• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra dan Mandiri di Kabupaten Serang Propinsi Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra dan Mandiri di Kabupaten Serang Propinsi Banten"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PETERNAKAN

AYAM BROILER BERMITRA DAN MANDIRI DI

KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN

FANI PURWANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra Dan Mandiri Di Kabupaten Serang Propinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

FANI PURWANTI. Analisis Risiko Produksi Pada Peternakan Ayam Broiler Bermitra Dan Mandiri Di Kabupaten Serang Propinsi Banten. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.

Salah satu komoditas peternakan yang banyak dibudidayakan dan memiliki potensi dalam kontribusi daging nasional ialah peternakan ayam broiler. Kabupaten Serang merupakan salah satu sentra produksi ayam broiler di Banten sehingga mendorong timbulnya perusahaan mitra. PT.Berkah Mitra Sejahtera (BMS) ialah perusahaan yang menjalin kerjasama dengan tiga peternak ayam broiler di Kabupaten Serang. Terdapat peternakan ayam broiler mandiri,namun tidak dalam jumlah banyak.Adanya mortalitas mengindikasikan terjadinya risiko produksi pada peternakan ayam broiler.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber risiko produksi peternak ayam broiler bermitra dan mandiri, menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler terhadap penerimaan, membandingkan risiko produksi usaha peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri serta menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi ayam broiler. Sumber risiko yang ditemukan pada peternakan ayam broiler mitra ialah penyakit memiliki probabilitas rata-rata 39.43 persen, perubahan cuaca memiliki probabilitas rata-rata 31.93 persen, kualitas DOC kurang baik memiliki probabilitas rata-rata 24.23 persen serta predator memiliki probabilitas rata-rata 12.90 persen. Sumber risiko pada peternak mandiri ialah penyakit memiliki probabilitas 50.00 persen, perubahan cuaca memiliki probabilitas 46.40 persen, predator memiliki probabilitas 23.30 persen dan kualitas DOC kurang baik memiliki probabilitas 18.10 persen. Berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan risiko produksi terbesar dialami peternakan mitra karena p-value yang dihasilkan > α = 0.05 sehingga terima Ho. Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa terdapat dua strategi, yaitu strategi preventif dan mitigasi. Penyakit merupakan sumber risiko yang memiliki kemungkinan dan dampak paling besar.

Kata kunci :Ayam broiler, Kemitraan, Mandiri, Risiko produksi,

ABSTRACT

FANI PURWANTI. Risk Production Analysis of Contract Farming and Independent Broiler Poultrymen in Serang Banten. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.

(6)

to handle the farm producton risk sources. There were four farm production risk resources found in the contract farming farms i.e, diseases whose average probability was 39.43 percent, weather changes - 31.93 percent, poorer DOC quality - 24.23 percent, and predators - 12.90 percent. Similiarly there were also four farm production risk resources found in the independent poultryman’s farm, i.e diseases whose probability of which was 50.00 percent, weather changes - 46.40 percent, predators - 23.30 percent, and poorer DOC quality - 18.10 percent.Based on t-test showed the risk production being largest for contract

farming because p-value >α=0.05,so that no reject Ho. Risk mapping results indicate that there were two strategies, namely preventive and mitigation strategies. Diseases were a source of risk that had the highest possibility and the greatest impact.

(7)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PETERNAKAN

AYAM BROILER BERMITRA DAN MANDIRI DI

KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN

FANI PURWANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Risiko Produksi Pada Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra Dan Mandiri Kabupaten Serang Propinsi Banten, sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekonomi, dari Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di tiga lokasi peternakan mitra PT.Berkah Mitra Sejahtera dan satu peternakan mandiri, Kabupaten Serang, Propinsi Banten yang dilaksanakan sejak bulan Oktober hingga Desember 2014.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta ketiga adik tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Yanti Nuraeni Muflikh, SP,M.Agribus sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir.Narni Farmayanti,M.Sc dan Etriya,SP,MM, selaku dosen penguji pada ujian sidang skripsi yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.Penghargaan tidak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, keluarga besar peternak,Yeni Marlina,SST selaku Kepala UPTD Peternakan dan Agus Miharja,S.Pt selaku penyuluh Dinas Peternakan yang telah memberikan sarannya, TS pihak PT.Berkah Mitra Sejahtera yaitu Asmat yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 9

Manfaat Penelitian 9

Ruang Lingkup 10

TINJAUAN PUSTAKA 10

Usaha Peternakan Ayam Broiler 10

Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler 11

Sumber – Sumber Risiko dalam Peternakan Ayam Broiler 15

Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler 16

Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler 18

Pola Kemitraan (Contract Farming) 19

Pola Mandiri 19

KERANGKA PEMIKIRAN 20

Kerangka Pemikiran Teoritis 20

Konsep Risiko 20

Sumber – Sumber Risiko 22

Manajemen Risiko 25

Teknik Pemetaan Risiko 27

Kerangka Pemikiran Operasional 28

METODE PENELITIAN 31

Lokasi dan Waktu 31

Jenis dan Sumber Data 31

Metode Pengumpulan Data 32

Metode Analisis Data 33

Analisis Deskriptif 34

Analisis Pengukuran Risiko 34

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko 36

Analisis Dampak Risiko 37

Pemetaan Risiko 38

(14)

Uji-t 39

HASIL DAN PEMBAHASAN 40

Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Bermitra 40

Proses produksi peternakan ayam broiler yang bermitra 44

Persiapan Kandang 44

Proses Pembudidayaan 47

Proses Panen Ayam Broiler Bermitra 50

Pasca Panen 51

Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler Mandiri 51

Proses Panen Ayam Broiler Mandiri 54

Saluran Pemasaran Usaha Peternakan Ayam Broiler Mandiri 54 Identifikasi Sumber Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra 55

Risiko Produksi 57

Identifikasi Sumber Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri 60

Risiko Produksi 60

Analisis Kemungkinan Terjadi Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler

Bermitra 61

Analisis Kemungkinan Terjadi Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler

Mandiri 67

Analisis Dampak Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Bermitra 70 Analisis Dampak Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Mandiri 75 Analisis Perbandingan Tingkat Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler

Bermitra dan Mandiri 78

Pemetaan Risiko Peternakan Ayam Broiler Bermitra 78

Pemetaan Risiko Peternakan Ayam Broiler Mandiri 82

Alternatif Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler Bermitra 85 Alternatif Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler Mandiri 89

SIMPULAN DAN SARAN 93

Simpulan 93

Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 94

LAMPIRAN 97

(15)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB

Nasional 1

2 Perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging 2

3 Tingkat konsumsi produk peternakan per kapita tahun 2009 - 2013 3 4 Produksi daging ternak ayam (kg) di Propinsi Banten tahun 2009-2013 4 5 Populasi ternak ayam (ekor) di Kabupaten Serang tahun 2009-2013 5 6 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mitra Berkah Mitra

Sejahtera 8

7 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mandiri 8

8 Jenis alat pemanas berdasarkan sumber energinya 13

9 Proses pengolahan data 33

10 Waktu produksi peternakan ayam broiler Ibu Lisda 56

11 Waktu produksi peternakan ayam broiler Bapak Hajiji 57

12 Waktu produksi peternakan ayam broiler Bapak Marfu 57

13 Waktu produksi peternakan ayam broiler mandiri 60

14 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam broiler peternakan Ibu Lisda pada skala usaha 7000 ekor 63 15 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam

broiler peternakan Bapak Hajiji pada skala usaha 5000 ekor 65 16 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi ayam

broiler peternakan Bapak Marfu pada skala usaha 5000 ekor 67 17 Hasil perhitungan analisis probabilitas sumber risiko produksi

peternakan ayam broiler mandiri pada skala usaha 5000 ekor 69 18 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi

peternakan ayam broiler Ibu Lisda pada skala usaha 7000 ekor 72 19 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi

peternakan ayam broiler Bapak Hajiji pada skala usaha 5000 ekor 73 20 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi

peternakan ayam broiler Bapak Marfu pada skala usaha 5000 ekor 75 21 Nilai VaR (dampak) dari masing-masing sumber risiko produksi ayam

broiler peternak mandiri pada skala usaha 5000 ekor 77

22 Status risiko pada masing-masing sumber risiko produksi peternak

mitra 79

23 Status risiko pada setiap sumber risiko produksi ayam broiler peternak

(16)

