• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Konseptual Konsep Tataniaga

Tataniaga atau pemasaran dari aspek ekonomi dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan atau fungsi yang dibutuhkan untuk menggerakkan input atau produk yang dihasilkan oleh produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir.

Tabel 4 Karateristik struktur pasar berdasarkan sudut penjual dan pembeli

Karateristik Struktural Struktur Pasar dari Sisi Jumnlah Perusahaan Sifat Produk Penjual Pembeli 1. Banyak 2. Banyak 3. Sedikit 4. Sedikit 5. Sedikit Standardisasi Diferensiasi Standardisasi Diferensiasi Unik Persaingan Sempurna Persaingan Monopolistik Oligopoli Murni Oligopoli Diferensiasi Monopoli Persaingan Sempurna Persaingan Monopolistik Oligopsoni Murni Oligopsoni Diferensiasi Monopoli

20

Dengan demikian, pemasaran pertanian merupakan suatu sistem yang terdiri atas sub-sub sistem dari fungsi-fungsi pemasaran (fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas), dan merupakan kegiatan produktif yang pelaksanaan fungsi tersebut dilakukan oleh lembaga tataniaga (Hammond dan Dahl dalam Asmarantaka, 2012). Rangkaian fungsi yang disebutkan di atas dapat diartikan sebagai aktivitas bisnis (Kohls dan Uhl, 2002). Hal tersebut dikarenakan masing- masing fungsi memberikan nilai tambah bagi produk tersebut. Baik itu berupa proses pengolahan, pengemasan, sortasi atau kegiatan pendistribusian produk dari produsen hingga ke konsumen akhir.

Pengertian lain disebutkan, bahwa tataniaga dari aspek ekonomi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari sub-sub sistem dan merupakan aktivitas dari kegiatan bisnis yang produktif dalam mengalirkan produk dari produsen hingga konsumen akhir. Sedangkan dari aspek manajemen mengandung pengertian bahwa tataniaga merupakan sebuah proses sosial dan manajerial yang didalamnya baik individu maupun kelompok masyarakat mendapatkan apa keinginan dan kebutuhan mereka dengan menciptakan, menawarkan, menukarkan produk baik berupa barang atau jasa yang bernilai kepada pihak lain yang membutuhkan (Tomek dan Robinson dalam Zulkarnaini, 2010).

Dengan demikian pemasaran atau tataniaga merupakan kegiatan yang melibatkan lebih dari satu perusahaan, dimana setiap perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut saling terhubung satu sama lain dalam rangka mengalirkan produk dari petani (farmers) sebagai produsen primer hingga produk sampai ke tangan konsumen akhir.

Lembaga Tataniaga

Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga/pemasaran, dimana barang-barang bergerak dan berpindah dari produsen (petani) ke pihak konsumen akhir. Asmarantaka (2012) menjelaskan kelembagaan tataniaga adalah berbagai organisasi bisnis atau kelompok bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan aktivitas bisnis (fungsi-fungsi pemasaran). Sedangkan Hanafiah dan Saefudin (1986), menjelaskan bahwa lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dimana barang bergerak dari produsen sampai konsumen.

Menurut Limbong dan Sitorus (1987) lembaga pemasaran merupakan suatu badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tataniaga atau pemasaran menurut fungsinya dapat dibedakan atas :

a) Lembaga fisik tataniaga yaitu lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi fisik . misalnya badan pengangkut / transportasi.

b) Lembaga perantara tataniaga ialah suatu lembaga yang khusus mengadakan fungsi pertukaran.

c) Lembaga fasilitas tataniaga ialah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi fasilitas seperti bank desa, kredit, desa, KUD.

