4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten
Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan alasan karena Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu
Kabupaten Tasikmalaya merupakan tempat pertama dilakukannya pelatihan PET dan
SRI yang mempunyai produktivitas tertinggi dibandingkan dengan daerah lainnya
yang ada di Kabupaten Tasikmalaya. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama lima
bulan dari bulan Maret – Juli 2005.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung
dengan petani padi ramah lingkungan metode SRI, petani padi konvensional, petani
yang meninggalkan usahatani padi ramah lingkungan, dan pihak – pihak terkait dalam
saluran pemasaran dengan menggunakan kuisioner sebagai panduan.
Data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi, seperti Dinas Pertanian,
Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, dan
literatur – literatur yang berkaitan dengan penelitian.
4.3. Metode Penarikan Data
Responden usahatani padi ramah lingkungan metode SRI adalah individu
sebagai petani yang menanam padi ramah lingkungan dengan menggunakan metode
sedangkan untuk petani konvensional adalah petani yang belum pernah mengusahakan
usahatani padi dengan menggunakan metode SRI yang berjumlah tujuh orang sebagai
pembanding dari jumlah petani padi dengan menggunakan metode SRI, yang diambil
secara sengaja sesuai dengan petunjuk kelompok tani dari Desa Sukagalih Kecamatan
Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya.
Penarikan sampel dalam analisis marjin dilakukan dengan mengikuti alur
rantai tataniaga mulai dari tempat produksi (petani padi ramah lingkungan) sampai ke
tingkat konsumen akhir. Dari tingkat produsen (petani) akan diketahui kemana aliran
produk berjalan, dan lembaga – lembaga apa saja yang terlibat dalam proses
mengalirkan produk sampai produk ditangan konsumen akhir.
Responden untuk persepsi petani terhadap padi ramah lingkungan metode SRI
adalah individu sebagai petani yang sedang atau pernah menanam padi ramah
lingkungan metode SRI yang diambil seluruhnya dari jumlah petani yang pernah
mengikuti pelatihan program PET dan SRI yang diadakan di Desa Sukagalih
Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya yang seluruh petaninya berdomisili di
Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, secara umum jumlah
responden dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Responden dan Kegunaan dalam Penelitian
No Jumlah Responden Kegunaan dalam Penelitian
1 7 Usahatani ramah lingkungan, persepsi petani 2 7 Usahatani konvensional
3 14 Perspsi petani
4 1 Pedagang Pengumpul Tingkat Daerah (PPTD) 5 1 Pedagang Besar Luar Daerah (PBLD)
6 5 Pedagang pengecer tingkat daerah 7 7 Pedagang pengecer luar daerah
TR = Q x P
4.4. Metode Analisis
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang usahatani padi ramah
lingkungan metode SRI di Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan,
analisis R/C ratio, analisis marjin dan analisis chi – square. Hasil analisis kuantitatif
akan dinyatakan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif.
4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani
Penerimaan (revenue) usahatani adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari
suatu usahatani dalam satu periode tertentu satu musim tanam atau dalam satuan tahun
kegiatan usaha. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut :
Dimana: TR = Penerimaan (revenue) usahatanai, dalam Rp Q = Hasil Produksi (quantity), dalam kg dan
P = Harga jual (price) produk per unit, dalam Rp/kg.
Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk
menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi tertentu yang dinyatakan
dalam nilai uang tertentu.
Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang seperti
biaya pembelian sarana produksi (benih, pupuk) dan biaya untuk membayar tenaga
kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa
keluarga diperhitungkan, sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, dan
penggunaan benih dari hasil produksi.
Biaya penyusutan alat – alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih
antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal
dipakai, dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: Nb = Nilai pembelian, dalam Rp Ns = Tafsiran nilai sisa, dalam Rp n = Jangka usia ekonomi, dalam tahun
Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani ada beberapa kemungkinan, yaitu
sebagai berikut :
• Biaya usahatani (cost) lebih besar dari penerimaan (revenue) maka usahatani
disebut rugi.
• Biaya usahatani (cost) sama dengan penerimaan (revenue) maka usahatani disebut
tidak untung dan tidak rugi atau keadaan titik impas (Break Even Point).