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan risiko dengan return pandangan lama : semakin tinggi risiko

semakin tinggi tingkat keuntungan 21

2 Risk-Uncertainty continoum 21

3 Proses pengelolaan risiko perusahaan 25

4 Peta risiko 27

5 Alur kerangka pemikiran operasional 30

6 Strategi preventif dan mitigasi risiko 39

7 Alur pemasaran usaha peternakan ayam broiler mandiri 55

8 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Ibu Lisda 81 9 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Bapak Hajiji 81 10 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan Bapak Marfu 82 11 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan mandiri 84

12 Penanganan sumber risiko melalui strategi preventif 87

13 Penanganan sumber risiko melalui strategi mitigasi 88

14 Penanganan risiko produksi dengan strategi preventif 91

15 Penanganan risiko produksi dengan strategi mitigasi 92

DAFTAR GRAFIK

1 Tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten 4 2 Tingkat mortalitas ayam broiler (persen) di Propinsi Banten 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data populasi ternak ayam (ekor) di Propinsi Banten Tahun 2009-2013 98

2 Gambar struktur organisasi ketiga peternak mitra 99

3 Kontrak peternakan ayam broiler bermitra dengan PT.Berkah Mitra

Sejahtera 100

4 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Ibu Lisda 104 5 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Bapak Hajiji 106 6 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan Bapak Marfu 108 7 Analisis probabilitas sumber risiko pada peternakan ayam broiler

mandiri 110

8 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Ibu Lisda 112 9 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Bapak Hajiji 114 10 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan Bapak Marfu 116 11 Analisis dampak sumber risiko produksi peternakan ayam broiler

mandiri 118

12 Hasil Uji-T 120

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris, yang mampu menghasilkan berbagai macam produk pertanian. Beberapa produk pertanian yang dihasilkan berupa padi, sayuran, buah – buahan, hasil hutan, hasil tambang dan hasil peternakan. Sektor pertanian juga dapat memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. PDB dalam sektor pertanian mengalami peningkatan dalam periode 2004 - 2009 sebesar 13.9 persen per tahun, kemudian pada periode 2010 – 2013 juga mengalami peningkatan sebesar 14.9 persen. Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB nasional dapat dilihat pada tabel 1.

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Adanya peningkatan kontribusi hasil pertanian terhadap PDB Nasional dapat memberikan peluang yang sangat besar bagi berbagai sub sektor pertanian untuk menjalankan usaha, sektor pertanian Indonesia terbagi dalam empat sub sektor yaitu subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, hortikultura dan subsektor peternakan. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah subsektor peternakan.

Hal ini pun dapat didukung dengan adanya peningkatan volume ekspor dalam sub sektor peternakan pada bulan Agustus hingga September 2013. Seperti daging ayam meningkat sebesar 460 kg dengan nilai US$ 1 752, Susu dan kepala susu sebesar 27 632 811 kg dengan nilai US$ 53 131 475 dan telur unggas sebesar 400 kg dengan nilai US$ 3 0761.

1

Pusdatin Setjen Pertanian.2013.Kementrian Republik Indonesia.[Internet]Terhubung berkala.

http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/kategori1-44-analisis-pdb.html. (di unduh pada tanggal 09 Mei 2015).

Tabel 1 Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB Nasional

No Indikator Kinerja Satuan Tahun

2010 2011 2012 2013

1. Tanaman Bahan Makanan

% 7.5 7.1 7.0 7.5

2. Perkebunan % 2.1 2.1 1.9 2.0

3. Peternakan dan hasilnya

% 1.9 1.7 1.8 1.8

4. Kehutanan % 0.8 0.7 0.7 0.6

5. Perikanan % 3.1 3.1 3.1 3.2

(18)

Adapun subsektor yang bergerak dalam menangani bidang bisnis pertanian ini ialah dalam bidang agribisnis. Agribisnis tersebut merupakan salah satu bidang yang sangat penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama ekonomi nasional. Salah satu sektor dalam bidang agribisnis yang dapat meningkatkan ekonomi pedesaan dan pendapatan masyarakat ialah dalam sektor peternakan. Usaha peternakan bahkan mampu meningkatkan ekonomi pedesaan dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat desa (Sutawi, 2007).

Sub sektor peternakan Indonesia sendiri sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasar. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin dibangun di masa depan adalah yang mampu bersaing dan menghasilkan produk – produk di pasar dan mampu berkembang secara berkelanjutan.

Melihat hal tersebut, sub sektor peternakan Indonesia merupakan sub sektor peternakan yang menghasilkan daging, susu dan telur. Tiga komoditi ini merupakan tolak ukur dan andalan bagi perkembangan peternakan khususnya di Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia memilih asupan gizi yang berasal dari daging hewan ternak seperti daging sapi, daging kambing daging kerbau, daging itik, daging domba dan daging ayam. Namun jika dilihat dari tingkat kandungan gizinya asupan protein sangat diperlukan oleh tubuh manusia karena dapat diolah menjadi energi serta menurut (Iriani,2005) protein juga diperlukan terus-menerus untuk pertumbuhan dan metabolisme dalam tubuh. Untuk itu pada tabel 2, disajikan perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging.

Sumber : Karyadi dan Muhilal (2010

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kandungan protein paling besar pada daging sapi kemudian daging kerbau lalu daging ayam. Meskipun

-[Artikel] Sutawi.2007.Peluang,Ancaman, Kekuatan dan Kelemahan pada Subsistem Agribisnis.[internet].Terhubung berkala.

http://www. rabiatulhadawiyah.wordpress.com/2012/12/04/peluangancaman-kekuatan-dan-kelemahan-usaha-itik-petelur-pada-berbagai-subsistem-agribisnis/(di unduh pada tanggal 18 Desember 2014).

Tabel 2 Perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging

No. Komoditi Kalori (%) Protein (%) Lemak (%)

1. Daging sapi 207 18.8 14

2. Daging kerbau 85 18.7 0.5

3. Daging kambing 154 16.6 9.2

4. Daging ayam 206 18.2 25

5. Daging itik 302 16.0 28.6

(19)

kandungan protein pada daging sapi dan kerbau lebih besar,banyak dari masyarakat yang tidak mampu untuk membeli daging tersebut, dan mensubtitusi pada daging ayam broiler. Hal ini dikarenakan harga pada daging sapi dan daging kerbau per kg nya cukup tinggi. Akibatnya tingkat konsumsi daging ayam broiler per kapita memiliki nilai yang besar dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging peternakan lainnya. Berikut disajikan rincian mengenai tingkat konsumsi produk peternakan per kapita tahun 2009-2013 pada tabel 3.

Sumber : Departemen Pertanian RI (2014)

Melihat banyaknya masyarakat Indonesia yang mengkonsumi daging ayam khususnya daging ayam broiler maka masyarakat mulai tertarik dalam bidang pertanian terutama pada subsektor peternakan. Sub sektor peternakan yang marak dikembangkan adalah usaha peternakan ayam broiler. Usaha peternakan ayam broiler ini sudah lama berkembang di Indonesia dan menjadi pusat perhatian pemerintah. Dengan adanya perkembangan usaha peternakan ayam broiler ini, banyak masyarakat yang mencoba untuk melakukan usaha tersebut, meskipun dengan skala kecil namun usaha peternakan ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Banyak hal yang dilakukan pemerintah agar usaha tersebut tetap berjalan, salah satunya dengan menerapkan kebijakan Perusahaan Inti Rakyat (PIR) sesuai dengan Keppres No.50 Tahun 1981. Hasil kajian Saptana (1999) pada saat krisis moneter menunjukkan adanya penurunan skala usaha pada peternakan plasma sebesar 40 persen. Oleh karena itu kebijakan pemerintah mengenai PIR ini digantikan dengan model sistem pertanian kontrak (contract farming). Pada model ini terjadi hubungan kerjasama antara kelompok peternak dengan perusahaan inti yang dituangkan dalam suatu perjanjian kontrak jual beli secara tertulis untuk jangka waktu tertentu. Mengingat untuk melakukan usaha tersebut memerlukan sejumlah modal besar, maka para pelaku usahanya lebih memilih untuk menerapkan contract farming tersebut.

