• Tidak ada hasil yang ditemukan

Remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak dan dewasa. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik perubahan fisik maupun perubahan sikap. Oleh karena itu perlu diperhatikan asupan zat gizi pada masa remaja. Namun disayangkan, remaja sering tidak memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsinya sehingga mempengaruhi status gizi.

Status gizi dipengaruhi oleh berbagai macam hal, diantaranya yaitu konsumsi, aktivitas fisik dan faktor gen. Remaja mempunyai kebiasaan makan diantara waktu makan, berupa jajanan baik di sekolah maupun luar sekolah. Makanan mereka umumnya kaya energi yang berasal dari karbohidrat dan lemak (Almatsier et al. 2011). Kebiasaan makan contoh dapat dipengaruhi oleh karakteristik contoh diantaranya yaitu jenis kelamin dan uang saku. Selain itu, karakteristik keluarga meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga juga dapat mempengaruhi konsumsi. Kebiasaan makan contoh kemudian akan mempengaruhi status gizi. Kebiasaan makan yang baik pada contoh akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap status gizi. Sebaliknya, kebiasaan makan yang buruk akan mengakibatkan status gizi yang buruk pula. Konsumsi makanan yang bergaya barat seperti fast food dan minuman ringan pada remaja dapat mengakibatkan resiko overweight dan obese semakin tinggi (Francis et al. 2008).

Selain konsumsi, hal lain yang dapat mempengaruhi status gizi contoh adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik berupa olahraga yang dapat dilakukan oleh siswa/i SMA diantaranya adalah kegiatan ekstrakulikuler yang merupakan fasilitas yang disediakan oleh pihak sekolah. Selain kegiatan ekstrakulikuler, aktivitas fisik lain yang dapat dilakukan adalah olahraga yang dilakukan selain intra dan ekstrakulikuler sebagai hobi contoh. Aktivitas fisik yang cukup pada remaja akan berpengaruh pada status gizi yang normal, namun jika aktivitas fisik kurang yang disertai dengan makan berlebih akan mengakibatkan overweight

atau obese.

Faktor gen juga dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi. Jika kedua orang tua gemuk, resiko kegemukan pada anak-anaknya meningkat (Anwar&Khomsan 2009). Kerangka pemikiran tentang keterkaitan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan status gizi contoh dapat dilihat pada Gambar 1

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Keterkaitan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan status gizi contoh Karakteristik contoh : - Jenis kelamin - Uang saku Aktivitas fisik : - Ekstrakulikuler - Olahraga selain intra

dan ekstrakulikuler

Pengetahuan gizi Karakteristik keluarga :

- Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Jumlah anggota keluarga - Pendapatan keluarga Konsumsi pangan: - Sayur - Buah - Minuman ringan - Fast food Status Gizi : - Gizi normal - Gizi lebih Infeksi/status kesehatan Penyakit degeneratif Faktor genetik

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat dan bersifat deskriptif (Ghazali et al. 2008). Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 Bogor pada bulan Agustus-November 2012.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

SMAN 3 Bogor memiliki dua jenis kelas, yaitu kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan kelas akselerasi. Contoh dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI RSBI SMAN 3 Bogor. Pemilihan contoh yang berasal dari kelas RSBI dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki kelas akselerasi. Contoh dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok contoh dengan status gizi normal dan kelompok contoh dengan status gizi lebih. Penarikan contoh dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria untuk kelompok contoh dengan status gizi normal yaitu memiliki nilai z-score IMT/U (-2SD≤ z ≤+1SD), sedangkan untuk kelompok contoh dengan status gizi lebih memiliki nilai z-score IMT/U (z >+1SD).

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar 544 orang. Penentuan jumlah contoh minimum pada cross sectional study dengan jumlah populasi diketahui (Sastroasmoro & Ismael 1995) dapat menggunakan rumus sebagai berikut: = 2� (1− ) � �2 (� −1) + 2� (1− ) Keterangan : n = jumlah contoh α = tingkat kepercayaan Zα = 1,96

p = prevalensi gizi lebih d = estimasi toleransi

N = jumlah populasi (kelas X dan XI tahun ajaran 2012-2013)

Contoh merupakan siswa/i SMA yang tergolong remaja. Prevalensi (p) remaja yang berstatus gizi lebih di Jawa Barat berdasarkan Rikesdas 2010 sebanyak 2,5% (Depkes 2011). Tingkat kepercayaan (α) yang digunakan adalah 0,05 dan estimasi toleransi (d) 5%, sehingga jumlah minimal contoh adalah

35 orang untuk setiap kelompok status gizi. Jumlah contoh pada penelitian ini adalah 86 orang dengan masing-masing 43 orang tiap kelompok status gizi. Oleh karena itu, jumlah contoh pada penelitian ini telah melebihi jumlah minimal.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukurang langsung dengan alat bantu microtoise, pita, timbangan badan digital dan wawancara dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh setelah diberi penjelasan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini meliputi :

1. Data karakteristik contoh meliputi tanggal lahir, jenis kelamin, riwayat kegemukan dalam keluarga, uang saku, rata-rata alokasi uang saku diperoleh dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh dengan didampingi peneliti. Data berat badan diperoleh dengan pengukuran langsung.

