• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha merupakan analisis suatu kegiatan yang memberikan manfaat jika dilaksanakan dan dijadikan sebagai dasar penilaian kegiatan bisnis layak untuk

dijalankan (Nurmalina et al. 2010). Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), studi kelayakan

usaha merupakan kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang dijalankan untuk menentukan layak tidaknya bisnis tersebut dijalankan. Menurut Subagyo (2007), studi kelayakan usaha merupakan penelitian terhadap suatu bisnis tentang layak tidaknya bisnis tersebut untuk dijalankan. Studi kelayakan usaha dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu bisnis sehingga dapat memberikan gambaran

prospek bisnis dan kemungkinan tingkat manfaat (benefit) yang dapat diterima dari suatu

bisnis yang dapat digunakan oleh pihak investor atau lembaga keuangan dalam

pengambilan keputusan investasi, penanaman modal, atau peminjaman dana (Nurmalina et

al. 2010).

Studi kelayakan bertujuan untuk menilai kelayakan suatu gagasan usaha. Menurut Ibrahim (2009), studi kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu skenario usaha. Tujuan studi kelayakan usaha menurut Kasmir dan Jakfar (2012) adalah :

a. Menghindari risiko kerugian

Risiko kerugian untuk masa yang akan datang yang penuh dengan ketidak pastian, dalam hal ini fungsi studi kelayakan untuk meminimalkan resiko baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

b. Memudahkan Perencanaan

Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha akan dijalankan, dimana, bagaimana pelaksanaannya, berapa besarkeuntungan yang akan penyimpangan.

c. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan

Dengan rencana yang telah tersusun maka sangat memudahkan pelaksanaan bisnis, pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik.

d. Memudahkan Pengawasan

Dengan melaksanakan usaha sesuai rencana maka memudahkan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.

e. Memudahkan Pengendalian

Jika dapat diawasi maka jika terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga mudah untuk mengendalikan penyimpangan tersebut.

Menurut Hansen dan Mowen (2005), studi kelayakan usaha dikembangkan menjadi dua metode dasar yang mencakup pendekatan keputusan nondiskonto (mengabaikan nilai waktu dari uang) maupun diskonto (mempertimbangkan nilai waktu dari uang). Model nondiskonto mengabaikan nilai waktu dari uang namun banyak perusahaan yang masih terus menggunakannya dalam pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2005).

Model diskonto ini secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan, oleh karena itu, memasukkan konsep diskonto baik arus kas masuk maupun arus kas keluar.

Survey – survey yang telah dilakukan menunjukkan bahwa model ini mulai banyak

digunakan oleh banyak perusahaan sebagaimana yang dilaporkan oleh Hansen dan Mowen (2005), Graham dan Harvey (2002), Pike (1996) serta Klammer dan Walker (1984). Penenlitian ini menggunakan kelayakan investasi yang menggunakan model diskonto karena mempertimbangkan nilai waktu dari uang.

William F.S dalam Kasmir dan Jakfar (2010) menyebutkan bahwa investasi adalah menanamkan sejumlah dana dalam suatu usaha saat sekarang kemudian mengharapkan pengembalian dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang. Pengorbanan sekarang mengandung kepastian bahwa dana yang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan, sedangkan hasil di masa yang akan datang bersifat tidak

pasti, tergantung pada kondisi di masa yang akan datang. Gray et al (1992) dalam

Nurmalina et al (2010) mendefinisikan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan

dan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai sumber seperti barang modal, bahan mentah, bahan setengah jadi, tenaga kerja serta waktu, untuk mendapatkan manfaat

(benefit). Investasi dapat dilakukan dalam banyak bidang usaha. Dalam praktiknya investasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu investasi nyata dan investasi finansial (Kasmir dan Jakfar 2010). Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap seperti tanah, bangunan, peralatan, dan mesin-mesin. Sedangkan investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham, obligasi, atau surat berharga lainnya. Analisis kelayakan investasi dilihat dari dua aspek yaitu aspek non finansial dan

Aspek Nonfinansial

Aspek-aspek nonfinansial yang dianalisis dalam kelayakan investasi ini meliputi:

1. Aspek teknis

Gittinger (1986) analisa secara teknis menguji hubungan teknis yang ada dalam satu investasi pertanian, seperti lokasi investasi dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas benih dan bibit yang cocok dengan areal investasi, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi, pemupukan, dan alat-alat yang dibutuhkan dalam menjalankan investasi. Analisis secara teknis juga menguji fasilitas- fasilitas pemasaran dan penyimpanan yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan investasi dan pengujian sistem pengolahan yang dibutuhkan. Analisis ini mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi, caranya dengan melakukan survei mengenai keadaan investasi.

