• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan studi pustaka dan kerangka pemikiran yang digunakan, penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi dan distribusi pendapatan masyarakat ini dilakukan. Berdasar analisa kondisi eksisting ditemukan fakta bahwasannya PDRB Provinsi Jawa Barat (atas dasar harga berlaku) tahun 2010 cukup tinggi, yaitu sebesar Rp. 765.13 trilyun. Angka tersebut menempatkan Provinsi Jawa Barat sebagai kekuatan ekonomi penting terbesar ketiga di Indonesia, dimana berkontribusi 14.7% terhadap perekonomian nasional. Melihat kontribusi Provinsi Jawa Barat yang besar pada Produk Domestik Bruto Indonesia, maka dapat dikatakan pula bahwa peranan sektor-sektor ekonomi di Jawa Barat juga penting bagi perekonomian nasional.

Di sisi lain di tengah kondisi perekonomian Provinsi Jawa Barat yang menunjukkan indikator-indikator yang pertumbuhan yang positif, ternyata ada berbagai permasalahan yang juga timbul. Permasalahan tersebut misalkan menurunnya peranan sektor industri, yang merupakan salahsatu sektor unggulan di Jawa Barat, dalam perekonomian Jawa Barat dari kurun tahun 2007-2010; masih tingginya angka pengangguran (10.57% angkatan kerja); masih tingginya angka kemiskinan (4.8 juta jiwa); serta adanya kecenderungan penurunan panjang dan kualitas jalan (infrastruktur transportasi) yang ada di Jawa Barat. Melihat fakta pentingnya kontribusi sektor ekonomi di Jawa Barat bagi

kinerja sektor ekonomi di Jawa Barat. Banyak kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong kinerja sektor ekonomi misalkan dengan mendesain kebijakan pro pertumbuhan dan mendukung perkembangan kinerja sektor-sektor unggulan. Salahsatu upaya penting dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa Barat misalkan dengan menyediakan infrastruktur energi, telekomunikasi, infrastruktur transportasi, dan infrastruktur penting lainnya. Sejalan dengan penelitian ini, salahsatu upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan menyediakan infrastruktur transportasi. Dengan adanya daya dukung infrastruktur transportasi yang baik diharapkan kinerja dan peranan sektor ekonomi di Jawa Barat dapat meningkat.

Dengan menimbang poin-poin kebijakan untuk mendorong kinerja sektor ekonomi diatas, ditentukan langkah kebijakan dengan melakukan injeksi investasi infrastruktur transportasi untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor ekonomi dan pada saat yang sama untuk mengarahkan distribusi pendapatan masyarakat. Secara diagramatik, kerangka pemikiran dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi dan distribusi pendapatan masyarakat disajikan pada Gambar 3.

Dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan infrastruktur transportasi dalam penelitian ini diukur melalui pertumbuhan output, penyerapan lapangan kerja di sektor industri, serta perubahan distribusi pendapatan masyarakat. Untuk memperoleh nilai kuantitatif parameter makro ekonomi tersebut di provinsi Jawa Barat, digunakan SNSE Jawa Barat yang modelnya akan dibangun. Konstruksi SNSE Jawa Barat tahun 2010 dikembangkan dari Input-Output tahun 2010 yang disusun dan dipublikasikan oleh BPS Provinsi Jawa Barat. Data selain

dari BPS maupun data sekunder dari instansi diluar BPS digunakan sebagai data pendukung untuk melengkapi sel-sel dalam sub matriks yang tidak bisa dipenuhi oleh data dari Tabel Input-Output terutama data yang berhubungan dengan transaksi transfer baik transfer antar institusi domestik maupun transfer dari institusi domestik dengan luar negeri (luar Jawa Barat dan Luar negeri).