2. Data karakteristik orang tua contoh meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga. Data diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada orang tua melalui contoh.

3. Data konsumsi minuman ringan dan fast food contoh meliputi frekuensi dan jenis minuman ringan dan fast food diperoleh dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh dengan didampingi peneliti.

4. Data frekuensi kosumsi sayur, buah, minuman ringan dan fast food

menggunakan kuesioner food frequency yang diisi oleh contoh dengan didampingi peneliti. Perkiraan jumlah konsumsi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan Daftar bahan makanan penukar (DBMP).

5. Data konsumsi contoh pada hari sekolah (1x24 jam) dan hari libur (1x24 jam) menggunakan kuesioner food recall yang diisi oleh contoh dengan didampingi peneliti. Perkiraan jumlah konsumsi dilakukan oleh peneliti dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan kenyataan yang sebenarnya. Misal : menimbang makanan yang dibeli di kantin sekolah. 6. Data kegiatan ekstrakulikuler dan olaharga meliputi jenis ekstrakulikuler

yang diikuti, frekuensi dan durasi kegiatan ekstrakulikuler, jenis, frekuensi, dan durasi olahraga diperoleh dengan alat bantu kuesioner yang diisi contoh dengan didampingi peneliti.

7. Data aktivitas fisik contoh pada hari sekolah dan hari libur menggunakan kuesioner aktivitas fisik yang diisi oleh contoh dengan didampingi peneliti.

Data sekunder diperoleh dari data administrasi sekolah meliputi :

1. Data keadaan umum sekolah yang diperoleh berdasarkan arsip sekolah yang dipublikasikan melalui website resmi milik SMAN 3 Bogor.

2. Data jumlah siswa/i sekolah yang diperoleh berdasarkan absensi siswa SMAN 3 Bogor tahun ajaran 2012-2013.

Berikut merupakan variabel, indikator dan cara pengumpulan data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5:

Tabel 5 Variabel dan indikator penelitian

No Variabel Indikator Cara pengumpulan data

1 Status gizi

- IMT/U IMT/U ditentukan dengan

software Anthroplus

- Lingkar pinggang Lingkar pinggang diukur

menggunakan pita dengan kapasitas 100 cm dan ketelitian 0.1 cm. 2 Karakteristik contoh - Tanggal lahir - Jenis kelamin - Uang saku - Riwayat kegemukan (faktor gen) - Berat badan - Tinggi badan

Mengisi kuesioner oleh contoh

Berat badan ditimbang

menggunakan timbangan digital dengan kapasitas maksimum 200 kg dan ketelitian 0.1 kg. Tinggi badan diukur

menggunakan microtoise dengan kapasitas maksimum 200 cm dan ketelitian 0.1 cm.

3 Karakteristik keluarga

- Pendidikan ayah dan ibu

- Pekerjaan ayah dan ibu

- Besar keluarga - Pendapatan keluarga

Mengisi kuesioner oleh orang tua contoh

4 Konsumsi pangan - Jumlah dan jenis pangan Mengisi kuesioner food recall 2x24 jam

5 Konsumsi minuman ringan dan fast food

- Frekuensi minum minuman ringan - Frekuensi konsumsi

fast food, jenis fast food yang disukai

Mengisi kuesioner oleh contoh

6

Kebiasaan konsumsi sayur, buah,

minuman ringan, dan fast food

- Konsumsi sayur, buah, minuman ringan, dan fast food

Mengisi kuesioner food frequency oleh contoh

7 Kegiatan ekstrakulikuler dan olahraga - Jenis - Frekuensi

- Olahraga di luar jam sekolah

Mengisi kuesioner oleh contoh

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan meliputi coding, entry, editing, dan cleaning. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program Microsoft Excell dan SPSS versi 16.0 for windows secara deskriptif dan statistik. Pengkategorian dan analisis pada variabel penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Pengkategorian variabel penelitian