Produsen adalah sekelompok orang yang memiliki tugas utama untuk menghasilkan barang/produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Mereka terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolah hasil perikanan. Namun disamping berproduksi, mereka sering kali aktif melakukan beberapa fungsi

21 tataniaga/pemasaran tertentu untuk menyalurkan hasil produksinya ke konsumen (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Sedangkan pedagang perantara (midlemen atau intermediary) adalah mereka yang berusaha dalam bidang tataniaga/pemasaran untuk menjadi perantara antara produsen dengan konsumen untuk menyalurkan barang/produk dari produsen kepada konsumen dengan cara membeli dan mengumpulkan barang yang berasal dari produsen dan menyalurkannya kepada konsumen. Asmarantaka (2012) mengatakan pedagang perantara (merchant middlemen) adalah individu pedagang yang melakukan penanganan berbagai fungsi tataniaga dalam pembelian dan penjualan produk dari produsen ke konsumen. Termasuk kedalam kelompok pedagang perantara adalah pedagang pengumpul (assembler), pedagang eceran (retailers) dan pedagang grosir (wholesalers) (Asmarantaka, 2012).

Adapun lembaga pemberi jasa (facilitating agencies) adalah mereka yang memberi jasa atau dukungan fasilitas dengan tujuan untuk memperlancar kegiatan tataniaga yang ada. Menurut para ahli, lembaga pemberi jasa adalah organisasi (facilitative organization) yang membantu memperlancar aktivitas pemasaran atau pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran. Termasuk kedalam lembaga pemberi jasa pelelangan dan asosiasi importir-eksportir, pembiayaan (bank), usaha pengangkutan (Asmarantaka, 2012). Center for Coral Reef Studies Universitas Hasanuddin (2002) menjelaskan, bahwa lembaga pemasaran dapat digolongkan berdasarkan pemilikan dan penguasaan atas barangnya, yaitu :

1. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki barang, tetapi menguasai barang tersebut seperti: agen perantara (broker), selling broker, dan buying broker; 2. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai barang seperti: pedagang

pengumpul, pedagang pengecer, pedagang ekspor, impor dan sebagainya; 3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang

seperti: lembaga pemasaran fasilitas.

Pada umunya lembaga pemberi jasa memiliki peranan yang penting untuk mendistribusikan produk dari produsen ke konsumen. Karena produk perikanan memiliki sifat tidak tahan lama, perishable, bulky dan voluminous. Sehingga dalam kegiatan pendistribusian terdapat kegiatan-kegiatan pengumpulan, penyimpanan dan penimbangan yang bertujuan agar pelaku pemasaran dapat memasok barang dengan jumlah yang sesuai dengan permintaan yang diinginkan oleh konsumen secara kontinu.

Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga pada prinsipnya adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang saling berhubungan satu sama lain agar produk yang dihasilkan oleh produsen dapat sampai ke tangan konsumen akhir untuk di konsumsi. Hal tersebut untuk mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan pemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya. Karena sebagian besar produsen disektor agribisnis tidak menjual komoditas yang mereka hasilkan langsung kepada konsumen akhir. Sehingga saluran tataniaga memiliki perananan penting agar komoditas yang dihasilkan oleh produsen dapat dinikmati oleh konsumen akhir.

Menurut Limbong dan Sitorus (1987) saluran tataniaga adalah usaha yang dilakukan untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen yang didalamnya terlibat beberapa lembaga tataniaga yang

22

menjalankan fungsi-fungsi tataniaga. Sedangkan Alfikri (2014) menjelaskan bahwa saluran tataniaga merupakan sebuah sistem, yang memiliki beberapa sub- sistem yang terbentuk oleh lembaga-lembaga yang melakukan aktivitas bisnis. Lembaga-lembaga tersebut saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain. Lembaga ini bisa berupa tengkulak, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar, perusahaan distribusi, pedagang atau perusahaan grosir dan pedagang atau perusahaan retail, pedagang pengecer.

Kotler dalam Center for Coral Reef Studies UNHAS (2002) menjelaskan bahwa produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka di pasar. Dijelaskan lebih lanjut oleh Limbong dan Sitorus (1987) bahwa sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka secara langsung ke konsumen akhir, namun dalam proses penyanpaian produk tersebut antara produsen dan konsumen akhir terdapat satu atau beberapa perantara pemasaran yang melaksanakan berbagai fungsi. Dalam proses menyalurkan produk atau jasa tersebut, perantara (tengkulak, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar, perusahaan distribusi, pedagang atau perusahaan grosir dan pedagang atau perusahaan retail, pedagang pengecer) membentuk sebuah saluran pemasaran yang dapat terdiri dari beberapa tingkat, yaitu :

1. Saluran non-tingkat (saluran pemasaran langsung) terdiri seorang produsen yang langsung ke konsumen.

2. Saluran satu tingkat mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus sebagai pengecer

3. Saluran dua tingkat mempunyai dua perantara.

Di dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir atau pedagang besar sekaligus pengecer.