2. Aspek pasar

Aspek pasar adalah inti dari penyusunan studi kelayakan. Kendatipun secara teknis telah

menunjukkan hasil yang feasible untuk dilaksanakan, tapi tidak ada artinya apabila tidak

dibarengi dengan adanya pemasaran dari produk yang dihasilkan. Oleh karenanya, dalam membicarakan aspek pemasaran harus benar-benar diuraikan secara baik dan realistis, baik mengenai masa lalu maupun prospeknya di masa yang akan datang, serta melihat bermacam-macam peluang dan kendala yang mungkin akan dihadapi.

Nurmalina et al.. (2010) aspek pasar mempelajari tentang permintaan total maupun

terperinci, penawaran dalam dan luar negeri, harga yang dibandingkan dengan barang impor dan produksi dalam negeri lainnya, serta program pemasaran yang mencakup bauran pemasaran dan siklus hidup produk.

3. Aspek sosial

Aspek sosial termasuk aspek yang penting dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, karena aspek ini langsung berhadapan dengan masyarakat sekitar tempat usaha didirikan yang akan memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak sosial positif dapat berupa penyerapan tenaga kerja masyarakat disekitar lokasi usaha, sehingga menimbulkan naiknya pendapatan masyarakat sekitar. Dampak sosial negatif yang sering muncul yaitu adanya ketidakpuasan masyarakat sekitar lokasi, baik mengenai kompensasi yang mereka terima ataupun adanya kecemburuan kepada tenaga kerja asing yang datang. Dampak lain, adanya sifat masyarakat yang acuh tak acuh terhadap investasi ini, jika jumlah mereka banyak maka akan berbahaya untuk usaha dikemudian hari (Umar 2009).

4. Aspek lingkungan

Aspek lingkungan disini menganalisis tentang bagaimana pengaruh usaha terhadap lingkungan hidup tempat sekitar usaha, apakah dengan adanya usaha tersebut lingkungan semakin menjadi baik atau malah semakin buruk. Studi aspek lingkungan ini bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, air, dan tanah, rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya (Umar 2009).

5. Aspek Manajemen

Aspek manajemen berhubungan dengan bagaimana merencanakan pengelolaan investasi dalam pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan pertimbangan mengenai sesuai atau tidaknya investasi tersebut dengan susunan organisasi investasi. Hal yang diperlukan dalam aspek manajemen adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Suwarsono 1994).

Aspek Finansial

Aspek finansial dalam studi kelayakan usaha merupakan aspek yang digunakan untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara keseluruhan. Aspek finansial sangat berkaitan dengan keuntungan perusahaan sehingga sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Selain berkaitan dengan keuntungan perusahaan, aspek finansial juga sangat berkaitan dengan modal bagi perusahaan, baik kebutuhan modal maupun cara penyediaannya. Penilaian terhadap aspek keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama

umur bisnis, investasisi aliran kas (cashflow) dan laporan laba/rugi, dan kriteria penilaian

investasi (Kasmir dan Jakfar 2010). Kebutuhan modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang digunakan untuk pembelian aktiva tetap seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan, kendaraan, dan aktiva tetap tidak berwujud seperti perijinan, lisensi, paten, biaya studi pendahuluan, dan biaya latihan atau produk percobaan.

Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk aktivitas operasional seperti pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan kegiatan operasional lainnya. Baik modal investasi maupun modal kerja dapat bersumber dari dana pribadi (modal sendiri) ataupun dari dana pinjaman (modal pinjaman). Umumnya, untuk modal investasi yang bersumber dari dana pinjaman, periode pengembaliannya di atas satu tahun sehingga merupakan pinjaman jangka panjang. Sedangkan untuk modal kerja yang berasal dari dana pinjaman umumnya periode pengembaliannya lebih singkat (Kasmir dan Jakfar 2010).