• Biaya usahatani (cost) lebih kecil dari penerimaan (revenue) maka usahatani
disebut untung.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya
usahatani per musim atau per tahun. Secara metematis ditulis sebagai berikut:
ð kotor = TR – BT ð bersih = TR – (BT + BD) Biaya penyusutan = n Ns - Nb
dimana:
π
= Pendapatan usahatani, dalam RpTR = Penerimaan total (Total Revenue), dalam Rp dan BT = Biaya tunai, dalam Rp
BD = Biaya diperhitungkan, dalam Rp
Jika pendapatan sama dengan nol, usahatani disebut gagal (puso) dengan
asumsi bahwa: biaya tidak sama dengan nol, sebab jika biaya sama dengan nol (B = 0)
artinya tidak ada kegiatan produksi.
4.4.2. Analisis R/C Ratio (R/C)
Analisis R/C Ratio merupakan analisis imbangan penerimaan dan biaya adalah
perbandingan antara jumlah penerimaan dengan pengeluaran totalnya. Hal ini
menunjukkan berapa besar penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat di setiap
rupiah yang dikeluarkan. Makin besar R/C makin baik usahatani tersebut. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan petani, digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana: R = Total penerimaan usahatani C = Total biaya usahatani
Usahatani dikategorikan efisien jika memiliki nilai R/C ratio > 1, artinya setiap
tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih
besar dari pada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usahatani tersebut
menguntungkan. Sebaliknya jika nilai R/C ratio < 1 berarti kegiatan usahatani yang
dilakukan dikategorikan tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan
akan menghasilakan tambahan penerimaan yang lebih kecil atau kegiatan usahatani itu Biaya
Penerimaan /Cratio=
merugikan. Jika nilai R/C ratio = 1 berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi
keuntungan normal.
4.4.3. Analisis Marjin Pemasaran dan Efisiensi Saluran Pemasaran
Perhitungan marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui perbedaan harga
per satuan di tingkat petani dengan tingkat konsumen atau pada tiap rantai pemasaran.
Secara matematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: Mi = Marjin pemasaran pasar di tingkat ke-i Psi = Harga jual pasar di tingkat ke-i, dalam Rp Pbi = Harga beli pasar di tingkar ke-i, dalam Rp
Persentase harga yang diterima petani terhadap harga konsumen akhir,
dilakukan dengan menghitung farmer’s share yang dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: Fs = Farmer’s Share
P = Harga yang diterima petani (Rp) K = Harga yang dibayar konsumen (Rp)
Mi = Psi – Pbi
Fs = x 100% K
4.4.4. Analisis Uji Chi – Square dan Koefisien Kontingensi : C
Data yang telah diperoleh melalui wawancara untuk melihat persepsi petani
supaya dapat memberikan informasi yang berguna maka dilakukan analisis dengan
menggunakan metode analisis uji Chi – Square dan tabel kontingensi. Uji Chi – Square
digunakan untuk menganalisis hubungan persepsi masing – masing individu anggota
masyarakat dengan umur, lama bertani, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, dan status kepemilikan lahan. Data persepsi dengan karakteristik
responden disajikan dalam bentuk persentase dengan menggunakan tabel baris –
kolom biasa. Karakteristik responden dicantumkan pada baris dan persepsi individu
dicantumkan pada kolom dari tabel kontingensi.
Analisis uji Chi – Square merupakan alat analisis yang sangat sederhana, maka
kelemahan analisis ini adalah tidak dapat melihat: (1) apakah hubungan positif atau
negatif, (2) bagaimana hubungan tersebut (Linier atau non Linier) dan (3) berapa
eratnya hubungan tersebut. Untuk mengetahui secara kasar eratnya hubungan antara
dua variabel, maka peneliti menggunakan koefisien kontingensi.
Analisis dengan menggunakan uji Chi – Square, dengan menggunakah rumus
sebagai berikut:
Dimana: χ2 = uji Chi – Square
Oi = banyak kasus yang diamati dalam kategori ke – i
Ei = banyak yang diharapkan dalam kategori ke – i di bawah Ho
∑
=k
i1
= penjumlahan semua kategori (k)
∑
=−
=
k i i i iE
E
O
1 2(
)
χ
Derajat bebas = (b – 1)(k – 1), kemudian hasil hitungnya dibandingkan dengan Tabel
distribusi Chi – Square untuk mengetahui hasil pengujian apakah persepsi ada
hubungan dengan karakteristik responsen.
