• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko

Dalam menjalankan kehidupan, setiap orang pasti dihadapkan dengan berbagai pilihan namun terkadang pilihan yang dihadapi oleh manusia mempunyai ketidakpastian karena kurangnya informasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang seperti manusia yang dihadapkan pada risiko kecelakaan di jalan raya yang sewaktu – waktu akan terjadi namun kejadian tersebut timming atau waktu nya sendiri yang tidak pasti, sehingga setiap manusia menghindari dan menjauhi penyebab datangnya kecelakaan tersebut.

Menurut Kountur (2004) risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ketidakpastian yang terjadi akibat dari adanya kurang informasi atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Kembali menurut Kountur (2006) menjelaskan bahwa risiko itu berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat yang berupa kerugian yang ditimbulkan. Menurut Ricky W.Griffin dan Ronald J.Ebert (1996) risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian pada masa yang akan datang (uncertainty about future events).

Sementara itu menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian aktual. Kembali Hanafi (2007) menjelaskan melalui gambar 1 yang menggambarkan pandangan lama bahwa dalam kaitannya antara risiko dan tingkat keuntungan, menganggap bahwa ada hubungan positif antara risiko dengan

tingkat keuntungan, semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan, maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya.

Return

Expected Return Higher risk leads

To higher return

Risk

Sumber : Hanafi (2007)

Menurut Darmawi (2010) menambahkan juga definisi risiko yaitu sebagai probabilitas obyektif dari outcome aktual suatu kejadian yang berbeda dengan outcome yang diharapkan atau dengan kata lain, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak terduga. Menurut Kountur (2008) terdapat tiga unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap sebagai risiko yaitu : (1) Merupakan suatu kejadian, (2) Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, sehingga masih bisa terjadi dan tidak terjadi, (3) Jika terjadi maka akan menimbulkan kerugian. Gambar mengenai risiko dan ketidakpastian dapat dilihat seperti indikator berikut :

Peluang dan hasil dapat diukur Peluang dan hasil tidak dapat diukur

Sumber : (dalam modul perkuliahan, unpublish)

Keterangan

: Risk Events : Uncertain Events

Pada gambar 2, menunjukkan bahwa pada indikator yang terletak di sebelah kanan menggambarkan peluang kejadian dan hasil yang tidak dapat diukur (ketidakpastian) dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan. Dan di sisi lain pada indikator yang terletak di sebelah kiri menggambarkan peluang kejadian dan hasil yang dapat diukur (risiko) dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan.

Terdapat persamaan konsep antara Ricky W.Griffin dan Ronald J.Ebert (1996) dengan Kountur (2004) mengenai konsep risiko yaitu merupakan suatu ketidakpastian tentang suatu kejadian yang akan terjadi pada masa yang akan

Gambar 1 Hubungan risiko dengan return pandangan lama : semakin tinggi risiko semakin tinggi tingkat keuntungan

datang. Serta adanya persamaan konsep pula antara Hanafi (2006) dan Darmawi (2010) yang mengatakan bahwa risiko merupakan suatu kejadian dimana tingkat pengembalian aktual berbeda dengan tingkat pengembalian yang diharapkan.

Kountur (2008) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kategori risiko. Beberapa kategori tersebut ditentukan tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu risiko dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, risiko dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan, risiko dari sudut pandang aktivitas yang dilakukan dan risiko dari sudut pandang kejadian yang terjadi.

a) Risiko dari sudut pandang penyebab

Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, terdapat dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan tingkat bunga, perubahan harga, dan perubahan harga input maupun output. Risiko operasional disebabkan oleh faktor- faktor nonkeuangan seperti teknologi, manusia dan keadaan suhu dalam kandang. b) Risiko dari sudut pandang akibat

Dilihat dari sudut pandang akibatnya terdapat dua kategori risiko yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif merupakan risiko yang memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

c) Risiko dari sudut pandang aktivitas

Menurut Kountur (2008) terdapat berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Risiko akan muncul sebanyak jumlah aktivitas yang dilakukan.

