pada hipotesis pertama hasil penelitian menunjukan bahwa secara serempak kepemimpinan dan iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Uji persial menunjukan bahwa kepemimpinan lebih berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. dibandingkan dengan iklim organisasi. Pada hipotesis kedua hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak komunikasi pegawai dan komitmen pegawai berpengaruh terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Uji persial menunjukan bahwa komunikasi pegawai lebih berpengaruh signifikan terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. dibandingkan dengan komitmen pegawai.

(21)

guidance of Prof.Dr. Paham Ginting, MS (Chairman), Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc (Member).

ABSTRACT

Department of Labor Batu Bara which isled by a Head On duty have to able to lead all officers to increase their performance. The succes of a leader in instructing her subordinate to yield the performance which is expected by officer will be supported by organizational climate condition. Organizational climate have to able to officer support the officer perception to yield the performance in reaching organizational target.

The formulation of this research is how far the influence of organizational climate and leadership to the performance of department of labor Batu Bara officer and how far the influence of communication and comitment of the officer to organizational climate at deparment of labor Batu Bara. The research target is to know and to analyse the influence of organizational climate and leadership to the performance of deparment of labor Batu Bara officer and also to know and to analyse the influence communication and commitment of officer to organizational climate at Department of labor Batu Bara.

Hypothesis in this research is organizational climate and leadership have an effect on the performance of department of labor Batu Bara officer and the the commitment of officer have an effect on organizational climate at department of labor Batu Bara.

Data which is used in this research is the primary data and the secondary data. Primary data was obtained through quetionnaire distribution to the officer of department of labor Batu Bara. Research method which is used is quantitative descriptive by using doubled linear regression for the first and second hypothesis.

The first hypothesis result of research show that simultaneously leadership and organizational climate have an effect on the performance of department of labor Batu Bara officer. The partial test show that leadership is more influential significantly to the performance of Department of labor Batu Bara officer. Than organizational climate the secondary hypothesis result of research indicates that simultaneously communications and commitment of officer have an effect on organizational climate at Department of labor Batu Bara. The partial test show that officer communications is more influential significantly to organizational climate at Department of labor Batu Bara is than officer commitment..

Keyword : Leadership, Organizational Climate and Performance.

(22)

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut azas

desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan

kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi

Daerah diantaranya adalah kewenangan di bidang ketenagakerjaan. Secara hukum,

otonomi yang diberikan kepada daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan dibantu oleh seorang Sekretaris yang

memiliki bawahan beberapa Kepala Bidang, Kepala Sub bagian dan kepala seksi.

Dalam pelaksanaan aktifitasnya, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara

memerlukan kinerja dari aparaturnya agar menunjang tercapainya tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengamatan terhadap kinerja pegawai terlihat

bahwa pegawai selalu mengabaikan jam masuk dan pulang kantor yang telah

ditetapkan dan meninggalkan kantor pada jam kerja, banyak pekerjaan yang

dilakukan dengan waktu yang terlalu lama seperti penyelesaian sengketa hukum

terhadap ketenagakerjaan masih ada yang belum terselesaikan karena kurangnya

pengawasan terhadap tenaga kerja yang diberdayakan di Kabupaten Batu Bara.

Dari segi penyelenggaraan administrasi juga masih kurang baik yang terlihat dari

masih sering terjadi surat yang hilang yang masih dibutuhkan.

(23)

mencapai tujuan organisasi. Kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas

pada sebuah organisasi dan penyelenggaraan pemerintahan dipengaruhi oleh

kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas organisasi pemerintahan yang memadai,

maka penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) akan terwujud. Sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab

keruntuhan kinerja birokrasi di Indonesia yang mencerminkan betapa besar peran

kepemimpinan dalam suatu organisasi, yang diharapkan mampu mengarahkan,

mempengaruhi dan berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan organisasi itu bisa

tercapai secara efektif dan effisien.

Kepemimpinan yang berlangsung di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu

Bara mendapat keluhan dari para pegawai seperti kurangnya pengawasan terhadap

pegawai dalam setiap tindakannya pada saat bertugas. Pimpinan hanya melibatkan

pegawai tertentu dalam setiap kebijakan yang dibuatnya sehingga pegawai yang lain

merasa tidak sebagai pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara. Selain itu,

kurangnya pengarahan dari pimpinan mengenai mekanisme kerja sehingga pegawai

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan persepsinya sendiri.

Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengarahkan bawahannya untuk

menghasilkan kinerja yang diharapakan akan didukung oleh kondisi iklim organisasi

yang mendukung tercapainya kinerja tersebut. Iklim organisasi harus dapat

mendukung persepsi pegawai untuk menghasilkan kinerja dalam mencapai tujuan

(24)

berlangsung di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara tidak mendukung pegawai

dalam pencapaian kinerja, hal ini terlihat dengan adanya kelompok-kelompok kecil

di dalam kantor, saling menyalahkan dan menyudutkan, kurangnya rasa percaya

dan kerjasama diantara pegawai dan pegawai dengan pimpinan dalam mencapai

tujuan organisasi.

Iklim organisasi dalam suatu organisasi akan mempengaruhi sikap dan pola

pikir para anggota organisasi. Salah persepsi antar sesama anggota organisasi

mengenai sikap dan perakataan akan menimbulkan konflik dalam iklim organisasi.

Dalam mencapai iklim organisasi yang dapat menunjang kinerja pegawai, diperlukan

komunikasi diantara pegawai. Komunikasi merupakan bagian dari organisasi yang

mempunyai tujuan untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam

organisasi tersebut agar dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Komunikasi yang berlangsung di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara kurang

mendukung untuk menciptakan iklim organisasi yang dapat meningkatkan kinerja

pegawai, hal ini terlihat bahwa komunikasi yang terjadi hanya sesama rekan kerja

saja atau antar staf saja yang berada dalam unit yang sama atau yang dikenal saja,

sehingga segala keluhan pegawai/staf tidak tersampaikan kepada pimpinan.

Pegawai sendiri kurang komunikasi untuk menanyakan hal-hal yang kurang

dipahaminya dalam pelaksanaan kerja. Sering terjadi salah persepsi antara rekan

sekerja akibat adanya perbedaan kemampuan dalam melakukan pekerjaan. Disamping

itu adanya sifat egoisme untuk tidak mendengarkan pendapat dan masukan dari

(25)

para pegawai tehadap organisasi. Iklim organisasi memerlukan suatu komitmen dari

para pegawainya untuk mencapai tujuan organisasi. Komitmen yang tinggi akan

menciptakan iklim organisasi yang kondusif. Komitmen pegawai yang berlangsung di

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara tidak berpihak kepada iklim organisasi

yang mendukung kinerja pegawai, hal ini terlihat dari adanya niat pegawai untuk

pindah ke dinas/instansi lain, rendahnya rasa memiliki terhadap organisasi, kurangnya

rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan kewajibannya terhadap organisasi dan

tidak adanya rasa kepercayaan terhadap pimpinan.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

a. Sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap kinerja pegawai

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara?

b. Sejauhmana pengaruh komunikasi organisasi dan komitmen organisasi terhadap

iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Batu Bara ?

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi

(26)

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh komunikasi organisasi dan

komitmen organisasi terhadap iklim organisasi pada Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Batu Bara.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pimpinan Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Batu Bara, khususnya yang berkaitan dengan kinerja pegawai

sehingga dapat memudahkan dalam pengambilan kebijakan di bidang Sumber

Daya Manusia.

b. Sebagai menambah khasanah penelitian bagi Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

c. Sebagai menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam memahami

Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan Kepemimpinan, Iklim

Organisasi dan Kinerja Pegawai.

d. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian yang sama

(27)

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II.1. Penelitian Terdahulu

Trisninawati (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Komunikasi, Iklim Organisasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Pada

Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Selatan”. Adapun permasalahan yang

timbul pada Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Selatan yang berkaitan

dengan judul penelitian tersebut adalah lambatnya penyelesaian suatu pekerjaan yang

ditugaskan kepada sebagian pegawai Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera

Selatan, kurangnya komitmen terhadap pekerjaan sebagian pegawai Dinas Pendidikan

Nasional Provinsi Sumatera Selatan, sering terjadi salah persepsi (miss communication) sehingga hasil perintah yang diinginkan tidak sesuai dengan yang didapat.

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Dinas Pendidikan Nasional

Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 384orang. Sedangkan sampel diambil dengan

cara menggunakan rumus Slovin dengan tingkat keyakinan 90% atau tingkat

kesalahan 10% sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 79 dibulatkan

menjadi 80 orang.