Terdapat beberapa daerah di Indonesia berpotensi untuk mengembangkan usaha peternakan ayam broiler. Salah satunya adalah propinsi Banten. Propinsi Banten dikenal luas sebagai salah satu wilayah penghasil peternakan ayam broiler yang dapat memproduksi dalam jumlah besar. Hal ini diperkuat dengan kondisi iklim di propinsi Banten yang dipengaruhi oleh Angin Monson dan gelombang La Nina sehingga mempunyai cuaca berkisar antara 22.1 -33.7 dengan keadaan cuaca yang demikian maka sangat cocok untuk dilakukan bisnis peternakan ayam

Tabel 3 Tingkat konsumsi produk peternakan per kapita tahun 2009 - 2013

No Komoditi Daging Segar Tahun (kg/kapita/tahun)

2009 2010 2011 2012 2013

1. Sapi 0.313 0.365 0.417 0.365 0.261

2. Kerbau 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

3. Kambing 0.000 0.000 0.052 0.000 0.000

4. Babi 0.209 0.209 0.261 0.209 0.209

5. Ayam ras/broiler 3.076 3.546 3.650 3.494 3.650

6. Ayam kampung 0.521 0.626 0.626 0.521 0.469

7. Unggas lainnya 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052

(20)

broiler. Sehingga hal tersebut senada dengan besarnya tingkat populasi ternak ayam broiler di Propinsi Banten. Berikut disajikan pada grafik 1 yang memperlihatkan tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten.

Grafik 1 Tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten Sumber :Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten (2014)

Berdasarkan grafik 1 menunjukkan tingkat populasi ternak ayam broiler di Propinsi Banten selama 5 tahun, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Adanya peningkatan populasi ternak ayam broiler ini, semakin menunjukkan bahwa prospek kegiatan usaha peternakan ayam broiler di Propinsi Banten sangat baik, dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Salah satu daerah di Propinsi Banten yang berpotensi untuk menghasilkan produksi ternak ayam broiler ialah di Kabupaten Serang. Hal ini dapat dilihat pada gambar grafik diatas, menunjukkan bahwa setiap tahunnya populasi ternak ayam broiler di Kabupaten Serang mengalami peningkatan cukup positif. Adapun rincian mengenai tingkat populasi ternak ayam di Propinsi Banten dapat dilihat pada Lampiran 1. Adanya peningkatan populasi ternak ayam broiler tersebut, senada dengan produksi daging ternak ayam broiler yang dihasilkan di Propinsi Banten, hal ini dapat dilihat pada tabel 4 menunjukkan produksi daging ternak ayam (ton) di Propinsi Banten tahun 2009-2013.

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Banten (2014

Tahun Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Ras Pedaging

(21)

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa produksi daging ayam terbesar yang dihasilkan di Propinsi Banten adalah ayam ras pedaging/ayam broiler, dibandingkan dengan daging ternak lainnya. Ini merupakan suatu hal positif dimana Propinsi Banten merupakan salah satu propinsi yang berpotensi untuk dilakukan usaha ternak ayam broiler. Namun di tahun 2012 dan 2013 terjadi penuruan produksi pada usaha daging ayam broiler. Penurunan jumlah produksi pada daging ayam broiler ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler cukup berisiko, karena adanya tingkat kematian yang tinggi. Kematian (mortalitas) merupakan suatu kejadian yang tidak dapat dihindarkan oleh para peternak ayam broiler, mengingat bahwa dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler membutuhkan strategi penanganan khusus, agar kegiatan usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar.

Adanya jumlah produksi daging ayam broiler yang tinggi di propinsi Banten, menyebabkan banyak daerah di Propinsi Banten berpotensi untuk menghasilkan ayam broiler dengan populasi yang tinggi salah satunya adalah di Kabupaten Serang, seperti yang telah digambarkan pada grafik 1 diatas. Kabupaten Serang merupakan kabupaten yang mempunyai tempat ketinggian yang baik untuk diusahakan peternakan ayam broiler yaitu sekitar 0 – 200m dpl. Akibatnya banyak dari masyarakat di Kabupaten Serang, lebih memilih untuk melakukan ternak ayam broiler. Sehingga hal ini mengakibatkan tingginya jumlah populasi ternak ayam broiler dibandingkan dengan ternak jenis ayam lainnya di Kabupaten Serang. Berikut disajikan tabel 5 populasi ternak ayam di kabupaten Serang tahun 2009 – 2013.

Sumber : Dinas Peternakan Kab.Serang (2014)

Berdasarkan data pada tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat populasi ayam broiler lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ayam buras dan ayam petelur. Dengan tingginya angka populasi ayam broiler di Kabupaten Serang maka hal ini mendorong banyak masyarakat untuk melakukan usaha peternakan ayam broiler. Namun peternak ayam broiler di Indonesia masih terkendala dengan modal yang terbatas untuk kelangsungan usahanya termasuk para peternak di Kabupaten Serang. Maka hal ini mendorong banyak perusahaan mitra untuk membantu kelangsungan usaha para peternak. Tujuan perusahaan mitra mendorong peternak bekerjasama untuk meningkatkan kualitas sumber daya, meningkatkan pendapatan serta meningkatkan skala usaha yang dijalankannya. Selain itu tujuan utama peternak bermitra dengan perusahaan inti ialah untuk meminimalisir risiko yang terjadi.

(22)

Perusahaan inti semakin lama semakin berkembang, seiring bertambahnya jumlah permintaan masyarakat terhadap konsumsi ayam broiler dan hal ini menyebabkan banyak peternakan ayam broiler yang mencoba untuk melakukan kemitraan. Salah satunya ialah PT Berkah Mitra Sejahtera (BMS) merupakan perusahaan inti yang berada di Parung Bogor. Kewajiban dari PT Berkah Mitra Sejahtera ialah memenuhi segala kebutuhan input peternak mulai dari DOC, pakan, obat-obatan dan vitamin serta menjaminnya pemasaran atas produk yang dihasilkan. Meskipun peternak melakukan kemitraan namun risiko yang terjadi selama kegiatan produksi dilakukan tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan risiko yang muncul ditimbulkan dari faktor lingkungan, tenaga kerja dan sarana produksi yang digunakan. Salah satu sumber risiko yang paling tidak dapat dihindari oleh peternak adalah sumber risiko penyakit.

Selain adanya peternakan bermitra yang menghadapi sumber risiko, hal yang sama pun dialami oleh peternakan mandiri. Peternakan mandiri merupakan peternakan yang tidak melakukan kemitraan dengan perusahaan inti, sehingga semua sumber risiko dan dampak yang ditimbulkannya dialami secara mandiri/individu. Sumber risiko yang tidak dapat dihindari oleh peternakan mandiri pun sama halnya dengan peternakan bermitra yaitu sumber risiko penyakit. Penyakit yang menyerang unggas ditimbulkan dari beberapa faktor. Namun jika diamati perkembangan penyakit yang menyerang unggas dari tahun ke tahun kerap menunjukkan hal yang sama, baik pada peternakan bermitra maupun peternakan mandiri.

Sumber risiko yang dialami kedua pola peternakan ayam broiler selama produksi berlangsung bukan hanya penyakit, masih terdapat sumber risiko lain yang dapat menyebabkan kematian pada ayam broiler. Oleh karena itu diperlukan adanya analisa untuk mengetahui sumber risiko apa saja yang mempengaruhi kedua pola peternakan tersebut selama melakukan kegiatan produksi, menganalisa seberapa besar dampak yang harus ditanggung oleh kedua jenis pola peternakan tersebut, kemudian menentukan bentuk pola peternakan ayam broiler manakah yang mempunyai kemungkinan risiko produksi paling kecil, serta menentukan strategi yang harus dijalankan agar kegiatan peternakan ayam broiler ini masih dapat berjalan di tengah menjamurnya persaingan usaha peternakan.

