• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab hasil dan pembahasan, maka simpulan yang dapat ditarik terdiri dari beberapa poin, yaitu :

1. Sistem tataniaga pada kegiatan tataniaga ikan kerapu macan Kelompok Sea Farming terdiri dari beberapa lembaga tataniaga yang terlibat, yaitu

73 pembudidaya ikan kerapu macan (anggota Kelompok Sea Farming), agen perantara, pedagang pengumpul lokal dan pedagang pengumpul besar di Jakarta. Dimana sistem tataniaga ikan kerapu macan Kelompok Sea Farming membentuk 3 saluran tataniaga, yaitu:

Pola I : Pembudidaya ikan kerapu macan agen perantara Pedagang pengumpul besar Hotel dan Restoran

Pola II : Pembudidaya ikan kerapu macan Pedagang pengumpul besar Hotel dan Restoran

Pola III : Pembudidaya ikan kerapu macan Pedagang pengumpul lokal Hotel dan Restoran

2. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang berperan dalam kegiatan tataniaga ikan kerapu macan Kelompok Sea Farming terdiri dari fungsi pertukaran berupa kegiatan penjualan dan pembelian, fungsi fisik berupa kegiatan sortasi, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan dan fungsi fasilitas berupa informasi harga, standarisasi dan grading, penanggungan risiko dan pembiayaan.

3. Struktur pasar yang dihadapi oleh pembudidaya ikan kerapu macan Kelompok Sea Farming adalah struktur pasar yang mengarah ke pasar persaingan monopolistik. Hal tersebut dikarenakan jumlah pembudidaya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pedagang pengumpul lokal. Serta pembudidaya tidak bisa mempengaruhi harga. Sedangkan untuk struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul lokal mendekati pasar oligopoli. Hal tersebut dikarenakan jumlah pembeli sedikit dibandingkan jumlah pedagang pengumpul lokal. Sedangkan struktur pasar pedagang pengumpul besar di Jakarta adalah struktur pasar oligopoli.

Struktur pasar yang terbentuk pada sistem tataniaga ikan kerapu macan Kelompok Sea Farming terlihat bahwa kekuatan pelaku usaha sangat dominan, khususnya pada saluran tataniaga pola I. Hal tersebut dilihat pada nilai pangsa pasar. Pada saluran tataniaga pola I pangsa pasar sebesar 76,83 persen, sedangkan saluran tataniaga pola II memiliki pangsa pasar sebesar 4,64 persen dan saluran tataniaga pola III memiliki pangsa pasar sebesar 18.49 persen.

Penentuan harga ikan kerapu macan ditingkat pembudidaya dilakukan berdasarkan harga yang berlaku di pasar. Disamping itu proses proses tawar menawar juga berlangsung. Penentuan harga di tingkat konsumen lembaga ditentukan oleh pedagang pengumpul besar. Sudah tentunya pedagang pengumpul besar menentukan harga berdasarkan tinggi rendahnya permintaan ikan kerapu macan di pasar konsumen.

Proses pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul lokal kepada pembudidaya ikan kerapu macan dengan cara angsuran (tempo 1 hari s.d 1 minggu). Proses pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar di Jakarta kepada pedagang pengumpul lokal adalah dengan cara tunai (chas).

Hubungan kerjasama yang terjadi diantara lembaga tataniaga pada umumnya telah berlangsung lama, dimana kerjasama yang dilakukan berdasarkan kepercayaan yang sudah terjalin dalam prsoes tataniaga ikan kerapu macan.

74

Berdasarkan hasil penghitungan margin tataniaga secara makro, saluran tataniaga pola I memiliki margin tataniaga terbesar, yaitu Rp 105.000 sedangkan yang terkecil pada pola III, yaitu sebesar Rp 45.000. Sedangkan jika dilihat dari besaran farmer’s share, maka saluran tataniaga pola III justru memiliki nilai farmer’s share terbesar, yaitu 67,86 persen diikuti oleh saluran tataniaga pola II sebesar 67,50 persen. Untuk rasio keuntungan dan biaya, maka saluran tataniaga pola III yang terbesar yaitu 2,42. Artinya jika lembaga tataniaga pada pola ini mengeluarkan biaya Rp 1 per kg ikan kerapu macan, maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 2,42 per kg, diikuti pola I sebesar 1,64. Sedangkan pola II hanya sebesar 1,23.