(28)

Penelitian ini menggunakan model Analisis Regresi Linier Berganda

(mulitple regression). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi, Iklim Organisasi dan Kepemimpinan berpengaruh signifikan

terhadap Kinerja pegawai Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Selatan.

2. Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja pegawai Dinas Pendidikan

Nasional Provinsi Sumatera Selatan.

3. Iklim Organisasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja pegawai Dinas

Pendidikan Nasional Provinsi Palembang.

4. Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja pegawai Dinas

Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Selatan.

Arya (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh

Komunikasi dan Semangat Kerja Terhadap Prestasi Kerja Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Deli Serdang. Adapun permasalahan yang timbul pada Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Deli Serdang yang berkaitan dengan judul penelitian tersebut adalah

kurangnya penjelasan dari atasan terhadap komunikasi yang diberikan sehingga sering

terjadi salah persepsi (miss communication) sehingga hasil perintah yang diinginkan tidak sesuai dengan yang didapat, kurang aktifnya komunikasi pegawai terhadap

pemimpin dan kurangnya semangat kerja pegawai dalam melaksanakan

(29)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Deli Serdang berjumlah 35 orang. Sedangkan jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 35 orang.

Penelitian ini menggunakan model Analisis Regresi Linier Berganda

(mulitple regression). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bahwa variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap prestasi kerja

pegawai (Y) adalah variabel komunikasi (X1), karena variabel tersebut

mempunyai pengaruh sebesar 0,632 point.

2. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai Fhitung (20,449) > Ftabel (3,295),

artinya hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

3. Berdasarkan uji koefisien determinan (R2) diketahui bahwa 56,1% variabel

dependent Prestasi Kerja Pegawai (Y) pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang dipengaruhi oleh variabel independent Komunikasi (X1) dan Semangat Kerja (X2), sedangkan sisanya 43,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar

variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

II.2 Teori Tentang Kepemimpinan II.2.1 Pengertian Kepemimpinan

Seorang pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal, berjalan didepan,

mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan

pikiran-pendapat-tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang

(30)

Siagian (2008) menyatakan bahwa kepemimpinan yang terdapat dalam suatu

organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi

tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam

kinerja para pegawainya. Keberhasilan atau kegagalan yang dialami sebagian besar

dari organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-orang

yang diserahi tugas memimpin organisasi itu. Hal ini mencerminkan betapa besar

peran kepemimpinan dalam suatu organisasi, sehingga seorang pemimpin diharapkan

mempunyai kemampuan untuk memotivasi, mengarahkan, mempengaruhi dan

berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan organisasi itu bisa tercapai secara

efektif dan effisien.

Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku

bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan organisasi. (Hasibuan, 2003).

Istilah kepemimpinan itu sendiri berasal dari kata “pimpin” yang berarti

bimbing atau tuntun, dari kata ira lahiriah kata umum pemimpin yang artinya

seseorang yang memiliki kemampuan memimpin artinya kemampuan untuk

mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk

(31)

Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam mengarahkan, mendorong dan

mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai

suatu tujuan organisasi yang diinginkannya.

II.2.2. Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan

Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen,

2002) sebagai berikut:

1. Seorang yang belajar seumur hidup.

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya,

belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai

pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2. Berorientasi pada pelayanan.

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpjn dengan

prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi

pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3. Membawa energi yang positif.

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif

didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain.

Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang

(32)

tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin haras dapat menunjukkan

energi yang positif, seperti:

a. Percaya pada orang lain.Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk

staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan

pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan

kepedulian.

b. Keseimbangan dalam kehidupan : Seorang pemimpin haras dapat

menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan

keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.

Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan : Kata 'tantangan' sering diinterpretasikan

negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup

dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang

dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa

aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian,

dinamisasi dan kebebasan.

d. Sinergi : Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis

perubahan, Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi

adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut

The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja

(33)

e. perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang,

atasan, staf, teman sekerja.

f. Latihan mengembangkan diri sendiri : Seorang pemimpin harus dapat

memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia

tidak hanya berorientasi pada proses.

II.3. Teori Tentang Iklim Organisasi II.3.1 Pengertian Iklim Organisasi

Istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kalinya dipakai oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi

(psychological climate). Wirawan (2003) mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta

berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga

mempunyai pengaruh langsung kinerja anggota organisasi.

Iklim organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima

oleh anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim

organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam

organisasi atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut.