Perumusan Masalah

(23)

tahun dimulai sejak tahun 2009 hingga 2013. Fluktuatifnya angka kematian (mortalitas) ayam broiler di propinsi Banten dapat dilihat pada grafik 2

Grafik 2 Tingkat mortalitas ayam broiler (persen) di Propinsi Banten Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten (2013)

Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa tingkat kematian ayam broiler di propinsi Banten cukup berfluktuatif, hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler sangat berisiko. Melihat tingkat mortalitas ayam broiler yang cukup berfluktuatif maka beberapa peternak di propinsi Banten melakukan kegiatan kemitraan dengan perusahaan inti salah satunya PT.Berkah Mitra Sejahtera. PT Berkah Mitra Sejahtera merupakan perusahaan inti bidang peternakan yang menjalin kemitraan dengan beberapa peternak ayam broiler di propinsi Banten yang tersebar di beberapa desa diantaranya desa Cibuah peternakan milik ibu Lisda, desa Buah Gede peternakan milik bapak Hajiji dan desa Cisitu peternakan milik bapak Marfu. Hal tersebut para peternak lakukan karena peternak ingin meminimalisir risiko yang terjadi, sebab risiko yang kerap dialami oleh peternak bermitra berasal dari berbagai sumber risiko. Indikasi adanya risiko yang dialami para peternak mitra selain karena adanya kematian ditandai pula dengan terjadinya fluktuasi produksi selama peternak melakukan kemitraan dengan Berkah Mitra Sejahtera.

Sumber risiko yang kerap dialami oleh para peternak disebabkan oleh penyakit. Sumber risiko karena penyakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan, faktor kebersihan kandang dan faktor sumber daya manusia. Penyakit yang sering menyerang peternakan ayam broiler diantaranya penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD), Newcastle Disease (tetelo). Infection Bursal Disease (gumboro), Omphalitis, Colibacillosis dan Aspergillosis. Selain adanya sumber risiko penyakit, sumber risiko yang kerap dialami oleh para peternak adalah sumber risiko perubahan cuaca, dimana dengan adanya cuaca yang kerap berubah tidak menentu menyebabkan suhu yang dibutuhkan oleh ayam untuk berkembang pun menjadi tidak stabil, hal ini mengakibatkan ayam menjadi stress dan mati.

(24)

disebabkan oleh beberapa penyakit dan perubahan cuaca yang menyerang di setiap periodenya.

Tabel 6 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mitra Berkah Mitra Sejahtera Periode

Sumber : Berkah Mitra Sejahtera (2014) (data diolah)

Tingginya nilai mortalitas yang dialami oleh salah satu peternak ayam broiler mitra BMS mengindakasikan bahwa adanya risiko produksi yang dialami oleh peternak ayam broiler mitra perusahaan BMS. Tingginya nilai mortalitas tersebut dialami oleh peternak saat periode kedua sebesar 32.48 persen.

Selain dari peternak bermitra yang kerap mengalami risiko selama kegiatan produksi berlangsung, hal sama pun dialami oleh salah satu peternak ayam broiler mandiri yang berada di desa Sindang Mulya. Dimana risiko selama melakukan produksi berlangsung tidak dapat dihindari. Sumber risiko yang dialami oleh peternak mandiri pun mempunyai hal yang sama dengan peternak bermitra disebabkan karena sumber risiko penyakit dan perubahan cuaca. Adanya tingkat kematian (mortalitas) yang dialami oleh peternak mandiri dapat dilihat pada tabel 7 selama 7 periode peternak melakukan kegiatan produksi dimulai tahun 2013

Sumber : Peternak ayam broiler mandiri (2014) (data diolah)

(25)

mengingat usaha yang dilakukannya tersebut tidak menjalin kemitraan dengan perusahaan inti, maka peternak harus menanggung kerugian secara mandiri.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada kedua pola peternakan ayam broiler baik mitra maupun mandiri, risiko produksi merupakan suatu kejadian yang tidak dapat dihindari oleh para pelaku usaha. Akibat yang ditimbulkan dari risiko produksi ini ialah adanya tingkat kematian (mortalitas) yang tinggi baik yang dialami oleh peternak mitra maupun mandiri. Mengingat kedua peternakan tersebut memiliki pola yang berbeda dalam melakukan kegiatan usahanya maka diperlukan sebuah analisa untuk mengetahui sumber risiko yang terjadi pada kedua pola peternakan ayam broiler tersebut. Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan, maka beberapa permasalahan yang diteliti sebagai berikut :

1. Apa sajakah sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang ?

2. Berapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari sumber risiko produksi pada peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang ?

3. Apa bentuk pola peternakan yang mempunyai kemungkinan risiko produksi paling kecil di Kabupaten Serang ?

4. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi ayam broiler yang dihadapi oleh peternak bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang. 2. Menganalisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari

sumber-sumber risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang.

3. Membandingkan risiko produksi usaha peternakan ayam broiler bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang.

4. Menganalisis alternatif strategi yang tepat untuk mengatasi risiko produksi ayam broiler yang dihadapi oleh peternak bermitra dan mandiri di Kabupaten Serang.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak diantaranya :

1. Sebagai bahan informasi, masukan dan pertimbangan bagi para peternak bermitra serta pihak perusahaan PT.BMS dalam mengambil keputusan bisnis, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga

(26)

3. Sebagai bahan untuk menambah wawasan serta pengalaman bagi peneliti dalam bidang agribisnis khususnya peternakan.

4. Dapat mengetahui diantara kedua pola peternakan tersebut yang memiliki kemungkinan risiko terkecil selama kegiatan produksi berlangsung.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian mengenai analisis risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler adalah :

1. Komoditas yang diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler yang diusahakan oleh tiga peternak bermitra yang menjalin kerjasama dengan PT.BMS dan seorang peternak mandiri.

2. Data yang digunakan merupakan data primer hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak PT.BMS diwakili oleh Technical Service (TS), peternak ayam broiler dan data sekunder berupa data produksi ayam broiler selama periode peternak mitra menjalin kerjasama dengan PT.BMS.

3. Data yang digunakan pada peternak mandiri merupakan data primer hasil wawancara dan diskusi langsung dengan peternak mandiri, akan tetapi karena adanya keterbatasan dalam pembukuan data mengenai harga dari peternak mandiri yang diteliti, maka peneliti mewawancarai peternak mandiri lain untuk melengkapi data-data yang diperlukan.

4. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif strategi penanganan risiko.

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Peternakan Ayam Broiler

(27)

Melihat adanya beberapa keunggulan dalam pemeliharaan usaha peternakan ayam broiler, maka usaha peternakan ayam broiler ini sudah mulai diterapkan oleh masyarakat Indonesia (Rasyaf 2005). Terdapat dua pola yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan usaha ini yaitu kemitraan dan mandiri. Pola kemitraan yaitu kerjasama yang terjadi antara peternak dengan pihak perusahaan (inti) dengan maksud ingin mendapatkan keuntungan, hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida (2012) yang menyatakan bahwa pola kemitraan dilakukan selain untuk memperoleh keuntungan juga untuk memperoleh kesejahteraan serta menanggung risiko bersama. Bentuk usaha peternakan pola kemitraan ini ialah inti-plasma dimana peternak mitra bertindak sebagai plasma dan perusahaan mitra bertindak sebagai inti. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2008) mengenai kemitraan antara Tunas Mekar Farm sebagai perusahaan inti dan 22 orang peternak mitranya sebagai plasma. Pada pola kemitraan terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh peternak jika ingin melakukan kemitraan, hal ini dilakukan sesuai dengan ketetapan pihak perusahaan. Sebagaimana pada penelitian Dewi (2006) menjelaskan adanya syarat yang harus dipenuhi oleh peternak jika ingin bermitra dengan PT.XYZ yaitu harus memiliki kandang sendiri, survey dari pihak perusahaan mengenai kandang dan kelengkapannya serta adanya jaminan surat tanah atau uang Rp.10.000 per ekor ayam.