Cashflow (arus kas) merupakan aliran kas yang ada pada suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan hingga berakhirnya investasi tersebut (Kasmir dan Jakfar 2010). Unsur-unsur yang terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan terdiri dari nilai produksi total, pinjaman, hadiah atau hibah, nilai sewa, dan nilai sisa. Arus pengeluaran merupakan biya-biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu bisnis yang dapat mengurangi kas, meliputi pengeluaran untuk biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bunga dan pinjaman dan pembayaran pajak. Manfaat bersih merupakan hasil pengurangan antara arus penerimaan dengan arus pengeluaran. Berbeda dengan arus kas, laporan laba/rugi menggambarkan tentang total penerimaan dari penjualan produk yang dihasilkan dalam suatu bisnis dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan pada masing-masing tahun produksi. Laporan laba/rugi juga menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Unsur-unsur yang terdapat pada laporan laba/rugi meliputi penjualan produk barang atau jasa, beban produksi (biaya operasional), beban administrasi dan pemasaran (biaya untuk skenario pemasaran dan biaya administrasi), dan beban keuangan seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak dimasukkan dalam laporan laba/rugi, biaya terkait dengan investasi yang dimasukkan hanya biaya penyusutan barangbarang investasi

yang ada (Nurmalina et al. 2010).

Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam suatu bisnis layak atau tidak untuk

dilaksanakan, ditinjau dari aspek finansialnya. Kriteria penilaian investasi

mempertimbangkan time value of money atau pengaruh waktu terhadap nilai uang yaitu

sejumlah uang pada masa sekarang nilai uangnya lebih besar dibandingkan dengan sejumlah uang yang sama pada masa yang akan datang, sehingga dalam penghitungannya

sekarang dengan sejumlah uang yang sama pada masa yang akan datang (Nurmalina et al.

2010). Beberapa kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan adalah Net Present

Value (NPV), Net Benefit Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (Kasmir dan Jakfar 2010).

NPV dikatakan layak apabila nilainya lebih besar dari nol, IRR layak apabila lebih besar dari tingkat suku bunga, Net B/C layak apabila nilainya lebih besar dari satu dan payback periode layak apabila lebih kecil dari umur bisnis. Hasil nilai IRR akan menghasilkan nilai NPV yang nol. Hubungan antara IRR dan NPV dapat dilihat pada gambar 4

Gambar 4 Hubungan antara NPV dan IRR

Sumber : Nurmalina et al (2010)

Kriteria investasi kelayakan usaha diatas dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan. Selain itu, setiap kriteria

kelayakan dapat dipakai untuk menentukan urutan – urutan berbagai alternative bisnis dari

investasi yang sama (Nurmalina et al. 2010)

Teori Investasi

Investasi adalah pengaitan sumber – sumber dalam jangka panjang untuk

menghasilkan laba di masa yang akan datang. Investasi juga dapat didefinisikan sebagai

penanaman modal atau pemilikan sumber – sumber dalam jangka panjang yang akan

bermanfaa pada beberapa periode akuntansi yang akan datang. Investasi dapat pula didefinisikan sebagai penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Investasi pada financial assets

Investasi pada financial assets dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu :

a. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar uang, misalnya berupa

sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Discount Rate (i)

b. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya.

2. Investasi pada real asset

Investasi pada real assets diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.

Investasi pada real asset termasuk dalam capital budgeting, yaitu merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan tentang pengeluaran dana, dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut lebih dari setahun. Dengan demikian capial budgeting mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan, karena :

1. Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang. Ini berarti

bahwa perusahaan harus menunggu selama waktu yang panjang atau lama sampai keseluruhan dana yang tertanam dapat diperoleh kembali oleh perusahaan.

2. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di waktu

yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan forecasting akan dapat mengakibatkan adanya over investment atau under investment dalam aktiva tetap.

Apabila over investment akan memberikan beban tetap yang besar bagi perusahaan.

Sebaliknya, jika under investment akan mengakibatkan kekurangan peralatan yang ini dapat mengakibatkan perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi sehingga mengurangi daya bersaingnya atau kemungkinan lain ialah kehilangan sebagian dari pasar bagi produknya.

3. Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar.

Jumlah dana yang besar itu mungkin dapat diperoleh dalam jangka waktu yang pendek atau mungkin tidak dapat diperoleh sekaligus.

4. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal tersebut

akan mempunyai akibat yang panjang dan berat. Kesalahan dalam pengambilan keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian.