Semua organisasi tentu memiliki strategi dalam mengelola SDM. Iklim organisasi

yang terbuka memacu pegawai untuk mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan

tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian. Ketidakpuasan seperti

(34)

Iklim keterbukaan bagaimanapun juga hanya tercipta jika semua anggota

memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dan mempercayai keadilan tindakan iklim

organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi seorang tentang apa

yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku

anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan,

dibangun dan hargai oleh organisasi.

II.3.2 Dimensi Iklim Organisasi

Karakteristik atau dimensi iklim organisasi dapat mempengaruhi motivasi

anggota organisasi untuk berperilaku tertentu. Ia juga mengatakan enam dimensi yang

diperlukan, yaitu: (Wirawan, 2003).

1. Struktur.

Struktur merefleksikan perasaan bahwa karyawan diorganisasi dengan baik dan

mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab mereka.

Meliputi posisi karyawan dalam perusahaan.

2. Standar-standar.

Mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki kinerja dan derajat kebanggaan

yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya dengan baik. Meliputi

(35)

3. Tanggung jawab.

Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi “pimpinan diri

sendiri” dan tidak pernah meminta pendapat mengenai keputusannya dari orang

lain. Meliputi kemandirian dalam menyelesaikan pekerjaan.

4. Pengakuan.

Perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah menyelesaikan

pekerjaannya dengan baik. Meliputi imbalan atau upah yang terima karyawan

setelah menyelesaikan pekerjaan.

5. Dukungan.

Merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan dan saling mendukung

yang berlaku dikelompok kerja. Meliputi hubungan dengan rekan kerja yang lain.

6. Komitmen.

Merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai anggota organisasi.

Meliputi pemahaman karyawan mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh

(36)

Ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi iklim organisasi yaitu : (Pace dan

Don , 2000)

1. Kepercayaan. Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya

kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

2. Pembuatan keputusan bersama. Para pegawai di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam

semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka.

Para pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan

berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam

proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

3. Kejujuran. Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterus terangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu

mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah

mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah. Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang

berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi

(37)

orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan

perusahaan, organisasinya, para pemimpin, dan rencana-rencana.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas. Personel di setiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang

dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara

berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus

dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang

berlawanan.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja

tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah.

Sugiyono (2001) menyatakan bahwa ada 7 (tujuh) hal yang dapat diukur dalam

iklim organisasi yaitu :

1. Otonomi dan fleksibilitas. Artinya karyawan diberikan kewenangan untuk:

mengambil tindakan atau langkah dalam rangka menyelesaikan pekeIjaan dan tidak

kaku dalam menjalankan peraturan.

2. Menaruh kepercayaan dan terbuka. Karyawan diberi kepercayaan untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya dan diberi kebebasan

membicarakan hal-hal yang menyangkut masalah pekerjaan kepada rekan kerja

(38)

3. Simpati dan memberi dukungan Artinya karyawan mendapat perhatian atas masalah

yang dihadapi dalam menyelesaian pekerjaan kepada rekan keIja maupun kepada

pimpinan

4. Jujur dan menghargai Pimpinan melaksanakan tugasnya dengan memenuhi

perjanjian kerja yang disepakati dan menghargai kemampuan yang dimiliki

karyawan.

5. Kejelasan tujuan Artinya tujuan pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan telah

didefenisikan ( diuraikan ) dengan jelas.

6. Pekerjaan yang beresiko Karyawan diberi dorongan untuk tidak merasa takut

mempunyai pendapat yang berbeda dengan atasan dalam menerapkan metode kerja

yang dianggap lebih efesien.

7. Pertumbuhan kepribadian Artinya karyawan diberi kesempatan untuk meningkatkan

keahlian dan keterampilan dalam menunjang pelaksanaan tugas.

II.4. Teori Tentang Kinerja II.4.1 Pengertian Kinerja

Secara etimologis kata “kinerja” berasal dari bahasa inggris yakni

performance”. Dalam kamus Inggris Indonesia, Shadely dan Echos mengartikan performance sebagai : 1) daya guna, 2) prestasi kerja, dan 3) hasil. Dalam kamus

(39)

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2000).

Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan tertentu yang akhirnya

secara langsung dapat tercermin dari out put yang dihasilkan baik kuantitas maupun

kualitas. (Simamora, 2001).