d) Risiko dari sudut pandang kejadian

Risiko dari sudut pandang kejadian merupakan risiko yang dinyatakan paling baik. Dalam menjalankan sebuah usaha pasti mengandung risiko dalam pengusahaannya dan akibat dari risiko tersebut pasti memberikan dampak kerugian bagi perusahaan. Jenis risiko yang muncul berdasarkan pada jenis usahanya juga, sehingga dalam menentukan strategi untuk menangani risiko yang ada harus ditentukan terlebih dahulu jenis risikonya. Dalam bidang agribisnis sendiri, risiko yang biasa terjadi pada kegiatan usahatani ialah risiko selama kegiatan produksi berlangsung serta risiko harga jual. Risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler ialah risiko produksi. Risiko produksi yang terjadi disebabkan suhu dan iklim, serangan hama, input dan manusia karena faktor kesalahan tenaga kerja. Akibat yang ditimbulkan dari adanya risiko produksi ini adalah terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Risiko harga terjadi karena adanya fluktuasi harga input dan harga output yang dipengaruhi tingkat inflasi serta kondisi permintaan dan penawaran produk.

Sumber – Sumber Risiko

Risiko merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan oleh para pelaku usaha. Risiko sangat berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian yang dihadapi oleh para pelaku usaha bisa berdampak merugikan dan mungkin bisa berdampak menguntungkan. Para pelaku usaha harus mampu mengidentifikasi sumber- sumber risiko yang dihadapi sebelum dapat merumuskan strategi yang akan

dilakukan untuk meminimalisir risiko tersebut. Menurut Harwood,et al.(1999) terdapat lima sumber risiko diantaranya :

1. Risiko Produksi

Risiko produksi merupakan kegagalan yang terjadi saat proses budidaya berlangsung dan risiko ini diakibatkan oleh faktor – faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Contohnya risiko kegagalan yang diakibatkan oleh perubahan cuaca yang ekstrim, adanya serangan penyakit, mengalami cacat fisik serta mengalami pertumbuhan kerdil.

2. Risiko Pasar

Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar yang tidak menentu, selain itu risiko pasar dapat dialami oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali perusahaan. Risiko pasar dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, jumlah permintaan produk yang diinginkan oleh konsumen, tingginya tingkat persaingan antarpelaku usaha, lemahnya strategi dalam melakukan pemasaran, serta lemahnya tingkat tawar-menawar perusahaan dibandingkan pembeli. Risiko pasar ini akan mempengaruhi sejumlah komoditi yang digunakan selama proses produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk yang diusahakan (output). Sehingga pada akhirnya risiko harga tersebut akan mempengaruhi pendapatan para peternak.

3. Risiko Kelembagaan

Risiko kelembagaan merupakan risiko yang timbul akibat dari adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari para pemegang kekuasaan dalam hal ini para pemegang kekuasaan adalah pemerintah dan perusahaan. Pemerintah dan perusahaan dalam mengeluarkan sebuah kebijakan dapat menghambat atau memperlancar kemajuan suatu usaha. Contoh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adanya pembatasan kuota ekspor- impor, adanya kebijakan tarif ekspor-impor. Kemudian contoh kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan adanya pembatasan penggunaan pakan dan obat-obatan serta adanya kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK).

4. Risiko Keuangan

Risiko keuangan merupakan risiko yang ditimbulkan oleh adanya fluktuasi tingkat suku bunga, kenaikan upah minimum regional (UMR), pertukaran nilai tukar mata uang, serta adanya hutan piutang yang macet.