Perekonomian Provinsi Jawa Barat

  Pengaruh terhadap  pendapatan  sektoral  Pengaruh terhadap  pendapatan  Faktorial  Pengaruh  terhadap  pendapatan  institusi 

Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi

Perubahan Distribusi Pendapatan Masyarakat Investasi Infrastruktur Transportasi

 

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Dampak Investasi Infrastruktur Transportasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor

Setelah SNSE tahun 2010 dibangun, dilakukan analisis keterkaitan antar sektor, analisis multiplier, analisis dekomposisi dan simulasi kebijakan pembangunan infrastruktur transportasi dengan melakukan dekomposisi sektor konstruksi menjadi sektor konstruksi untuk transportasi dan non transportasi.

Untuk mencapai tujuan dari studi ini, maka ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini, yang digambarkan sebagaimana tercantum dalam Gambar 4.

IO JABAR TAHUN 2010 PENYUSUNAN SAM Jabar  2010 PENYUSUNAN NERACA‐NERACA  (SUB‐MATRIKS) DLM KERANGKA  SAM Jabar IMBALANCE  SAM  Jabar 2010 SAM JABAR TAHUN 2010 (FINAL) BALANCING /  REKONSILIASI  (CEK AND  RECHECK)) •PDRB Sektoral 2010Jawa  Barat •PDRB Penggunaan  2010Jawa Barat  •PDRB JABAR •APBD •SUSENAS •SKTIR •SAKERNAS •SUSENAS •NERACA PERDAGANGAN •Data sekunder lainnya  DLL Struktural Path Analisis(SPA) Analisis Dekomposisi dan Struktur Ekonomi

Analisis Simulasi Kebijakan Investasi Infra. Transportasi Analisis Multiplier Sektoral Pertumbuhan  Ekonomi Output dan nilai 

tambah Lapangan Kerja  Distribusi Pendapatan

Implikasi Dampak  Investasi  Infrastruktur  Transportasi  Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Distribusi Pendapatan Masyarakat di Provinsi Jawa Barat

Gambar 4. Tahapan Analisis Dampak Investasi Infrastruktur Transportasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi dan

Menyadari posisi penting pembangunan infrastruktur transportasi sebagai

driving force for economic growth”, maka kebutuhan analisis dampak investasi

infrastruktur transportasi terhadap perekonomian secara komprehensif dalam kerangka makro ekonomi sangat diperlukan. Mengukur dampak investasi infrastruktur transportasi dengan alat analisis yang sifatnya partial mikro dalam mengidentifikasi biaya (cost) dan keuntungan (benefit) pada dasarnya sangat terbatas keampuhannya. Kelemahannya adalah susah mengukur secara akurat besarnya biaya dan keuntungan secara spasial dan dampak pengganda yang ditimbulkan secara menyeluruh. Identifikasi biaya dan/atau keuntungan langsung atau tidak langsung menimbulkan kerumitan tersendiri dalam analisis. Dengan demikian sangat penting untuk memasukkan aspek spasial dan keterkaitan antar sektor ekonomi dan institusi sehingga dapat dihitung dampak penggandanya terhadap industri lain dan distribusi kesejahteraan masyarakat dalam perekonomian suatu wilayah.

Tahapan yang dilakukan didalam penelitian ini dapat dilihat seperti halnya yang dideskripsikan pada Gambar 4. Secara umum ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini. Pada langkah awal dilakukan inventarisasi data-data sekunder seperti halnya: Tabel IO provinsi Jabar 2010, APBD Provinsi Jabar 2010, SKTIR, Susenas, Sakernas, statistik keuangan pemerintah, indikator ekonomi dan data lainnya yang relevan.