4. Berdasarkan penghitungan analisis margin tataniaga, analisis farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, serta efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa saluran tataniaga pola III yang lebih efisien dibandingkan dengan saluran tataniaga pola I dan II. Namun walaupun demikian saat wawancara dilakukan kepada pembudidaya ikan kerapu macan Kelompok Sea Farming, mayoritas pembudidaya saat itu lebih senang memilih saluran tataniaga pola I dibandingkan dengan saluran tataniaga pola III. Hal tersebut dikarenakan lembaga tataniaga dalam hal ini pedagang pengumpul lokal pada saluran tataniaga pola I menurut pembudidaya lebih bisa dipercaya dalam hal pembayaran ikan kerapu macan. Dimana proses pembayaran tidak pernah melewati waktu yang sudah disepakati antara pembudidaya dengan pedagang pengumpul lokal. Sedangkan pada saluran tataniaga pola III disamping waktu pembayaran yang lama (satu minggu) proses pembayaran juga sering tidak tepat waktu (melebihi waktu yang telah disepakati bersama).

Saran

1. Sebaiknya anggota Kelompok Sea Farming melalui pengurus Kelompok Sea Farming yang difasilitasi oleh PKSPL IPB menjalin kerjasama pemasaran ikan kerapu macan dengan agen perantara atau pedagang pegumpul lokal pada saluran tataniaga pola I maupun saluran tataniaga pola III. Hal tersebut dimaksudkan agar ikan kerapu macan yang dihasilkan oleh Kelompok Sea Farming dapat langsung masuk ke pedagang pengumpul besar di Jakarta. Disamping itu dengan adanya kerjasama tersebut anggota Kelompok Sea Farming akan memperoleh informasi yang lebih akurat terkait permintaan ikan kerapu macan pada momen-momen tertentu, seperti hari raya Imlek, perayaan Cap Go Meh, tahun baru, seminggu sebelum Idul Fitri dan seminggu setelah Idul Fitri. Karena pada momen-momen tersebut harga ikan kerapu macan dihargai cukup tinggi.

2. Disamping itu, untuk memaksimalkan efisiensi operasional dari kegiatan budidaya ikan kerapu macan Kelompok Sea Farming, diharapkan pihak Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu dapat lebih memaksimalkan hatchery yang berada di Pulau Tidung sebagai penyuplai benih kerapu macan yang berkualitas dan lebih murah kepada anggota Kelompok Sea Farming dibandingkan harus mengadakan benih ikan kerapu macan dari luar darerah yang sudah tentunya lebih mahal.

75

DAFTAR PUSTAKA

Alfikri, S. 2014. Analisis tataniaga telur itik di Kabupaten Cirebon [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Asmarantaka, R.W. 2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Asmarantaka, R.W. 2009. Pemasaran Produk-Produk Pertanian. Di dalam: Bunga Rampai Agribisnis. Bogor (ID): IPB Press.

[CCRS UNHAS] Center for Coral Reef Studies Universitas Hasanuddin. 2002. Laporan Akhir Studi Jaringan Pemasaran Produk Perikanan Dari Taman Nasional Laut Taka Bonerate Kabupaten Selayar. Jakarta (ID): CCRS UNHAS. [Ditjen PB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2013. Jakarta (ID): KKP. Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): PT. Penebar Swadaya. Firman, Arfah, K.A. 2012. Analisi pangsa pasar ikan kerapu di Pulau Bonetambu

Kecamatan Ujung Tanah Kelurahan Barrang Caddi Kota Makassar [internet]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin. [diunduh 2015 Mei 6]. Tersedia pada: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/2116

Hanafiah, Saefuddin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

[KKP] Kelautan dan Perikanan Dalam Angka. 2013. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta (ID): KKP.

[KKP] Statistik Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditi, Provinsi Dan Pelabuhan Asal Ekspor. 2013. Jakarta (ID): Pusat Data dan Informasi Sekretariat Jendral Kementerian Kelutan dan Perikanan RI .

Kohls, R.L. dan Uhl, J.N. 2002. Marketing of agricultural products. New Jersey. US (ID): Prentice-hall, Inc.

Lestari, M. 2006. Analisis tataniaga bengkuang (kasus Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Limbong, W.M, P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor (ID): Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Lubis, R.T, Rahmanta G, Salmiah. 2013. Analisis pendapatan dan strategi pemasaran ikan kerapu tangkap (Ephinephelus tauvina) di Kabupaten Serdang Bedagai [internet]. Sumatera Utara (ID): Journal on social economic of agriculture and agribusiness Vol 2, No 1. [diunduh 2014 Oktober 17]. Tersedia pada: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/view/1738

Mansyur, K. 2008. Pengelolaan sumberdaya pulau lingayan untuk pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Panjaitan, M.B. 2009. Analisis tataniaga ikan bandeng (Chanos-chanos de forskal) kasus di Desa Muara Baru Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[PKSPL IPB] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Institut Pertanian Bogor. 2004. Kajian model budidaya laut di Pulau Semak Daun. Bogor (ID): PKSPL-IPB. [PKSPL IPB] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Institut Pertanian Bogor. 2010.