Analisis Sensitivitas dan Switching Value

Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2010), switching value

merupakan suatu variasi pada analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian yang digunakan untuk mengetahui dampak yang terjadi terhadap hasil analisis kelayakan suatu skenario investasi akibat adanya perubahan- perubahan tertentu dalam komponen penting dalam suatu skenario bisnis seperti perubahan

kuantitas penjualan, harga, dan biaya operasional. Sedangkan switching value merupakan

perubahan maksimum dari komponen-komponen penting dalam bisnis yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak. Perhitungannya mengacu kepada nilai NPV yang

diperoleh sama dengan nol, persentase IRR sama dengan persentase discountrate, dan nilai

Net B/C sama dengan satu. Perbedaan antara analisis sensitivitas dengan analisis switching

value adalah pada analisis sensitivitas besarnya persentase perubahan telah diketahui

berdasarkan data historis yang ada pada perusahaan, sedangkan pada analisis switching

value justru besarnya persentase perubahan yang dicari sehingga dapat diketahui batasan perubahan yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap dinyatakan layak.

Penggunaan Input, Maksimisasi Keuntungan, dan Minimisasi Biaya

Menurut McCormick (1993) input dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori yaitu input inferior, input normal dan input superior. Untuk input inferior memiliki elastisitas yang kurang dari nol sehingga perusahaan akan menggunakan input lebih sedikit sebagai

akibat dari peningkatan output, pada tingkat harga konstan. Input normal yang elasitisitasnya lebih dari nol menyebabkan penggunaan input ditingkatkan saat terjadi peningkatan output namun dengan presentase peningkatan input lebih rendah. Sementara input superior merupakan bagian dari input normal yang presentase peningkatan inputnya lebih tinggi dibandingkan outputnya. Peningkatan atau penurunan harga input berpengaruh

pada meningkatnya biaya rata – rata dan biaya marginal suatu perusahaan. Ketika harga

input inferior meningkat, penggunaannya justru menurun ketika perusahaan meningkatkan outputnya yang akan menyebabkan menurunkan biaya marginal perusahaan untuk berproduksi dan meningkatkan biaya rata- rata perusahaan untuk berpdoruksi. Berbeda

dengan peningkatan harga input normal yang dapat menyebabkan biaya rata – rata

meningkat lebih besar dibandingkan dengan biaya marginal. Sementara, untuk peningkatan harga superior menyebabkan meningkatnya biaya marginal yang lebih besar dibandingkan

dengan biaya rata – rata.

Gambar 5 Kurva Kombinasi Input

Sumber : diadopsi dari McCormick (1993)

Gambar 5 merupakan garis isoquant, yaitu garis yang menggambarkan kombinasi input yang menghasilkan tingkat output yang sama. Jika perusahaan ingin menurunkan penggunaan input X2 dan meningkatkan penggunaan input X1 atau menggesser

penggunaan input dari titik A ke titik C, maka akan menyebabkan price line bergeser ke

bawah. Pergeseran price line ke bawah atau semakin mendekati titik asal mencerminkan

pengurangan biaya, sehingga pada titik C, total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sejumlah output yang sama dengan pada saat di titik A akan menjadi lebih rendah.

Persinggungan antara isoquant dan price line (titik C) merupakan titik optimal dari

penggunaan input.

Pola hubungan lainnya yang digunakan dalam pendekatan pengambilan keputusan

yaitu hubungan output – output yaitu variasi output yang dapat diperoleh dengan

menggunakan sejumlah input tertentu (dijelaskan dalam konsep kurva kemungkinan

produksi dan isorevenue) dan hubungan antara input – output yang menunjukkan pola

(dieksposisikan dalam konsep fungsi produksi). Adapun kurva hubungan output- output

dan hubungan input – output dapat dilihat pada gambar 7

Keterangan : Keterangan :

Y1 : Output 1 TP : Total Produksi

Y1 : Output 2 AP : Average Product

MP : Marginal Product

Gambar 6 Kurva kombinasi output-output dan input-output

Sumber : diadopsi dari McCormick (1993)