Pada langkah selanjutnya dilakukan penyusunan kerangka data SNSE yang sesuai untuk analisa permasalahan yang ada dengan melakukan penentuan jumlah sektor di blok neraca faktor produksi, blok neraca institusi, blok neraca sektor (aktivitas) produksi, dan neraca eksogen yang terdiri dari neraca modal dan rest of the world (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Dalam penelitian

Analisis multiplier dilakukan untuk melihat dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap output dan pendapatan dan kesempatan kerja yang terbentuk di Jawa Barat.Dari hasil penghitungan multiplier juga dapat dilakukan analisis keterkaitan dan dekomposisi. Analisa dekomposisi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci tentang dampak (multiplier) dimana multiplier akan didekomposisi menjadi komponen Pengganda Transfer,

Pengganda Open Loop dan Pengganda Closed Loop. Analisis SPA dilakukan

untuk mendapatkan informasi tentang mekanisme transmisi dampak suatu kebijakan investasi infrastruktur transportasi terhadap perkembangan perekonomian secara menyeluruh dan khususnya terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor Industri dan distribusi pendapatan rumah tangga.

3.2. Hipotesis

Hipotesis atas penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kondisi infrastruktur transportasi mengakibatkan peningkatan output dan kemudian meningkatkan permintaan faktor produksi (tenaga kerja dan modal), dan selanjutnya berdampak kepada distribusi pendapatan masyarakat dan perekonomian

2. Infrastruktur berpengaruh terhadap perekonomian, terutama terhadap sektor-sektor unggulan dan lebih jauh lagi berpengaruh dan terkait dengan penciptaan pendapatan sektoral, faktorial serta pendapatan institusi.

3. Investasi infrastruktur transportasi akan lebih memberikan manfaat kepada golongan rumah tangga yang lebih dominan dalam penguasaan kapital.

4. Investasi infrastruktur transportasi di Jawa Barat dapat berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan serta memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat

3.3. Model SNSE

Badan Pusat Statistik (2005) menjelaskan bahwa Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM) adalah suatu sistem kerangka data yang dibuat dalam bentuk matrik yang dapat menggambarkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat dan keterkaitan antara keduanya secara komprehensif, konsisten dan terintegrasi. SNSE merupakan sistem kerangka data yang komprehensif dan terintegrasi yang mencakup berbagai data ekonomi dan sosial dalam suatu kerangka data. Konsisten karena SNSE dapat menjamin keseimbangan dalam setiap neraca yang terdapat dalam suatu kerangka SNSE. Sebagai suatu sistem kerangka data SNSE bersifat modular yang dapat menghubungkan berbagai variabel ekonomi dan sosial di dalamnya, sehingga keterkaitan antarvariabel tersebut dapat diperlihatkan dan dijelaskan.

Daryanto dan Hafizrianda (2010) mengungkapkan bahwa sumber-sumber data untuk membentuk SNSE adalah berasal dari Tabel Input Output (I-O), Statistik Pendapatan Nasional, dengan menunjukkan berbagai jenis transaksi dalam suatu sistem perekonomian. Jika Tabel I-O hanya menyajikan rekaman transaksi ekonomi tanpa menunjukkan latar belakang sosial dari pelaku transaksi tersebut, SNSE berupaya melakukan klasifikasi berbagai institusi berdasarkan latar belakang sosial-ekonomi pada suatu perekonomian atau aktivitas fungsional.

Model I-O dimana lingkup pemotretannya jauh lebih luas dan terperinci jika dibandingkan dengan Model I-O. Dalam Model I-O yang dipaparkan hanya arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke sektor faktor-faktor produksi, rumah tangga, pemerintah, perusahaan, dan luar negeri. Sedangkan dalam SNSE model tersebut di disagregasi lebih rinci. Sebagai contoh rumah tangga dapat di disagregasi berdasar tingkat pendapatan; atau kombinasi dari tingkat pendapatan dan lokasi pemukiman, dan lain-lain. Dalam Model SNSE juga dapat dimasukkan berbagai variabel makroekonomi seperti halnya pajak, subsidi, modal dan sebagainya sehingga Model SNSE bisa menggambarkan seluruh transaksi makroekonomi, sektoral dan institusi secara utuh dalam sebuah neraca. Keunggulan lain dari Model SNSE jika dibandingkan dengan Model I-O adalah bahwa Model SNSE mampu menggambarkan arus distribusi pendapatan dalam perekonomian.

