• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Jumbo Lestari yang berlokasi di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

bahwa Kecamatan Ciseeng sebagai salah satu sentra produksi lele baik berupa benih maupun konsumsi. Sementara pemilihan lokasi yang terfokus pada Pokdakan Jumbo Lestari dikarenakan Pokdakan ini yang menjadi pioner budidaya lele yang terintegrasi yang dimulai dari pembenihan hingga pembesaran dan merupakan pokdakan percontohan bagi

pokdakan lainnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 – Maret 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan 28 orang pembudidaya lele selaku responden menggunakan data penggunaan input termasuk jumlah dan keseluruhan biaya yang dikeluarkan serta data penerimaan (penjualan output), termasuk di dalamnya data harga input dan harga output yang dilakukan pada periode tanam 2014-2015. Data tersebut digunakan untuk menganalisis kelayakan investasi dan optimalisasi usaha budidaya lele yang telah terintegrasi.

Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku – buku yang terkait

komoditas pembenihan lele dan mempelajari hasil – hasil penelitian yang relevan dengan

topik efisiensi teknis usahatani. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari berbagai instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Ciseeng Kabupaten Bogor, Dinas

Pembudidayaan dan Perikanan Kabupaten Bogor serta diperoleh dari literatur – literatur

yang relevan seperti buku, jurnal penelitian, internet. Data – data tersebut berupa informasi

seputar data produksi, luas lahan, produktivitas benih dan lele konsumsi dan informasi terkait lainnya yang mendukung penelitian. Data sekunder digunakan dalam penelitian ini untuk mengisi kebutuhan atas referesi (rujukan) khusus pada beberapa hal untuk melengkapi data primer. Kedua data tersebut digunakan sebagai sumber peneletian yang kemudian diolah untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer untuk analisis nonfinansial yaitu dengan

membuat indikator – indikator kelayakan yang ada pada aspek teknis, aspek pasar, aspek

sosial, aspek lingkungan dan aspek manajemen. Sementara untuk pengumpulan data primer untuk analisis finansial diperoleh melalui wawancara langsung kepada pembudidaya lele dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dan melakukan pengamatan langsung kepada 28 pembudidaya lele yang tergabung dalam Pokdakan Jumbo Lestari. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh melalui

penelusuran data dan skenario literature review dengan alat bantu internet, mengunjungi

instansi atau lembaga terkait, serta mengunjungi perpustakaan untuk memperoleh informasi yang mendukung penelitian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian. Pengolahan data dengan menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek manajemen. Pengolahan data dengan menggunakan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial berupa arus kas, penilaian kriteria kelayakan investasi, yaitu NPV, BCR, IRR, serta analisis sensitivitas dengan menggunakan teknis

analisis nilai pengganti (switching value) dan metode kuantitatif juga digunakan untuk

menganalisis optimalisasi budidaya lele dengan menggunakan model linear programming

(pemrograman linear) dengan bantuan software LINDO (Linear Interactive and Discrete

Optimizer). Hasil pengolahan data primer disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian diinterpretasikan dalam bentuk pembahasan.

Analisis Kelayakan Non Finansial

Penilaian kelayakan aspek nonfinansial didapat dari hasil wawancara terhadap pihak yang mengerti benar tentang komponen per aspek nonfinansial. Selain budidaya lele yang terintegrasi, aspek nonfinansial ini juga membandingkan dengan budidaya lele yang tidak terintegrasi di Kecamatan Ciseeng. Sehingga dapat diperbandingkan tingkat kelayakan nonfinansial antar budidaya tersebut.

1. Aspek teknis

Aspek teknis dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan secara operasional mulai dari perolehan input utama, peralatan yang digunakan, sampai pada pasca panen. Analisis aspek teknis yang akan dinilai terdiri dari lima indikator, yaitu: kemudahan memperoleh benih, jenis teknologi dan peralatan yang baik, peluang terkena hama dan penyakit rendah, kemudahan dalam budi daya dan perawatan, serta kemudahan penanganan pasca panen.