5. Risiko Sumber Daya Manusia (SDM)

Risiko SDM merupakan risiko yang disebabkan dari faktor sosial. Risiko SDM berhubungan dengan kondisi atau tingkah laku manusia. Contohnya adanya penipuan, adanya kelalaian yang dilakukan oleh para pekerja saat bekerja, adanya pekerja yang mengalami kesehatan buruk. kurangnya kompeten dan keahlian yang dimiliki oleh pekerja serta perubahan tujuan individu dalam perusahaan akan mempengaruhi kinerja individu tersebut terhadap perusahaan. Selain risiko SDM, adanya risiko aset dapat terjadi pula yang disebabkan oleh kebakaran, banjir, pencurian, dan kerusakan.

Menurut Kountur (2004) terdapat tiga faktor penyebab terjadinya suatu risiko (kemungkinan kejadian yang merugikan) pada perusahaan yaitu faktor fisik, faktor sosial dan faktor ekonomi.

1. Penyebab faktor fisik

Beberapa risiko yang disebabkan oleh faktor fisik ini seperti api, angin, banjir, gempa bumi dan kadaluwarsa. Risiko yang disebabkan oleh faktor fisik ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor fisik alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan angin ribut. Faktor fisik alam tidak dapat dikendalikan, dia datang begitu saja dan tidak dapat dicegah.Contohnya hujan lebat, karena secara logika tidak ada orang yang dapat menghentikan hujan selama hujan tersebut masih lebat. Begitupun dengan gempa bumi jika gempa bumi datang tidak ada orang yang dapat menahannya. Faktor fisik non alam merupakan faktor fisik yang berhubungan dengan teknologi atau dengan benda-benda yang diciptakan manusia.Contohnya mesin mogok yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kehabisan bahan bakar, salah satu atau beberapa komponenya telah usang atau terjadi arus pendek.

2. Penyebab fakor sosial

Faktor sosial pada umumnya berhubungan dengan kondisi atau tingkah laku manusia. Risiko yang disebabkan oleh faktor sosial antara lain kelalaian, penipuan, pencurian, tidak kompeten, demonstrasi dan pemogokan. Faktor sosial yang berhubungan dengan tingkah laku manusia dapat dibedakan ke dalam dua sumber sosial yaitu dari individu seperti terjadinya kelalaian dalam pemberian pakan yang dilakukan oleh anak kandang atau peternak selama proses produksi berlangsung dan kelompok masyarakat seperti demonstrasi dan huru-hara.

3. Penyebab faktor ekonomi

Penyebab risiko faktor ekonomi di antaranya harga yang tidak menentu, suku bunga yang tidak stabil, dan nilai tukar mata uang yang berfluktuatif. Contohnya ketika nilai tukar rupiah jatuh begitu tajam yang menyebabkan banyak perusahaan di Indonesia terpaksa harus gulung tikar, dan hal tersebut menyebabkan banyak perusahaan mengalami risiko kerugian yang tinggi.

Menurut Rasyaf (2008) sumber risiko produksi yang biasa ditemui pada usaha peternakan ayam broiler ialah penyakit. Bibit-bibit penyakit sudah berada di sekitar ayam, bahkan ada yang sudah terdapat dalam tubuh ayam. Semuanya dapat memberikan manfaat bagi kehidupan secara keseluruhan. Namun, bibit penyakit baru menyebabkan masalah bagi ayam bila telah terjadi beberapa kondisi sebagai berikut :

a) Perubahan kelembapan dan temperatur lingkungan

Kelembapan di Indonesia, terutama di daerah dataran tinggi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi dalam tata laksana peternakan. Contohnya, bahan litter yang terlalu basah atau sulit kering serta keadaan kandang yang sumpek dan bau. Hal ini mengakibatkan daya tahan ayam melemah dan bibit penyakit tumbuh (berkembang biak) dari biasanya. Begitupun dengan temperatur lingkungan yang sangat tinggi. Pada saat musim kemarau, terutama di dataran rendah menyebabkan ayam kehausan dan mengurangi konsumsi ransum. Hal ini mengakibatkan asupan gizi menjadi tidak terpenuhi. Kondisi tersebut akan memperlemah daya tahan ayam terhadap penyakit.