No Variabel Kategori peubah Analisis

1 Status Gizi (WHO 2007) 1. Gizi normal (-2SD ≤z score≤ +1SD) Deskriptif

2. Gizi lebih (z-score>+1SD)

2 Usia 14-17 tahun Deskriptif

3 Jenis kelamin 1. Laki-laki Deskriptif

2. Perempuan

4 Riwayat kegemukan 1. Tidak ada Deskriptif

2. Salah satu dari orang tua

3. Kedua orang tua

5 Uang saku Rp 10.000-50.000 Deskriptif

6 Lingkar pinggang (Gibson 2005) 1. Normal Deskriptif 2. Lebih 7 Besar keluarga (BKKBN 1996)

1. Keluarga kecil (≤ 4 orang) Deskriptif

2. Keluarga sedang (5-7 orang)

3. Keluarga besar (> 7 orang)

8 Tingkat pendidikan ayah

dan ibu

1. Tidak sekolah Deskriptif

2. Tidak tamat SD 3. SD/ sederajat 4. SMP/ sederajat 5. SMA/ sederajat

6. Perguruan tinggi

9 Pekerjaan ayah 1. Tidak bekerja Deskriptif

2. Wiraswasta 3. PNS

4. Pegawai swasta

5. Lainnya

10 Pekerjaan ibu 1. Ibu rumah tangga Deskriptif

2. Wiraswasta 3. PNS

4. Pegawai swasta

5. Lainnya

11 Pendapatan keluarga 1. <Rp 1.000.000 Deskriptif

2. Rp 1.000.000 – Rp 1.999.999 3. Rp 2.000.000 – Rp 2.999.999 4. Rp 3.000.000 – Rp 3.999.999 5. Rp 4.000.000 – Rp 4.999.999 6. Rp 5.000.000 – Rp 5.999.999 7. ≥ Rp 6.000.000 12 Tingkat kecukupan

energi, protein, lemak, dan karbohidrat

1. Defisit tingkat berat (< 70% AKG) Deskrpitif

2. Defisit tingkat sedang (70 – 79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80 – 89% AKG)

4. Normal (90 – 119% AKG)

5. Di atas angka kebutuhan (≥ 120%

Tabel 6 Pengkategorian variabel penelitian (lanjutan)

No Variabel Kategori peubah Analisis

13 Konsumsi buah 1. <200 g /hari Deskriptif

(Smith&Kantor 2001) 2. ≥200 g /hari

14 Konsumsi sayur 1. <300 g /hari Deskriptif

(Smith&Kantor 2001) 2. ≥300 g /hari

15 Konsumsi minuman

ringan dan fast food (Francis et al.2008)

1. Tidak pernah Deskriptif

2. ≤ 2 kali/bulan 3. 1-2 kali/minggu 4. 3-6 kali/minggu 5. 1 kali/hari

6. >1 kali/hari

16 Aktivitas fisik 1. Sangat ringan Deskriptif

2. Ringan 3. Sedang 4. Berat 17 Frekuensi kegiatan ekstrakulikuler 1. 1 kali/bulan Deskriptif 2. 2 kali/bulan 3. 3 kali/bulan 4. 4 kali/bulan 5. >4 kali/bulan 18 Lamanya olahraga

diluar jam sekolah per minggu

1. <90 menit Deskriptif

2. ≥90 menit

19 Hubungan antar variabel Korelasi

20 Perbedaan aktivitas fisik dan konsumsi antar kelompok

contoh

Uji beda Mann-Whitney

21 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi contoh Regresi linier

Data penilaian status gizi dengan menggunakan indikator IMT/U menggunakan software WHO AnthroPlus. IMT merupakan perbandingan antara berat badan (kg) dengan kuadrat berat badan (m2). Selanjutnya, untuk menentukan status gizi pada contoh menggunakan indeks IMT/U untuk anak-anak dan remaja (Tabel 1).

Tingkat aktivitas fisik. Aktivitas fisik diketahui melalui metode kuesioner aktivitas fisik pada hari yang berbeda, yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu melakukan aktivitas dalam sehari. Menurut FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus berikut:

Keterangan :

PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAL = (��� )

PAR = Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi 18 jenis, kategori berdasarkan PAR dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kategori berdasarkan nilai PAR

Kategori Keterangan PAR

PAL1 Tidur (tidur siang dan malam) 1

PAL2 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca 1.2

PAL3 Duduk sambil menonton TV 1.72

PAL4 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5

PAL5 Makan dan minum 1.6

PAL6 Jalan santai 2.5

PAL7 Berbelanja (membawa beban) 5

PAL8 Mengendarai kendaraan 2.4

PAL9 Menjaga anak 2.5

PAL10 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2.75

PAL11 Setrika pakaian (duduk) 1.7

PAL12 Kegiatan berkebun 2.7

PAL13 Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) 1.3

PAL14 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandirmembawa arsip) 1.6

PAL15 Olahraga (badminton) 4.85

PAL16 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5

PAL17 Olahraga (bersepeda) 3.6

PAL18 Olahraga (aerobic, berenang, sepak bola, dan lain-lain) 7.5

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Selanjutnya PAL akan dikategorikan menjadi empat kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001), seperti yang disajikan dalam Tabel 8. Selanjutnya nilai FA akan digunakan untuk menghitung angka kebutuhan energi contoh.