Usaha peternakan pola mandiri adalah usaha yang dilakukan oleh peternak dimulai dari kegiatan produksi hingga pemasaran produksinya secara mandiri tanpa melibatkan pihak luar, hal ini pun senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida (2012). Pada pola mandiri tidak ada perusahaan yang melakukan kerjasama dengan para peternaknya serta tidak ada pula penetapan sejumlah syarat tertentu seperti yang dilakukan oleh peternak mitra. Pola budidaya yang dilakukan oleh peternak mandiri maupun mitra menggunakan sistem “all in-all out”, atau sistem dimana ternak ayam ras pedaging dipelihara sejak awal dari bibit (DOC) hingga panen berada hanya pada satu kandang, hal ini dikemukakan pada penelitan Farida (2012).

Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler

Kegiatan mengembangkan usaha peternakan ayam broiler tidak pernah luput dari adanya faktor – faktor yang mempengaruhi usaha tersebut. Faktor-faktor tersebut bisa dalam bentuk tetap dan variabel. Pendapat demikian serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtidjo (1990) dalam Gustriyeni (2007), faktor – faktor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap terdiri dari lahan, kandang, dan peralatan. Adapun faktor produksi variabel terdiri dari DOC, pakan, obat – obatan, vaksin, vitamin, sekam, air , listrik, bahan bakar untuk pemanas dan tenaga kerja.

Dalam kegiatan budidaya terdapat beberapa faktor produksi yang perlu diperhatikan yaitu :

1.Lahan atau lokasi usaha peternakan

(28)

peternak, sebab akhir – akhir ini lokasi peternakan sudah berebut areal dengan kepentingan lain seperti perumahan, real estate, perhotelan, dan industri berbagai macam barang. Pendapat Rasyaf (2007) menyatakan bahwa penentuan lokasi peternakan harus sesuai dengan kriteria – kriteria yang baik dan sesuai panduan beternak ayam pedaging. Kriteria yang disesuaikan dengan panduan beternak ayam pedaging menetapkan bahwa lokasi lahan yang digunakan sebaiknya jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk, jarak ideal sebaiknya 250 m dari peternakan lain dan 1 km dari peternakan bibit ayam. Hal tersebut senada dengan penelitian yang diungkapkan Arwinta (2013) lokasi peternakan ayam yang ditelitinya berada di ketinggian sekitar 118 m – 1 335 m dari permukaan laut, serta mempunyai jarak tempuh dari pusat kota sekitar 30 km. Begitupun dengan lokasi penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2011) dan Putra (2010) kedua lokasi peternakan yang diteliti berjarak 12 km dari pusat kota dan jauh dari jalan raya serta pemukiman penduduk. Hal ini dilakukan agar penduduk tidak mengganggu peternakan yang membutuhkan ketenangan, begitupun sebaliknya keberadaan peternakan tidak mengganggu kehidupan penduduk dengan adanya polusi udara.

2.Peralatan dan Kandang

Selain lokasi peternakan, hal lain yang harus diperhatikan adalah peralatan dan kandang. Peralatan yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler adalah tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, ember, waring dan lain-lain. Begitupun pada penelitian Solihin (2009), Pinto (2011) dan Arwita (2013), peralatan kandang yang disiapkan terdiri dari tempat pakan, tempat minum, drum, ember dan lain-lain. Peralatan yang digunakan haruslah terjaga kesterilannya, pada penelitian Solihin (2009) dan Arwita (2013) kebersihan tempat pakan dan minum dapat mempengaruhi tumbuhnya bakteri, pada penelitian Solihin (2009) tempat minum otomatis atau belldrinker terindikasi menjadi tempat untuk berkembangnya bakteri karena sisa – sisa serbuk tersebut mengendap pada tempat air minum otomatis dan dalam waktu singkat dapat timbulnya kerak berwarna hijau atau lumut yang dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri Escherichia Coli oleh karena itu pada tahap pembersihannya,semua peralatan kandang dicuci menggunakan air yang telah dicampurkan virukill, hal senada dilakukan pula pada penelitian Arwita (2013) di lokasi peternakan ayam broiler Bapak Syafril.

(29)

Sumber : Fadilah et al, 2007

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam usaha peternakan ayam broiler adalah keberadaan kandang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian kandang diantaranya arah kandang, ukuran kandang, bentuk dan konstruksi kandang, ventilasi kandang, luas lantai dan sistem alas kandang.

Pentingnya perhatian terhadap keberadaan kandang tersebut sesuai dengan apa yang dilakukan pada penelitian Aziz (2009),Solikhin (2011) dan Yemima (2014) yang menyatakan bahwa kandang yang baik yaitu kandang dengan bentuk panggung karena adanya kemudahan dalam mekanisme kandang, tidak diperlukan biaya untuk pembelian litter dan mengurangi kontak ayam dengan feses. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010) pada penelitiannya menjelaskan bahwa tipe kandang tertutup lebih intensif digunakan sebab memudahkan pengawasan, pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi.

3.Bibit Ayam atau DOC

Bibit ayam atau Day Old Chicken (DOC) merupakan faktor produksi utama dalam usaha peternakan ayam broiler. Pentingnya identifikasi terhadap faktor produksi bibit DOC ini diterapkan pada penelitian Aziz (2009), Solihin (2009) dan Putra (2010) yang menyatakan bahwa DOC merupakan komoditas unggulan perunggasan hasil persilangan dari jenis – jenis ayam berproduktifitas tinggi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada penelitian Putra (2010) bibit DOC yang diperoleh berasal dari PT.Cibadak Indah Sari Farm dengan bobot rata-rata yaitu 40.07 gram,DOC yang digunakan tampak lincah dan aktif serta warna bulu terlihat cerah. Hal ini berbeda pada penelitian Solihin (2009) bibit DOC yang digunakan pada peternakan CV AB Farm mudah terserang penyakit yaitu penyakit Newcastle Disease dan Runting Stunting Syndrome (kekerdilan) yang timbul pada peternakan ini tidak terlepas dari kualitas pengadaan DOC yang kurang baik. DOC yang baik akan menghasilkan ayam broiler yang baik pula, dimana daging ayam broiler memiliki ciri khas rasa dagingnya yang enak dan empuk serta memiliki kandungan gizi protein hewani yang banyak.

No. Sumber Energi Alat Pemanas

Kapasitas Jenis Pemanas

(Ekor)

1. Gas LPG Gasolek dan Regulator 1 000 – 1 500

2. Batu Bara Kompor 750 – 1 200

3. Minyak Tanah Kompor 250 – 700

4. Sekam Kompor 100 – 500

5. Listrik Lampu 40 – 100 watt 100 – 250

(30)

4. Pakan

Keberhasilan suatu produksi ayam broiler dapat dilihat dari hasil output ayam yang diperoleh mempunyai kondisi fisik yang baik dan sehat serta bobot ayam broiler yang sesuai tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sekitar 1,5 kg – 2,0 kg. Pernyataan demikian sesuai dengan apa yang terdapat pada penelitian Pinto (2011) dan Nugraha (2011) dimana pada awal DOC masuk pemberian pakan sangat intensif dilakukan, karena pada masa tersebut sangat menentukan perkembangan bobot ayam selama masa produksi. Pinto (2011) pada penelitiannya melakukan pemberian pakan selama 3-4 jam setelah DOC minum tetapi pada penelitian Nugraha (2011) pemberian pakan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari dengan adanya pengontrolan yang ketat dari anak kandang. Pada kedua penelitian ini mempunyai kesamaan yaitu pakan yang paling diutamakan adalah pakan starter sebab kaya akan protein dan sangat penting untuk kekebalan tubuh DOC juga sangat menentukan kualitas output dari ayam yang dihasilkan pada saat panen tiba.

5. Obat – obatan,Vitamin dan Vaksin

Ayam broiler merupakan salah satu komoditi unggas yang sangat rentan terhadap penyakit. Jenis penyakit yang sering menyerang unggas ini diantaranya Salynomycin, Sulfonamida, Tetracycline, Nitrofuran, Quinolon, Aminocilycoside, Betalactam, Macrolide, dan Cloramphenicol. Akibat dari banyaknya penyakit yang menyerang unggas tersebut diperlukanlah penanganan khusus dalam pemberian obat-obatan dan vaksin terhadap unggas terutama ayam broiler. Perhatian secara intensif terhadap pemberian obat-obatan dan vaksin dilakukan oleh Pinto (2011) dan Arwita (2013). Pemberian vaksinasi dilakukan melalui tetes mata, tetes hidung, mulut dan suntik. Vaksinasi diberikan kepada ayam umur 5,9-12 dan 18 hari. Vaksin pada ayam 5 hari adalah vaksin tetelo 1 (ND live) dan diberikan melalui tetes mata. Vaksin pada umur 9-12 hari adalah vaksin gumboro (IBD Live). Sedangkan vaksin pada ayam umur 18 hari adalah vaksin tetelo 2 (ND Live) yang diberikan melalui air minum. Akan tetapi pada penelitian Pinto (2011) masih terdapat tambahan vaksin lain yaitu pemberian vaksin AI agar tidak terserang penyakit flu burung dan sekarang sudah tidak pernah mendapatkan vaksin AI kembali karena tidak terkena virus H5N1.