2. Aspek pasar

Aspek pasar dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan berdasarkan identifikasi pasar potensial yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan, sehingga prospek usaha kedepannya pun nantinya akan jelas. Analisis aspek pasar yang akan dinilai terdiri dari lima indikator, yaitu: kemudahan informasi pasar, peluang permintaan tinggi, mampu berkompetisi di pasar, kemudahan penjualan produk, serta kemudahan memasarkan produk.

3. Aspek sosial

Aspek sosial dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan berdasarkan seberapa besar manfaat positif yang dirasakan oleh pembudidaya dan masyarakat sekitar dari adanya usaha tersebut. Analisis aspek sosial yang akan dinilai terdiri dari lima indikator, yaitu: terjalinnya hubungan yang baik antar pembudidaya, terjalinnya hubungan yang baik dengan pemerintah setempat, menambah pengetahuan dan kemampuan pembudidaya lele, menambah kesempatan kerja, serta meningkatkan mutu hidup pembudidaya.

4. Aspek lingkungan

Aspek lingkungan dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan berdasarkan seberapa besar manfaat ekologi yang dari pengusahaan lele tersebut. Analisis aspek lingkungan yang akan dinilai dari kegiatan budidaya lele tidak menimbulkan pencemaran khususnya pencemaran air dan tidak mengganggu budidaya komoditas lain.

5. Aspek Manajemen

Aspek manajemen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai pengetahuan, pengalaman, dan keahlian pembudidaya dan pekerja dalam usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele, kemampuan manajerial dan manajemen pembudidaya dalam kaitannya dengan pengecer dan peran lembaga pendukung. Analisis dikatakan layak apabila kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian tanggung jawab pekerjaan.

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Menurut Hansen dan Mowen (2005), studi kelayakan usaha dikembangkan menjadi dua metode dasar yang mencakup pendekatan keputusan nondiskonto (mengabaikan nilai waktu dari uang) maupun diskonto (mempertimbangkan nilai waktu dari uang). Model nondiskonto mengabaikan nilai waktu dari uang namun banyak perusahaan yang masih terus menggunakannya dalam pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2005). Model diskonto secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang sehingga memasukkan

konsep diskonto baik arus kas masuk maupun arus kas keluar. Survey – survey yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa model ini mulai banyak digunakan oleh banyak perusahaan sebagaimana yang dilaporkan oleh Hansen dan Mowen (2005), Graham dan Harvey (2002), Pike (1996) serta Klammer dan Walker (1984). Penenlitian ini menggunakan kelayakan investasi yang menggunakan model diskonto karena mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Kriteria kelayakan investasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value

biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai

yang dihasilkan dalam perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya suatu bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat jika dijalankan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Gittinger 1986):

Keterangan:

Bt : manfaat pada tahun t Ct : biaya pada tahun t t : tahun skenario bisnis

i : tingkat discount rate (%)

2. Benefit Cost Ratio (BCR)

BCR adalah suatu cara evaluasi dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh investasi dengan nilai sekarang seluruh biaya investasi. Bisnis layak untuk dijalankan apabila nilai BCR lebih besar dari satu (BCR>1). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Gittinger 1986):

3. Internal Rate of Return (IRR)

Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh investasi untuk sumber daya yang digunakan. Suatu bisnis akan dinyatakan layak jika

tingkat IRR lebih besar dari discount rate (IRR>DR). Rumus untuk menghitung IRR

adalah sebagai berikut:

Keterangan:

i1 : discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 : discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 : NPV yang bernilai positif

NPV2 : NPV yang bernilai negatif

4. Payback Period

Payback period (PP) merupakan kriteria penilaian investasi yang digunakan untuk mengukur seberapa cepat skenario investasi yang dilakukan dalam suatu bisnis dapat

kembali (Nurmalina et al. 2010). Suatu bisnis dapat dikatakan layak jika payback

period-nya lebih kecil dari umur bisnis yang dijalankan. Satuan dari payback period

adalah tahun. Secara matematis, payback period dirumuskan sebagai berikut:

Payback Period = �

�� Dimana:

I = Biaya investasi yang dikeluarkan

Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya

5. Analisis Nilai Pengganti (Swtiching Value)

Penelitian budidaya lele ini menggunakan teknik analisis nilai pengganti (switching

value) yaitu untuk menilai kelayakan akibat dari perubahan-perubahan yang

mempengaruhi kelayakan usaha tersebut. Analisis switching value dapat melihat

seberapa besar persentase sensitivitas yang dihasilkan jika terdapat perubahan pada

komponen variabel yang mempengaruhi usaha, karena persentase perubahan tersebut

belum diketahui secara empirik.Variabel yang digunakan dalamanalisis switching value

ini adalah penurunan harga jual dan kenaikan biayavariabel.

