• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Konseptual

Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi dan dipengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual, dimana variabel yang dipengaruhi (terikat) adalah tingkat suku bunga deposito. Variabel yang mempengaruhi (bebas) merupakan faktor eksternal dan faktor internal, dimana faktor eksternal adalah inflasi, BI-Rate, pertumbuhan ekonomi, dan LIBOR, sedangkan faktor internal adalah ROA, LDR, CAR. Dalam kesempatan ini, peneliti akan menjelaskan bagaimana hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat:

1. Pengaruh faktor eksternal terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka.

Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian terdahulu, diantaranya penelitian Amilia dan Utomo (2006) dalam penelitiannya yang mengambil judul faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia. Penelitian luciana dan anton menyimpulkan bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan pada deposito dengan jangka waktu 3 bulan, tetapi pada jangka waktu 6 dan 12 bulan, tingkat inflasi kurang memiliki pengaruh secara nyata. Menurut Bank Indonesia BI-Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter, pergerakan di suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa BI-rate memiliki pengaruh terhadap penetapan suku bunga deposito berjangka. Menurut penelitian Sianipar (2006), yang melakukan penelitian dengan judul determinan tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia. Variabel dependen adalah tingkat suku bunga deposito dan variabel independen adalah SBI, LIBOR, dan Inflasi. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa SBI, LIBOR, dan Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di indonesia. 2. Pengaruh faktor internal terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka

Menurut penelitian Amilia dan Utomo (2006), menyimpulkan bahwa faktor internal yang paling berpengaruh terhadap penetapan suku bunga deposito berjangka adalah ROA dan LDR, dimana kedua variabel tersebut mempengaruhi secara signifikan tingkat suku bunga deposito 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Sedangkan CAR menurut penelitian luciana dan anton kurang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka. Dari penjelasan diatas, maka dapat digambarkan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan skema sebagai berikut:

Faktor Eksternal:

Faktor Intenal:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan hasil pemikiran rasional yang dilandasi oleh teori, dalil, hukum, dan sebagainya yang sudah ada sebelumnya yang kebenarannya masih diragukan. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: a. Inflasimemiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga

deposito 3 bulan.

b. BI-rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.

c. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.

Tingkat suku bunga deposito 3 bulan. Inflasi BI-rate Pertumbuhan Ekonomi LIBOR ROA LDR CAR

d. LIBORmemiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.

e. ROA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.

f. LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.

g. CAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peranan sektor perbankan sangat dibutuhkan dalam perekonomian maupun lingkungan masyarakat. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bank memiliki tiga kegiatan utama, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.

Salah satu kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat, yaitu dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito. Dalam kegiatan menghimpun dana salah satunya dilakukan kegiatan simpanan deposito. Simpanan deposito merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan bilyet deposito atau sertifikat deposito (kasmir, 2014:69).

Sama seperti simpanan giro dan simpanan tabungan, simpanan deposito juga memiliki bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah agar tertarik untuk menyimpan uangnya di bank. Dalam simpanan deposito, tingkat bunga yang ditetapkan berbeda setiap jangka waktu jatuh tempo penarikan deposito. Jangka waktu penarikan deposito berjangka bervariasi mulai dari 1, 3, 6, 12, 18, sampai dengan 24 bulan.

Dalam penelitian ini, tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito berjangka 3 bulan. Karena merujuk pada penelitian terdahulu yaitu penelitian Almalia dan Utomo (2006) dengan judul faktor-faktor yang memengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia, menunjukkan hasil dimana variabel-variabel bebas lebih banyak mempengaruhi tingkat suku bunga deposito 3 bulan dibanding tingkat suku bunga deposito 6 dan 12 bulan. Oleh sebab itu peneliti lebih tertarik untuk meneliti tingkat suku bunga deposito 3 bulan.

Tingkat suku bunga deposito tidak selalu tetap atau dengan kata lain selalu mengalami fluktuasi, banyak faktor yang dapat memengaruhi pergerakan tingkat suku bunga deposito baik itu faktor eksternal maupun faktor internal, salah satunya adalah inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara (Tajul, 2005 : 5).

Permasalahan inflasi yang terjadi pada tahun 1998 menunjukkan sejarah perekonomian Indonesia yang buruk. Permasalahan inflasi ini terjadi karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mengakibatkan harga-harga naik secara drastis dan mengakibatkan meningkatnya inflasi.