Daryanto dan Hafizrianda (2010) menambahkan, perbedaan lain yang cukup mendasar adalah dalam SNSE aktivitas faktor-faktor produksi, rumah tangga dan perusahaan ditempatkan sebagai variabel endogen. Sehingga dampak dari suatu kegiatan ekonomi tidak terbatas pada aktivitas produksi saja namun juga pada aktivitas faktor produksi, rumah tangga dan perusahaan.

3.3.1. Bentuk dan Arti Kerangka SNSE

Menurut Wagner (1999) di dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010), ada tiga keuntungan menggunakan Model SNSE dalam suatu perencanaan ekonomi.

Pertama, SNSE mampu menggambarkan struktur perekonomian, keterkaitan

antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi, serta perdagangan perdagangan luar negeri. Hal ini

dan pendapatan didalam suatu kawasan perekonomian. Kedua, SNSE dapat memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah. Ketiga, dengan SNSE dapat dihitung

multiplier perekonomian wilayah yang berguna untuk mengukur dampak dari

suatu aktivitas terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan, yang menggambarkan struktur perekonomian.

BPS (2005) seperti yang diungkapkan didalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) mengungkapkan bahwa perangkat SNSE dapat digunakan sebagai data sosial ekonomi yang menjelaskan mengenai:

1. Kinerja pembangunan ekonomi suatu negara, seperti halnya distribusi Produk Domestik Bruto (PDB), konsumsi, tabungan, dan sebagainya.

2. Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci menurut faktor-faktor produksi diantaranya tenaga kerja dan modal.

3. Distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah-tangga.

4. Pola pengeluaran rumah-tangga.

5. Distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha dimana mereka bekerja, termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai kompensasi atas keterlibatannya dalam proses produksi.

Kerangka SNSE dasar berbentuk matrik dengan ukuran 4x4, bentuk dasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Lajur ke samping (menurut baris) menunjukkan penerimaan, sedangkan lajur ke bawah (menurut kolom) menunjukkan pengeluaran. Dalam SNSE terdapat 4 (empat) neraca utama, yaitu (1) neraca faktor produksi, (2) neraca institusi, (3) neraca sektor produksi,

neraca lainnya memberikan arti tersendiri. Hubungan tersebut secara ringkas dapat dibaca pada Gambar 5.

Neraca faktor-faktor produksi, termasuk didalamnya adalah tenaga kerja dan modal. Dibaca secara baris neraca ini memperlihatkan penerimaan- penerimaan yang berasal dari upah dan sewa, selain itu juga menggambarkan pendapatan remitance dan pendapatan modal.

Sedangkan secara kolom menunjukkan adanya revenue yang didistribusikan ke rumah tangga sebagai pendapatan tenaga kerja, distribusi ke perusahaan dan keuntungan yang bukan dari perusahaan, serta keuntungan perusahaan setelah dikurangi pembayaran pemerintah. Neraca institusi mencakup rumah tangga, perusahaan dan pemerintahan.

Dalam hal ini rumah tangga akan didisagregasi ke dalam kelompok- kelompok sosial ekonomi yang saling berbeda tingkatannya. Penerimaan rumah tangga antara lain datang dari pendapatan faktor-faktor produksi, berbagai macam bentuk transfer seperti transfer pendapatan diantara rumah tangga itu sendiri, pendapatan dari pemerintah, dari perusahaan (biasanya berupa asuransi) atau dari luar negeri.

Sementara itu pengeluaran rumah tangga ditujukan untuk konsumsi barang-barang dan pajak pendapatan, serta sebagian dimasukan untuk saving dalam neraca modal. Pada perusahaan, penerimaannya berasal dari keuntungan yang diperoleh dan sebagian dari transfer, sedangkan pengeluarannya kepada pembayaran pajak dan transfer. Untuk pemerintah pengeluarannya berupa subsidi, konsumsi barang dan jasa, transfer ke rumah tangga dan perumahan. Sebagian juga berupa saving. Di sisi lain penerimaannya berasal dari pajak dan transfer pendapatan dari luar negeri.

Pengeluaran

Penerimaan

Neraca Endogen Neraca

Eksogen Jumlah Faktor Institusi Sektor

1 2 3 4 5 Ne ra c a E n d o g e n Faktor Produksi 1 0 0 T13 Alokasi nilai tambah ke faktor produksi T14 Pendapatan faktor produksi dari luar negeri Y1 Distribusi pendapatan faktorial Institusi 2 T21 Alokasi pend. faktor ke institusi T22 Transfer antar institusi 0 T24 Transfer dari luar negeri Y2 Distribusi pendapatan institusional Sektor Produksi 3 0 T32 Penerimaan domestik T33 Penerimaan antara T34 Ekspor dan investasi Y3 Total output menurut sektor produksi Neraca Eksogen 4 I1 Alokasi pendapatan faktor ke luar negeri I2 Tabungan pemerintah swasta dan rumah tangga I3 Impor dan pajak tak langsung I4 Transfer lainnya Y4 Total penerimaan neraca lainnya Jumlah 5 Y’1 Distribusi pengeluara n faktor Y’2 Distribusi pengeluara n institusi Y’3 Total input Y’4 Total pengeluaran lainnya Sumber : Thorbecke, 1988 : dimodifikasi

Gambar 5. Skema Sederhana SNSE

Neraca aktivitas (activity) atau sektor produksi (production) merupakan neraca yang menjelaskan tentang transaksi pembelian bahan-bahan mentah, barang-barang antara dan sewa untuk memproduksi suatu komoditi. Dibaca secara kolom semua transaksi tersebut merupakan pengeluaran yang meliputi permintaan antara, upah, sewa dan value added dari pajak. Sedangkan pada baris semua transaksi dianggap sebagai penerimaan yang meliputi penjualan domestik, subsidi ekspor dan penerimaan.

(secara baris) berupa pemasukan dalam bentuk tabungan rumah tangga, swasta dan pemerintah.Sementara sisi pengeluaran (secara kolom), berupa investasi.

Transaksi antara domestik dengan luar negeri juga dicatat dalam neraca terakhir yang memuat segala penerimaan yang berhubungan dengan luar negeri yang datang dari ekspor, transfer pendapatan institusi dari luar negeri, transfer pendapatan dari faktor-faktor produksi dan pemasukan modal dari luar negeri. Sedangkan pengeluarannya berupa impor, pembayaran faktor-faktor produksi dan transfer ke luar negeri. Jumlah pengeluaran dan penerimaan pada masing- masing neraca haruslah sama, hal ini menunjukkan bahwa dalam tabel SNSE selalu terdapat keseimbangan dari masing-masing neraca.

3.3.2. Kegunaan SNSE

Kerangka SNSE dapat digunakan sebagai kerangka data yang menjelaskan mengenai kinerja pembangunan ekonomi suatu negara atau wilayah, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional, provinsi atau kabupaten, konsumsi, tabungan dan sebagainya seperti:

1. Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang diterima

oleh faktor-faktor produksi tenaga kerja dan modal.

2. Distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan

rumah tangga.

3. Pola pengeluaran rumah tangga.

4. Distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha dimana mereka

bekerja termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai balas jasa tenaga kerja yang mereka sumbangkan.

