• Tidak ada hasil yang ditemukan

7. Aspek AMDAL

2.3 Kerangka Pemikiran

Dengan diberlakukannya Undang-undang tentang Bank Indonesia nomor 23 Tahun 1999, peranan Bank Indonesia dalam membantu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi bersifat tidak langsung dan lebih terfokus kepada bantuan teknis serta pengembangan kelembagaan yang menunjang UMKM. Upaya-upaya Bank Indonesia tersebut dilakukan melalui:

1. Pemberian bantuan teknis. 2. Pengembangan kelembagaan. 3. Kebijakan kredit perbankan.

4. Kerjasama Bank Indonesia, pemerintah dan lembaga terkait lainnya.

Meninjau pada poin 3 dalam upaya – upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia yakni kebijakan kredit perbankan, pada dasarnya pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang terwujud dalam bentuk bunga yang diterima. Namun, tujuan pemberian kredit disesuaikan juga dengan tujuan negara yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pemberian kredit untuk usaha produktif diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi, pendapatan dan kesempatan kerja yang secara langsung dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Menurut Ali (2009:6), hingga saat ini permodalan masih menjadi kendala utama bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebagai pelaku usaha terbesar di Tanah Air. Di sisi UMKM sebagai pelaku usaha maka permasalahan yang dihadapi antara lain adalah keterbatasan dalam mengakses sumber – sumber permodalan, dalam penyediaan agunan serta akses informasi mengenai produk – produk atau fasilitas kredit perbankan bagi UMKM.

Menurut Muharram (2009: 11), dalam memberikan pembiayaan kita harus memilah antara sektor UMKM yang tidak layak dan belum bankable, sudah layak usaha tapi belum bankable dan sudah layak usaha tapi juga sudah bankable. Untuk kriteria pertama dan kedua, pendekatannya harus bantuan langsung yang sifatnya pemberdayaan.

Sementara itu, untuk UMKM yang sudah layak dan bankable perlu ditingkatkan melalui dana bergulir dan perbankan. Layaknya saat ini pemerintah memang sedang berupaya mengatasi kendala pembiayaan atau permodalan bagi usaha mikro dan kecil. Adapun pemerintah mulai menggulirkan program penyaluran kredit skala UMKM dalam bentuk Kredit Tanpa Agunan (KTA), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan produk kredit UMKM dari bank tersebut seperti halnya BNI yang menggulirkan program BNI Wirausaha (BWU).

Menurut Pramiyanti (2002:11), usaha mikro,kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak sektor UMKM amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. Mereka juga

menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya, dan mereka juga memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan.

Untuk sebagian masyarakat Indonesia, sumber penghidupan amat bergantung pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sebagian besar usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berjalan terkonsentrasi pada sektor perdagangan, pangan, olahan pangan, tekstil dan garmen,kayu dan produk kayu serta produksi mineral nonlogam.

Begitupun di daerah Kabupaten Karawang yang iklim usahanya terkenal dengan ciri khas pertanian dan agribisnis juga tak luput dari peran serta UMKM juga penyaluran kredit UMKM didalamnya. Maka diperlukan identifikasi lebih lanjut mengenai analisis faktor – faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM di daerah Kabupaten Karawang.

Mengenai kredibilitas mengenai calon debitur pada skala UMKM dapat dilihat melalui Character (X1), Capacity (X2), Capital (X3), Collateral (X4),

Condition (X5), Constrain (X6).

Character dianggap memiliki pengaruh yang penting dalam penyaluran

kredit UMKM. Pada variabel Character, diduga semakin baik karakter calon debitur maka akan berdampak pada semakin mudahnya mendapatkan pinjaman dari pihak perbankan kepada calon debitur.

Capacity dianggap memliki pengaruh yang penting. Hal ini beralasan

karena calon debitur dianggap memiliki pengalaman usaha yang cukup baik sehingga pihak perbankan menganggap tidak akan bermasalah dengan pengembalian pinjaman setiap bulannya.

Capital (Modal) juga dianggap memiliki pengaruh yang cukup penting.

Capital (Modal) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal calon debitur sendiri dalam menjalankan usaha. Kredit UMKM yang diberikan kepada debitur memiliki ketentuan antara lain minimal calon debitur memiliki modal sekitar 35 % dari nilai kredit yang diajukan. Akan tetapi biasanya pihak perbankan meminta calon debitur untuk meningkatkan modal sendiri (self financing) sampai pada 65 % – 70 % dari nilai kredit yang diajukan.

