• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transisi demografis ekonomi yang sedang berlangsung saat ini di banyak negara berkembang sehingga terjadi perubahan dalam diet dan gaya hidup yang memiliki dampak besar pada risiko penyakit DM. Perilaku berisiko tinggi yang terkait dengan transisi sosio-ekonomi adalah gaya hidup menetap, rokok dan kebiasaan makan. Begum et al. (2004) menyatakan bahwa DM dapat dikelola dengan baik dengan mengontrol asupan makanan, olahraga yang akan berpengaruh pada hipoglikemik dan resistensi insulin. Perilaku gaya hidup yang sehat dapat mempertahankan kadar glukosa darah normal dan mencegah komplikasi.

Sairenchi et al. (2004) penelitian di Jepang menyebutkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan faktor risiko DM tipe 2 pada pria dan wanita paruh baya. Pria umur 40 – 59 tahun yang berhenti merokok memiliki 1.10 lebih berisiko terkena DM tipe 2 dari pada orang yang tidak merokok, sedangkan pria umur 40 – 59 tahun yang merokok memiliki 1.37 kali berisiko terkena DM tipe 2 dari pada orang yang tidak merokok. Wanita umur 40 – 59 tahun yang berhenti merokok memiliki risiko 0.86 kali berisiko terkena DM tipe 2 daripada orang yang tidak merokok, sedangkan wanita 40 – 59 tahun yang merokok memiliki risiko 1.45 kali berisiko terkena DM tipe 2 dari pada wanita yang tidak merokok. Studi yang dilakukan Nuryati (2009) merokok memiliki risiko DM tipe 2 sebesar 1.67 pada pria status gizi normal dan memiliki risiko 1.58 pada pria obes.

Penelitian sebelumnya oleh Nuryati (2009) menyatakan bahwa kebiasaan jarang mengonsumsi makanan dan minuman manis makan memiliki risiko 60% lebih kecil terhadap DM. Studi meta-analisis yang dilakukan oleh Malik et al. (2010) menyebutkan bahwa konsumsi minuman manis secara sering 1-2 porsi/hari seperti minuman ringan, sari buah, minuman teh, minuman energi dan minuman bervitamin dapat menyebabkan terjadinya DM tipe 2. Berdasarkan studi meta-analisis tersebut bahwa kebiasaan minuman manis memiliki risiko 1.26 kali terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan yang jarang mengonsumsi minuman manis. Kebiasaan makan/minum manis dilihat dari makanan sumber karbohidrat yaitu nasi dan konsumsi gula, kue dan makanan jajanan, minuman manis non kemasan (teh manis, jus buah, sirup), dan minuman manis berkemasan (minuman bersoda, minuman berenergi, teh, sari buah)

Usia paruh baya merupakan usia rentan akan obesitas yang merupakan salah satu faktor terjadinya penyakit DM. Gangguan metabolik terkait erat dengan proses penuaan yang dialami usia paruh baya. Status gizi dan kesehatan penderita DM pada usia paruh baya (40-60 tahun) ditemukan kegemukan, hipertensi dan gangguan kesehatan mata (Bhati dan Goyal 2013). Pendapatan keluarga berasosiasi dalam asupan kalori yang lebih dan ditambah kurangnya aktivitas fisik menyebabkan seseorang menjadi gemuk (Begum et al. 2004). Obesitas pada pria memiliki risiko 8.18 kali terkena DM, sedangkan wanita memiliki risiko 2.93 kali terkena DM.

Obesitas sentral sering ditemui di kalangan orang tua terutama usia paruh baya. Zhang et al. (2013) menyebutkan bahwa obesitas sentral sangat berpengaruh terhadap

status glukosa darah. Obesitas sentral dapat diukur berdasarkan ukuran lingkar pinggang yang merupakan indikator obesitas viseral dan terkait dengan kejadian gangguan metabolik. Oleh karena itu, mempertahankan status gizi normal pada usia paruh baya harus dipertahankan agar terhindar dari kejadian obesitas. DM yang dikelola dengan baik dengan cara mengontrol asupan makan serta olahraga yang teratur akan berpengaruh pada agen-agen hipoglikemik atau meningkatkan sensitivitas insulin, serta dapat mempertahankan kadar glukosa darah normal dan mencegah komplikasi. Ansari (2009) Aktivitas fisik seperti bekerja, pekerjaan rumah dan gaya hidup harian dapat mengurangi risiko DM tipe 2. Aktivitas fisik harian lainnya seperti bersepeda juga dapat menurunkan risiko DM.