Tujuan dari adanya saluran tataniaga adalah untuk mempermudah konsumen dalam memperoleh produk atau jasa yang diinginkannya. Dengan demikian agar proses aliran tataniaga (marketing flow) tersebut tidak mengalami hambatan, maka ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1987), yaitu :

1. Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli potensial, kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan kebiasaan pembeli.

2. Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar.

3. Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman penjualan.

Produsen Konsumen

Produsen Retail Konsumen

Grosir

23 4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan pertimbangan biaya.

Hanafiah dan Saefudin (1986) menjelaskan bahwa panjang-pendeknya saluran tataniaga tergantung pada beberapa faktor, antara lain:

1. Jarak antara produsen dan konsumen

Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, maka semakin panjang saluran pemasaran yang terjadi.

2. Skala produksi

Bila skala produksi semakin kecil, maka saluran yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya. 3. Cepat tidaknya kerusakan produk

Produk yang cepat atau mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek, karena harus segera diterima konsumen.

4. Posisi keuangan pengusaha

Pedagang yang posisi keuangannya kuat cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran yang ada. Hanafiah dalam Tidore (2010) menambahkan, bahwa pemasaran perikanan pada umumnya melalui beberapa saluran sebelum produk perikanan tersebut sampai ke konsumen akhir. Contoh skema penyaluran hasil perikanan dari nelayan sebagai produsen hingga ke konsumen akhir dapat dilihat pada Gambar 7.

Fungsi-Fungsi Tataniaga

Kegiatan pemasaran atau dikenal juga dengan nama tataniaga, terdapat istilah fungsi tataniaga, yaitu semua kegiatan atau tindakan yang terjadi dalam sebuah pemasaran untuk memperlancar perpindahan barang dari produsen hingga sampai kepada konsumen. Sedangkan menurut Limbong dan Sitorus (1987) mengartikan fungsi tataniaga adalah semua jasa-jasa atau kegiatan dan tindakan- tindakan yang diberikan dalam proses pengaliran barang dari tangan produsen ke tangan konsumen. Fungsi tataniaga dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi (Limbong dan Sitorus, 1987) yaitu :

1. Fungsi Pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dan jasa yang di pasarkan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Kegiatan Pembelian Gambar 7 Skema penyaluran hasil perikanan (Hanafiah dalam Tidore, 2010)

24

merupakan kegiatan melakukan penetapan jumlah dan kualitas barang, mencari sumber barang, menetapkan harga dan syarat-syarat pembelian. Kegiatan penjualan diikuti dengan kegiatan mencari pasar, menetapkan jumlah, kualitas serta menentukan saluran tataniaga yang paling sesuai. 2. Fungsi Fisik adalah suatu tindakan langsung berhubungan dengan barang

dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini terdiri dari a) fungsi penyimpanan yaitu untuk membuat komoditi selalu tersedia pada saat konsumen menginginkannya, b) fungsi pengangkutan yaitu melakukan pemindahan, dimana kegiatan membuat komoditi selalu tersedia pada tempat tertentu yang diingikan. dan c) fungsi pengolahan yaitu kegiatan yang merubah bentuk melalui sebuah proses yang diinginkan sehingga dapat meningkatkan kegunaan, kepuasan dan merupakan usaha untuk memperluas pasar dari komoditi asal.