Interpretasi data nominal dari tabel, selain dihitung dengan Chi – square dan
persentase dalam tabel juga dihitung koefisien kontingensi, dengan rumus sebagai
berikut:
Dimana: χ2 = uji Chi – Square N = jumlah responden
Hipotesa yang diuji adalah:
a. Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh responden setelah adanya
pelatihan usahatani padi metode SRI
1. H0: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani tidak ada hubungan
dengan umur responden.
H1: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan umur responden.
2. H0: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani tidak ada hubungan
dengan tingkat pendidikan responden.
H1: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan tingkat pendidikan responden.
3. H0: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani tidak ada hubungan
dengan tingkat pendapatan responden.
χ
χ
+
=
N
2(C)
i
kontingens
Koefisien
H1: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan tingkat pendapatan responden.
4. H0: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani tidak ada hubungan
dengan jumlah tanggungan keluarga responden.
H1: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan jumlah tanggungan keluarga responden.
5. H0: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani tidak ada hubungan
dengan status kepemilikan lahan.
H1: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan status kepemilikan lahan.
6. H0:Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani tidak ada hubungan
dengan lama bertani responden.
H1: Persepsi mengenai manfaat yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan lama bertani responden.
b. Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh responden setelah
mengusahakan usahatani padi metode SRI
1. H0: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan umur responden.
H1: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan umur responden.
2. H0: Persepsi mengenai keuntunga yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan tingkat pendidikan responden.
H1: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
3. H0: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan tingkat pendapatan responden.
H1: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan tingkat pendapatan responden.
4. H0: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan jumlah tanggungan keluarga responden.
H1: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan jumlah tanggungan keluarga responden.
5. H0: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan status kepemilikan lahan.
H1: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan status kepemilikan lahan.
6. H0: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan lama bertani responden.
H1: Persepsi mengenai keuntungan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan lama bertani responden.
3. Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh responden dalam usahatani
padi metode SRI
1. H0: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan umur responden.
H1: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan umur responden.
2. H0: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani tidak ada
H1: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan tingkat pendidikan responden.
3. H0: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan tingkat pendapatan responden.
H1: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan tingkat pendapatan responden.
4. H0: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan jumlah tanggungan keluarga responden.
H1: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan jumlah tanggungan keluarga responden.
5. H0: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan status kepemilikan lahan.
H1: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan status kepemilikan lahan.
6. H0: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani tidak ada
hubungan dengan lama bertani responden.
H1: Persepsi mengenai kemudahan yang dirasakan oleh petani ada hubungan
dengan lama bertani responden.
4.5. Definisi Operasional
Variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi usahatani padi ramah
lingkungan melalui metode SRI, yaitu:
1. Benih bermutu adalah benih yang mempunyai syarat murni (lokal), bernas (beras
nasional), kering dan sehat.
3. Jarak tanam adalah jarak dari satu rumpun padi ke rumpun padi disekitarnya pada
saat tandur (cm).
4. Jumlah bibit adalah banyaknya bibit padi yang ditanam di sawah (kg per ha).
5. Kedalaman tanam adalah dalamnya bibit yang ditanam kedalam lahan pada saat
tandur (cm).
6. Penyulaman adalah kegiatan mengganti bibit yang tidak tumbuh atau rusak dengan
bibit yang baru, dilakukan beberapa hari setelah tanam (hst).
7. Penyiangan adalah kegiatan mencabut dan membuang gulma dari sawah,
dilakukan beberapa hari setelah tanam (hst).
8. Pupuk kandang adalah kotoran hewan yang dijadikan pupuk untuk menyuburkan
lahan (ton per ha).
9. Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari bahan organik sisa dedaunan,
jerami, dedak padi dan lain – lain (ton per ha).
10.Pupuk bokashi atau pupuk fermentasi adalah pupuk kompos atau pupuk kandang
yang ditambah mikroba pengurai agar lebih cepat proses pembentukkannya (ton
per ha).
11.Pupuk organik cair adalah pupuk organik yang berbentuk cair (lt per ha).
12.Pupuk organik padat adalah pupuk organik yang berbentuk padat (ton per ha).
Sedangkan variabel yang digunakan untuk menganalisis pendapatan, marjin
pemasaran dan persepsi petani padi ramah lingkungan metode SRI adalah:
1. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang seperti biaya
pembelian sarana produksi (benih, pupuk) dan biaya untuk membayar tenaga kerja
2. Biaya yang diperhitungkan adalah untuk menghitung berapa sebenarnya
pendapatan kerja petani jika penyusutan alat, nilai tenaga kerja dalam keluarga di
perhitungkan, sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, dan
penggunaan benih dari hasil produksi. dalam satuan rupiah (Rp).