b) Perubahan musim

Adanya peralihan musim, dari musim penghujan ke musim kemarau dapat menjadi kesempatan bagi bibit penyakit untuk menyerang ayam. Karena adanya perubahan musim tersebut menyebabkan daya tahan ayam melemah dan rentan terhadap berbagai macam penyakit. Oleh karena itu selama perubahan musim

kemarau ke musim hujan peternak harus lebih waspada. Penyakit yang biasa menyerang pada kondisi ini ialah coryza. Bentuk penanganan penyakit di musim hujan ini utamanya terkait pada kandang dan tata air di sekitar kandang.

c) Kebersihan kandang dan peralatan

Kebersihan kandang dan peralatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam setiap usaha peternakan ayam. Kandang dan peralatan yang kotor, bau, lumutan dan berdebut merupakan kondisi yang sangat disukai penyakit dan merupakan tempat yang nyaman bagi penularan penyakit, akibatnya bibit penyakit dapat tumbuh subur. Contohnya kandang yang kotor akibat dari tumpahan ceceran makanan dapat mengundang tikus ke kandang kemudian penggunaan peralatan kandang yang tidak bersih, meskipun kandang dan keadaan ayam telah baik karena pencegahan penyakit sudah dilakukan. Dengan demikian, usaha pencegahan yang dilakukan dalam kandang menjadi sia-sia.

d) Keadaan ayam

Terdapat penyakit tertentu yang diturunkan dari induknya. Oleh karena itu ketika menerima atau membeli anak ayam berumur satu hari (DOC), kondisinya harus diperiksa terlebih dahulu agar tidak mengalami kekecewaan membeli bibit yang tidak berkualitas baik. Bila menghadapi hal ini, usaha pencegahan harus benar-benar dilakukan dan perlu ditanyakan dengan sesame peternak mengenai keadaan bibit ayam tertentu yang pernah dipelihara.

e) Kualitas ransum

Kualitas ransum ini berkaitan dengan penyakit berupa kekurangan atau kelebihan gizi yang mengakibatkan daya tahan tubuh ayam melemah. Misalnya DOC kekurangan mineral kalsium, sedangkan dalam pertumbuhannya DOC membutuhkan mineral kalsium, maka hal ini dapat menimbulkan penyakit.

Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi mampu menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis (Irham , 2010). Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi dapat bertahan dan mengoptimalkan risiko (Hanafi, 2009). Untuk menangani risiko diperlukan strategi pencegahan risiko agar dapat ditangani dengan baik. Menurut Kountur (2004:2008) sistematika pengelolaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3

Proses Output Daftar risiko 1. Peta risiko 2. Status risiko Penanganan risiko Sumber : Kountur,2004 Evaluasi Identifikasi Risiko Pengukuran Risiko Penanganan Risiko

Menurut Kountur (2004:2008) dalam mengelola risiko yang pertama kali harus dilakukan adalah melakukan identifikasi risiko dengan :

1. Mengetahui dimana saja risiko berada

Risiko dapat ditemukan di empat tempat penting di dalam perusahaan yaitu : a) barang; dalam memproduksi barang dan jasa setiap perusahaan memerlukan bahan baku sebagai input dalam proses produksi (barang), yang mempunyai risiko rusak, tidak sesuai, hilang dan tidak berkualitas, b) orang; (orang) sebagai sumberdaya manusia diperlukan oleh perusahaan untuk mengelola dan mengerjakan pekerjaan – pekerjaan yang dituntut oleh perusahaan, yang mempunyai risiko sakit, cedera, keluar, mogok dan demo serta meninggal, c) uang; perusahaan memerlukan uang untuk membayar segala kewajiban–kewajibannya, risiko kehilangan uang, diselewengkan, tidak tertagih, berubah nilainya, d) prosedur dan aturan – aturan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, risiko prosedur terjadi karena sistem atau prosedur yang salah sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan atau hasil yang tidak berkualitas, atau karena prosedur yang tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi sehingga walaupun prosedur benar namun tidak efektif dan efisien lagi sehingga merugikan perusahaan.