Tabel 1.1

Rata-Rata Inflasi, BI-rate, Pertumbuhan Ekonomi, LIBOR danTingkat Suku Bunga Deposito 3 Bulan pada Bank Umum di Indonesia

Periode Inflasi (%) BI-rate(%) Pertumbuhan ekonomi (%) LIBOR (%)

Suku bunga deposito 3 bulan (%) 2005 Tw 3 8,41 9,08 5,84 3,78 7,88 Tw 4 17,79 12,00 5,11 4,33 10,62 2006 Tw 1 16,90 12,75 5,13 4,77 12,25 Tw 2 15,51 12,58 4,93 5,22 11,85 Tw 3 14,87 11,75 5,86 5,43 11,32 Tw 4 6,05 10,25 6,06 5,37 10,23 2007 Tw 1 6,36 9,25 6,06 5,36 8,87 Tw 2 6,02 8,75 6,73 5,36 8,08 Tw 3 6,51 8,25 6,74 5,44 7,55 Tw 4 6,73 8,17 5,84 5,03 7,41 2008 Tw 1 7,64 8,00 6,22 3,29 7,34 Tw 2 10,12 8,25 6,30 2,75 7,35 Tw 3 11,96 9,00 6,25 2,91 8,56 Tw 4 11,50 9,42 5,28 2,77 10,72 2009 Tw 1 8,56 8,25 4,52 1,24 11,04 Tw 2 5,67 7,25 4,14 0,84 9,67 Tw 3 2,76 6,58 4,27 0,41 8,69 Tw 4 2,59 6,50 5,60 0,27 7,71

Sumber: Bank Indonesia, ICE Benchmark Administration (IBA) LIBOR (2016)

Pada tahun 2005tingkat inflasi pada triwulan 4 mencapai 17,79 % dan terus pada tingkat tertinggi sampai tahun 2006,ini adalah tingkat inflasi paling tinggi yang pernah terjadi di perekonomian indonesia. Hal ini disebabkan oleh harga komoditas minyak dan non-minyak dunia yang mengalami kenaikan sehingga menyebabkan inflasi meningkat. Tetapi pada akhir tahun 2005 tercatat tingkat inflasimengalami penurunan sampai pada tahun 2006 triwulan 1 yaitu dari 17,79% menjadi 16,90% dan jika dilihat pada data tingkat suku bunga deposito pada tahun yang sama mengalami peningkat dari 10,62% menjadi 12,25%. Kemudian pada tahun 2008 triwulan 1 mengalami kenaikan dari 7,64% menjadi 10,12% dimana terdapat selisih 2,48% sedangkat tingkat suku bunga deposito hanya naik 0,01% dari 7,34% menjadi 7,35%.

Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI-Rate). Dalam tataran operasional, BI-Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter. Sejak 9 Juni 2008, BI menggunakan suku bunga Pasar Uang Antara Bank (PUAB)1 overnight (o/n) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter.

Agar pergerakan suku bunga PUAB o/n tidak terlalu melebar dari anchor-nya (BI Rate), Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil melalui pelaksanaan operasi moneter.Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI-Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI-Rateapabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.Dengan adanya BI-Ratemaka diharapkan inflasi dapat dikendalikan sehingga jumlah uang beredar juga dapat terkendali, dimana apabila pemerintah menaikkan suku bunga BI-Rate maka bank-bank umum akan menaikkan tingkat suku bunganya agar masyarakat menyimpan uangnya dalam bentuk deposito sehingga dengan demikian tingkat jumlah uang beredar dimasyarakat akan berkurang dan inflasi dapat ditekan.

Menurut penjelasan diatas, dikatakan bahwa perubahan pada perkiraan inflasi akan mempengaruhi suku bunga BI-rate pada akhirnya akan diikuti oleh suku bunga deposito. Dari data yang diperoleh dari Bank Indonesia, terlihat pada triwulan 1 tahun 2006, BI-rate mengalami kenaikan mencapai 12,75% dan apabila dilihat pada data tingkat suku bunga deposito 3 bulan juga mengalami kenaikan pada waktu yang sama yaitu sebesar 12,25%. Dan begitu seterusnya fluktuasi BI-Rate akan diikuti oleh tingkat suku bunga deposito 3 bulan.

Pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya pertambahan/perubahan pendapatan nasional baik itu dilihat dari sisi produksi nasional, GDP, atau GNP. Menurut pandangan Adam Smith, dalam buku ekonomi pembangunan: proses, masalah dan dasar kebijakan (Sukirno, 2007:245) mengatakan bahwa apabila pendapatan nasional meningkat maka akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang lebih banyak. Dimana pertumbuhan ekonomi diukur oleh laju pendapatan nasional, maka dengan mengacu pada pandangan dari Adam Smith, ketika pendapatan nasional meningkat maka akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang lebih banyak. Dalam hal ini, ketika masyarakat yang menabung uangnya di bank khususnya dalam bentuk deposito mengalami peningkatan, maka bank akan menurunkan tingkat suku bunga depositonya dimana tingkat suku bunga deposito itu sendiri adalah sebagai rangsangan bagi nasabah untuk menanamkan dananya di bank. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi akan memengaruhitingkat suku bunga deposito secara negatif.

Bila sekilas dilihat dari data pada tabel 1.1, pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi mulai dari triwulan 1 yaitu sebesar 5,94 % mengalami penurunan sampai triwulan 4 sebesar 5,11%, sedangkan pada tingkat suku bunga deposito mengalami kenaikan pada tahun yang sama dari triwulan 1 sebesar 6,79 sampai pada triwulan ke 4 sebesar 10,62 %.

Di Indonesia perkembangan suku bunga dalam negeri juga dipengaruhi oleh suku bunga internasional. Penurunan dan peningkatan suku bunga dalam negeri sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mengupayakan perbedaan selisih antara suku bunga dalam negeri dan suku bunga internasional. Suku bunga LIBOR akan mempengaruhi penetapan suku bunga di dunia, LIBOR digunakan sebagai referensi (benchmark) untuk suku bunga jangka pendek praktis di seluruh dunia. Kebanyakan produk-produk finansial seperti deposito menggunakan LIBOR sebagai acuan. Seperti yang dapat dilihat pada data suku bunga LIBOR dan suku bunga deposito pada tabel 1.1, perkembangan keduanya mengalami fluktuasi yaitu adanya peningkatan dan penurunan. Seperti pada tahun 2005, LIBOR mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2006 yaitu dari 2,84% sampai dengan 5,43% dan kembali mengalami penurunan, begitu juga dengan perkembangan suku bunga deposito, pada tahun 2005 sampai dengan 2006 mengalami kenaikan yaitu sebesar 6,79% sampai dengan 12,25% dan kemudian selanjutnya mengalami penurunan.

Kinerja keuangan bank dapat diukur dengan 3 rasio, yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Dimana dari rasio likuiditas digunakan LDR (loan to

dari rentabilitas digunakan ROA (return on asset). Ketiga rasio tersebut merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi tingkat suku bunga deposito, dimana faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam bank yaitu kinerja keuangan bank. Dalam penelitian ini digunakan rasio kinerja keuangan dari lima bank umum terbesar di Indonesia, dimana lima bank terbesar tersebut diukur dari segi asetnya (dapat dilihat pada lampiran 1). Alasan peneliti memilih lima bank terbesar di Indonesia adalah dari segi persaingan, dimana bank-bank terbesar ini memiliki jumlah aset dan jumlah nasabah paling banyak sehingga ketika bank-bank ini mengubah suku bunganya, maka hal tersebut akan mempengaruhi pasar dan bank-bank lain akan merasa tersaingi sehingga pada akhirnya akan mengikuti perubahan tingkat suku bunga tersebut. Dengan alasan tersebut maka peneliti merasa kelima bank terbesar ini sudah cukup mewakili untuk menjelaskan perubahan tingkat suku bunga bank umum di Indonesia.

Tingginya ROA suatu bank menunjukkan tingginya profitabilitas bank, sehingga banyak nasabah yang merasa aman menyimpan dananya dalam bentuk deposito. Tetapi dalam kondisi seperti ini, ketika profitabilitas sudah tinggi bank tidak memerlukan dana dari masyarakat dan untuk mengatasi keinginan nasabah untuk menyimpan dananya maka diturunkanlah tingkat suku bunga deposito agar mengurangi jumlah nasabah yang ingin menyimpan dananya dalam bentuk deposito.

