Pertanian yang berkelanjutan menjadi tuntutan globalisasi yang
mensyaratkan produk – produk pertanian harus ramah lingkungan dan bebas
residu bahan kimia, yaitu dengan sistem back to nature yang sistem pertaniannya
tidak merusak, tidak mengubah, serasi selaras, dan seimbang dengan
lingkungannya. Sejalan dengan itu, Departemen Pertanian pun telah menjalankan
program Go Organic 2010 yang menargetkan Indonesia menjadi salah satu
produsen pangan organik.
Makin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh pertanian konvensional
akibat penggunaan pupuk kimia, pestisida dan zat – zat kimia lainnya dalam
jumlah yang berlebihan, maka dampak negatifnya menjadi perhatian semua
kalangan. Seperti residu pupuk terutama nitrogen mulai diketahui mencemari air
tanah sebagai sumber air minum, sehingga akan membahayakan kesehatan
manusia. Pertanian anorganik bertumpu pada pasokan eksternal berupa bahan –
bahan kimia buatan (pupuk dan pestisida) menimbulkan kehawatiran berupa
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Padi organik yang berkembang saat ini menjadi alternatif dalam
pengusahaan lahan bagi petani, dalam budidaya organik akan meniadakan atau
membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya non
organik. Pupuk organik merupakan keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga
merupakan sumber unsur hara yang dapat dikatakan cuma – cuma dari alam.
menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan, sehingga
penerapan pertanian organik akan menciptakan pertanian yang berkelanjutan.
Sejalan dengan pengembangan pertanian organik, maka timbul
standarisasi yang menjadi acuan dalam pencapaian kualitas yang diharapkan oleh
produsen dan konsumen. Standar tersebut berisi tentang proses produksi dan
pengolahan yang diperkenankan dan yang tidak diperkenankan dalam budidaya
pertanian organik. Ditingkat nasional terdapat SNI 01 – 6729 – 2002 yang
diterbitkan oleh pemerintah tentang sistem pertanian organik, dan ditingkat
internasional terdapat IBS atau CAC, standarisasi ini menjadi acuan bagi para
pelaku terkait dalam pengembangan pertanian organik.
Lahan budidaya yang ada saat ini berasal dari lahan bekas budidaya
pertanian non organik yang diusahakan secara konvensional, maka diperlukan
konversi lahan yang bertujuan untuk memulihkan kandungan sisa – sisa bahan
kimia yang terdapat dalam tanah, memulihkan unsur fauna dan mikro organisme
tanah. Dalam masa konversi ini maka pertanian yang ada disebut lahan konversi
menuju organik. Padi yang dihasilkan oleh petani dalam masa konversi ini hanya
dapat dikatakan padi ramah lingkungan.
Selama ini cara budidaya yang berkembang di petani adalah menggunakan
metode konvensional. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka ditemukan
cara budidaya yang baru yaitu dengan menggunakan metode SRI yang ramah
lingkungan, dan sekarang merupakan alternatif bagi petani untuk mengusahakan
lahanya. SRI merupakan metode untuk meningkatkan produktivitas padi dengan
mengubah pengaturan tanaman, tanah, air, dan nutrisi. Selain itu, metode SRI ini
Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu merupakan daerah pertama di
Kabupaten Tasikmalaya yang mendapatkan pelatihan SRI pada tahun 2003, tetapi
dengan berjalannya waktu yang bertahan mengusahakan budidaya padi ramah
lingkungan metode SRI tinggal tujuh orang dari seluruh petani yang mengikuti
pelatihan sebanyak 21 orang yang berasal dari Desa Sukagalih Kecamatan
Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, dari survey awal ketujuh petani bertahan
disebabkan oleh pendapatan yang diperoleh cukup tinggi, dilihat dari jumlah
produksi yang memuaskan petani.
Dalam melihat pendapatan pertanian maka perlu digunakan analisis
pendapatan yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi besarnya penerimaan
yang diterima dari suatu usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan usahatani. Tujuan analisis pendapatan usahatani adalah untuk melihat
tingkat keberhasilan kegiatan usahatani dan melihat prospek usahatani tersebut
dimasa yang akan datang.