3. Fungsi Fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari : a) Fungsi standarisasi dan grading yaitu mempermudah pembelian barang, mempermudah pelaksanaan jual beli, mengurangi biaya pemasaran dan memperluas pasar. b) Fungsi penanggungan resiko dengan menerima kemungkinan kehilangan dalam proses pemasaran yang disebabkan resiko fisik dan resiko pasar. c) Fungsi pembiayaan yaitu kegiatan pembayaran dalam bentuk uang untuk memperluas proses tataniaga. dan d) Fungsi informasi pasar dengan mengumpulkan interpretasi dari sejumlah data sehingga proses pemasaran menjadi lebih sempurna.

Struktur Pasar dan Prilaku Pasar

Struktur pasar merupakan perilaku pasar serta keragaan pasar yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga merupakan dimensi yang menjelaskan sistem pengambilan keputusan oleh perusahaan, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, konsentrasi perusahaan, jenis dan diferensiasi produk serta syarat-syarat masuk pasar (Limbong dan Sitorus, 1987). Pengertian lain menjelaskan bahwa struktur pasar didefenisikan sebagai sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan pasar. Dimana ada empat faktor penentu dari karateristik struktur pasar yang ada (Asmarantaka, 2012), yaitu :

1. Jumlah atau ukuran pasar (pangsa pasar yang dimilki),

2. Kondisi atau keadaan produk : produk homogen atau terdiferensiasi, 3. Mudah atau sukar untuk keluar-masuk pasar atau industi,

4. Tingkat pengetahuan (informasi) yang dimilki oleh partisipan dalam pemasaran misalnya biaya, harga dan kondisi pasar diantara partisipan- partisipan pasar.

Dilihat dari sifat dan bentuknya, pasar dibedakan menjadi dua macam struktur pasar yaitu: (1) pasar persaingan sempurna, (2) pasar tidak bersaing sempurna. Pasar dapat digolongkan ke dalam struktur pasar bersaing sempurna jika memenuh ciri-ciri antara lain: terdapat banyak penjual maupun pembeli, pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang dan jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga pasar (penjual dan pembeli berperan sebagai price taker), barang dan jasa yang dipasarkan bersifat homogen, penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar. Sedangkan Dahl dan Hammond dalam Asmarantaka (2012) menjelaskan lebih lanjut bahwa pasar bersaing tidak

25 sempurna dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi pembeli dan sisi penjual. Sisi pembeli terdiri dari pasar monopoli, oligopsoni, dan sebagainya. Dari sisi penjual terdiri dari pasar persaingan monopolistik, pasar monopoli, oligopoli, duopoli dan sebagainya.

Hanafiah dan Saefudin (1986) menjelaskan bahwa pasar dikelompokkan ke dalam empat struktur pasar yang berbeda-beda berdasarkan sifat dan bentuknya, yaitu :

1. Pasar persaingan murni

Pasar persaingan murni memiliki tiga macam sifat atau syarat yaitu : (a) Pada pasar tersebut berbagai perusahaan menjual produk tunggal yang identik, (b) Jumlah penjual dan pembeli banyak sehingga tidak seorangpun diantara mereka dapat mempengaruhi harga produk secara berarti, (c) penjual dan pembeli leluasa mengambil keputusan-keputusannya karena tidak ada perjanjian antara satu dengan yang lainnya.

2. Pasar persaingan monopolistik

Pasar persaingan monopolistik terdiri daribanyak pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada berbagai tingkat harga. Dimana produk yang dijual oleh perusahaan tidak bersifat homogen, tetapi memiliki perbedaan. Seperti perbedaan dalam pengepakan, perbedaan warna kemasan produk, perbedaab harga serta pelayanan. Untuk mencapai keuntungan pada pasar persaingan monopolistik, perusahaan dapat menekan biaya produksi atau dengan cara melakukan perubahan pada penggunaan teknologi.