2. Mengetahui penyebab timbulnya risiko

Mengetahui dari awal penyebab kemungkinan timbulnya risiko akan memudahkan penanganan risiko. Risiko dikarenakan (a) faktor fisik seperti; bencana alam yang berasal dari gempa, kebakaran atau banjir serta faktor fisik seperti kondisi alam (basah, kering, dingin, atau panas). Faktor fisik dapat juga berasal dari makhluk alam (basah, panas, kering dan dingin). Selain itu faktor fisik juga dapat berasal dari makhluk alam (kuman, virus, binatang atau tumbuhan). Selain faktor fisik penyebab timbulnya risiko dapat juga karena faktor non fisik, seperti teknologi yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, salah digunakan maupun tidak berkualitas, (b) faktor sosial yang menjadi penyebab timbulnya risiko berasal dari individu karena kompetensi yang kurang (tidak mampu, sakit, lalai) moral (kejujuran, keserakahan,kekecewaan), selera (mode, keinginan, persepsi) atau dari faktor sosial seperti kelompok masyarakat (demo karyawan atau masyarakat, mogok kerja, huru – hara), (c) faktor ekonomi; terjadi karena harga beli maupun harga jual yang berubah-ubah, tingkat bunga yang berubah-ubah, nilai tukar mata uang yang berubah.

3. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab risiko

Untuk mengetahui keberadaan penyebab risiko dapat digunakan (a) metode interaksi yang terdiri observasi; dilakukan dengan cara mengamati atau melihat objek yang akan diamati, wawancara dilakukan dengan berbicara dan bertanya kepada orang-orang yang berada pada unit kerja yang menjadi objek identifikasi, serta studi documenter; (b) metode alur bagan; apabila suatu pekerjaan masih dalam taraf perencanaan, yang tidak memungkinkan dilakukan metode interaksi, sehingga dilakukan alur bagan dengan menggambarkan alur kegiatan dari suatu pekerjaan, maka dari alur tersebut akan tampak berbagai

aktivitas yang dilakukan, sehingga bisa diidentifikasi risiko yang menyebabkannya.

Teknik Pemetaan Risiko

Teknik pemetaan risiko (risk mapping) merupakan teknik yang dilakukan berdasarkan hasil dari prioritas risiko. Hasil prioritas risiko berkaitan pada dua dimensi yaitu probabilitas dan dampak yang terjadi akibat risiko tertentu. Dimensi pertama yaitu probabilitas menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat risiko yang terjadi maka kepentingan manajemen semakin perlu adanya perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan risiko terjadi, maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberikan perhatian kepada risiko tersebut. Dimensi probabilitas dibagi kategori tinggi, sedang dan rendah.

Dimensi kedua yaitu dampak, dampak merupakan tingkat biaya yang terjadi jika risiko tersebut benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak dari suatu risiko, maka semakin perlu adanya perhatian khusus dari manajemen. Sebaliknya semakin rendah dampak yang terjadi pada suatu risiko maka semakin rendah pula perhatian dari manajemen dalam mengalokasikan sumberdaya nya. Dimensi dampak dibagi kategori tinggi, sedang dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 4. berikut ini.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kecil Besar Dampak (Rp)

Sumber : Kountur, 2008

Kuadran I menunjukkan kuadran dengan probabilitas yang besar, akan tetapi dampak yang ditimbulkannya kecil, apabila terjadi risiko tersebut maka dapat ditangani dengan cara mencegahnya. Kuadran II menunjukkan kuadran dengan probabilitas yang besar, serta dampak yang ditimbulkannya pun besar, apabila terjadi risiko tersebut maka dapat ditangani dengan cara menghindarinya. Kuadran III menunjukkan kuadran dengan probabilitas yang kecil serta dampak yang ditimbulkannya pun kecil, apabila terjadi risiko tersebut maka dapat ditangani dengan cara menahannya agar tidak timbul risiko yang semakin besar. Kuadran IV menunjukkan kuadran dengan probabilitas yang kecil, akan tetapi dampak yang ditimbulkannya besar, apabila terjadi risiko tersebut maka dapat ditangani dengan cara mengurangi dampaknya agar tidak semakin membesar.