6. Tenaga Kerja

(31)

yang akan dipakai tidak tersedia di kandang. Selain itu kedisiplinan anak kandang dalam menjaga sarana dan prasarana juga dibutuhkan misalnya dalam menjaga kelembaban kandang yang harus disesuaikan dengan suhu yang telah diatur, jika tidak akan menyebabkan tingkat kematian pada ayam meningkat.

Sumber – Sumber Risiko dalam Peternakan Ayam Broiler

Dalam menjalankan suatu bisnis tentu akan mendatangkan suatu risiko, baik itu bisnis berskala besar maupun bisnis berskala kecil. Termasuk pula ketika menjalankan suatu bisnis peternakan ayam broiler yang mana segala bentuk risiko pasti akan ditemui. Mengingat bisnis peternakan ayam broiler ini merupakan bisnis yang menghasilkan output berskala besar. Melihat output yang dihasilkan dalam jumlah besar maka risiko yang dihadapi oleh peternakpun sangat besar. Sumber – sumber risiko yang paling sering dihadapi oleh peternak adalah risiko produksi. Berdasarkan penelitian Iman (2011) risiko produksi adalah kemungkinan peluang terjadinya penurunan produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko produksi dapat terjadi dari berbagai sumber risiko yang dapat menurunkan produksi, seperti kondisi alam yang tidak stabil menyebabkan ayam broiler terserang penyakit sehingga dapat mengakibatkan kematian pada ayam broiler tersebut, adanya indikasi bahwa risiko produksi adalah dengan melihat tingkat bobot ayam terhadap pakan sehingga menghasilkan produksi yang tidak stabil.

Penelitian Iman (2011) tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinto (2011) menyatakan bahwa sumber risiko yang dihadapi pada penelitiannya terdapat empat jenis sumber risiko produksi yaitu perubahan cuaca, kepadatan ruang, penyakit dan predator. Sedangkan pada penelitian Amelia (2012) dan David (2013) menyatakan bahwa sumber risiko yang dihadapi pada kedua penelitian tersebut sama yaitu memiliki tiga sumber risiko diantaranya risiko serangan penyakit, risiko ayam broiler yang afkir dan risiko kondisi cuaca. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Ryandi (2013) risiko produksi yang menyerang ayam ras pedaging pada peternakan di Kec.Pamijahan disebabkan oleh cuaca,hama dan predator, penyakit dan gangguan lingkungan. Namun hal ini berbeda dengan penelitian Fitri (2014) bahwa sumber risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler dapat disebabkan oleh kepadatan kandang, layout kandang, pascavaksinasi dan kaki kering (dehidrasi). Timbulnya beberapa sumber risiko akibat dari kurangnya kualitas sumberdaya manusia yang baik. Oleh karena itu untuk meminimalisir terjadinya risiko sebaiknya tingkatkan kualitas dari sumberdaya manusianya.

(32)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2009) menyatakan bahwa usaha peternakan ayam broiler yang berada di Desa Tapos, Kec.Tenjo, Kab.Bogor mengalami tingkat mortalitas yang tinggi hal ini dikarenakan kondisi cuaca dan iklim yang buruk sehingga timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya. Penyakit tersebut diantaranya Pullorum Disease (penyakit berak putih), Coccidiosis (penyakit berak darah), Fowl Cholera (penyakit berak hijau), Nutritional Deficiency (penyakit defisiensi nutrisi), dan Newcastle Disease (penyakit tetelo). Berbeda dengan penelitian Iman (2011) mengenai usaha peternakan ayam broiler pada CV Dramaga Unggas Farm Kab.Bogor penyakit yang menyerang ayam ditimbulkan oleh bakteri Fowl Chorela, Salmonelosis,Coryza, Colli Bacillosis. Selain itu juga menimbulkan jamur serta virus lainnya yang dapat menimbulkan hama dan penyakit. Untuk pencegahannya dapat dilakukan agar kondisi kandang tetap baik adalah dengan merenovasi kandang yang dianggap sudah tidak layak lagi agar kandang tetap steril.

Kemudian penelitan David (2013), Ryandi (2013) dan Fitri (2014) mempunyai tiga persamaan jenis sumber risiko penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh David (2013) di Kampung Kandang, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, penyakit yang menyerang usaha peternakan tersebut ialah cronic respiratory disease (CRD), coryza (snot), infectious bursal disease (gumoro), dan colibacillosis (omphalitis),begitupun pada penelitian Ryandi (2013) penyakit yang biasa menyerang ialah tetelo (new castle disease), gumboro (infectious bursal disease), ngorok (CRD) dan satu penyakit lain yaitu kotoran berdarah (coccidiosis). Namun pada penelitian Fitri (2014) yang dilakukan di Dramaga Unggas Farm (DUF) terdapat penyakit lain yaitu Newcastle Disease (tetelo). Penyakit ayam ini kebanyakan disebabkan oleh virus dan bakteri. Selain itu ada beberapa faktor pendukung penyebaran penyakit diantaranya perubahan kelembaban dan temperatur lingkungan, perubahan musim, kebersihan kandang dan peralatan, kualitas ransum serta keadaan ayam. Perbedaan sumber – sumber risiko yang terjadi pada setiap usaha peternakan ayam broiler tergantung dari manajemen pengelolaannya, hal ini dapat dilihat dari perbedaan sejumlah sumber risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler. Untuk itu diperlukan sebuah pengelolaan yang baik agar para pelaku usaha mampu meminimalisir sumber-sumber risiko tersebut.

Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler

Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh para pelaku usaha pasti memiliki risiko. Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Untuk itu diperlukan adanya sebuah analisa untuk mengetahui penyebab dari risiko tersebut. Hal ini dilakukan agar para pelaku bisnis yang menjalankan usaha bisnisnya mempunyai kemampuan untuk menganalisa risiko dari ketidakpastian tersebut, sehingga para pelaku usaha mampu untuk membuat keputusan yang dapat menghasilkan keuntungan. Adapun beberapa contoh dari indikasi adanya risiko dalam bisnis adalah terdapat fluktuasi produksi.

(33)

terutama dilihat dari risiko produksinya. Risiko produksi yang sering terjadi pada usaha ayam ini diantaranya gagal panen, fluktuasinya produksi, dan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu seorang pelaku bisnis harus mengetahui dan mampu mengidentifikasi risiko usahanya.

Berdasarkan penelitian David (2013) dalam kegiatan budidaya ayam broiler di Kampung Kandang, Desa Tegal,Kecamatan Kemang adanya risiko selalu berdampak negatif bagi kelangsungan usaha ini. Dampak negatif tersebut berupa kerugian finansial. Dengan demikian kerugian yang diderita oleh sumber-sumber risiko tersebut dapat diperkirakan yang tentunya tidak akan 100 persen tepat sesuai dengan kejadian dilapangan, maka dari itu dilakukan penetapan besarnya kerugian dengan tingkat keyakinan. Selain risiko produksi dari finansial risiko produksi lainnya dikarenakan pengaruh cuaca yang berfluktuasi sehingga menyebabkan kematian yang mencapai 95 persen.