Konsep Linear Programming

Pemrograman linear merupakan salah satu pendekatan matematika yang paling sering digunakan dan diterapkan dalam keputusan manajerial. Pemgrograman linear ini berlaku untuk optimasi model dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang linear dan merupakan metode yang dapat menemukan suatu penyelesaian optimal dengan memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap serangkaian fungsi kendala (Muslich 2009; Taha 2003; Siswanto 2007). Pemrograman linear dapat digunakan di berbagai bidang mulai dari pertanian, industri, transportasi, ekonomi, dan bidang lainnya dan juga dapat diterapkan dalam bidang fungsional perusahaan seperti permasalahan persediaan, produksi, pemasaran, distribusi dan sebagainya (Taha 2003 dan Muslich 2009).

Tujuan dari penggunaan LP adalah menyusun model yang dapat membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi optimal dari sumber daya yang dimiliki dalam berbagai alternatif (Muslich 2009; Beneke dan Winterboer 1973). Manfaat utama

dari LP adalah pengujian terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya perubahan dari

alternatif yang telah dipilih dapat dilakukan, dan dapat diketahui pengaruh dari perubahan

– perubahan tersebut (Beneke dan Winterboer 1973; Soekartawi 1992; Nuthall 2011).

Pemrograman linear dapat digunakan dengan dua cara yaitu meminimumkan biaya (minimisasi) dan memaksimumkan total penerimaan atau total keuntungan (maksimisasi). Beberapa kondisi utama yang harus ada dalam pemrograman linear menurut Muslich (2009) adalah (1) harus terdapat sumberdaya yang terbatas; (2) ada fungsi tujuan; (3) harus ada linearitas; dan (4) harus ada keseragaman. Senada dengan hal tersebut, Nuthall (2011) menyampaikan beberapa asumsi yang harus ada dalam pemrograman linear, yaitu:

1. Fungsi tujuan merupakan persamaan linear, sehingga tidak ada interaksi antara

aktivitas – aktivitas yang ada.

2. Marginal rate of subsitution (MRS) antar produk yang dihasilkan tidak berubah

karena perubahan kombinasi aktivitas produksi.

3. Divisibility, artinya keseluruhan produk dapat diproduksi, seluruh input dapat dibeli

dan seluruh sumberdaya digunakan dalam fractional units (dapat dibagi – bagi).

4. Certainty, artinya baik harga, biaya, koefisien input-output, hasil panen dapat

diketahui secara pasti hasilnya.

5. Finiteness, artinya dalam model pemgrograman linear terbatas pada beberapa

aktivitas saja yang dapat dipertimbangkan.

Masalah LP berfokus pada penggunaan secara efisien atau alokasi sumberdaya terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Masalah mempunyai beberapa alternatif solusi. Solusi yang dapat memenuhi keseluruhan kendala dan tujuan dari pemrograman disebut sebagai solusi optimal. Permasalahan LP menggunakan hubungan linear yang berhubungan dengan solusi nonnegatif. LP memiliki fungsi linear dari variabel untuk membantu dalam penentuan solusi dari permasalahan yang ada (Gass 1975).

LP akan memilih alternatif produksi yang tersedia dan kombinasi aktivitas yang dapat memaksimumkan tujuan, biasanya keuntungan. Hubungan antar input, output, dan kendala diasumsikan linear. Pemrograman linear juga akan menentukan sistem maksimisasi keuntungan dalam pertanian yang mendukung atau sesuai dengan

permasalahan yang ada pada dunia nyata melalui atribut – atribut ataupun asumsi model

linear (Nuthall 2011).