Tabel 1.2

Rata-Rata ROA, LDR, CAR dan Tingkat Suku Bunga Deposito 3 Bulan pada Bank Umum Di Indonesia

Periode ROA(Return On Asset) (%) LDR (Loan to Deposit Ratio) (%) CAR (Capital Adequacy Ratio) (%)

Tingkat suku bunga deposito 3 bulan (%) 2005 Tw 3 2,20 64,00 18,80 7,88 Tw 4 2,20 61,20 18,60 10,62 2006 Tw 1 2,20 61,00 22,20 12,25 Tw 2 2,00 61,60 21,20 11,85 Tw 3 2,00 60,80 20,20 11,32 Tw 4 2,20 59,80 19,60 10,23 2007 Tw 1 2,40 60,20 21,80 8,87 Tw 2 2,40 63,00 19,80 8,08 Tw 3 2,40 64,40 19,20 7,55 Tw 4 2,20 60,40 18,00 7,41 2008 Tw 1 2,20 67,40 18,40 7,34 Tw 2 2,20 69,60 15,60 7,35 Tw 3 2,00 73,60 14,80 8,56 Tw 4 2,20 68,60 14,60 10,72 2009 Tw 1 2,00 69,20 15,40 11,04 Tw 2 2,00 70,00 14,60 9,67 Tw 3 2,20 71,60 14,60 8,69 Tw 4 2,40 69,60 13,80 7,71

Sumber: Data Rasio Keuangan Bank Umum Bank Indonesia (2016)

Jika dilihat pada data tahun 2005 triwulan 1 menunjukkan ROA sebesar 3% dan pada triwulan 2 turun menjadi 2%, pada saat yang sama tingkat suku bunga deposito pada triwulan 1 sebesar 6,79% dan mengalami peningkatan pada triwulan 2 sebesar 7,03%.

Kegiatan bank adalah menghimpun dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Dana yang diperoleh oleh bank dalam bentuk simpanan baik itu tabungan, deposito, maupun giro harus disalurkan kembali dalam bentuk kredit sehingga bank mendapatkan penerimaan bunga,

dengan demikian bank akan memperoleh laba dan dapat melangsungkan kehidupannya. LDR (loan to deposit ratio) digunakan untuk melihat perbandingan dari dana yang disalurkan dalam bentuk kredit dan dana yang diterima dari pihak ketiga,dimana semakin tinggi LDR maka likuiditas bank tersebut akan berkurang, ketika likuiditas berkurang maka itu artinya kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya berkurang, dalam hal ini deposito merupakan kewajiban bagi bank. Oleh sebab itu, peneliti ingin melihat apakah dengan adanya masalah likuiditas pada bank akan mempengaruhi penentuan tingkat suku bunga deposito atau tidak.

Dampak selanjutnya yang dapat timbul adalah ketika inflasi meningkat maka perusahaan-perusahaan akan sulit mendapatkan laba karena harga barang di pasar mengalami kenaikan dan daya beli masyarakat menurun. Perusahaan yang melakukan kredit ke bank-bank akan mengalami kesulitan dalam mengembalikan kredit tersebut sehingga menyebabkan kredit macet. Ketika kredit macet terjadi pada suatu bank, maka bank akan kesulitan dalam membiayai operasionalnya dan juga kesulitan dalammenyisihkan modalnya untuk pendanaan penghapusan kredit macet. Oleh sebab itu, hal ini akan berdampak padakecukupan modal perbankan (dapat dihitung dengan menggunakan capital edequacy ratio / CAR). Semakin rendah CAR, maka perbankan akan kesulitan dalam menjalankan kegiatan opersionalnya sehingga corporate value dari bank akan menurun di pasar. Pada saat corporate value suatu bank buruk di mata masyarakat maka hal ini akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank tersebut sehingga masyarakat tidak mau menyimpan uangnya di bank khususnya dalam

bentuk deposito. Sehingga peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh antara CAR terhadap penetapan tingkat suku bunga deposito.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara tingkat inflasi, BI-RATE, pertumbuhan ekonomi, LIBOR, CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), dan LDR (Loan

to Deposit Ratio) terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan. Oleh sebab itu

permasalahan-permasalahan diatas telah menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul“Analisis Faktor Eksternal Dan Faktor Internal Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum Di Indonesia”.

Dokumen terkait