Hal demikian berbeda dengan penelitian Aziz (2009) menyatakan bahwa risiko yang terjadi dalam kegiatan budidaya ayam broiler di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo,Kabupaten Bogor diantaranya risiko harga, risiko produksi (yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit) dan risiko sosial. Dimana adanya risiko – risiko tersebut sangat berpengaruh terhadap produksi usaha peternakan X. Risiko – risiko tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap keuntungan atau pendapatan bersih yang diterima usaha peternakan X setiap periodenya. Namun pada penelitian Pinto (2011) menyatakan bahwa risiko yang terjadi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kab.Bogor adalah risiko produksi yang disebabkan oleh kepadatan kandang, cuaca,hama dan penyakit dimana akibat dari adanya sumber risiko produksi tersebut peternak yaitu Bapak Restu mengalami kerugian finansial yang cukup besar,mengingat pola usaha yang dijalankannya merupakan pola mandiri.

(34)

(2009) risiko sosial juga sangat mempengaruhi terjadinya risiko yang akan menurunkan tingkat produksi ayam broiler.

Strategi Penanganan Risiko Peternakan Ayam Broiler

Dari banyaknya sumber – sumber risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler, maka tidak sedikit pula strategi yang harus dilakukan oleh peternak untuk meminimalisir terjadinya risiko yang akan datang kembali. Berdasarkan penelitian Aziz (2009) menjelaskan bahwa strategi yang dilakukan untuk risiko produksi adalah dengan menerapkan manajemen risiko. Manajemen risiko produksi yang diterapkan pada penelitian Aziz (2009) menjelaskan bahwa di usaha peternakan X harus diperhatikan kegiatan manajemen dalam hal persiapan kandang, proses budidaya usahaternak dan proses pemanenan. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengatasi dan meminimalkan tingkat mortalitas akibat perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu dan akibat adanya penyakit. Hal tersebut berbeda dengan penelitian Amelia (2012) yang menjelaskan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko yang terjadi pada usaha peternakan Bapak Maulid ditentukan berdasarkan pemetaan pada manajemen risiko yang dihadapi. Pada risiko produksi strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terhadap tingkat keasaman air dengan menggunakan kertas lakmus,pemberian probiotik untuk meningkatkan daya cerna ayam broiler dan untuk menjaga kandang agar tetap steril sebaiknya tidak membiarkan kotoran ayam broiler yang telah dimasukkan dalam karung menumpuk terlalu lama.

Pada penelitian David (2013), Ryandi (2013) dan Fitri (2014) berbeda dengan yang dijelaskan oleh Aziz (2009) dan Amelia (2012). Penelitian David (2013) menjelaskan bahwa strategi penanganan risiko produksi telah dirumuskan berdasarkan posisi masing – masing hal ini dilakukan agar menghasilkan strategi penanganan yang tepat. Strategi tersebut terbagi menjadi dua yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi pada predator, sumber risiko perubahan cuaca dan sumber risiko penyakit. Sedangkan strategi mitigasi dilakukan untuk mengatasi sumber risiko produksi dan sumber risiko penyakit. Ryandi (2013) menggunakan strategi preventif untuk menangani sumber risiko penyakit,cuaca, hama dan predator serta gangguan lingkungan. Strategi mitigasi digunakan untuk menangani sumber risiko cuaca, hama dan predator serta penyakit. Sedangkan Fitri (2014) strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi cuaca, predator, kepadatan kandang, pascavaksin, kaki kering (dehidrasi) dan penyakit. Strategi mitigasi digunakan hanya untuk menangani sumber risiko penyakit.

(35)

Pola Kemitraan (Contract Farming)

Banyaknya perusahaan di Indonesia yang melakukan kegiatan bermitra dilakukan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan masing – masing perusahaan. Penelitian mengenai adanya kegiatan bermitra antara petani plasma dengan perusahaan telah dilakukan oleh Maulana (2008), Lestari (2009), Rahman (2009) dan Arwita (2013). Dalam penelitian Maulana (2008) menjelaskan terjadinya kerjasama antara Tunas Mekar Farm dengan peternak di Kecamatan Nanggung. Pola kerjasama yang diterapkan ialah inti-plasma, dan tertulis pada kontrak kerjasama/contract farming antara kedua belah pihak dengan tujuan meningkatkan pendapatan, dan peningkatan skala usaha baik dari pihak perusahaan maupun peternak. Pola kemitraan ini pihak perusahaan bertugas menyiapkan DOC,pakan, obat, vitamin, vaksin dan disinfektan kepada peternak plasma dengan harga kontrak, sedangkan peternak plasma memberikan jaminan surat tanah dan menyediakan kandang lengkap dengan peralatannya sesuai standar.

Begitupun dengan pola kemitraan lainnya, yang terjadi pada penelitian Lestari (2009) dan Rahman (2009) menjelaskan bahwa terjadi hubungan mitra, dengan pola kemitraan inti-plasma, disertai adanya perjanjian dalam bentuk kontrak (contract farming). Pihak peternak plasma tidak diperbolehkan untuk memasok sarana produksi atau menjual hasil panen ternaknya selain dari PT X pada penelitian Lestari (2009) dan dari PT.Sierad Produce Tbk,pada penelitian Rahman (2009). Kontrak kemitraan yang terjadi di PT X dan PT.Sierad Produce Tbk. dengan peternak plasma ayam broiler terdiri dari kontrak harga sapronak, kontrak harga panen dan kontrak perjanjian kerjasama. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Arwita (2013) yang menjelaskan bahwa terjadi hubungan mitra antara petani plasma dengan PT Minang Ternak Sejahtera. Pola kemitraan yang dilakukan adalah kegiatan budidaya yang bersifat semi intensif, dimana pemilik menyerahkan kegiatan budidaya pada beberapa tenaga kerja.

Penelitian yang telah dilakukan mengenai adanya pola kemitraan menunjukkan bahwa setiap usaha yang berukuran besar serta adanya sejumlah pengeluaran biaya-biaya yang besar diperlukanlah sebuah kerjasama dari beberapa perusahaan yang juga bertindak sebagai mitra usahanya. Dengan adanya perusahaan sebagai mitra dalam usahanya maka segala bentuk kekurangan yang dialami para pelaku usaha dapat teratasi. Perbedaan dalam pola kerjasama sendiri dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti sistem kerjasama, skala usaha, serta penggunaan biaya yang terjadi selama proses produksi.

Pola Mandiri

(36)

dengan pola mandiri yaitu penelitian oleh Pinto (2011), Yulianti (2012) dan Supriyatna (2006).

Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Pinto (2011) pada usaha peternakan milik Bapak Restu menerapkan pola mandiri atau Company Farm, terbentuknya pola mandiri ini di latar belakangi pula bahwa peternak mempunyai modal yang cukup besar, selain itu kelebihan yang dirasakan diantaranya fleksibilitas dalam jumlah produksi dan input produksi lainnya serta keuntungan peternak juga akan lebih besar dibandingkan sistem inti plasma.

Pada penelitian Yulianti (2012) menjelaskan bahwa peternak mandiri pada prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya sendiri. Hal demikan berbeda dengan apa yang dianalisis pada penelitian Supriyatna (2006) yang menyatakan bahwa dalam usaha peternakan ayam broiler dengan pola mandiri pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepernuhnya oleh peternak.

Penelitian yang telah dilakukan mengenai sebuah usaha atau bisnis yang dijalankan dengan pola mandiri menjelaskan bahwa segala bentuk biaya, baik biaya input maupun produksi ditanggung secara mandiri oleh peternak tanpa melibatkan pihak lain, dengan begitu semua keuntungan dan kerugianpun ditanggung sepenuhnya oleh peternak.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Risiko

Dalam menjalankan kehidupan, setiap orang pasti dihadapkan dengan berbagai pilihan namun terkadang pilihan yang dihadapi oleh manusia mempunyai ketidakpastian karena kurangnya informasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang seperti manusia yang dihadapkan pada risiko kecelakaan di jalan raya yang sewaktu – waktu akan terjadi namun kejadian tersebut timming atau waktu nya sendiri yang tidak pasti, sehingga setiap manusia menghindari dan menjauhi penyebab datangnya kecelakaan tersebut.

Menurut Kountur (2004) risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ketidakpastian yang terjadi akibat dari adanya kurang informasi atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Kembali menurut Kountur (2006) menjelaskan bahwa risiko itu berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat yang berupa kerugian yang ditimbulkan. Menurut Ricky W.Griffin dan Ronald J.Ebert (1996) risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian pada masa yang akan datang (uncertainty about future events).