Model LP memiliki tiga komponen dasar yaitu variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala. Variabel keputusan merupakan suatu yang ingin dicari nilainya dan dapat mempengaruhi nilai tujuan yang ingin dicapai. Fungsi tujuan merupakan apa yang ingin dioptimumkan, sedangkan fungsi kendala merupakan apa yang harus dipenuhi (Taha 2003). Kendala dapat digolongkan ke dalam tiga jenis yaitu makmimun, minimum dan persamaan. Kendala juga dapat digolongkan berdasarkan tujuannya yaitu (1) kendala sumberdaya atau input seperti lahan, modal, tenaga kerja, dan fasilitas produksi; (2) kendala eksternal seperti kebijakan pemerintah dan batasan kredit; dan (3) kendala subjektif, merupakan kendala yang bersumber dari pengambil keputusan sendiri, seperti batasan jumlah kredit yang mampu diambil (Beneke dan Winterboer 1973). Model sistematis pemrograman linear disampaikan sebagai berikut (Siswanto 2007):

Fungsi tujuan:

Memaksimumkan/meminimumkan Z =

CjXj

Terhadap fungsi kendala:

Dimana :

Xj : variabel keputusan ke-j

Ci : parameter fungsi tujuan ke-j

bi : kapasitas kendala ke-j

ɑij : parameter fungsi kendala ke-i untuk variabel keputusan ke-j

Pemrograman linear memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan dari LP di antaranya: (1) mudah dilakukan, terlebih dengan menggunakan bantuan komputer; (2) dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya optimum dpaat tercapai; dan (3) fungsi tujuan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Sementara itu kekurangan dari LP yaitu: (1) penggunaan LP sulit dilakukan secara manual, (2) penggunaan asumsi linearitas, dimana pada kehidupan nyata terkadang asumsi ini tidak sesuai (Soekartawi, 1992). Menambahkan kekurangan atau keterbatasan dari LP menurut Beneke dan Winterboer (1973) khususnya dalam perencanaan produksi yaitu:

1. Pemrograman tidak dapat membantu pengambil keputusan dalam

memformulasikan harga dugaan di masa yang akan datang.

2. Pemrograman hanya sedikit membantu dalam mengestimasi hubungan input-

output, karena metode yang digunakan hanya dapat menentukan jenis dan jumlah data yang dibutuhkan.

3. Pemrograman tidak memperhitungkan risiko.

4. Kesulitan dalam menentukan kendala.

5. Salah satu dari asumsi pemrograman linear adalah setiap tambahan unit output

membutuhkan kuantitas yang sama dari input.

6. Aktivitas yang melibatkan penurunan biaya tidak dapat dilakukan dengan cukup

dengan metode pemrograman.

Pada penelitian ini akan dilakukan dua analisis, yaitu analisis pola produksi lele yang terintegrasi yang optimal dan analisis pascaoptimal.

Analisis Pola Produksi Lele Optimal

Tujuan yang ingin dicapai dengan model pemrograman linear yang disusun dalam penelitian ini adalah memaksimumkan keuntungan pokdakan Jumbo Lestari yang

mengusahakan lele yang telah terintegrasi antara pembenihan dan pembesaran terintegrasi antara pembenihan dan pembesaran pada Pokdakan Jumbo Lestari lebih optimal dibandingkan dengan non integrasi lainnya yang telah dianalisis menggunakan kelayaka

bisnis. Aktivitas – aktivitas yang digunakan pada fungsi tujuan serta keterbatasan

sumberdaya (kendala) ditentukan sebagai berikut.

1. Penentuan Aktivitas dalam Fungsi Tujuan

Aktivitas – aktivitas yang digunakan dalam fungsi tujuan pada penelitian ini

meliputi aktivitas produksi, aktivitas pembelian pakan yang dibutuhkan dari mulai proses pembenihan sampai pada proses pembesaran diantaranya terdapat pakan untuk benih seperti cacing sutera, tepung pelet, carambol, dan PD III Pellet sementara pakan untuk lele

konsumsi yaitu Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3 dan MG Pelet.Aktivitas ini disesuaikan dengan

empat skenario yang telah dianalisis dengan menggunakan kelayakan usaha.