Status sosial ekonomi dapat dilihat berdasarkan indikator pendidikan, pendapatan, pekerjaan, besar keluarga dan pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan karena DM merupakan penyakit berisiko tinggi terhadap kematian. Gambar berikut ini akan lebih memperjelas kerangka pemikiran:

Keterangan:

Variabel yang diamati Variabel yang tidak diamati

Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Faktor Dominan terhadap Status Glukosa Darah

Karakteristik sosial ekonomi

 Usia

 Jenis kelamin

 Pendidikan

 Ukuran keluarga

 Pekerjaan

 Pengeluaran (pangan dan

non pangan)

Gaya hidup

 Aktivitas fisik

 Kebiasaan olah raga

 Merokok  Kebiasaan konsumsi makan/minuman manis  Status gizi  IMT  Lingkar perut  Komposisi lemak tubuh  Lemak viseral

Status glukosa darah Genetik

Pengetahuan masyarakat Diabetes:

1. Pengetahuan umum

tentang diabetes

2. Pengetahuan faktor risiko

diabetes

3. Pengetahuan tentang

penyakit dan

komplikasinya

4. Pengetahuan tentang

pangan yang berisiko

4 METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian dilakukan di Desa Cisalak Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara simple random sampling. Penelitian ini menggunakan sebagian data dari penelitian Nurdin, Anwar, Riyadi, dan Diana (2014) dengan judul Sosio-Economic, Demographic, Dietary and Lifestyle Characteristic and The Prevalence of Metabolic Syndrom of Middle Aged Rural People yang dibiayai oleh Neys-van Hoogstraten Foundation, The Netherlands.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study yaitu studi epidemiologi yang mengamati pengetahuan gizi masyarakat, gaya hidup serta status gizi dalam kaitannya dengan status glukosa darah pada pria dan wanita usia paruh baya di pedesaan serta peubah-peubah terkait pada individu dari suatu populasi pada satu waktu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 – April 2015 terdiri dari kegiatan persiapan (survei lapang, Ethical Clearence, dan pelatihan enumerator), pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, pelaporan dan diseminasi. Persetujuan etik (Ethical Clearence) pada penelitian ini telah disetujui oleh komisi etik penelitian kesehatan masyarakat Universitas Diponegoro. Ethical Clearence pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah pria dan wanita (suami/istri) usia paruh baya (45 – 59 tahun) yang bersedia menjadi sampel. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cisalak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur yang mayoritas pekerjaannya yaitu sebagai petani. Pemilihan kabupaten Cianjur berdasarkan BPS (2012) bahwa produksi padi terbanyak dan memiliki jumlah lahan sawah yang luas di provinsi Jawa Barat yaitu Indramayu, Karawang, Subang, Garut dan Cianjur. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten yang memiliki produksi padi 790 824 ton/tahun dan memiliki jumlah lahan sawah yaitu 65 993 Ha.

Kecamatan yang memiliki produksi padi terbanyak yaitu Cibeber, Takokak, Karang Tengah, Pagelaran, Tanggeung, dan Bojong Picung. Pemilihan Kecamatan Cibeber pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Kecamatan yang menjadi lokasi penelitian yang dipilih yaitu Kecamatan Cibeber karena memiliki produksi padi yang paling banyak diantara kecamatan lainnya yaitu sebesar 44 123 ton/tahun. Kecamatan Cibeber dipilih berdasarkan hasil survei bahwa hasil pendapatan keluarga berasal dari hasil pertanian sedangkan di kecamatan lainnya selain hasil pertanian, pendapatan keluarga berasal dari TKW (Tenaga Kerja Wanita) sehingga dikhawatirkan terjadinya bias pada data. Pemilihan desa juga pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Desa yang dipilih pada penelitian ini yaitu Desa Cisalak. Pemilihan desa tersebut berdasarkan rekomendasi dari pihak kecamatan yaitu desa yang mewakili daerah pertanian dan perdesaan.

Jumlah contoh dihitung dengan menggunakan rumus Lwanga dan Lameshow (1991) : Keterangan: n = jumlah contoh p = proporsi populasi d = presisi mutlak

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Suastika et al. (2011) di Bali ditemukan prevalensi DM di daerah perdesaan pada umur 50-59 tahun adalah 27.4 persen. Kasus ini dapat diasumsikan bahwa prevalensi DM di daerah Cianjur mendakati prevalensi DM di Bali. Presisi yang digunakan 10% dan tingkat kepercayaan 95 persen atau α = 0.05 sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu:

n = 76.4 ≈ 76 orang (suami dan isteri)

Di Desa Cisalak Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur jumlah contoh yang terlibat dalam penelitian Nurdin, Anwar, Riyadi, dan Diana (2014) berjumlah 112 orang, sehingga jumlah sampel terlibat telah melebihi minimal persyaratan sampel menurut Lwanga dan Lameshow (1991). Contoh tersebut bersedia diwawancara dan diambil darah dengan menandatangani informed consent yang dapat dilihat pada Lampiran 3.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan terdiri atas data primer. Data primer meliputi peubah-peubah yang diteliti, yaitu: 1) data sosial ekonomi contoh (nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran berupa pangan dan nonpangan, 2) pengetahuan masyarakat tentang DM, 3) gaya hidup (kebiasaan merokok, aktivitas fisik, olahraga), 3) konsumsi pagan, 4) status gizi dengan menghitung indeks massa tubuh/IMT dan di ukur dengan antropometri (berat badan dan tinggi badan),komposisi lemak tubuh, lemak viseral, 5) gula darah (pemeriksaan gula darah puasa) dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan responden. Data tersebut diperoleh dari kuesioner utama dari proyek penelitian utama. Data sekunder meliputi gambaran umum wilayah dan profil Desa Cisalak dikumpulkan melalui penelusuran pada Pemerintah Desa, Kecamatan dan Kabupaten, serta Badan Pusat Statistik tingkat Kabupaten. Pengumpulan data menggunakan kuesioner terstruktur yang telah di uji validitas dan reabilitasnya dengan alfa cronbarch.

Data pengetahuan diperoleh dengan cara menanyakan langsung contoh menggunakan metode wawancara. Data pengetahuan gizi merupakan data sendiri atau di luar dari proyek penelitian utama. Pengetahuan DM diukur dengan 10

pertanyaan yang terdiri dari pengetahuan umum, pengetahuan tentang faktor risiko, pengetahuan tentang penyakit dan komplikasinya, serta pengetahuan tentang pangan berisiko. Kuesioner pengetahuan tentang DM diambil dan telah divalidasi dari penelitian Lorga et al. 2012 (Tabel 3).

Tabel 3 Peubah, indikator, dan cara pengambilan data

Data aktivitas fisik diambil menggunakan kuesioner terstruktur dengan metode activity recall 1x24 jam yaitu hari biasa. Data kebiasaan merokok dengan menanyakan frekuensi merokok dan jumlah batang rokok yang dihisap oleh responden. Data berat badan (kg) ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 200 kg dan ketelitian 0.1 kg. Data tinggi badan (cm) diukur dengan

No Peubah Indikator Cara pengumpulan data

1 Karakteristik sosial ekonomi keluarga

Pekerjaaan Jumlah anggota keluarga

Pengeluaran pangan dan non pangan

Kepemilikan aset rumah tangga

Mengisi kuesioner dengan wawancara

2 Karakteristik contoh Usia

Jenis kelamin Suami/isteri

Mengisi kuesioner dengan wawancara 3 Pengetahuan gizi Kurang (<60%)

Sedang (60-80%) Baik (>80%)

Mengisi kuesioner dengan wawancara 4 Gaya hidup Kebiasan merokok

Kebiasan olahraga dan aktivitas berat

Aktivitas fisik responden

Mengisi kuesioner dengan wawancara

5 Kebiasaan merokok Frekuensi merokok Jumlah rokok yang dihisap

Mengisi kuesioner dengan wawancara 10 Status gizi -Data fisik (BB, TB,

IMT) Pengukuran menggunakan alat terstandarisasi - Timbangan BB - Microtoise 11 Status gizi -Komposisi lemak tubuh

-Lemak viseral

-Lingkar pinggang (WC)

Pengukuran

menggunakan BIA (Body Index Analazer)