3. Biaya produksi adalah biaya total yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan petani
dalam satu musim tanam, dinyatakan dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp
per musim tanam).
4. Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa gabah kering giling dari usahatani
padi ramah lingkungan yang dihasilkan petani pada sawah yang digarapnya dalam
satu musim tanam diukur dalam satuan ton per hektar (ton per hektar).
5. Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan dalam satu
musim tanam, diukur dalam satuan hari kerja pria (HKP) atau hari kerja wanita
(HKW).
6. Upah tenaga kerja adalah imbalan atas jasa dari setiap satuan tenaga kerja yang
dipergunakan, diukur dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp per musim
tanam).
7. Biaya pestisida organik merupakan banyaknya biaya yang dipergunakan untuk
kebutuhan pestisida organik dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan rupiah
per musim tanam (Rp per musim tanam).
8. Biaya benih adalah banyaknya biaya yang dipergunakan untuk kebutuhan benih
dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp per
9. Biaya pupuk banyaknya biaya yang dipergunakan untuk kebutuhan pupuk dalam
satu musim tanam, diukur dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp per musim
tanam).
10.Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh lembaga pemasaran untuk
menyalurkan gabah dan beras dari petani sampai kepada konsumen akhir.
11.Lembaga pemasaran adalah lembaga – lembaga yang melaksanakan fungsi –
fungsi pemasaran mulai dari petani sampai ke konsumen.
12.Harga jual petani adalah harga gabah kering giling (GKG) yang diterima petani,
dalam satuan rupiah per kg (Rp per kg).
13.Harga beli pedagang adalah harga gabah yang diterima pedagan pengumpul
maupun pedagang besar daerah dan harga beras yang diterima pedagang baik
pedagang besar daerah atau luar daerah maupun pedagang pengecer daerah atau
luar daerah tasikmalaya, dalam satuan rupiah per kg (Rp per kg).
14.Harga beras konsumen adalah harga transaksi antara pedagang pengecer dengan
pembeli yang diukur dalam satuan rupiah per kg (Rp per kg).
15.Karakteristik individu adalah sifat – sifat yang melekat pada diri petani yang
mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, status
kepemilikan lahan, lama bertani dan pendapatan per bulan.
a. Umur adalah usia petani yang dihitung dari tahun kelahirannya sampai saat
wawancara / penelitiannya berlangsung. Umur dikelompokkan menjadi:
• Muda : < 30 tahun
• Sedang : 30 – 40 tahun
b. Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diperoleh petani setiap bulan dari
hasil bertani.
• Rendah : < Rp 500.000,00
• Sedang : Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00
• Tinggi : > Rp 1.000.000,00
c. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah keluarga rumah tangga yang
ditanggung oleh petani (termasuk petani). Jumlah tanggungan keluarga
dikelompokkan memjadi:
• Sedikit : < 3 orang
• Sedang : 3 – 6 orang
• Banyak : > 6 orang
d. Status kepemilikan lahan merupakan kedudukan petani yang menggambarkan
pola kepemilikan lahan. Status penguasaan lahan dikelompokkan menjadi:
• Petani penyakap: petani yang menggarap lahan milik orang dan mempunyai
hak membuat keputusan atas lahan dengan jumlah bagi hasil antara petani
penggarap dengan pemilik lahan sebesar 50 persen untuk petani penggarap
dan 50 persen untuk pemilik lahan jika pemilik lahan membantu dalam
biaya produksi, sedangkan jika petani penggarap tidak meminta bantuan
kepada pemilik lahan maka bagi hasilnya adalah 70 persen untuk petani
penggarap dan 30 persen untuk pemilik lahan.
• Petani pemilik penggarap: petani yang memiliki lahan dan menggarap
lahanya sendiri.
e. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh
• Rendah : tidak tamat / tamat SD / sederajat
• Sedang : tamat SMP / MTs / sederajat
• Tinggi : tamat SMU / sederajat / akademi / perguruan tinggi
f. Lama bertani adalah waktu bertani yang dihitung sejak pertama kali mulai
bekerja sebagai petani, lama bertani dikelompokkan menjadi:
• Baru : < 6 tahun
• Sedang : 6 – 15 tahun