76

Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta (paper disampaikan pada Lokakarya Hasil-Hasil Penelitian di Kepulauan Seribu).Bogor (ID): SEAMEO- Biotrop 16 Februari 2010.

[PKSPL IPB] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Institut Pertanian Bogor. 2010. Rencana aksi pemacuan sumberdaya ikan berbasis sea farming di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta (Working Paper.Vol 1). Bogor (ID): PKSPL IPB.

Rosmawati, H. 2011. Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani Di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu [internet]. Sumatera Selatan (ID): Jurnal Argonobis. Vol 3, No 5. [diunduh 2015 Februari 7]. Tesedia pada: https://agronobisunbara.files.wordpress.com/2012/11/5-henny- pisang-hal-1-9-oke.pdf

Sastrawidjaja, Riesti T, Hikmah. 2012. Tataniaga Ikan Kerapu Hidup di Kawasan Segitiga Batam, Tanjung Pinang dan Singapura (BaTaSi) [internet]. Jakarta (ID): bbpse.litbang.kkp.go.id. [diunduh 2014 Oktober 17]. Tersedia pada: http://bbpse.litbang.kkp.go.id/publikasi/buletin/buletin_2012_v7_no2_%284% 29_full.pdf

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Press.

Soemarjati W, Muslim, A.B, Susiana R, Saparinto C. 2015. Bisnis dan Budidaya Kerapu. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tajerin. 2005. Alternatif strategi bisnis untuk memperoleh daya saing usaha budidaya pembesaran ikan Kerapu dalam keramba jaring apung di Provinsi Lampung [internet]. Jakarta (ID): Sains Akuatik Vol 10 (2) : 155-164.

[diunduh 2014 Oktober 17]. Tersedia pada:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?act=tampil&id=53487&idc=72

Tidore, A. 2010. Analisis sistem pemasaran hasil produksi perikanan tangkap: studi kasus Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Zulkarnaini, F.H.N. 2010. Analisis tataniaga dan keterpaduan pasar udang windu (Panaeus monodon sp) Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

77

78

79 Lampiran 2 Lokasi budidaya ikan kerapu macan Kelompok Sea Farming

80

Lampiran 3 Fungsi-Fungsi tataniaga pada masing-masing saluran tataniaga ikan kerapu macan Kelompok Sea Farming.

Fungsi-Fungsi Tataniaga Lembaga Tataniaga Pola I Saluran Tataniaga Pola II Saluran Tataniaga Pola III A B C D E F G Fungsi Pertukaran - Penjualan √ √ √ √ √ √ √ - Pembelian √ √ √ √ Fungsi Fisik - Pengangkutan √ √ √ √ √ √ - Sortasi √ √ √ √ √ √ - Penyimpanan √ √ √ √ √ - Pengolahan - Pengemasan √ √ √ √ √ Fungsi Fasilitas - Pembiayaan √ √ - Standarisasi √ √ √ √ √ - Penanggungan Risiko √ √ √ √ √ - Informasi Harga √ √ √ √ √ √ √ Keterangan : A = Pembudidaya

B = Pedagang pengumpul lokal C = Pedagang pengumpul besar D = Pembudidaya

E = Pedagang pengumpul besar F = Pembudidaya

G = Pedagang pengumpul lokal

Lampiran 4 Biaya tataniaga ikan kerapu macan pada saluran tataniaga pola I

No Uraian Biaya Jumlah Rp/Kg

1 Pembudidaya (75 kg) :

- Solar 17,000 227

Jumlah 17,000 227

2 Pedagang pengumpul lokal (400 kg) :

- Pengepakan 750,000 1,875

- Transportasi 3,000,000 7,500

- Bongkar muat 400,000 1,000

- Tenaga kerja 1,200,000 3,000

Jumlah 5,350,000 3,375

3 Pedagang pengumpul besar (3.000 kg) :

- Pengepakan 30,000,000 10,000

- Transportasi 30,000,000 10,000

- Bongkar muat 9,000,000 3 ,000

- Tenaga kerja 10,000,000 26,333

Jumlah 9,000,000

81 Lampiran 5 Biaya tataniaga ikan kerapu macan pada saluran tataniaga pola II

No Uraian Biaya Jumlah Rp/Kg

1 Pembudidaya (64 kg) : - Tenaga Kerja 100,000 ,563 - Transportasi 145,000 2,266 - Pengepakan 45,000 703 -Bongkar muat 31,500 492 Jumlah 1,500 5,023 3 Pedagang pengumpul besar (3.000 kg) :