Tabel 8 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori PA PAL FA anak laki-laki FA anak perempuan

Sangat rendah 1≤PAL <1.4 1 1

Rendah 1.4≤PAL<1.6 1.13 1.16

Aktif 1.6≤ PAL <1.9 1.26 1.31

Sangat aktif 1.9≤ PAL <2.5 1.42 1.56

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Konsumsi pangan. Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan zat gizi contoh yatu energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, dan serat. Data konsumsi pangan dihitung dengan menggunakan software nutrisurvey dan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994).

Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi ke-i dalam bahan makanan ke-j Bj = Berat makanan ke-j yang dikonsumsi

Gij = Kandungan zat gizi ke-i dalam 100 gram BDD bahan makanan ke-j BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan ke-j

Khusus untuk menentukan angka kebutuhan energi pada contoh dengan status gizi normal menggunakan rumus dari WNPG dengan menggunakan angka metabolisme basal berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, berat badan dan aktivitas fisik. Sedangkan angka kebutuhan energi pada contoh dengan status gizi lebih menggunakan AKG.

Penentuan kebutuhan protein pada contoh dengan status gizi normal ditentukan berdasarkan ketetapan dari WNPG. Sedangkan untuk menentukan kebutuhan protein contoh dengan status gizi lebih menggunakan standar yang telah ditetapkan dalam AKG.

Penentuan kebutuhan lemak contoh adalah 20% dari kebutuhan energi total untuk laki-laki dan 25% dari kebutuhan energi total untuk perempuan. Perbedaan persentase tersebut disebabkan oleh selama masa pertumbuhan, komposisi jaringan lemak pada perempuan lebih banyak dibandingkan pada laki-laki (Bredbenner et al. 2009).

Setelah mengetahui banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak, maka dapat diperoleh kebutuhan karbohidrat sampel. Perhitungan data kebutuhan karbohidrat diperoleh dari sisa kalori total energi sampel yang dijelaskan sebagai berikut :

Kebutuhan Karbohidrat

=

Keb .Energi (kkal ) – (Keb .Protein ×4) – (Keb .Lemak ×9) 4

Kebutuhan vitamin dan mineral dihitung langsung dengan menggunakan AKG tanpa menggunakan koreksi berat badan seperti pada rumus AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan zat gizi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus:

TKG = (K/AKGI) x 100

Keterangan :

K = Konsumsi zat gizi

AKGI = Angka kecukupan gizi individu

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi

Energi dan zat gizi Klasifikasi tingkat kecukupan

Energi, protein, lemak, dan karbohidrat

1. Defisit tingkat berat (< 70% AKG)

2. Defisit tingkat sedang (70 – 79% AKG)

3. Defisit tingkat ringan (80 – 89% AKG)

4. Normal (90 – 119% AKG)

5. Di atas angka kebutuhan (≥ 120% AKG) Sumber : Depkes (1996) diacu dalam Sukandar (2007)

Definisi Operasional

Contoh adalah siswa siswi kelas X dan XI RSBI SMAN 3 Bogor tahun ajaran 2012-2013 yang berstatus gizi normal dan gizi lebih (overweight dan

obese).

Konsumsi pangan adalah konsumsi sayur, buah, minuman ringan dan fast food

contoh.

Fast food adalah makanan cepat saji dan praktis (ayam goreng, kentang goreng, burger, pizza, dan/atau spaghetti) yang berasal dari restoran-restoran cepat saji.

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap dikonsumsi.

Aktivitas fisik adalah seluruh pergerakan tubuh termasuk kegiatan rutin sehari-hari.

Faktor gen adalah riwayat kegemukan pada kedua orang tua contoh.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi yang dapat diukur secara antropometri.

Status gizi normal adalah keadaan gizi seseorang yang menggambarkan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi dalam waktu lama (-2SD<z-score IMT/U≤+1SD).

Status gizi lebih adalah keadaan gizi seseorang yang pemenuhan kebutuhan gizi nya melampaui batas lebih dari cukup (kelebihan) dalam waktu cukup lama. Terdiri dari overweight (+1SD<z-score IMT/U≤+2SD) dan obese ( z-score IMT/U >+2SD).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait