• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada tulisan ini peneliti mengambil AICHR sebagai objek kajian.

Pembentukan AICHR sendiri berawal dari proses regionalisasi di kawasan Asia Tenggara yang kemudian membentuk adanya ASEAN. ASEAN sebagai sebuah organisasi kawasan Asia Tenggara kemudian melakukan memberikan mandat untuk mengatasi isu-isu dan permasalahan HAM ke dalam fungsi lainnya yang kemudian melahirkan adanya badan baru di bawah ASEAN yang bernama AICHR.

Sementara itu, menurut Columbis dan Wolfe di bukunya yang berjudul

“Introductions to International relations, Power and Justice” dikatakan bahwa terdapat setidaknya empat cara/kriteria yang dapat digunakan untuk mendefinisikan sebuah kawasan. keeempat kriteria tersebut adalah :

Universitas Pertamina - 13 1. Kriteria geografis

Kriteria ini mengelompokkan negara berdasarkan dari lokasi/letak dari negara tersebut dalam sebuah benua, sub-benua, pulau dan lain sebagainya.

2. kriteria politik/militer

kriteria ini mengelompokkan negara berdasarkan pada keikutsertaan negara tersebut pada berbagai institusi atau aliansi yang berkaitan dengan orientasi ideologi dan orientasi dari politik.

3. Kriteria ekonomi

Kriteria ini mengelompokkan negara berdasarkan pada perkembangan pembangunan perekonomian, seperti jumlah nilai GNP, GDP, dan output industri.

4. Kriteria Transaksional

Kriteria ini mengelompokkan negara kedalam jumlah dari frekuensi mobilitas penduduk, perputaran barang dan jasa seperti jumlah imigran, turis, jumlah perdagangan ekspor serta impor.

Bagi ASEAN, pengelompokkan pembagian kawasan berdasarkan pada kriteria geografis yang membagi identitas dan proses regionalisasi ASEAN berawal dari inisiatif negara-negara di Asia Tenggara untuk membentuk sebuah institusi dengan tujuan sebagai collective security untuk menghindari perpanjangan kepentingan negara-negara besar pasca perang dunia kedua. Pembentukan institusi ASEAN sebagai bentuk dari collective security berkembang menjadi kerjasama kawasan untuk meningkatkan kemajuan sosial, pertumbuhan ekonomi serta

Universitas Pertamina - 14

mengembangkan kebudayaan. (Gochhayat, 2013). ASEAN terus mengalami perkembangan hingga pada akhirnya isu HAM menjadi isu yang sering diangkat di wilayah Asia Tenggara sehingga dibentuklah komisi HAM yang disebut dengan AICHR. Kehadiran dari AICHR ini berangkat dari minimnya komitmen negara-negara ASEAN terhadap hak asasi khususnya hak politik dan hak sipil yang terbukti dari banyaknya kasus mengenai pelanggaran HAM di wilayah Asia Tenggara.

(Numnak, 2009).

AICHR hadir sebagai badan yang mengurusi permasalahan HAM di lingkup regional Asia Tenggara dan dinilai belum cukup efektif. Efektivitas sebuah institusi atau badan dapat di tentukan melalui beberapa indikator. Institusi yang efektif akan membentuk sebuah kausal dimana kinerja/operasi yang dilakukan oleh sebuah institusi akan mengubah perilaku aktor-aktor di dalamnya secara relevan.

Setidaknya terdapat 3 indikator yang menentukan sebuah institusi efektif atau tidak, yakni: faktor eksternal dalam sebuah institusi, efektifitas internal institusi dan identifikasi perilaku aktor yang kaitkan dengan karakteristik dari sebuah institusi.

(Young, 1994).

1. Faktor eksternal dalam sebuah institusi

Dalam menentukan efektifitas institusi, banyak para penstudi tertarik untuk membahas mengenai faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja dari sebuah institusi. Faktor eksternal dalam sebuah institusi sendiri terbagi atas 3 pembabakan, yakni:

Universitas Pertamina - 15 - Patterns of Interest

Sebuah institusi akan dikatakan efektif apabila perilaku institusi di dalam menyelesaikan sebuah permasalahan berdasarkan tujuan dan kepentingannya bernilai positif. Maksudnya bernilai positif ialah, sebuah institusi dapat dengan melihat arah kebijakan dari institusinya tanpa adanya badan atau institusi lain dengan kepentingan dan tujuan yang sama. Institusi bernilai tidak positif apabila terdapat badan atau institusi lainnya yang bergerak dengan tujuan serta kebijakan yang diambil memiliki kepentingan yang sama.

- Distributions of influence

Di dalam sebuah institusi, sebuah pengaruh memiliki dampak yang besar dalam pengambilan kebijakan dari institusi tersebut. Sebuah institusi dikatakan efektif apabila negara-negara anggota memiliki partisipasi yang aktif dan memiliki pengaruh terhadap kesuksesan dari sebuah institusi dalam menghadapi suatu isu. Pengaruh dalam hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan power yang dapat berupa coercive power atau non-coercive power. Penggunaan non-coercive power dapat dicontohkan dengan melakukan ancaman akan melakukan serangan terhadap suatu negara atau institusi lainnya dengan penggunaan militer dan alat perang lainnya.

Penggunaan coercive power memiliki dampak yang lebih kuat dalam mendorong efektifitas dari institusi. Sedangkan non-coercive power akan berakibat pada terbentuknya penyebaran banyak pengaruh di dalam sebuah institusi. Penggunan non-coercive power biasanya melakukan pendekatan yang sifatnya tidak memaksa seperti diskusi ringan, melakukan diplomasi

Universitas Pertamina - 16

dan negosiasi serta lain sebagainya tanpa menggunakan kekerasan. Ketika negara-negara anggota dalam sebuah institusi memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan cenderung tidak memiliki pengaruh terhadap setiap kebijakan yang diambil, maka institusi tersebut tidak bernilai efektif.

- Nature of the issue area

Perilaku aktor dalam menghadapi dan merespon sebuah isu dangat diperlukan dalam menentukan efektifitas dari sebuah institusi. Dalam hal ini tiap aktor yang terlibat dalam sebuah institusi dituntut agar dapat memiliki kemampuan atau kapabilitas untuk menganalisis atau memprediksi ancaman dari suatu isu pada suatu area. Dalam menghadapi isu pada suatu area, sebuah institusi dikatakan efektif dengan melihat sudut pandang bagaimana sikap atau tindakan yang dilakukan oleh institusi tersebut untuk menekan tingkat ancaman dari suatu isu tersebut agar tidak menyebar dan tidak mengganggu stabilitas dari negara-negara anggota lainnya. Ketika sebuah institusi tidak dapat menganalisis dan memprediksi ancaman dari suatu isu di area tertentu maka dapat dikatakan bahwa institusi tersebut belum cukup efektif.

2. Efektifitas internal institusi

Untuk mengidentifikasi efektifitas internal dari sebuah institusi, dapat dilihat melalui bagaimana sebuah institusi menentukan kebijakan yang baik, bagaimana sekretariat dalam sebuah institusi dibentuk serta program seperti apakah yang dijalankan oleh sebuah institusi. Faktor internal dalam sebuah institusi sendiri terbagi atas 2 pembabakan, yakni :

Universitas Pertamina - 17 - Design Features

Pada bagian ini sebuah institusi menentukan bagaimana international design dalam mengatasi sebuah isu yang dimulai dari proses pengambilan keputusan serta setting agenda yang dilakukan secara teknis. Nilai dari efektifitas dalam sebuah institusi dapat dinilai bagaimana sebuah institusi dapat menentukan visi dan misi dari institusinya dengan mempertimbangkan setiap nilai dan norma yang dianut oleh tiap-tiap negara anggotanya. Pertimbangan nilai dan norma ini ditujukan agar setiap negara anggotanya dapat mengasimilasi visi dan misi dari institusi tersebut sehingga tidak terdapat perbedaan kepentingan dan menghindari adanya ketidaksepahaman yang berujung pada ketidakpatuhan negara anggota terhadap institusi tersebut. Dalam penentuan visi dan misi ini, jika institusi tidak dapat merangkum kepentingan dari setiap negara anggota dan kepentingan dari berbagai pihak berbeda-beda maka suatu institusi tersebut belum dapat dikatakan sebagai sebuah institusi yang efektif.

- Programmatic activities

Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah institusi yang efektif maka diperlukan adanya pembentukan program atau kegiatan ataupun agenda yang disusun dengan baik untuk mengatur pola kerja dari sebuah institusi.

Setiap program dan agenda yang sudah ditetapkan nantinya harus dijalankan oleh institusi tersebut. Untuk itu, agar program serta agenda dari sebuah institusi dapat berjalan dengan baik maka dibutuhkan adanya kepatuhan bagi tiap-tiap negara anggota untuk dapat berjalan mengikuti program ataupun agenda yang sudah diatur oleh institusi tersebut. Dengan kata lain,

Universitas Pertamina - 18

sebuah institusi dapat bernilai efektif ketika tiap-tiap negara anggotanya memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi, apabila institusi tersebut tidak memiliki tingkat kepatuhanyang tinggi maka institusi tersebut belum dapat dikatakan sebagai sebuah institusi yang efektif.

3. Identifikasi perilaku aktor

Dalam menentukan arah perilaku dari aktor dalam sebuah institusi dibutuhkan adanya intervensi dari institusi. Untuk itu dibutuhkan adanya kemampuan bagi sebuah institusi untuk dapat membuat para anggotanya menyepakati dan menjalankan kontrak yang berlaku dalam institusi. Sebuah institusi dikatakan efektif apabila dapat menentukan arah dari perilaku aktor (negara anggota). Dalam hal ini, apabila institusi tidak dapat menjadi sebuah mekanisme yang dapat mengatur perilaku negara maka institusi tersebut secara garis besar tidak dapat dikatakan sebagai institusi yang bernilai efektif.

Untuk itu, efektivitas AICHR dapat diukur melalui 3 indikator di atas yang nantinya akan dapat menentukan indikator manakah yang tidak efektif di dalam kinerja dan program AICHR.

Universitas Pertamina - 19 1.4.1 Bagan kerangka berpikir

Dokumen terkait