3. Pasar oligopoli

Pada pasar oligopoli perusahaan tidak bebas menentukan harga produk yang dihasilkan untuk mencapai keuntungan maksimum, karena perusahaan tergantung kepada struktur biaya dan permintaan produk yang ditawarkan serta kepada tindakan perusahaan pesaing. Pada pasar oligopoli, tindakan penurunan harga produk yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau “ market share” tertentu, tidak selalu dapat dilakukan. Hal tersebut dikarenakan keputusan perusahaan harus didasarkan pada perusahaan pemimpin (leader). Perusahaan leader ini dapat lebih bebas menentukan harga dalam mencapai tujuan perusahaannya. 4. Pasar Monopoli

Pasar monopoli dalam arti umum ialah situasi pasar dimana seorang atau sekelompok penjual mempunyai pengaruh demikian besar atas penawaran produk tertentu, sehingga dapat menentukan harga. Jadi, pada monopoli murni perusahaan bersangkutan tidak mempunyai saingan langsung dan juga tidak berhadapan dengan produk atau sekelompok produk yang bersaing dekat dengannya. Pada pasar monopoli, perusahaan monopoli dapat berbentuk monopoli pemerintah, monopoli swasta menurut undang-undang, dan monopoli swasta murni. Salah satu tindakan perusahaan monopoli untuk memperoleh keuntungan maksimum adalah melalui diskriminasi harga (discrimatory pricing). Diskriminasi harga adalah menjual produk yang sama pada tingkat harga yang berbeda dan pada pasar yang berbeda.

Perilaku pasar diartikan sebagai kumpulan sifat dan karakteristik dari lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Sedangkan menurut Hammond dan Dahl dalam Asmarantaka (2012) menjelaskan bahwa perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana

26

lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga dan kerjasama antara lembaga pemasaran.

Sedangkan menurut Asmarantaka dalam Lestari (2006), bahwa terdapat tiga cara dalam perilaku pasar yaitu : 1) penentuan harga dan setting level of output : menetapkan penentuan harga tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, melainkan ditetapkan secara bersama-sama oleh penjual atau penetapan harga berdasarkan pemimpin harga. 2) product promotion policy ; melalui pameran dan iklan atas nama peusahaan. 3) predatory and exlusivenary factics; strategi ini bersifat illegal karena bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Strategi ini berusaha menguasai sumber bahan baku, sehingga perusahaan pesaing tidak berproduksi dengan menggunakan bahan baku yang sama.

Efisiensi Tataniaga

Efisiensi tataniaga merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur performa suatu pasar. Dimana peningkatan efisiensi tataniaga merupakan tujuan bagi seluruh unsur dalam tataniaga itu sendiri. Dalam hal ini, peningkatan performa suatu pasar berbanding lurus dengan peningkatan efisiensi tataniaga dan sebaliknya (Kohls dan Uhl 2002).

Secara umum, efisiensi dapat diukur dengan menggunakan rasio input dan output. Sehingga dengan demikian tataniaga dapat dilihat sebagai sebuah sistem input-output. Input tataniaga berupa sumberdaya seperti tenaga kerja, mesin, kemasan dan sebagainya. Input ini diperlukan untuk melaksanakan fungsi pemasaran yang ada. Sedangkan untuk output pemasaran dapat berupa utilitas waktu, tempat, bentuk, serta kepemilikan yang menghasilkan kepuasan konsumen. Sehingga, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumberdaya merupakan input dan utilitas merupakan output dari sebuah tataniaga atau pemasaran agribisnis. Tataniaga yang efisien adalah tataniaga yang mampu memaksimalkan rasio input dan output tersebut.

Efisiensi tataniaga dapat dimaksimalkan dengan menggunakan dua pendekatan (Kohls dan Uhl 2002). Pendekatan pertama yaitu dengan mengurangi biaya tanpa mempengaruhi utilitas yang dihasilkan dari proses tataniaga yang dilakukan. Pendekatan kedua yaitu dengan cara meningkatkan utilitas tanpa mempengaruhi struktur biaya dalam sebuah sistem tataniaga. Pendekatan pertama biasa disebut dengan efisiensi operasional, dan pendekatan kedua disebut dengan efisiensi harga.