a. Aktivitas Produksi

Aktivitas produksi merupakan aktivitas dalam proses produksi yang dimulaid ari pembenihan sampai dengan pembesaran. Aktivitas produksi lele konsumsi ada yang dimulai dari pembelian indukan lele dan ada juga yang dimulai dari benih 1-2 cm sebagai inputnya yang kemudian dibudidayakan untuk menghasilkan benih 12 cm dan lele konsumsi. Aktivitas ini disesuaikan dengan 5 skenario yang telah dibuat sebelumnya di kelayakan usaha. Adapun lima skenario yang dimaksud yaitu :

1. Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk

menghasilkan benih 12 cm

2. Usaha Pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk

menghasilkan benih 1-2 cm dan 12 cm

3. Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input benih 1-2 cm untuk

menghasilkan benih 12 cm

4. Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 12 cm untuk

menghasilkan lele konsumsi

5. Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 1-2 cm untuk

menghasilkan lele konsumsi

Biaya yang tercermin dari aktivitas produksi lele ini terdiri atas biaya pupuk kandang, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya. Aktivitas produksi lele pada fungsi tujuan akan mengurangi nilai fungsi tujuan sebesar biaya produksi yang dikeluarkan.

b. Aktivitas Penjualan

Aktivitas penjualan merupakan aktivitas menjual hasil produksi berupa benih 12 cm dan lele konsumsi. Aktivitas penjualan lele konsumsi dilakukan setiap bulan, namun terdapat jarak waktu selama delapan minggu (2 bulan) untuk menghasilkan output benih 12 cm dan tiga bulan untuk menghasilkan lele konsumsi. Artinya, indukan yang dibeli bulan Januari, output berupa benih 12 cm nya dapat dijual di bulan Maret dan output berupa

lele konsumsinya dapat dijual di bulan April begitu juga dengan bulan – bulan berikutnya.

Model ini diasumsikan siklikal, tidak terikat pada tahun tertentu. Asumsi ini dapat mengakomodasi aktivitas pembelian penjualan yang tidak mungkin tertangkap jika model yang digunakan bukan merupakan model yang siklikal atau berulang. Aktivitas penjualan benih lele ukuran 12 cm dihitung berdasarkan ekor yang dikonversikan ke dalam 1 an bobot Kg yaitu 1 Kg benih ukuran 12 cm sama dengan 16 ekor benih lele. Sementara untuk 1 Kg

lele konsumsi sama dengan 8 ekor. Aktivitas ini akan menambah nilai fungsi tujuan sebesar nilai penjualan yang dilakukan.

2. Penentuan Kendala

Kendala yang dipertimbangkan dalam model pemrograman linear ini terdiri atas indukan, luasan kolam, ketersediaan pakan, ketersedeiaan tenaga kerja, ketersediaan pupuk kandang, serta ketersediaan transfer produk.

a. Kendala luasan kolam

Kendala luasan kolam dibedakan atas luasan kolam untuk indukan, luasan kolam untuk pemijahan, luasan kolam untuk pendederan dan luasan kolam untuk pembudidayaan.

Kendala luas lahan ini diambil berdasarkan rata – rata luas garapan pembudidaya pada

setiap periode tanam, dimana luas lahan ini diasumsikan sama untuk setiap periode tanam.

b. Kendala modal milik sendiri.

Modal milik sendiri dihitung berdasarkan rata – rata modal milik pembudidaya yang

digunakan untuk usahanya, berdasarkan informasi yang diperoleh pembudidaya lele. Kendala modal ini dirinci per periode tanam, dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

c. Kendala tenaga kerja

Kendala ketersediaan tenaga kerja langsung dihitung berdasarkan rata – rata jumlah

tenaga kerja langsung yang tersedia setiap bulannya. Kendala ini dinyatakan dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK). Setiap tenaga kerja bekerja selama 6 jam yang kemudian dikonversikan ke dalam 8 jam dan bekerja selama 30 hari dalam sebulan.

d. Kendala ketersediaan pupuk kandang

Kendala ketersediaan pupuk kandang juga dihitung dengan satuan Kg. Pupuk kandang digunaan untuk dengan dosis rata-rata 0,36 kg per m2. Fungsi utama pemupukan untuk memberikan unsur hara bagi tanah, memperbaiki struktur tanah dan menhambat peresapan air pada tanah yang tidak kedap air. Penggunaan pupuk untuk dasar kolam sangat

tepat karena mengandung unsur – unsur mineral penting dan asam – asam organik utama

memberikan bahan – bahan yang diperlukan untuk peningkatan kesuburan lahan dan

pertumbuhan plankton.

e. Kendala ketersediaan pakan

Kendala ketersediaan pakan dibedakan atas dua yaitu pakan bagi benih dan pakan bagi pembesaran. Pakan yang diberikan untuk benih lele berupa cacing sutera, tepung pelet, carambol, dan PD III Pellet sementara pakan untuk lele konsumsi yaitu Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3 dan MG pelet.

f. Kendala ketersediaan transfer produk

Kendala transfer produk diperlukan untuk menghubungkan antara aktivitas yang satu dengan aktivitas lainnya (Beneke dan Winterboer 1973). Pada model pemrograman linear yang digunakan dalam penelitian ini, transfer produk digunakan untuk menghubungkan aktivitas produksi lele dengan aktivitas penjualan lele yang dinyatakan dalam satuan kg bobot hidup.

Secara sistematis, model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Dimana :

Z = Net Present Value (NPV) yang ingin dimaksimumkan (Rp 000)

X1 = Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk

menghasilkan benih 12 cm

X2 = Usaha Pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk

menghasilkan benih 1-2 cm dan 12 cm

X3 = Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input benih 1-2 cm untuk

menghasilkan benih 12 cm

X4 = Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 12 cm untuk

menghasilkan lele konsumsi

X5 = Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 1-2 cm untuk

menghasilkan lele konsumsi

A1,…5 = Nilai NPV yang diperoleh pada skenario 1, 2,3, 4 dan 5 X1, X2, X3, X4, X5 = 0 atau 1

Fungsi tujuan ini nantinya akan mencari skenario yang menghasilkan NPV paling optimal dengan alokasi sumberdaya yang sesuai.

Dengan kendala:

a. Luas lahan untuk kolam (LK)

LK : LiXi ≤ b

Dimana :

Li = penggunaan luasan kolam untuk skenario ke i (m2)

b = luasan lahan yang tersedia untuk kolam pada skenario ke i(m2)

b. Ketersediaan Modal Sendiri (MS)

����≤ c

MS :

Dimana :

Li = penggunaan modal sendiri untuk skenario ke i (Rp)

c = ketersediaan modal yang tersedia pada skenario ke i (Rp)

c. Ketersediaan tenaga kerja (TK)

��� ≤ d

TK :

Dimana :

Ti = penggunaan tenaga kerja untuk skenario ke i (HOK)

d = ketersediaan tenaga kerja yang tersedia pada skenario ke i(HOK)

d. Ketersediaan pupuk kandang (PK)

����≤ e

PK :

Dimana :

Pi = penggunaan pupuk kandang pada skenario ke i (Kg)

e. Ketersediaan pakan untuk pembenihan (Pbn)

���≤ f

Pbn :

Dimana :

Si = penggunaan pakan untuk pembenihan pada skenario ke i (Kg)

f = ketersediaan pakan yang tersedia untuk pembenihan pada skenario ke i

(Kg)

f. Ketersediaan pakan untuk pembesaran (Pbs)

���≤ g

Pbs :

Dimana :

Ki = penggunaan pakan untuk pembesaran pada skenario ke

4 (Kg)

g = ketersediaan pakan yang tersedia untuk pembesaran pada skenario ke

4 (Kg)

g. Kendala transfer produk benih 12 cm dan lele konsumsi

��� + � ��≤ 0

TPB : -

Dimana :

Ui = rata – rata hasil produksi benih 12 cm dan lele konsumsi(Kg bobot

hidup/ekor)

Uis = rata – rata hasil produksi benih 12 cm dan lele konsumsi yang dijual (Kg

bobot hidup/ekor)

JXi = aktivitas jual hasil (Kg bobot hidup)

h. Kendala transfer benih 12 cm per periode tanam

Dokumen terkait