Kinerja dapat ditafsirkan dan diartikan berbeda oleh para ahli yang dilihat

dari beberapa sudut pandang masing-masing. Namun secara umum, kenerja dapat

diartikan sebagai suatu prestasi kerja atau hasil kerja dari seorang karyawan atau

perusahaan atau pegawai suatu instansi pemerintah baik bersifat kwantitatif maupun

kwalitatif. Kinerja karyawan suatu perusahaan atau pegawai penting dicermati

perkembangannya karena kinerja karyawan secara menyeluruh akan memberikan

gambaran umum kepada performance suatu perusahaan atau instansi pemerintah.

II.4.2 Penilaian Kinerja

Schuler (2007) menyatakan bahwa penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil

termasuk tingkat ketidakhadiran. Hal ini memberikan bahwa penilaian kinerja yang

(40)

bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang sehingga

karyawan, organisasi dan masyarakat sama-sama memperoleh manfaat.

Waktu yang dipergunakan untuk mengadakan penilaian tergantung dari

tujuan pimpinan didalam penilaian itu. Apakah tujuannya untuk menetapkan

kenaikan upah, perubahan upah, penyesuaian tugas, pergeseran tugas, untuk

pendidikan dan sebagainya. Oleh sebab itu penggunaan waktu dalam penilaian jangan

terlalu singkat, karena waktu yang singkat akan dapat menghasilkan penilaian yang

kurang wajar.

Terdapat 3 (tiga) kriteria kinerja yang perlu dilakukan penilaian yaitu kriteria

berdasarkan sifat, kriteria berdasarkan perilaku dan kriteria berdasarkan hasil. Kriteria

berdasarkan sifat yang dinilai adalah difokuskan kepada karakteristik pribadi seorang

karyawan seperti loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan

memimpin. Kriteria berdasarkan perilaku yaitu yang bisa dilakukan penilaian

terhadap kinerja seorang karyawan meliputi bagaimana pekerjaan dilaksanakan yang

difokuskan kepada hubungan antar personal terutama antara pekerja dengan

pelanggan. Sedangkan kriteria berdasarkan hasil yang dilakukan penilaian meliputi

apa yang telah dihasilkan oleh karyawan dan apa yang telah dicapainya.

Kinerja seorang pegawai akan baik jika pegawai mempunyai keahlian yang

(41)

harapan masa depan. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi

perilaku kerja dan kinerja individu, yaitu: (Prawirosentono, 1999).

1. Variabel individu yang terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan, latar

belakang pribadi dan demografis. variabel kemampuan dan ketrampilan

merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu.

Sedangkan variabel demografis mempunyai pengaruh yang tidak langsung

2. Variabel organisasi yang terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan,

imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Variabel imbalan akan berpengaruh

terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara langsung mempengaruhi

kinerja individu. Pemberian imbalan mempunyai pengaruh yang lebih besar

terhadap kinerja pegawai dibanding pada kelompok pegawai yang tidak diberi

3. Variabel psikologis yang terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar

dan motivasi. Variabel yang banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial,

pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.

II.4.3 Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah tugas setiap pimpinan. Pimpinan harus menilai

bawahannya dan merupakan alat baginya untuk dapat memajukan bawahannya.

Penilaian kinerja ini sangat berguna bagi perusahaan maupun bagi pegawai itu

sendiri. Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber

(42)

proses kekaryaan karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan

dimana karyawan tersebut bekerja.

Pada instansi pemerintah, penilaian kinerja juga dilakukan oleh unsur

pimpinan terhadap staf dibawahnya, tetapi belum begitu mendetail terhadap seluruh

rincian pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab pegawai, namun demikian

penilaian yang dilakukan terhadap seorang pegawai negeri sipil lebih bersifat

menyeluruh dan bukan hanya masalah pelaksanaan pekerjaan tetapi juga mencakup

faktor-faktor diluar pekerjaannya.

Untuk Pegawai Negeri Sipil, penilaian terhadap kinerja pegawai disebut

dengan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Unsur-unsur yang dinilai

terhadap Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil terdiri dari unsur kesetiaan,

prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa dan

kepemimpinan. Khusus unsur kepemimpinan hanya dilaksanakan penilaian terhadap

Pegawai Negeri Sipil yang memegang Jabatan Struktural Eselon I s/d IV, sedangkan

untuk Pegawai Negeri Sipil yang hanya bersifat sebagai staf biasa tidak dilakukan

penilaian unsur kepemimpinan.

Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (DP3)

merupakan dokumen yang sangat penting dalam rangka pengukuran kinerja pegawai

sehingga dokumen ini semestinya disakralkan oleh para pegawai dan para penilai

(43)

masyarakat. Kinerja pegawai merupakan upaya peningkatan hasil kerja sehingga

memberikan prestasi yang memuaskan sesuai dengan standar minimal yang tertuang

dalam uraian kerja.

Berdasarkan hal di atas itu para pimpinan perlu mengetahui apakah para

karyawan/pegawai setelah melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif perlu

diadakan perbaikan. Sistem manajemen kineja yang dimaksudkan adalah bagaimana

setiap manajer melakukan proses penetapan standar kinerja dan penilaian kinerja

karyawannya untuk menghasilkan keputusan sumber daya manusia yang objektif dan

juga memberikan dokumentasi untuk mendukung keputusan itu.

II.4.4 Jenis Pengukuran Kinerja

Ada beberapa jenis pengukuran kinerja yaitu : (Prasetya dan Fitri, 2009)

1. Produktivitas

Produktivitas adalah suatu ukuran seberapa baik kita mengkonversi input dari

proses transformasi ke dalam output. Dalam pengertian yang paling luas,

produktivitas dapat digambarkan sebagai : produktivitas = output / input. 2. Kapasitas

Kapasitas adalah suatu ukuran yang menyankup kemampuan output dari suatu

proses. Ukuran kinerja ini adalah secara khas diperkenalkan di dalam unit output

per unit waktu. Design kapasitas menggambarkan sebagai tingkat keluaran yang

(44)

dimana sistem akan dirancang. Derajat yang mana suatu perusahaan

menggunakan kapasitas produksinya yang ditunjuk sebagai pemanfaatan

kapasitas yang digambarkan sebagi berikut : Capacity Utilization = Actual output / Design Capacity.

3. Kualitas

Kualitas dari proses pada umumnya diukur dengan tingkat ketidaksesuaian dari

produk yang dihasilkan. Yang termasuk ketidaksesuaian disini adalah mengenali

dengan cara menyesuaikan diri ; kedua-duanya secara internal (sebelum

mengirimkan produknya kepelanggan) seperti halnya secara eksternal.

4. Kecepatan Pengiriman

Kecepatan pengiriman ada dua dimensi, pertama jumlah waktu antara produk

ketika dipesan untuk dikirimkan kepelanggan atau product lead time, kedua adalah variabilitas dalam waktu pengiriman.

5. Fleksibel

Adalah mengukur bagaimana proses transformasi menjadi baik dengan

membutuhkan kinerja disini. Ada tiga dimensi dari fleksibel, pertama bentuk dari

fleksibel menandai bagaimana kecepatan proses dapat masuk dari memproduksi

satu produk atau keluarga produk untuk yang lain. Kedua adalah kemampuan

bereaksi untuk berubah dalam volume. Ketiga, kemampuan dari proses produksi

(45)

6. Kecepatan proses

Disebut juga sebagai kecepatan manufaktur yaitu perbandingan nyata melalui

waktu yang diambil dari produk untuk melewati proses yang dibagi dengan nilai

tambah waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi produk atau jasa.

Menurut Stoner (2002) bahwa indikator dari kinerja terbagi atas beberapa

hal, yaitu:

a. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas sesuai standar, yaitu standar yang

ditetapkan oleh atasan atau perusahaan sebagai indikasi kinerja pegawai.

Pencapaian standar atau melebihi standar akan membawa penilaian yang baik

terhadap pegawai tersebut.

b. Kerjasama dengan rekan sekerja, yaitu setiap pegawai harus mengetahui sedikit

pekerjaan dari rekan sekerja, sehingga mampu membantu masalah yang

dihadapi baik oleh pegawai maupun rekan sekerjanya.

c. Produktivitas yang dicapai, produktivitas sebagai tolak ukur hasil kerja yang

mencerminkan kinerja seseorang. Produktivitas yang tinggi sama dengan

kinerja pegawai yang baik.

d. Tanggung jawab, yaitu ukuran dari pegawai dalam mengambil sikap dan

tindakan yang bisa dipertanggung jawabkan kepada atasan.

e. Disiplin kerja, yaitu sikap dan tindakan mematuhi peraturan yang

(46)

f. Kreativitas, yaitu ukuran bagi hasil kerja yang memiliki cara atau metode baru

yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sebelumnya.