- Pengepakan 30,000,000 10,000 - Transportasi 30,000,000 10,000 - Bongkar muat 9,000,000 3,000 - Tenaga kerja 10,000,000 3,333 Jumlah 9,000,000 26,333 Total Biaya Tataniaga 9,031,500 1,357 Lampiran 6 Biaya tataniaga ikan kerapu macan pada saluran tataniaga pola III No Uraian Biaya Jumlah Rp/Kg 1 Pembudidaya (51 kg) : - Tenaga Kerja - - Transportasi - - Pengepakan - -Bongkar muat - Jumlah - -

3 Pedagang pengumpul lokal (350 kg) : - Pengepakan 500,000 1,429 - Transportasi 2,750,000 7,857 - Bongkar muat 350,000 1,000 - Tenaga kerja 1,000,000 2,857 Jumlah 4,600,000 13,143 Total Biaya Tataniaga 4,600,000 13,143

82

Lampiran 7 Efisiensi tataniaga pada tiap saluran tataniaga

Saluran tataniaga Lembaga Tataniaga Total Nilai Produk (Rp/Kg) Total Biaya Tataniaga (Rp/Kg) Efisiensi Tataniaga (%) 1 Pembudidaya 95,000 227 0.24 Pedagang pengumpul lokal 135,000 13375 9.91 Pedagang pengumpul besar 200,000 26333 13.17 Jumlah 39,935 2 Pembudidaya 135,000 5047 3.74 Pedagang pengumpul besar 200,000 26333 13.17 Jumlah 31,380 3 Pembudidaya 95,000 Pedagang pengumpul lokal 140,000 13143 9.39 Jumlah 13,143

83

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 12 Mei 1981. Penulis merupakan anak Ke dua dari lima bersaudara. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Nung Suroso dan Ibu Nurdiana. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cimanggis dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 98 Jakarta Timur (jurusan IPA) dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis diterima di Program Diploma III IPB pada jurusan Agroteknologi Hasil Perikanan melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pendidikan Diploma III diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan jenjang S1 melalui Program Alih Jenis S1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penulis saat ini bekerja di Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) dan aktif dalam kegiatan pendampingan masyarakat, antara lain: pendampingan masyarakat pada Program Marine and Coastal Resources Management Project (MCRMP) di Kabupaten Aceh Jaya tahun 2006 s.d 2007, pendampingan masyarakat pada Program Capcity Building for ICZM in Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2008 s.d 2009, pendampingan masyarakat pada program Pengembangan Ekonomi Masyarakat Lokal Secara Berkelanjutan di Sekitar Tambang PT. NHM pada tahun 2009 s.d 2011, koordinator pendampingan masyarakat pada Program Sea Farming di Kepulauan Seribu pada tahun 2011 s.d sekarang.

Disamping itu penulis juga aktif dalam kegiatan penelitian pada bidang sosial dan ekonomi, antara lain: sebagai anggota tim peneliti pada kegiatan Penelitian Model Pemberdayaan Masyarakat Pulau Terluar Berbasis Sumberdaya tahun 2013, anggota tim peneliti pada kegiatan Pemetaan Sosial Disekitar Operasi JOB Pertamina MEDCO E & P Simenggaris Kab. Tana Tidung dan Nunukan Kalimantan Utara pada tahun 2013, anggota tim peneliti pada kegiatan Kajian ekonomi Masyarakat Pesisir di Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2013, anggota tim peneliti pada kegiatan Annual Outcome and Marketing Survey Coastal Community Development Program di Kabupaten Merauke-Papua pada tahun 2013, anggota tim peneliti pada kegiatan Studi Pemetaan Sosial Update di Sekitar Wilayah Operasi Perusahaan CNOOC Ses Ltd pada tahun 2014, anggota tim pada kegiatan penyusunan Road Map Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kab. Tangerang pada tahun 2014, anggota tim peneliti pada kegiatan Pengembangan Kawasan Kelautan dan Perikanan Terintegrasi (PK2PT) di Kabupaten Merauke-Papua pada tahun 2015.

Dokumen terkait