Gambar 6 menunjukan kombinasi output – output dan kombinasi input output. Pada

kombinasi output – output terdapat kurva kemungkinan produksi (KKP) dan garis

isorevenue yang merupakan kombinasi output – output berdasarkan penerimaan yang

dimiliki. Sementara pada kurva hubungan input – output menjelaskan penggunaan input

tertentu untuk menghasilkan output tertentu dimana terdapat tiga daerah produksi. Pada

daerah 1 merupakan daerah yang tidak efisien dikarenakan nilai MP (Marginal Product)

masih berada diatas AP (Average Product) dimana pada kondisi ini tambahan input yang

digunakan masih lebih besar dibandingkan tambahan output yang dihasilkan. Daerah 2 menunjukan titik efisien dikarenakan nilai AP sama dengan nilai MP dimana pada kondisi ini input yang digunakan dapat menghasilkan total produksi sampai batas maksimum. Berbeda halnya dengan daerah 3 yang merupakan daerah tidak efisien dikarenakan nilai AP berada diatas nilai MP yang merupakan kondisi di mana meskipun output terus mengalami peningkatan akibat bertambahnya pemakaian input, peningkatan tersebut terbatas dan semakin menurun, kecenderungan produk marjinal untuk semakin kecil diformulasikan dalam hukum kenaikan hasil yang berkurang.

Konsep Integer Linear Programming

Penerapan integer linear programing beberapa diantaranya dalam hal menurut Muslich (2010) :

1. Keputusan investasi. Dalam keputusan investasi biasanya diperlukan modal dan

sumberdaya yang besar. Oleh karena model yang besar ini, penentuan alternatif

ΔY/Y

Hubungan Output - output Hubungan Input - output

Y

x

antara mendirikan usaha atau tidak merupakan manajemen yang penting. Untuk mengoptimalkan nilai dari keputusan ini, diperlukan variabel keputusan

2. Keputusan penggunaan mesin. Penerapan model programming dalam industri

banyak dilakukan dalam perencanaan produksi. Dalam perencanaan produksi ini,

penggunaan mesin – mesin ini perlu ditentukan dengan baik. Apalagi bila

penggunaan suatu mesin melibatkan kapasitas dan biaya besar. Untuk menentukan mesin yang dipakai dalam produksi ini diperlukan variabel keputusan integer karena variabel keputusan pecahan akan tidak berguna.

3. Keputusan lainnya yang berhubungan dengan masalah rencana dan penentuan rute

perjalanan. Penerapan dalam persoalan rencana produksi dapat dilakukan seperti penyusunan rencana suatu produk yang tidak dapat diproses oleh suatu mesin sebelum diproses oleh mesin tertentu. Sedangkan penentuan rute banyak dijumpai dalam masalah rute perjalanan.

Menurut Dimyati (2002) program integer dalam bentuk lain dari program linier, dan dimana sebagian dari nilai variabel keputusan harus berupa bilangan bulat (integer) dan sebagian lainnya berupa bilangan pecahan. Bentuk ini muncul karena dalam kenyataannya tidak semua variabel keputusan dapat berupa bilangan pecahan. Menurut Mulyati (1998), program integer adalah bentuk khusus dari program linear dimana satu atau lebih dari satu

variabel – variabel dalam vector penyelesaian memiliki nilai – nilai bukan pecahan tetapi

bilangan bulat. Program integer khusus 0-1 (PI Biner) merupakan bentuk khusus dari program integer, yang mana variabel kontrolnya dibatasi harus berharga nol atau satu.

Capital Budgeting Problem merupakan salah satu konsep yang memanfaatkan zero one integer linear programming, dimana bertujuan untuk memilih usaha yang paling optimal diantara beberapa alternative pilihan dengan sumberdaya yang terbatas.

Program integer atau program bilangan bulat pada dasarnya adalah program linear yang mana variabel keputusannya berupa bilangan bulat tanpa meninggalkan optimalisasi penyelesaian. Terdapat tiga jenis mdel program integer berdasarkan penyelesaian variabel keputusannya yaitu :

1. Modal total integer, dalam model ini semua variabel keputusannya bernilai integer.

2. Moder integer 0-1, model ini juga dikenal dengan sebutan program integer biner

karena semua variabel keputusannya bernilai 0 atau 1, atua dapat diartikan sebagai tidak atau ya.

3. Model integer campuran, pada mdel ini tidak semua variabel keputusan harus

bernilai integer, tapi bernilai real.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyusun agenda nasional dalam pengembangan komoditas perikanan yaitu Program Minapolitan berbasis wilayah, melalui pendekatan sistem dan manajemen kawasan yang salah satu wilayahnya berada di Kecamataan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Salah satu tujuan program minapolitan untuk meningkatkan produktivitas output. Kecamatan Ciseeng merupakan salah satu sentra komoditas lele baik berupa benih ataupun lele konsumsi.

Budidaya lele yang dijalankan di Kecamatan Ciseeng yaitu pembenihan dan pembesaran. Kini komoditas lele menjadi salah satu komoditas perikanan yang diminati

Dokumen terkait