II.5. Teori Tentang Komunikasi Pegawai II.5.1 Pengertian Komunikasi Pegawai

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan

orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.

Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk

dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam

kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan

masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin

dan bawahan/karyawan.

Komunikasi diartikan sebagai gabungan persepsi-persepsi mengenai

peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai lainnya,

harapan-harapan, konflik antar personal dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam

organisasi. (Pace dan Don, 2000).

Begitu juga halnya dengan Komunikasi yang merupakan proses di mana

suatu ide dialihkan dari sumber kepada sumber satu penerima atau lebih dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Dewi, 2006)

Ada beberapa definisi komunikasi yang mudah dipahami, antara lain :

(47)

1. Komunikasi adalah proses dimana merupakan kegiatan pengiriman dan

penerimaan pesan yang berlangsung secara dimanis.

2. Komunikasi jika dipandang secara simbolik komunikasi menggunakan berbagai

lambang atau simbol yang dinyatakan dalam bentuk verbal dan non verbal.

3. Komunikasi adalah suatu sistem komunikasi terdiri atas unsur-unsur yang saling

bergantung dan merupakan satu kesatuan yang integratif. 

Panuju (2001) dalam bukunya “Komunikasi Organisasi” mengungkapkan

bahwa komunikasi mempunyai andil membangun iklim organisasi, yang berdampak

kepada membangun budaya oranisasi, yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik

pusat organisasi.

Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi, maka komunikasi

dapat digolongkan ke dalam tiga kategori: (Onong, 2001)

1. Komunikasi antar pribadi

Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan

informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga

dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.

2. Komunikasi kelompok

Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah

(48)

menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi

antar pribadi.

3. Komunikasi massa

Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang

meliputi cetak dan elektronik.

II.5.2 Fungsi Komunikasi Pegawai

Suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,

komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi,

yaitu: (Herwan, 2009).

1. Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi

(information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik

dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi

dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya

dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam

suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi

untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang

(49)

informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan

sebagainya.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam

suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang

berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:

a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka

yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang

disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk

memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi

kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority)

supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun

demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung

pada:

1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.

2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin

sekaligus sebagai pribadi.

(50)

b. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya

berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian

peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu

membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka

banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada

memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh

karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau

pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan

dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi

formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin)

dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti

perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga

(51)

II.5.3 Gaya Komunikasi Pegawai

Gaya komunikasi akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang

bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan

tindak berbagi informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam

organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh

orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi

kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan

bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi,

bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita

memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.

Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu.

Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang

dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang

tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung

(52)

Adapun jenis-jenis gaya komunikasi tersebut antara lain : (Herwan, 2009)

1. The Controlling style

Gaya kom un ikasi yan g bersifat m en gen dalikan in i, ditan dai den gan adan ya satu

kehen dak atau m aksud un tuk m em batasi, m em aksa dan m en gatur perilaku,

pikiran dan tan ggapan oran g lain . Oran g-oran g yan g m en ggun akan gaya

kom un ikasi in i diken al den gan n am a kom un ikator satu arah atau on e-w ay

com m unications.

2. The Equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The

equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus

penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah

(two-way traffic of communication).

c. The Structuring style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal

secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus

dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.

Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk

mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan

organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi

(53)

d. The Dynamic style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena

pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya

berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication

ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa

para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).

e. The Relinguishing style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,

pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi

perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi

perintah dan mengontrol orang lain.

f. The Withdrawal style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak

komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini

untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun

kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

II.6. Teori Tentang Komitmen Pegawai II.6.1 Pengertian Komitmen Pegawai

Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan

(54)

mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi

pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup

unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi

terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Menurut Robbins (2007), komitmen organisasi dikatakan sebagai suatu

keadaan atau derajat sejauh mana seseorang karyawan memihak pada suatu

organisasi tertentu dengan tujuan–tujuannya, serta memelihara keanggotaan dalam

organisasi itu. Konstruksi dari komitmen organisasi memusatkan perhatian pada

kesetiaan individu atau karyawan terhadap organisasi atau perusahaan. Ini merupakan

kondisi psikologi atau orientasi karyawan atau individu terhadap organisasi, dimana

individu atau karyawan dengan senang hati tanpa paksaan untuk mengeluarkan energi

ekstra demi kepentingan suatu organisasi atau perusahaan.