Asmarantaka (2012) menjelaskan lebih lanjut bahwa efisiensi operasional adalah ukuran frekuensi produktivitas dari input-input pemasaran. Dimana efisiensi operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatakan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran. Efisiensi operasional dapat diukur dengan menggunakan konsep Marjin Pemasaran dan Farmer’s Share. Sedangkan efisiensi harga menunjukkan kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga tercapail efisiensi yang sesuai dengan keinginan konsumen (Asmarantaka, 2012). Selanjutnya Asmarantaka (2012) juga menjelaskan bahwa indikator dari efisiensi harga dapat dilihat dari faktor-faktor sebagai berikut:

1. Harga yang terbentuk merupakan pilihan dari konsumen dan produsen. Konsumen dan produsen menyenangi harga tersebut.

27 2. Adanya penggunaan sumberdaya dari yang bernilai rendah ke tinggi.

3. Price tags yang terjadi atau selisih dari price tags dari dua sistem pemasaran yang berbeda merupakan refleksi dari biaya-biaya yang terjadi akibat adanya alternatif pilihan bagi konsumen dan meningkatkan nilai guna dari dua sistem pemasaran tersebut.

4. Produsen dan konsumen dapat memilih sistem pemasaran dari beberapa alternatif yang ada.

5. Produsen atau perusahaan akan responsif masuk atau keluar dari sistem karena untung atau rugi akibat price tags (seperti yang dimaksud pada poin 3). Artinya, terjadi keselarasan antara penjual dan pembeli mulai dari tingkat petani, lembaga-lembaga pemasaran dan konsumen akhir.

Keragaan Pasar

Keragaan pasar menunjukkan akibat keadaan struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya, volume, produksi yang akhirnya memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem tataniaga (Dahl dan Hammond dalam Asmarantaka, 2012). Deskripsi dari keragaan pasa dapat dilihat dari indikator harga dan penyebarannya ditingkat produsen dan konsumen, serta margin dan penyebarannya pada setiap pelaku pemasaran.

Margin Tataniaga

Margin tataniaga dapat juga didefinisikan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Sudah tentunya penyebaran margin tataniaga yang merata akan membuat saluran tataniaga menjadi lebih efisien. Kohls dan Uhl (2002) mendefinisikan margin pemasaran (marketing margin) adalah porsi dari pengeluaran konsumen yang dinikmati oleh lembaga tataniaga. Sedangkan Asmarantaka (2012) menjelaskan bahwa konsep margin pemasaran tidak hanya dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tataniaga berupa efisiensi operasional, namun juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi harga. Konsep margin pemasaran juga dapat digunakan untuk menilai sistem pemasaran dari perspektif makro dan mikro.

Dari perspektif makro, margin pemasaran dapat menilai keseluruhan pemasaran atau tataniaga barang dari produsen primer (farmers) hingga konsumen akhir. Adanya perbedaan nilai margin pemasaran menunjukkan adanya perbedaan perlakuan yang diberikan terhadap produk dalam saluran tataniaga. Sehingga tataniaga satu produk bisa menghasilkan nilai margin pemasaran yang berbeda tergantung dari saluran tataniaga yang dipilih dan perlakuan yang diberikan terhadap produk tersebut. Sedangkan dari perspektif mikro, margin pemasaran dapat melihat keuntungan yang diperoleh oleh berbagai lembaga dalam saluran tataniaga yang merupakan hasil dari selisih antara harga jual dengan harga beli suatu barang. Margin Pemasaran dari perspektif makro dapat dilihat dari tingkat lembaga yang berbeda. Dalam hal ini, minimal ada dua tingkat pasar yaitu pasar di tingkat petani dan pasar di tingkat konsumen akhir. Proses pembentukan margin bemasaran dapat dilihat pada gambar 8 sebagai berikut.

28

Keterangan gambar:

Dr = Permintaan di tingkat konsumen akhir (primary demand) Df = Permintaan di tingkat petani (derived demand)

Sf = Penawaran di tingkat petani (primary supply)

Sr = Penawaran di tingkat di tingkat konsumen akhir (derived supply) Pr = Harga di tingkat konsumen akhir (primary price)

Pf = Harga di tingkat petani (derived price)

Qr,f = Jumlah produk di tingkat petani dan konsumen akhir

Gambar 8 di atas menjelaskan bahwa permintaan di tingkat konsumen akhir (primary demand) sangat menentukan permintaan di tingkat petani (derived

Dokumen terkait