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha peternakan ayam broiler merupakan suatu usaha yang cukup berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan ayam broiler yang cepat, mampu memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat terhadap kebutuhan asupan pangan. Akan tetapi dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler ini timbulnya risiko merupakan suatu hal yang pasti dialami para peternak. Karena adanya risiko ini, tidak sedikit peternak yang melakukan kemitraan dengan perusahaan inti. Tujuannya untuk meminimalisir risiko yang dihadapi. Di sisi lain terdapat pula peternak yang melakukan produksi nya secara mandiri, tanpa melakukan kemitraan dengan perusahaan inti.Risiko yang dihadapi adalah risiko produksi. Penelitian ini dilakukan terhadap peternak mitra dari perusahaan Berkah Mitra Sejahtera (BMS) sebanyak 3 peternak yang di pilih berdasarkan waktu periode masuknya DOC (Day Old Chicken) ke kandang peternak mitra pada waktu yang hampir bersamaan. Serta adanya 1 peternak mandiri yang di pilih berdasarkan banyaknya populasi DOC yang diusahakan. Sistem budidaya yang diterapkan oleh peternak masih sangat sederhana yaitu masih menggunakan sistem kandang panggung serta penggunaan peralatan yang masih tradisional. Satu peternak mandiri dan ketiga peternak mitra memiliki pengalaman berbeda dalam beternak serta minimnya manajemen yang dilakukan oleh peternak mandiri dan peternak mitra BMS dalam pencegahan terhadap risiko yang dihadapi.

Dalam menjalankan usaha peternakan ayam broiler baik mitra maupun mandiri selalu dihadapi dengan adanya risiko produksi. Indikasi yang menyatakan para peternak mengalami risiko produksi adalah adanya tingkat kematian (mortalitas) tinggi yang dialami oleh para peternak. Tingkat kematian yang tinggi tersebut dapat dijadikan bahwa baik peternak mitra BMS maupun peternak mandiri mengalami risiko produksi. Risiko produksi tersebut berasal beberapa sumber-sumber risiko produksi seperti faktor alam, maupun faktor fisik non alam. Faktor alam disebabkan oleh kondisi perubahan cuaca, serangan penyakit sedangkan faktor fisik non alam disebabkan adanya kualitas DOC yang kurang baik dan serangan predator. Faktor pendukung terjadinya sumber risiko produksi tersebut dapat disebabkan kurangnya sistem manajemen yang baik dikandang, adanya kelalaian yang disebabkan oleh anak kandang dan peternak selama menjalankan proses produksi menjadi hal utama sumber risiko produksi dapat terjadi.

Melihat adanya risiko produksi yang dialami oleh kedua pola usaha peternakan tersebut, maka diperlukan adanya analisis lebih mendalam untuk mengetahui besarnya probabilitas risiko yang dihadapi oleh kedua pola usaha peternakan tersebut dengan metode z-score sehingga diketahui presentase kemungkinan terjadinya sumber risiko. Setelah mengetahui presentase terjadinya sumber risiko, kemudian menghitung besarnya dampak yang harus ditanggung oleh para pelaku usaha ayam broiler akibat sumber risiko tersebut dengan metode Value at Risk yang akan berpengaruh terhadap pendapatan peternak. Setelah mengetahui besarnya dampak yang harus ditanggung para peternak dan

Dokumen terkait