12 Biokimia Pembuluh darah arteri Laboratorium terakreditasi

microtoise dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0.1 cm. Data komposisi lemak tubuh dan lemak viseral dengan mengunakan BIA (Bioelectrical Impedance Analysis). Data glukosa darah puasa diambil oleh tenaga kesehatan dan dianalisis oleh laboratorium terakreditasi. Pemeriksaan glukosa darah puasa diperoleh dari pengambilan darah melalui vena lalu dianalisis menggunakan metode heksokinase yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Hal yang dilakukan untuk penjaminan data diantaranya adalah pelatihan enumerator sebelum turun lapang, uji coba kuesioner, dan meneliti kembali data yang didapat jika belum lengkap pada hari pengamatan maka ditanyakan kembali pada sampel melalui telepon. Hasil dokumentasi selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5.

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data

Data primer yang telah diperoleh diolah dengan tahapan-tahapan, meliputi editing, coding, entry, cleaning untuk dianalisis selanjutnya. Data kuisioner yang telah diperoleh dilakukan editing untuk mengecek konsistensi informasi. Coding digunakan sebagai panduan dalam entry data sesuai dengan kode yang telah dibuat. Cleaning dilakukan apabila data terlalu berlebihan dengan cara menghapus data tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS version 16.0 for Windows.

Analisis data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan uji statistik sesuai jenis data. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensia. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tiap-tiap peubah dengan menggunakan distribusi frekuensi. Analisis deskriptif untuk mengetahui sebaran karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan, gaya hidup (aktivitas fisik, merokok, kebiasaan makan), dan status gizi. Analisis inferensia yang digunakan adalah uji korelasi dan uji beda. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Chi-Square untuk menganalisis hubungan gaya hidup (aktivitas fisik, merokok, olah raga) dan kebiasaan makan/minum manis serta status gizi terhadap status glukosa darah (PraDM/DM). Uji beda yang digunakan adalah uji Mann-Whitney untuk menganalisis status glukosa darah pria dan wanita perdesaan. Pengaruh antara gaya hidup (aktivitas fisik, merokok dan olahraga), dan kebiasaan makan terhadap status glukosa darah menggunakan analisis multivariat regresi logistik. Model logistiknya sebagai berikut:

Keterangan:

y = Status gukosa darah (normal: 1; PraDM/DM: 2) α = konstanta

βn = koefisien regresi

x1 = jumlah konsumsi rokok (<10 batang/hari: 1, ≥10 batang/hari: 2) x2 = lama merokok (<20 tahun: 1, ≥20 tahun: 2)

x3 = frekuensi frekuensi berolahraga (≥3 kali/minggu: 1,: <3 kali/minggu: 2) x4 = lama berolahraga (≥90 menit/minggu:1, <90 menit/minggu:2)

x5 = PAL ( aktif : 0, kurang aktif: 1)

x6 = frekuensi minuman manis (jarang: 1, sering: 2) x7 = frekuensi makanan manis (jarang: 1, sering: 2) x8 = IMT (tidak obes: 1, obes: 2)

x9 = komposisi lemak tubuh (tidak obes: 1, obes: 2) x10 = lingkar pinggang (tidak obes: 1, obes: 2) x11 = lemak viseral (tidak obes: 1, obes: 2)

Pengkategorian data dibuat agar mempermudah dalam menganalisis variabel- variabel yang diteliti dan menggunakan sumber yang sudah diakui berdasarkan literature penelitian sebelumnya. Pengkategorian data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Peubah, alat, dan cara pengumpulan serta pengkategorian

No Peubah Kategori Sumber

1. Usia 45 – 59 tahun Berk 2005

2. Jenis kelamin 1 : pria

2 : wanita

Justifikasi

3. Pekerjaan 1 : tidak bekerja (IRT)

2 : Petani 3 : Buruh tani 4 : Buruh bangunan 5 : Pedagang 6 : PNS/Swasta 7 : ABRI 8 : Pensiunan 9 : Ibu rumah tangga 10 : lainnya

Justifikasi

4. Besar keluarga 1 : Kecil (≤ 4 orang)

2 : Sedang (5-6 orang) 3 : Besar (≥7 orang) BKKBN 1998 5. Pengeluaran (rupiah/kap/bln) 1 : Pengeluaran pangan (x±sd) 2 : Pengeluaran non pangan (x±sd)

Justifikasi 6. Pengeluaran (rupiah/kap/bln) 1 : Pangan 2 : Non pangan Justifikasi 7. Pengetahuan masyarakat tentang DM 1 : Kurang (<60%) 2 : Sedang (60-80%) 3 : Baik (>80%) Khomsan 2000

Tabel 4 Peubah, alat, dan cara pengumpulan serta pengkategorian (lanjutan)

Definisi Operasional

Usia paruh baya adalah Seseorang yang berusia 45 – 59 tahun (usia pertengahan). Pengetahuan tentang DM adalah kemampuan yang diketahui mengenai wawasan

tentang DM secara umum, faktor risiko DM, penyakit dan komplikasi DM, dan pangan yang berisiko dalam terjadinya DM yang diukur menggunakan kuesioner dengan alternatif jawaban ya dan tidak.

No Peubah Kategori Sumber

8. Status merokok 1 : Ya

2 : Tidak

Kemenkes 2014b

9. Jumlah rokok yang

dihisap

1 : Ringan (≤10 batang/hari)

2 : Berat (≥10 batang/hari) Al-Delaimy 2001 et al.

12. Aktivitas fisik 1 : rendah (1.40 ≤ PAL ≤ 1.69)

2 : sedang (1.70 ≤ PAL ≤ 1.99) 3 : tinggi (2.00 ≤ PAL ≤ 2.40) FAO/WHO/UNU 2001 13. Kebiasaan olahraga 1 : Ya 2 : Tidak Kemenkes 2011

14. Frekuensi olahraga 1 : ≥ 3 kali seminggu

2 : <3 kali seminggu Cugusi et al. 2014 15. Lama waktu berolahraga 1 : ≥90 menit/minggu 2 : <90 menit/minggu Kemenkes 2011 16. Konsumsi makanan

manis (kue manis, donat, biskuit)

1 : Jarang (<1kali/hari) 2 : Sering (≥1kali/hari)

Kemenkes 2008

17. Konsumsi minuman manis (kopi, teh)

1 : Jarang (<1kali/hari)

2 : Sering (≥1kali/hari) Kemenkes 2008

24. Komposisi lemak tubuh Pria (50– 59 tahun) 1 = Ringan (<8) 2 = Sedang (8≤ % < 24) 3 = Lebih (≥24) Wanita (50 – 59 tahun) 1 = Ringan(<21%) 2 = Sedang (21≤ % < 35) 3 = Lebih (≥35) Gallagher et al. 2000

25. Lemak viseral Pria/Wanita

1 : normal (<10)

2 : obes (≥10)

Unno et al. 2012

26. Glukosa darah

puasa

1 : Normal (kadar glukosa darah <100 mg/dl)

2 : Tinggi (kadar gula darah puasa ≥100 mg/dl),

Gaya hidup adalah kebiasaan hidup seseorang terhadap kejadian penyakit DM yaitu kebiasan merokok, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, kebiasaan aktivitas fisik berat, dan kebiasaan makan/minum manis.

Kebiasaan merokok adalah periaku merokok yang dilakukan oleh masyarakat perdesaan dengan melihat frekuensi merokok dan jumlah rokok yang dihisap setiap hari.

Aktivitas fisik adalah tingkat aktivitas fisik yang yang dikategorikan aktivitas fisik berat dan aktivitas sehari dilakukan oleh contoh per 1x24 jam.

Kebiasaan olahraga adalah perilaku berolahraga dilihat dari jenis, frekuensi, dan durasi yang dilakukan sebulan terakhir

Kebiasaan aktivitas berat adalah perilaku aktivitas berat yang dilakukan oleh petani seperti mencangkul, menanam padi, mengangkat barang yang berat dengan melihat dari jenis, frekuensi, dan durasi yang dilakukan sebulan terakhir Kebiasaan makan/minuman manis adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan

makan dan minum seperti frekuensi, pola makan/minum (kebiasaan kue dan makanan jajanan, minuman manis non kemasan dan minuman manis kemasan.

Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan dengan tubuh manusia diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) yaitu rasio dari berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (m). Selain itu juga dengan menggunakan pengukuran lingkar perut, komposisi lemak tubuh, dan lemak viseral.

Status glukosa darah adalah kadar glukosa darah puasa ≥100 mg/dl dilihat dari hasil analisis laboratorium yang dilakukan oleh tenaga medis dikategorikan PraDM/DM dan Non DM.

Dokumen terkait