(37)

tingkat keuntungan, semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan, maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya.

Return

Expected Return Higher risk leads

To higher return

Risk

Sumber : Hanafi (2007)

Menurut Darmawi (2010) menambahkan juga definisi risiko yaitu sebagai probabilitas obyektif dari outcome aktual suatu kejadian yang berbeda dengan outcome yang diharapkan atau dengan kata lain, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak terduga. Menurut Kountur (2008) terdapat tiga unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap sebagai risiko yaitu : (1) Merupakan suatu kejadian, (2) Kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, sehingga masih bisa terjadi dan tidak terjadi, (3) Jika terjadi maka akan menimbulkan kerugian. Gambar mengenai risiko dan ketidakpastian dapat dilihat seperti indikator berikut :

Peluang dan hasil dapat diukur Peluang dan hasil tidak dapat diukur

Sumber : (dalam modul perkuliahan, unpublish)

Keterangan

: Risk Events : Uncertain Events

Pada gambar 2, menunjukkan bahwa pada indikator yang terletak di sebelah kanan menggambarkan peluang kejadian dan hasil yang tidak dapat diukur (ketidakpastian) dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan. Dan di sisi lain pada indikator yang terletak di sebelah kiri menggambarkan peluang kejadian dan hasil yang dapat diukur (risiko) dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan.

Terdapat persamaan konsep antara Ricky W.Griffin dan Ronald J.Ebert (1996) dengan Kountur (2004) mengenai konsep risiko yaitu merupakan suatu ketidakpastian tentang suatu kejadian yang akan terjadi pada masa yang akan

Gambar 1 Hubungan risiko dengan return pandangan lama : semakin tinggi risiko semakin tinggi tingkat keuntungan

(38)

datang. Serta adanya persamaan konsep pula antara Hanafi (2006) dan Darmawi (2010) yang mengatakan bahwa risiko merupakan suatu kejadian dimana tingkat pengembalian aktual berbeda dengan tingkat pengembalian yang diharapkan.

Kountur (2008) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kategori risiko. Beberapa kategori tersebut ditentukan tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu risiko dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, risiko dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan, risiko dari sudut pandang aktivitas yang dilakukan dan risiko dari sudut pandang kejadian yang terjadi.

a) Risiko dari sudut pandang penyebab

Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, terdapat dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan tingkat bunga, perubahan harga, dan perubahan harga input maupun output. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan seperti teknologi, manusia dan keadaan suhu dalam kandang. b) Risiko dari sudut pandang akibat

Dilihat dari sudut pandang akibatnya terdapat dua kategori risiko yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif merupakan risiko yang memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

c) Risiko dari sudut pandang aktivitas

Menurut Kountur (2008) terdapat berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Risiko akan muncul sebanyak jumlah aktivitas yang dilakukan.

d) Risiko dari sudut pandang kejadian

Risiko dari sudut pandang kejadian merupakan risiko yang dinyatakan paling baik. Dalam menjalankan sebuah usaha pasti mengandung risiko dalam pengusahaannya dan akibat dari risiko tersebut pasti memberikan dampak kerugian bagi perusahaan. Jenis risiko yang muncul berdasarkan pada jenis usahanya juga, sehingga dalam menentukan strategi untuk menangani risiko yang ada harus ditentukan terlebih dahulu jenis risikonya. Dalam bidang agribisnis sendiri, risiko yang biasa terjadi pada kegiatan usahatani ialah risiko selama kegiatan produksi berlangsung serta risiko harga jual. Risiko yang terjadi pada usaha peternakan ayam broiler ialah risiko produksi. Risiko produksi yang terjadi disebabkan suhu dan iklim, serangan hama, input dan manusia karena faktor kesalahan tenaga kerja. Akibat yang ditimbulkan dari adanya risiko produksi ini adalah terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Risiko harga terjadi karena adanya fluktuasi harga input dan harga output yang dipengaruhi tingkat inflasi serta kondisi permintaan dan penawaran produk.

Sumber – Sumber Risiko

(39)

dilakukan untuk meminimalisir risiko tersebut. Menurut Harwood,et al.(1999) terdapat lima sumber risiko diantaranya :

1. Risiko Produksi

Risiko produksi merupakan kegagalan yang terjadi saat proses budidaya berlangsung dan risiko ini diakibatkan oleh faktor – faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Contohnya risiko kegagalan yang diakibatkan oleh perubahan cuaca yang ekstrim, adanya serangan penyakit, mengalami cacat fisik serta mengalami pertumbuhan kerdil.

2. Risiko Pasar

Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar yang tidak menentu, selain itu risiko pasar dapat dialami oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali perusahaan. Risiko pasar dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, jumlah permintaan produk yang diinginkan oleh konsumen, tingginya tingkat persaingan antarpelaku usaha, lemahnya strategi dalam melakukan pemasaran, serta lemahnya tingkat tawar-menawar perusahaan dibandingkan pembeli. Risiko pasar ini akan mempengaruhi sejumlah komoditi yang digunakan selama proses produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk yang diusahakan (output). Sehingga pada akhirnya risiko harga tersebut akan mempengaruhi pendapatan para peternak.

3. Risiko Kelembagaan

Risiko kelembagaan merupakan risiko yang timbul akibat dari adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari para pemegang kekuasaan dalam hal ini para pemegang kekuasaan adalah pemerintah dan perusahaan. Pemerintah dan perusahaan dalam mengeluarkan sebuah kebijakan dapat menghambat atau memperlancar kemajuan suatu usaha. Contoh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adanya pembatasan kuota ekspor- impor, adanya kebijakan tarif ekspor-impor. Kemudian contoh kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan adanya pembatasan penggunaan pakan dan obat-obatan serta adanya kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK).

4. Risiko Keuangan

Risiko keuangan merupakan risiko yang ditimbulkan oleh adanya fluktuasi tingkat suku bunga, kenaikan upah minimum regional (UMR), pertukaran nilai tukar mata uang, serta adanya hutan piutang yang macet.

5. Risiko Sumber Daya Manusia (SDM)

Risiko SDM merupakan risiko yang disebabkan dari faktor sosial. Risiko SDM berhubungan dengan kondisi atau tingkah laku manusia. Contohnya adanya penipuan, adanya kelalaian yang dilakukan oleh para pekerja saat bekerja, adanya pekerja yang mengalami kesehatan buruk. kurangnya kompeten dan keahlian yang dimiliki oleh pekerja serta perubahan tujuan individu dalam perusahaan akan mempengaruhi kinerja individu tersebut terhadap perusahaan. Selain risiko SDM, adanya risiko aset dapat terjadi pula yang disebabkan oleh kebakaran, banjir, pencurian, dan kerusakan.

Gambar

Tabel 1   Perkembangan kontribusi (share) PDB sektor pertanian terhadap PDB
Tabel  2   Perbandingan kandungan gizi pada komoditi daging
Grafik 1 Tingkat populasi ternak ayam broiler (ekor) di Propinsi Banten
Tabel 5 Populasi ternak ayam (ekor) di Kabupaten Serang tahun 2009-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertidaksamaan Pecahan, Irrasional dan Mutlak 1 PERTIDAKSAMAAN PECAHAN,A. IRRASIONAL

Sesuai dengan judul, laporan Tugas Akhir ini membahas tentang stabilitas soldier pile terhadap geser, daya dukung tanah menahan beban, lendutan pada batang A-B, dan

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Pembuatan Etil Asetat Dari Hasil Hidrolisis, Fermentasi Dan Esterifikasi Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca L.)”,

Penamb ahan dedak padi sebesar 0 dan 5 persen sebagai bahan pengawet pada berbagai tingkat produksi bahan kering rumput Irian dengan lama penyimpanan 28 hari dapat

In 1982, the Joint Training Partnership Act (JTPA) replaced the Community Employment Training Act (GETA), providing career guidance for disadvantaged youth and

[r]

pembelajaran yang diterapkan para guru agama Islam baik di kelas. maupun di luar kelas dalam upaya pembentukan

T api saya lebih cenderung melakukan cara dakwahnya nabi Muhammad dengan ceramah yang membangun.. orang-orang sukses, agar siswa terpancing. Manusia kan