Model SNSE merupakan perluasan dari model I-O (Input-Output Model), dimana model ini memotret perekonomian pada suatu waktu tertentu. Ruang lingkup model SNSE jauh lebih luas dan terperinci dibandingkan dengan model Input-Output (IO). Model IO hanya menyajikan arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke sektor faktor produksi, rumah tangga, pemerintah, perusahaan dan luar negeri, sedangkan dalam model SNSE hal-hal tersebut didisagregasi secara lebih rinci. Misalnya, rumah tangga dapat didisagregasi berdasarkan tingkat pendapatan atau kombinasi dari tingkat pendapatan dan lokasi pemukiman, dan seterusnya. Di samping itu dalam model SNSE dapat dimasukkan beberapa variabel makroekonomi, seperti: pajak, subsidi, modal dan sebagainya, sehingga model SNSE dapat menggambarkan seluruh transaksi makroekonomi, sektoral dan institusi secara utuh dalam sebuah neraca. Keunggulan lain dari model SNSE dibanding model IO adalah bahwa model SNSE mampu menggambarkan arus distribusi pendapatan dalam perekonomian. Sama halnya dengan model IO, model SNSE juga merupakan sebuah matriks bujursangkar yang terdiri atas kolom dan baris. Kolom menjelaskan transaksi pengeluaran dan baris menjelaskan transaksi penerimaan. Total nilai transaksi pada kolom harus Sama dengan total nilai transaksi pada baris agar syarat keseimbangan terpenuhi.

Keutamaan perekonomian agregat dapat dipastikan secara langsung dari kerangka makro SNSE. Oleh karenanya, penciptaan nilai tambah oleh aktivitas produksi domestik yang menghasilkan GDP ditemui dalam sel (3, 2), pengeluaran konsumsi akhir oleh rumah tangga disajikan dalam sel (1, 4) dan seterusnya. Hal tersebut membedakan aktivitas produksi dari komoditas- komoditas yang mereka hasilkan. Ini berarti bahwa aktivitas-aktivitas tersebut berasal dari dua komponen Tabel IO, yaitu : matriks penggunaan komoditas dan

3.3.3. Asumsi dan Keterbatasan Model

Menurut Wagner (1999) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) menyatakan bahwa ada beberapa keuntungan dalam menggunakan model SNSE dalam perencanaan ekonomi yaitu: (1) SNSE dapat mendeskripsikan struktur perekonomian, keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang/jasa, tabungan dan investasi, serta perdagangan luar negeri. Dengan demikian model SNSE dapat menjelaskan keterkaitan antara permintaan, produksi, serta pendapatan didalam suatu kawasan perekonomian, (2) SNSE bisa menyajikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah, (3) SNSE bisa menghitung

multiplier perekonomian wilayah, yang berguna untuk mengukur dampak dari

suatu aktivitas terhadap produksi, distribusi pendapatan, dan permintaan yang menggambarkan struktur perekonomian.

Namun disadari bahwa setiap model mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam menganalisis suatu fenomena ekonomi. Hal ini didasarkan pada asumsi yang digunakan. Menurut Heriawan (2004), asumsi pada model SNSE adalah sebagai berikut: (1) keseluruhan kegiatan ekonomi nasional atau regional, dibagi habis (menurut klasifikasi tertentu) ke dalam sektor dan institusi, (2) SNSE adalah suatu keseimbangan umum. Oleh karena itu, jumlah penerimaan (incoming) dan jumlah pengeluaran (outgoing) dari masing-masing sektor/ institusi berimbang, (3) pendistribusian koefisien antar sektor-institusi berlaku konstan dan tidak akan bergeser dalam jangka pendek.

Selanjutnya, dengan asumsi yang disebutkan di atas, membawa konsekuensi akan keterbatasan model untuk memprediksi atau menganalisis

1. Tidak ada pembatasan penawaran artinya kebutuhan barang dan jasa untuk memenuhi konsumsi dan investasi selalu dapat dipenuhi demikian juga kebutuhan sumberdaya (faktor produksi) untuk memenuhi peningkatan produksi selalu dapat dipenuhi.

2. Harga relatif, artinya bahwa perbandingan harga antara harga input dan harga output berlaku konstan.

3. Hubungan antar sektor/ institusi bersifat proporsional dan konstan.

4. Model SNSE menjadi model statik yang koefisien/parameternya bersifat konstan dan tidak mengakomodir terjadinya pergeseran peran antar sektor/ institusi.

3.4. Investasi infrastruktur Transportasi dan Pertumbuhan Ekonomi