Besarnya revenue atau penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian
antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Penerimaan ini mencakup
semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam
usahatani untuk bibit, dan kredit atau pinjaman dari pihak luar.
Cost atau biaya dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai diperoleh dengan melihat pengeluaran tunai yang
dikeluarkan oleh petani. Sedangkan biaya yang diperhitungkan dengan melihat
pengeluaran yang tidak tunai dikeluarkan oleh petani seperti sewa lahan yang
diperhitungkan atas milik sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga, penggunaan
Dalam melihat saluran pemasaran padi ramah lingkungan maka perlu
melihat saluran pemasaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menyampaikan barang dari petani ke tangan konsumen yang didalamnya terdapat
lembaga – lembaga pemasaran yang didalamnya dapat dilihat fungsi pemasaran,
efisiensi pemasaran, dan struktur pasar. Fungsi pemasaran merupakan kegiatan
yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa dari titik produsen
ke titik konsumen, fungsi pemasaran dapat dilihat dari fungsi pertukaran, fungsi
fisik, dan fungsi fasilitas.
Efisiensi pemasaran secara sederhana dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai optimalisasi dari output dan input, suatu perubahan yang dapat
mengurangi biaya input dalam melakukan kegiatan pemasaran tanpa mengurangi
kepuasan konsumen dari output, ini menunjukkan perbaikan tingkat efisiensi
pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat dilihat dari dua efisiensi yaitu efisiensi
oprasional dan efisiensi penetapan harga.
Indikator yang digunakan dalam menentukan efisiensi pemasaran adalah
marjin pemasaran, harga ditingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik
pemasaran, dan intensitas persaingan pasar. Analisis marjin digunakan untuk
melihat perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang
diterima petani. Persentase harga yang diterima petani terhadap harga konsumen
akhir, dilakukan dengan menghitung farmer’s share.
Struktur pasar sangat penting dalam analisis pemasaran karena melalui
analisis struktur pasar secara otomatis akan dapat dijelaskan bagaimana perilaku
partisipan yang terlibat dan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari
dari sisi penjualan, maka struktur pasar dibedakan menjadi pasar persaingan
sempurna, monopolistik, oligopoli, dan monopoli. Apabila dilihat dari segi
pembeli, struktur pasar juga dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna,
persaingan oligopsonistik, oligopsoni, monopsoni.
Persepsi dapat berbeda pada setiap petani karena setiap individu
mempunyai karakteristik individu yang berbeda, karakteristik individu terdiri dari
umur, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, status kepemilikan lahan,
tingkat pendidikan, dan lama bertani. Persepsi yang diteliti adalah dalam hal
manfaat, keuntungan, dan kemudahan yang dirasakan oleh petani terhadap
usahatani padi ramah lingkungan metode SRI. Secara garis besar alur pemikiran
yang akan diambil terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
= Ruang lingkup penelitian ♣ Penerimaan ♣ Biaya Saluran Pemasaran Melalui Budidaya Metode SRI Tidak Ramah Lingkungan
Petani Padi di Desa Sukagalih Pertanian Berkelanjutan: • Tuntutan Globalisasi • Ramah Lingkungan • Back to nature Melalui Budidaya Metode Konvensional Ramah Lingkungan ♣ Analisis Pendapatan
♣ Analisis R/C ratio Fungsi Pemasaran
Persepsi Petani Pengembangan Usahatani Struktur Pasar Efisiensi Pemasaran • Fungsi Pertukaran • Fungsi Fisik • Fungsi Fasilitas • Efisiensi oprasional • Efisiensi penetapan harga Sisi penjualan: • Persaingan sempurna • Monopolistik • Oligopoli • Monopoli Sisi pembeli: • Persaingan sempurna • Oligopsonistik • Oligopsoni • Monopsoni. Karakteristik Individu ♣ Umur ♣ Tingkat pendapatan ♣ Jumlah tanggungan keluarga ♣ Status kepemilikan lahan ♣ Tingkat pendidikan ♣ Lama bertani • Analisis Marjin Pemasaran • Farmer’s share