Gibson (2000) berpendapat bahwa istilah iklim organisasi merupakan

gambaran iklim psikologis atau kepribadian organisasi. Iklim organisasi dapat

mempengaruhi orang secara potensial dan menjadi penggerak kehidupan organisasi,

oleh karena itu iklim organisasi merupakan suatu konsep yang penting bagi pimpinan

dan melalui iklim organisasi yang efektif pimpinan mampu mengelola komitmen

anggotanya.

(55)

Rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggung jawab seseorang

dalam menjalankan tugasnya. Mempersoalkan komitmen sama dengan

mempersoalkan tanggung jawab, dengan demikian, ukuran komitmen seorang

pimpinan yang dalam hal ini adalah kepala sekolah adalah terkait dengan

pendelegasian wewenang (empowerment). Dalam konsep ini pimpinan dihadapkan pada komitmen untuk mempercayakan tugas dan tanggung jawab ke bawahan.

Sebaliknya, bawahan perlu memiliki komitmen untuk meningkatkan kompetensi diri.

II.6.2 Komponen Komitmen Pegawai

Mowday yang dikutip Sopiah (2008) menyakan ada tiga aspek komitmen

antara lain :

1. Affective commitment, yang berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat pada organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri.

Kunci dari komitmen ini adalah want to.

2. Continuance commitment, adalah suatu komitmen yang didasarkan akan kebutuhan rasional. Dengan kata lain, komitmen ini terbentuk atas dasar untung

rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada

suatu organisasi. Kunci dari komitmen ini adalah kebutuhan untuk bertahan

(56)

3. Normative Commitment, adalah komitmen yang didasarkan pada norma yang ada dalam diri karyawan, berisi keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap

organisasi. Ia merasa harus bertahan karena loyalitas. Kunci dari komitmen ini

adalah kewajiban untuk bertahan dalam organisasi (ought to).

II.6.3 Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

Komitmen pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui

proses yang cukup panjang dan bertahap. Steers yang dikutip Sopiah (2008)

menyatakan 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan antara

lain :

1. Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi

kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan

2. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan

sekerja.

3. Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara

pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang

organisasi.

Sementara itu, Minner yang dikutip Sopiah (2008) mengemukakan empat

(57)

1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman

kerja dan kepribadian

2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan,

konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

3. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi,

kehadiran serikat pekerjan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi

terhadap karyawan.

4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh

terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru

beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam

organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.

II.7. Kerangka Konseptual

Kepemimpinan

Gambar II.1. Kerangka Konseptual

Suatu organisasi membutuhkan kinerja dari para anggotanya untuk mencapai

tujuannya. Menurut Simamora (2001) kinerja merupakan suatu pencapaian Iklim Organisasi

Kinerja Pegawai Komunikasi Pegawai

Gambar

Gambar II.1. Kerangka Konseptual
Tabel III.1. Operasionalisasi Variabel
Tabel III.2  Hasil Analisis Validitas Angket Untuk Variabel Kepemimpinan (X1)
Tabel III.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer adalah sumber data penelitan yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).. Data

Hasil penurunan parameter Kekeruhan pada media kuarsa dapat dilihat pada tabel 4 : Tabel 4. Hal ini juga menunjukkan bahwa reaktor slow sand filter mampu mereduksi/menyaring

Pada kasus gadai mobil sewa tersebut sebagai pelaku adalah M. Ubaidillah Effendi dan Agus Sumaryanto yang berposisi sebagai penyewa mobil milik Cycilia Cyntia

Terbinanya SDM  yang diukur dari  terpenuhinya  kebutuhan guna  melaksananakan  tugas sesuai .

Secara internal Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar tahun 2010 pada dasarnya dapat memberikan sebagian gambaran dari pembangunan kesehatan Kebupaten Polewali

[r]

Melakukan suatu bentuk kegiatan dengan mengedepankan kalender event yang sudah ada atau yang menjadi program pemerintah kabupaten bekasi menjadi acuan bagi Radio Wibawa Mukti

Mereka sudah menjadi warga kehormatan yang meramaikan aktivitas warga Desa, adapun kegiatan yang telah dilakukan meliputi: (1) koleksi data mulut gua dan telaga