Collateral adalah barang-barang yang diserahkan oleh debitur sebagai

agunan terhadap kredit (pinjaman) yang akan diterima. Bentuknya dapat berupa jaminan utama (first way out) berupa usahanya dan jaminan tambahan (second

way out) berupa jaminan kebendaan atau jaminan pihak ketiga. Umumnya nilai

jaminan minimal 120% dari total jaminannya.

Collateral diduga memiliki pengaruh yang cukup penting. Hal ini

dikarenakan pihak perbankan selaku kreditor yang menyalurkan kredit untuk membiayai usaha calon debitur, memerlukan jaminan dari calon debitur tersebut seperti yang telah dikatakan diatas berupa jaminan utama yakni usahanya maupun jaminan tambahan. Bentuk jaminan yang diberikan kepada bank biasanya terkait dengan barang usaha, tanah dan bangunan fisik yang nilainya setara dengan jaminan atau lebih tinggi. Jaminan memiliki peranan cukup penting terkait dengan tindakan antisipatif bila sewaktu – waktu calon debitur tersebut tidak dapat melunasi pinjaman dari perbankan sehingga jaminan tersebut dapat diuangkan.

Condition dianggap memiliki pengaruh yang cukup penting. Hal ini

terkait dengan situasi dan kondisi usaha dari debitur. Condition ini dapat

mencakup situasi politik, sosial, ekonomi baik makro maupun mikro dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang kemungkinannnya dapat mempengaruhi kelancaran usaha debitur.

Constrain secara definisi harfiah yakni batasan atau hambatan. Constrain

diduga memliki pengaruh yang cukup penting terkait dengan batasan maupun hambatan debitur dalam melaksanakan usaha di tempat tersebut maupun jenis barang yang diusahakan oleh debitur.

Hasil dari analisis ini maka diperoleh pengaruh faktor – faktor tersebut dalam penyaluran kredit UMKM Agribisnis sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi pihak UKC BNI dalam rangka meningkatkan pelayanan dalam penyaluran kredit UMKM Agribisnis di Kabupaten Karawang. Berikut merupakan kerangka penelitian yang dilakukan mengenai penyaluran kredit UMKM Agribisnis di Kabupaten Karawang.

Program Penyaluran Kredit UMKM

Penyaluran Kredit UMKM di sektor Agribisnis

Prosedur Penyaluran Kredit UMKM

Permasalahan yang timbul dalam penyaluran Kredit UMKM bidang

Agribisnis Faktor-Faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit UKM: • Character (X1) • Capacity (X2)

Analisa Deskriptif Kualitatif

Capital (X3)

Collateral (X4)

Condition (X5)

Constrain (X6)

Analisis Regresi Berganda

Faktor – faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM sektor Agribisnis

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.4 Hipotesis

Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah penyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya (Nazir, 2005:151).

Hipotesis dalam penelitian ini mengacu pada variabel – variabel yang diduga mempengaruhi penyaluran kredit UMKM. Menurut Adi (2007:51), adapun variabel – variabel tersebut yang digunakan adalah indikator utama yang dipakai untuk analisis kualitatif UMKM adalah kriteria 6 C’s antara lain adalah

Character (karakter/kepribadian), Capacity (kapasitas), Capital (modal),

Collateral (jaminan/agunan), Condition (kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan),

Constrain (batasan atau hambatan)

Berikut adalah hipotesis untuk penelitian ini yakni:

1. Diduga bahwa variabel Character (karakter/kepribadian), Capacity (kapasitas),

Capital (modal), Collateral (jaminan/agunan), Condition (kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan), Constrain (batasan atau hambatan) secara parsial berpengaruh nyata terhadap penyaluran kredit UMKM Agribisnis di UKC BNI Cabang Karawang

2. Diduga bahwa variabel Character (karakter/kepribadian), Capacity (kapasitas),

Capital (modal), Collateral (jaminan/agunan), Condition (kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan), Constrain (batasan atau hambatan) secara bersama -

sama berpengaruh nyata terhadap penyaluran kredit UMKM Agribisnis di UKC BNI Cabang Karawang.

BAB III

Dokumen terkait